Anda di halaman 1dari 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

“PERAWATAN TRAKEOSTOMI”

DISUSUN OLEH :
WARDATUL JANNAH

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM


ANGKATAN 2018/2019
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN TRAKEOSTOMI

A. Pengertian:
Tindakan merawat lubang stoma pada trakeostomi dan area sekitar
B. Tujuan:
1. Menjaga keutuhan jalan napas
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah kerusakan integritas kulit sekitar trakeostomi
C. Persiapan alat:
1. Tali pengikat trakeostomi
2. Kom/mangkuk steril, cairan NaCl 0,9%, hidrogen peroksida (H2O2), spuit 10 cc
3. Stetoskop
4. Suction set
5. Set ganti balut steril
6. 1 pasang handscoen bersih dan 2 pasang handscoen steril
7. Kapas apus (swab), alkohol 70%
8. Nierbeken / bengkok, plester, dan gunting
9. Sikat pembersih
10. Handuk, perlak, dan kantung plastic
11. Tromol kasa, kaca mata pelindung, masker, gaun/skort (kalau perlu)
D. Persiapan pasien:
1. Pasien diberi tahu tentang tindakan yang akan dilaksanakan
2. Mengatur posisi yang nyaman
E. Persiapan perawat:
1. Pelaksanaan dilakukan oleh petugas yang terampil
F. Prosedur pelaksanaan:
1. Menjelaskan prosedur dan tujuannya serta partisipasi klien yang dibutuhkan.
2. Membantu klien mengatur posisi yang nyaman bagi klien dan perawat (supinasi atau
semifowler).
3. Membentangkan handuk di dada klien.
4. Menjaga kebutuhan privasi klien.
5. Mendekatkan alat pada tempat yang mudah dijangkau.
6. Menutup sampiran (kalau perlu).
7. Mencuci tangan dan memakai handscoen bersih.
8. Membuka set peralatan dan bungkus alat-alat yang dibutuhkan untuk pembersihan
trakeostomi.
a. Meletakkan perlak paling bawah dan atur peralatan suction.
b. Mengatur mangkuk steril kedua dekat tetapi diluar lalu lintas mangkuk pertama,
jangan menyentuh bagian dalam mangkuk.
c. Menuangkan sekitar 50 ml hidrogen peroksida.
d. Membuka sikat steril dan letakkan disebelah mangkuk yang berisi hidrogen
peroksida.
e. Membuka bungkusan kasa, tuangkan hidrogen peroksida diatas kasa pertama, dan
normal saline pada kasa kedua, sedangkan kasa ketiga tetap dibiarkan kering.
f. Membuka swab berujung kapas. Tuangkan hidrogen peroksida pada satu paket
swab, dan normal saline apda paket swab lainnya.
g. Jika trakeostomi menggunakan kanule dalam sekali pakai (disposible). Buka
bungkusnya, sehingga dapat dengan mudah diambil. Pertahan sterilitas kanule
dalam.
h. Menentukan panjang tali pengikat trakeostomi yang diperlukan dengan
menggandakan lingkar leher dam menambah 5 cm dan gunting tali pada panjang
tersebut.
9. Melakukan prosedur penghisapan. Pastikan telah menggunakan skort, kaca mata
pelindung, dan handscoen steril.
10. Siapkan dan lakukan pengujian pada kateter. Paket mesin pengisap harus dibuka
secara hati-hati, saat membawanya jangan menyentuh ujung kateter. Namun
demikian, pengatur lubang angin yang terdapat di ujung kateter dapat disentuh, jadi
jangan khawatir mengenai hal tersebut. Kateter biasanya direkatkan pada selang
trakea yang dihubungkan ke mesin pengisap.
a. Nyalakan mesin pengisap dan lakukan pengujian melalui ujung kateter untuk
mengetahui berfungsi atau tidaknya mesin tersebut. Ujilah dengan menutupkan
ibu jari Anda di atas lubang kateter lalu melepaskan.
b. Boleh jadi selang trakea tersebut memiliki satu atau dua bukaan/lubang, dan
