Disusun Oleh :
Rifky Ananda Maghribi 14.A1.0096
Aditya Yudi Dharma 15.A1.0087
Helmy Mahas D 16.A1.0107
Thomas Arfendo B 16.A1.0031
Stella Dwi Wahyuni W 16.A1.0035
Gabriella Arinta P 16.A1.0160
Dosen Koordinator :
Ir. Riandy Tarigan, MT
NIDN : 0629056402
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
3
Gambar 1.29 Peta BWK Semarang ...................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 1.30 Batas Wilayah Tapak ....................................................................................39
Gambar 1.31 Batas Barat Tapak ....................................................................................39
Gambar 1.32 Batas Timur Tapak ....................................................................................39
Gambar 1.33 Batas SelatanTapak ..................................................................................40
Gambar 1.34 Batas Utara Tapak ....................................................................................40
Gambar 1.35 Vegetasi Tapak ..........................................................................................40
Gambar 1.36Bekas Penebangan Pohon ..........................................................................40
Gambar 1.37 Lampu Jaln dan Kondisi Aspal Jalan ..........................................................41
Gambar 1.38Halte Bus ....................................................................................................41
Gambar 1.39 Drainase....................................................................................................41
Gambar 1.40 Tiang Listrik ................................................................................................41
Gambar 2. 1 Rumah Tradisional Jepang..........................................................................43
Gambar 2. 2 penerapan peredan suara ...........................................................................45
Gambar 2. 3 Penghawaan Alami .....................................................................................46
Gambar 2. 4 Tinggi dan Lebar Cahaya Efektif .................................................................47
Gambar 2. 5 Sumber Cahaya Alami ................................................................................47
Gambar 2. 6 Jaringan Air Bersih ......................................................................................48
Gambar 2. 7 Jaringan Air Bersih ......................................................................................49
4
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
melimpahkan anugerah dan memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan Proposal
Perancangan Arsitektur yang berjudul ‘Panti Wredha’. Proposal ini disusun untuk
memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studio Pemrograman,
Perencanaan dan Perancangan (PPPA) Bangunan Desain Tematik bagi para Mahasiswa
dari Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik Soegijapranata.
Proposal Perancangan merupakan salah satu upaya dalam memberi pengetahuan dan
informasi mengenai Panti Wredha beserta fungsi dan aturan yang ada di dalamnya.
Selain itu Proposal juga menjadi dasar dan pengajuan awal saat akan membahas Panti
Werdha.
Dikesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak terkait dengan
pembuatan Proposal yang telah memberi dukungan serta arahan dan bimbingan dalam
pembuatan Laporan. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada :
1. Ir. Riyandi Tarigan, MT selaku Dosen Koordinator Mata Kuliah SPA Desain
Tematik
2. MD. Nestri Kiswari, MT, MSc selaku Ketua Program Studi Fakultas Arsitektur dan
Desain Unika Soegijapranata
3. Teman – teman kelompok yang telah bekerja sama dalam pembuatan proposal
perancangan ini
4. Seluruh mahasiswa Arsitektur yang telah membantu dan mendukung pembuatan
Proposal Perancangan Desain Tematik
5. Orangtua yang selalu mendukung pembuatan Proposal Perancangan Desain
Tematik ini
Susunan Proposal Perancangan ini sudah dibuat dengan sebaik- baiknya, namun tentu
masih banyak kekurangan. Oleh karena ini jika ada kritik atau saran apapun yang sifatnya
membangun bagi penulis, dengan senang hati akan penulis terima.
5
BAB I
PENDAHULUAN
Pada era modern serba cepat ini membuat masyarakat kategori umur dewasa
memiliki waktu yang minim dalam hal merawat dan menjaga orang tuanya yang telah
lanjut usia karena sibuk bekerja dan aktivitas lainnya sehinggi minim perhatian yang
diberikan. Kurangnya perhatian yang diberikan terhadap orang tuanya menyebabkan
ketidak tahuaan anak terhadap penurunan atau pelemahan fisik dan psikologis sehingga
seringkali anak yang telah dewasa ini biasanya memilih untuk menyewa perawat untuk
orang tua mereka atau menitipkannya ke panti jompo.