mungkin juga dilengkapi balon (cuffed) yang dapat diatur untuk menguragi risiko
aspirasi atau tanpa dilengkapi balon (uncuffed), berlubang (memungkinkan untuk
berbicara) atau tidak berlubang.
11. Siapkan pasien dan ambil larutan garam (NaCl). Pastikan kepala dan bahu pasien
sedikit ditinggikan/diangkat. Keduanya harus nyaman selama prosedur perawatan
berlangsung. Untuk membuatnya tenang, izinkan pasien menarik napas dalam-dalam
sekitar tiga sampai empat kali. Segera setelah pasien dalam posisi tepat, masukkan 3-5
mililiter larutan NaCl 0,9% ke dalam selang kateter. Tindakan tersebut akan
membantu merangsang pasien mengeluarkan lendir dan menambah uap lembap pada
membran lendir. Larutan NaCl 0,9% harus digunakan teratur selama proses
pengisapan untuk mencegah pembentukan sumbatan lendir kental dalam tenggorokan,
yang dapat menghalangi jalan udara. \
a. Berapa kali NaCL 0,9% harus dimasukkan berbeda untuk pasien satu dan yang
lain tergantung pada seberapa kental dan banyak lendir yang diproduksi oleh
tenggorokannya.
b. Caregiver harus memeriksa warna, bau, dan juga kekentalan lendir untuk berjaga
bilamana ada infeksi–lendir berubah menjadi hijau keabu-abuan serta berbau tak
sedap.
12. Masukkan kateter tersebut dan pasang pengisap. Arahkan kateter tersebut ke dalam
selang trakea dengan lembut sampai pasien mulai terbatuk hingga batuk tersebut
berhenti dan tidak berlanjut. Pada sebagian besar kasus, selang kateter tersebut harus
dimasukkan ke selang trakeostomi sedalam kira-kira 10,2 sampai 12,7 cm.
Lengkungan alami kateter harus mengikuti lengkungan dari selang trakea. Kateter
tersebut harus ditarik sedikit ke belakang sebelum pengisapan dilakukan, sehingga
akan membuat pasien merasa lebih nyaman.
a. Pasang pengisap dengan menutup pengatur lubang angin saat menarik kateter dari
selang trakea dengan gerakan pelan dan memutar. Pengisap sebaiknya tidak
digunakan lebih lama dari kira-kira sepuluh detik, selama waktu tersebut kateter
akan terus memutar dan tertarik keluar. Pengisap akan terlepas.
b. Selang trakeostomi dibuat dalam beberapa ukuran dan bahan seperti plastik
semifleksibel, plastik keras dan logam. Beberapa jenis selang dibuat untuk sekali
pakai (disposable), sementara yang lain dapat digunakan secara berulang.
13. Biarkan pasien menarik napas sesaat. Izinkan pasien menarik napas pelan dan dalam
sebanyak 3-4 kali di antara tahap pengisapan, sebab saat mesin pengisap bekerja
sangat sedikit udara yang dapat masuk ke paru-paru pasien. Pasien sebaiknya
diberikan oksigen setiap kali usai tahap pengisapan atau berikan waktu untuk
bernapas tergantung dari kondisi pasien.
a. Bersama pelepasan kateter, sedot air leding melalui selang tersebut untuk
membuang semua lendir kental, lalu cuci kateter dengan hidrogen peroksida.
b. Ulangi proses tersebut selama diperlukan jika pasien memproduksi lebih banyak
lendir yang terisap keluar dari selang trakea.
c. Pengisapan diulangi sampai saluran napas bersih dari lendir.
d. Setelah pengisapan, aliran oksigen dikembalikan pada tingkat dasar sebagaimana
sebelumnya.
14. Melepaskan handscoen yang sudah basah dan kenakan handscoen steril yang baru.
Pertahankan agar tangan dominan tetap steril sepanjang prosedur dilakukan.
15. Membersihkan kanule dalam.
16. Mengganti kanule dalam sekali pakai (disposible inner-canula) :