Dari data Kementrian Kesehatan 2017 menunjukkan penduduk lanjut usia (>60 tahun)
di Jawa Tengah mencapai 12,59 persendari 34 juta total penduduk. Jumlah tersebut
merupakan yang tertinggi kedua setelah Yogyakarta (13,81 persen), populasi penduduk
lansia di Indonesia sendiri terus meningkat dari 8,5 persen pada 2015 meningkat 9,03
persen atau 23,66 juta jiwa pada 2017. Hal tersebut menunjukkan pentingnya peran panti
jompo di era modern ini, oleh karena itu aspek-aspek fasilatas,kenyamanan,keamanan
dalam merancang panti jompo sangat diperlukan.
Dari hal tersebut menjadi latar belakang untuk mengetahui fungsi dan tujuan dari Panti
Jompo pada lingkungan masyarakat serta mengetahui kegiatan, aktivitas, fasiliatas yang
ada didalamnya untuk miningkatkan kenyamanan dan keamanan penggunannya.Seiring
dengan perkembangan, masyarakat sudah mengenal adanya Panti Werdha atau yang
biasa disebut dengan Panti Jompo. Tempat ini merupakan rumah dari lansia yang
sebagian besar tidak ada yang merawatnya.
6
1.2 Isu Permasalahan
Isu permasalahan dalam proyek Panti Werdha ini adalah pemanfaatan lingkungan
eksternal alami yang berada di kawasan lingkungan hutan, sehingga terjalin keterkaitan
(interlocking) antara kondisi pengguna.
3. Mengetahui dimensi ruang yang nyaman dan fasilitas yang dibutuhkan dalam
perancangan Panti Werdha.
7
lingkungan hutan sebagai interlocking antara kondisi pengguna. Manfaat praktis dari
pembahasan Panti Wredha adalah :
8
BAB II
GAMBARAN UMUM
9
2. Sebagai wadah para lansia dirawat dan dilayani dengan baik
3. Sebagai tempat para lansia untuk beriteraksi dan mendapat hiburan dengan
sesama atau komunitasnya
4. Sebagai sarana pengambangan sosial bagi para lansia agar merasa
diperhatikan dan hidupnya lebih bermakna.
B. Tujuan
Tujuan utama Panti Wredha atau Panti Jompo adalah sebuah tempat
untuk menampung manusia lanjut usia (manula) dalam kondisi sehat yang tidak
memiliki tempat tinggal maupun yang memiliki keluarga namun dititipkan dengan
alasan ekonomi dan sebagainya. Di tempat ini, para lanjut usia (lansia) akan
dirawat, dibimbing dan dihibur supaya di hari tuanya mereka merasa
bahagia.Tujuan Utama Panti Wredha menurut Departemen Sosial RI, 1997 adalah
sebagai berikut :
1. Agar kebutuhan hidup para lansia dapat terpenuhi dengan baik
2. Agar para lansia terpenuhi dalam keadaan lahir batin di hari tuanya
3. Dapat melalui hari tua dengan sehat dan mandiri
1. Lansia
Lansia dikelompokkan berdasar produktifitas yang dimiliki yaitu Tipe Mandiri, Tipe
Semi Mandiri dan Tipe Non Mandiri.
a. Lansia Tipe Mandiri masih dikatakan memiliki potensi dan produktifitas yang
cukup baik, artinya lansia masih bisa melakukan aktifitas sehari – hari sendiri
dan masih dapat berkarya, masih dapat berintraksi dengan baik antar sesama
lansia maupun pengelola panti.
b. Lansia Tipe Semi Mandiri adalah lansia yang masih dapat melakukan aktifitas
sehari – hari sendiri, hanya memerlukan bantuan dalam beberapa hal misal
mandi, mencuci, berjalan – jalan, selain itu lansia ini sudah mulai memiliki
kesehatan yang kurang baik misal pada penglihatan dan pendengaran oleh
karena itu dibutuhkan pengawasan, adapula lansia semi mandiri yang
menggunakan alat bantu dalam mobilitasnya seperti tongkat atau kursi roda.
10
c. Lansia Tipe Non Mandiri dapat dikatakan sebagai lansia yang non potensial
atau non produkrif, artinya lansia sudah tidak dapat melakukan aktifitas
apapun secara mandiri karena itu dibutuhkan tenaga pendamping dan
perawatan dalam 24jam, seluruh aktifitas lansia non produktif mayoritas
dilakukan di dalam ruangan tidur masing – masing agar memudahkan
mobilitas, lansia ini biasanya rawan terhadap penyakit.
2. Dokter dan Perawat
3. Pembina Kegiatan Sosial dan Penunjang
4. Staff Pengelola Panti Wreda
1. Kegiatan Staff
a. Memantau dan menjaga para lansia
b. Merawat dan membantu para lansia dalam memenuhi kebutuhannya
c. Memeriksa kesehatan para lansia secara rutin
d. Menyediakan kebutuhan dasar para lansia seperti sandangan, pangan dan
papan
e. Mengurus dan merawat panti beserta dengan kebutuhannya
f. Menyediakan kebutuhan informasi, edukasi serta kebutuhan rasa aman bagi
para lansia
g. Memastikan manula tetap berperan aktif dengan mengadakan program –
program di dalam Panti Wredha
2. Kegiatan Manula
a. Bersosialisasi dengan sesama lansia maupun staff
b. Melakukan aktifitas keseharian seperti menerima pangan, mencuci pakaian
dan menjemur
c. Melakukan aktifitas fisik seperti berjalan – jalan dan olahraga ringan
d. Menjaga kebersihan dan kerapian kamar masing – masing lansia
e. Mengikuti aktifitas keterampilan dan kesenian serta berbagai macam program
yang diadakan oleh panti
11
2.1.5Jenis Fasilitas Panti Wredha
Menurut Lafisya (2014:22), Jenis fasilitas Panti Wredha adalah :
1. Fasilitas Lansia
Fasilitas lansia terdiri dari Ruang Tidur dengan Kamar Mandi, Ruang Hiburan,
Poliklinik, Area Berkumpul dan Area Makan. Berikut adalah penjelasannya :
a. Ruang Tidur dengan Kamar Mandi
Ruang tidur pada Panti Wredha umunya berdifat residen yang terdiri dari satu
sampai dua orang penghuni dengan tujuan menjaga privasi. Tipe ruang tidur
pada Panti Wredha antara lain :
o Single Resident Bedroom
Lay out ruangan didesain untuk satu orang penghuni dengan kamar
mandi di dalamnya.
12
o Double Resident Bedroom
Lay out ruangan didesain untuk didesain untuk dua orang penghuni
dengan kamar mandi di dalamnya.
13
b. Ruang Hiburan
Ruang hiburan merupakan tempat bagi para lansia melakukan aktifitas –
aktifitas hiburan seperti membaca di perpustakaan, membuat kerajinan tangan,
menonton film atau berolahraga di pusat kebugaran.
c. Ruang Poliklinik
Ruang poliklinik merupakan tempat bagi para lansia melakukan perawatan
yang berhubungan dengan kesehatan, misal melakukan konsultasi dokter,
check up, rehabilitasi dan sebagainya.
d. Area Berkumpul
Area berkumpul merupakan area bagi para lansia untuk berkumpul dan
bersosialisasi dengan sesama lansia maupun dengan para staff. Area ini
dirancang dengan mempertimbangkan kenyamanan, kemudahan, kesehatan,
keselamatan dan keamanan bagi para lansia saat beraktifitas. Area berkumpul
dapat berbentuk ruang keluarga untuk membuat kesan akrab. Kegiatan yang
dapat dilakukan di ruang berkumpul yaitu membaca, mengobrol, menonton,
menerima tamu dan sebagainya.