a. Membuka dan dengan hati-hati lepaskan kanule dalam dengan menggunakan
tangan yang tidak dominan.
b. Melakukan penghisapan dengan teknik steril (jika diperlukan).
c. Mengeluarkan kanule dalam baru steril dari bungkusnya dan siramkan sejumlah
normal saline steril pada kanule baru tersebut. Biarkan normal saline menetes dari
kanule dalam.
d. Memasang kanule dalam dengan hati-hati dan cermat dan kunci kembali agar
tetap pada tempatnya.
e. Menghubungan kembali klien dengan sumber oksigen.
17. Membersihkan kanule dalam tak disposible :
a. Melepaskan kanule dalam menggunakan tangan tidak dominan, dan masukkan
kanule tersebut kedalam mangkuk berisi hidrogen peroksida.
b. Membersihkan kanule dalam dengan sikat (tangan dominan memegang sikat dan
tangan yang tidak dominan memegang kanule.
c. Memegang kanula diatas mangkuk yang berisi hidrogen peroksida dan tuangkan
normal saline pada kanule sampai semua bagian kanule terbilas dengan baik.
Biarkan normal saline menetes dari kanule dalam.
d. Memasang kembali kanule dalam dan kunci.
e. Hubungkan kembali klien ke sumber oksigen.
18. Membersihkan bagian luar/sekitar kanule dan kulit sekitarnya dengan menggunakan
hidrogen peroksida, lalu bilas dengan NaCl dan keringkan dengan kasa. Stoma
tersebut harus dibersihkan dalam gerakan memutar (dengan kain kasa steril) mulai
dari posisi jam 12 dan menyekanya turun ke posisi jam 3. Selanjutnya gunakan kain
kasa baru yang direndam dalam larutan antiseptik dan usap ke arah atas ke posisi jam
9:
a. Untuk membersihkan setengah bagian terbawah dari stoma tersebut, usapkan kain
kasa baru dari posisi jam 3 naik ke posisi jam 6. Selanjutnya usap lagi dari posisi
jam 9 bergerak turun ke posisi jam 6.
19. Mengganti tali pengikat trakheostomi :
a. Membiarkan tali yang lama tetap pada tempatnya sementara memasang tali yang
baru.
b. Menyisipkan tali yang baru pada salah satu sisi faceplate. Melingkarkan kedua
ujung bebasnya mengelilingi bagian belakang leher klien ke sisi lainnya faceplate
dan ikat dengan kuat tetapi tidak ketat. Gunting tali trakeostomi yang lama.
20. Memasang kasa pada mengelilingi kanule luar dibawah tali pengikat dan faceplate.
Periksa kembali untuk memastikan bahwa tali pengikat tidak terlalu ketat tetapi pipa
trakheostomi tertahan dengan aman pada tempatnya.
21. Mengempiskan dan mengembangkan balon (cuff) pipa trakeostomi :
a. Memakai handscoen steril
b. Jika terdapat klem pada pada pipa cuff lepaskan klemnya dan sambungkan
dengan spuit.
c. Meminta klien menghirup nafas dalam bersamaan dengan secara perlahan
mengaspirasi udara pada cuff (biasanya 5 cc). Mengamati adanya kesulitan
bernafas.
22. Mengatur kembali posisi klien, memasang pengaman tempat tidur, dan atur kembali
ketinggian tempat tidur.
23. Merapihkan peralatan.
24. Melepaskan handscoen dan mencuci tangan.
25. Mengevaluasi keadaan/respon pasien setelah perawatan trakeostomi.
26. Melakukan dokumentasi.
 KEKURANGAN PADA VIDEO
1. Tidak menjelaskan prosedur tindakan pada pasien
2. Tidak mencuci tangan 6 langkah dan tidak menggunakan sarung tangan
3. Tidak menggunakan masker
4. Tidak memposisikan pasien pada posisi yang nyaman dan tidak menutup sampiran
untuk menjaga privasi pasien
5. Tidak mendekatkan alat dan bahan di dekat pasien
6. Tidak menentukan panjang tali trakeostomi
7. Tidak melakukan prosedur penghisapan

Anda mungkin juga menyukai