14
e. Area Makan
Area makan merupakan area fleksibel yang apat mengakomodasi kapasitas
maksimal dari penghuni Panti Wredha. Area makan dibuat dengan
memperhatikan kenyamanan, kemudahan, kesehatan, keselamatan dan
keamanan bagi para lansia. Selain itu ruang makan ini harus dekat dengan
dapur dan sebaiknya terdapat beberapa alternatif kapasitas meja.
15
ruang operasional dan sebagainya. Ruangan in merupakan salah satu fasilitas
utama yang seharusnya mudah ditemukan pengunjung saat memasuki area Panti
Wredha.
4. Fasilitas Dokter
Fasilitas dokter yang terdapat di dalam Panti Wredha antara lain adalah ruang
periksa atau konsultasi, ruang praktik dokter dan ruang racik obat. Pada fasilitas
ini, dokter dan perawat akan memberikan perawatan kepada para lansia yang
berada di dalam Panti Wredha secara berkala. Fasilitas ini termasuk ke dalam
failitas yang membutuhkan perawatan khusus karena pada masing – masing
ruangan harus steril dan tidak terlalu banyak cahaya matahari yang masuk
terutama di area racik obat.
5. Failitas Tamu
Fasilitas tamu adalah fasilitas yang wajib ada di sebuah Panti Wredha karena
ruangan ini berfungsi sebagai tempat interaksi atau kunjungan yang dilakukan
oleh keluarga atau kerabat untuk menjenguk para lansia yang dititipkan.
16
2.1.6 Persyaratan Umum dan Khusus Panti Wredha
A. Persyaratan Umum
Berdasarkan Benbow dalam Best Practive Design (2014), terdapat beberapa
persyaratan yang diterapkan dalam perancangan sebuah fasilitas untuk menampung
manusia lanjut usia (manula). Persyaratan ini merupakan metodologi untuk
mengembangkan program yang berfungsi untuk menganalisa desain fasilitas unruk
menampung para lansia dengan menekankan efektifitas dan efisiensi. Beberapa
persyaratan ini sudah diterapkan pada perancangan Panti Wredha dibeberapa negara
antara lain Australia, Amerika, Eropa dan Kanada. Persyaratan umum tersebut antara
lain:
1. Ruang Residen
Ruang tidur lansia harus berupa ruangan perorangan, biasanya diisi oleh satu
atau dua lansia per kamarnya. Pada kamar harus terdapat kamar mandi untuk
mempermudah mobilitas dan menjaga privasi lansia. Standar ini menunjukan
bahwa ruang perorangan akan membantu meningkatkan kualitas perawatan,
meningkatkan kontrol terhadap infeksi dan meningkatkan fleksibilitas dalam
operasional. Sebagian besar lansia lebih senang jika menempati ruang
perorangan karena privasi lebih terjaga dan tingkat gangguan lebih rendah.
17
2. Kamar Mandi
Pada ruang tidur harus terdapat kamar mandi yang dilengkapi dengan toilet
duduk, wastafel dan shower. Kamar mandi yang berada di dalam bertujuan
memudahkan pencapaian para lansia, memberikan privasi dan mengurangi resiko
penularan penyakit. Desain kamar mandi harus memperhatikan kebutuhan para
lansia yang menggunakan tongkat maupun kursi roda.
18
Gambar 1.9 Standart Ruang Gerak
3. Denah
Perancangan dalam membuat denah Panti Wredha harus mempertimbangkan
efektifitas dan efisiensi fungsi ruang. Sebuat Panti Wredha harus memiliki denah
yang meminimalkan adanya koridor atau lorong – lorong yang panjang.
Pengelompokan aktifitasnya dilakukan secara sentral dengan tujuan
mempermudah pengawasan, peletakan ruangan yang bersifat privat dibuat
terpisah dengan ruangan publik. Supaya berfungsi dengan optimal, ruang tidur
harus diletakkan dekat dengan halaman luar supaya memudahkan pencapaian
para lansia saat aktifitas pagi dan adanya bukaan untuk masuknya sinar matahari
19
pagi. Di dalam kamar tidur yang berisi satu hingga dua orang terdapat kamar
mandi untuk menjaga privasi lansia di dalamnya.
Sumber : id.pinterest.com
4. Aksesibilitas
Saat mendesain Panti Wredha harus memperhatikan kebutuhan penggunanya
terutama para lansia yang menggunakan tongkat maupun kursi roda dalam
aktifitas sehari – harinya. Yang perlu di perhatikan antara lain luas kamar, lebar
koridor, lebar pintu, tinggi wastafel, ketinggian ram saat ada perbedaan ketinggian,
adanya alat perpindahan seperi elevator serta berbagai macam alat bantu lainnya
seperti ralling, tombol bantuan dan sebagainya.
20
Gambar 1.11 Ukuran Minimum Disabilitas
5. Petunjuk Jalan
Dalam mendesain Panti Wredha yang baik harus memudahkan penggunanya
antara lain ruang – ruang yang ada di dalam panti harus mudah dalam
pencapaiannya dan mudah untuk ditemukan dengan adanya petunjuk jalan atau
sign system. Selain itu, petunjuk jalan juga digunakan untuk mempermudah lansia
dalam menemukan jalan di area panti. Petunjuk ini dapat berupa denah yang
sederhana, koridor yang pendek dan sederhahan, akses visual yang terlihat
langsung, nama dan foto lansia penghuni kamar tidur, penggunaan gambar pada
petunjuk jalan, penggunaan huruf dan warna kontras dalam petunjuk jalan,
peletakan petujunjuk jalan lebih rendah menyesuaikan tinggi dari lansia agar
mudah ditemukan (90-130cm).
21
Gambar 1.12 Rambu Petunjuk Arah Disabilitas
Sumber : manajemenrumahsakit.net
Sumber : zakariyaarif.web.ugm.ac.id
6. Pencahayaan
Saat mendesain Panti Wreda harus memperhatikan sistem pencahayaan,
terutama cahaya alami dengan tujuan mengoptimalkan cahaya matahari yang
masuk ke ruangan guna membunuh bakteri dan menguatkan tulang. Selain itu
22
studi menunjukan bahwa mata lansia akan mengalami penebalan lensa dan
pengecilan ukuran pupil sehingga mereka keseulitan mengangkan cahaya dan
melihat dengan normal. Standart pencahayaan bagi lansia dapat lima kali lebih
besar dari standar pencahayaan untuk orang – orang normal, pertimbangan akan
hal ini sangat penting bagi keamanan dan kenyamanan para lansia. Selain
pencahayaan alami, digunakan pula pencahayaan buatan untuk membantuk
aktifitas lansia di dalam ruang yaitu sebesar 320 – 750 lux. Pencahayaan buatan
ini umumnya ada di semua ruang seperti kamar tidur, kamar mandi, area
berkumpul, area hiburan dan sebagainya.
Sumber : kajianpustaka.com
7. Kebisingan
Sumber bising dapat dibedakan berdasar aktivitas proses pembangunan, sifat dan
sumber suara (Subaris, H dan Karyono 2008). Kebisingan (niose) telah menjadi
aspek yang berpengaruh di lingkungan kerja dan komunitas kehidupan yang
sering disebut dengan polusi suara yang dapat membahayakan kesehatan. Selain
itu bila kebisingan suara pada amplitudo tertentu akan mengganggu pendengaran
(Bridger,2005).
23
sebagai faktor penyebab stroke dan alzheimer pada lansia. Menurut World Health
Organization (1999), level kebisingan dalam Panti Wredha pada siang hari tidak
boleh lebih dari 35dB dan pada malam hari tidak boleh lebih dari 30dB.
8. Desain Berkelanjutan
Pada hakekatnya, pembangunan yang dilaksanakan haruslah pembangunna yang
berkelanjutan. Artinya walaupun aktifitas manusia memanfaatkan seluruh Sumber
Daya Alam (SDA) guna meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan, tetaplah
harus memelihara keseimbangan antara lingkungan alami dan lingkungan buatan
sehingga keduanya memiliki interaksi maupun interdependensi yang selaras dan
seimbang. Sistem pembangunan yang berwawasan lingkungan dapat dikontrol
dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju.
Penggunaan peralatan hasil teknologi diarahkan untuk tidak merusak lingkungan
alam yang bersifat ‘Teknologi Bersih’ dan mengutamakan sistem daur ulang.
Arah untuk menjadikan produk ramah lingkungan dan menekan biaya eksternal
akibat produksi tersebut harus menjadi orientasi bagi usaha pemanfaatan SDA
oleh masyarakat. Dengan prinsip berkelanjutan, pengelolaan SDA dan lingkungan
hutan tempat akan didirikannya Panti Wredha perlu disusun dalam arah strategis
untuk menyelamatkan aset lingkungan hidup bagi generasi mendatang agar
keseimbangan tetap terjaga dan tidak mengurangi potensi keanekaragaman di
alam.
9. Taman
Taman adalah sebidang tanah lahan berpagar yang digunakan untuk mendapat
kegembiraan dan kenyamanan (Laurie, 1986). Taman mempunyai fungsi ekologis
dan fungsi sosial. Fungsi ekolofis taman adalah sebagai penghasil oksigen,
menfilter debu polusi dan asap kendaraan, tempat penyimpanan air tanah,
peredam kebisingan dan pelestarian lingkungan ekosistem. Fungsi Sosial taman
adalah sebagai tempat berinteraksi, sebagai sarana olahraga dan menambah
estetika lingkungan.Sebagaian besar Panti Wredha di negara maju terletak di
pinggir kota dengan pemandangan yang baiki. Para lansia dianjurkan untuk
menikmati keindahan alam karena berpengaruh pada psikologus lansia.
24
10. Dekorasi
Untuk menyediakan suasana lingkungan yang aman dan nyaman, Panti Wredah
yang baik perlu mendukung kemampuan lansia dalam melakukan aktifitas sehari –
hari. Dekorasi yang digunakan akan mendukung secara psikologis lansia dalam
melakukan suatu hal. Dekorasi yang ada pada Panti Wredha hendaknya tidak
berlebihan karena menyesuaikan pelaku yang ada di dalamnya, mereka tidak
terlalu butuh adanya dekorasi yang mewah dan berlebihan tetapi lebih kepada
pelayanan dan kenyamanan di dalam panti.
Contoh dekorasi yang fungsional adalah pada pemberian sign system atau
petunjuk arah. Sign system ini dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tetapi
tetap memperhatikan fungsional dan kemudahan pada lansia untuk menemukan
dan membacanya.
1. Aspek Fisiologis
25
gangguan/kurangnya dalam pendengaran serta radang persendian yang dapat
mengakibatkan lansia lebih mudah jatuh atau cedera. Penurunan kadar kalsium
pada tulang, seiring dengan proses penuaan, juga dapat meningkatkan resiko
lansia mengalami patah tulang. Permasalahan fisik ini menyebabkan angka
kecelakaan yang tinggi pada lansia.
c. Aksesibilitas dan fungsi, tata letak dan aksesibilitas merupakan syarat mendasar
untuk lingkungan yang fungsional. Aksesibilitas adalah kendala untuk memperoleh
serta menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas bagi lanjut usia untuk
memperlancar mobilitas mereka. Adanya handrail pada koridor dan area yang lain
dapat membantu lansia dalam berjalan dan beraktivitas layakanya mereka dapat
melakukan segala hal tanpa bantuan. Sedangkan ramp dapat mempermudah
aksesibilitas bagi para lansia yang menggunakan kursi roda.
26
2. Aspek Psikologis
a. Privasi, yaitu kesempatan bagi lansia untuk mendapat ruang/ tempat untuk
mengasingkan diri dari orang lain atau pengawasan orang lain sehingga bebas
dari gangguan yang tidak dikenal. Auditory privacy merupakan poin penting yang
harus diperhatikan.
b. Interaksi sosial, yaitu kesempatan untuk melakukan interaksi serta bertukar pikiran
dengan lingkungan sekitar (sosial). Salah satu alasan penting dimana kegiatan
melakukan pengelompokkan ini berdasarkan unsur lansia di Panti Wredha adalah
untuk mendorong adanya pertukaran informasi, aktivitas rekreasi, berdiskusi dan
meningkatkan pertemanan. Interaksi sosial mengurangi terjadinya depresi pada
lansia dengan memberikan lansia kesempatan untuk berbagi masalah(bercerita),
mengutarakan pengalaman hidup dan kehidupan sehari-hari mereka.
27
f. Ketidak-asingan/ keakraban, lingkungan yang aman dan nyaman secara tidak
langsung dapat memberikan perasaan akrab pada lansia terhadap lingkungannya.
Tinggal dalam lingkungan rumah yang baru adalah pengalaman yang
membingungkan untuk sebagian lansia. Menciptakan keakraban dengan para
lansia dengan melalui lingkungan baru dapat mengurangi kebingungan karena
perubahan yang ada.
28
Gambar 1.15 Nursing Home Building
Intisari dari bangunan ini adalah bagiamana cara arsitek, Gartner, menyesuaikan
gaya bangunan dengan lokasinya. Site yang terletak pada kawasan perdesaan
dimana, sehingga fasad dibuat sederhana menyesuaikan dengan kawasan desa
tersebut. Pintu masuk bersama lobby terletak di lantai pertama, di mana semua
fungsi publik, seperti home family, kafe, aula, kapel, dan beragam kegiatan
administrasi berada.
29
Gambar 1.17 Denah lantai 1
Dalam fungsi sebagai tempat tinggal lansia, keamanan adalah hal yang perlu
diperhatikan terutama pada ruang-ruang privat seperti kamar tidur dan kamar
mandi. Terdapat sebuah ventilasi besar berada pada bagian atasnya tiap kamar
mandi, Hal ini bertujuan selain sebagai ventilasi, juga untuk pertolongan terhadap
lansia yang mengalami kondisi darurat di saat berada di kamar mandi.
30
Gambar 1.19 Kamar Tidur
Ruang Kamar yang dikhususkan untuk lansia dibuat dengan furniture yang ringan,
tidak gampang rusak, lunak, dengan warna santai (alam).Pencahayaan dari lampu
juga diminimalkan, terutama pada pagi hari dimana cahaya matahari adalah
komponen utama yang baik untuk para lansia (dari segi kesehatan).Terdaoat
beberapa hand railing sebagai keamanan di tiap titik pergerakan lansia.
31
Gambar 1.20 Denah lantai 2
32
Gambar 1.22 Ruang sharing (berkumpul)
Interaksi antara ruang dalam dan ruang luar dapat menimbulkan kesan ‘tak
terkurung’ bagi para lansia dengan segala problematika umur. Permainan
keseimbangan antara ruang positif (terbuka) dan ruang negative (tertutup)
sangatlah penting. Koridor dijadikan sebagai elemen komunikasi antara manusia-
alam.
Fungsi :
Secara fungsi, Panti Werdha Nursing Home karya Gartner Neururer ini berfungsi
untuk merawat lansia golongan bedrest dengan beberapa harus mendapat
perhatian khusus (platinum).Lansia dengan perhatian khusus cenderung
ditempatkan pada bagian kamar di lantai paling bawah, melihat segala resiko dan
kemudahan akses bila dijenguk.
Beberapa fungsi lain yang ada di bangunan ini adalah adanya fungsi sharing dan
therapy pada lansia golongan mandiri (masih kuat beraktivitas) yang dipusatkan
dibagian lantai 2 bangunan.
Bentuk :
33
Gambar 1.23 Ilustrasi perancangan bentuk
Sumber : pinterest
Bangunan seperti panti werdha hanya memiliki beberapa fungsi, yang paling
pokok adalah tempat penginapan.Dimana harus ada keterkaitan antara tiap
ruangan dengan koridor – koridor dengan hall – hall dengan ruangan luar.Bentuk
pesegi dengan sistem sirkulasi linear adalah hal yang cocok. Dikarenakan dalam
sirkulasi nantinya koridor dan ruang luar dapat dijadikan elemen utama terhadap
psikis lansia terhadap lingkungan sekitar.
34
Gambar 1.25 Section A
Karena memiliki site yang berdekatan dengan pedesaan, maka material façade pun mau
tak mau harus mengikuti supaya meningkatkan visualisasi yang mendalam dari bangunan
itu sendiri.Salah satu yang paling dionjolkan adalah material uni-board sejenis conwood
sebagai sun shading bagian luar dinding bangunan Nursing Home ini.
35
Gambar 1.28 Material façade bangunan
36
2.3 Gambaran Umum Lokasi
Berada pada kota Semarang sebagai ibu kota provinsi Jawa Tengahdan mengambil
lokasi di Jl. Tinjomoyo, Sukorejo, Gunung Pati, Kota Semarang , Jawa Tengah 50221.
Daerah ini masuk dalam kecamatan Banyumanik yang termasuk BWK VII (Perda
Semarang No.14 Tahun 2011).
Lokasi Panti Werdha ini berada di jalan kolektor sekunderpada Jl. Tinjomoyo,
Sukorejo, Gunung Pati, Kota Semarang , Jawa Tengah. Tapak ini memiliki luas lahan
±5.000m2 Area tapak berada ditengah hutan tinjomoyo yang dikelilingi vegetasi-
vegetasi yang masih terjaga dan berada ± 1 km dari Jl. Pawiyatan Luhur.
KDB untuk bangunan pelayanan umum pada jalan Kolektor Sekunder 40%
KLB untuk fungsi bangunan pelayanan umum pada jalan Kolektor Sekunder 0,8
dengan maksimal 2 lantai
37
Gambar 1.30 Batas Wilayah Tapak
Sumber :Google Maps 2019
1. Bangunan sekitar
Pada sekitar tapak tidak terdapat bangunan hanya fasilitas berkumpul pada barat
ya tapak dan peohonan serta vegetasi lainnya melingkupi tapak dan terdapat
rumah warga rt 8 sukorejo pada selatan tapak yang berjarak ±200 meter dari
tapak dan bangunan penunjang kawasan hutan wisata tinjomoyo pada utara tapak
yang berjarak ±250 meter.
Gambar 1.31. Batasa Barat Tapak Gambar 1.32. Batasa Timur Tapak
Sumber :Dokumentasi Pribadi 2019 Sumber :Dokumentasi Pribadi 2019
38
Gambar 1.33. Batasa Selatan Tapak Gambar 1.34. Batasa Utara Tapak
2. Vegetasi
39
3. Sarana Prasarana dan fasilitas umum
Akses jalan utama berada di Jl. Tinjomoyo bermaterial aspal dengan lebar jalan ±
4 meter yang merupakan jalan Kolektif Sekunder dua arah dan dapat dilewati
mobil dan biasanya digunakan akses oleh warga permukiman sekitar tapak dan
terdapat lampu jalan untuk menerangi pada malam hari disepanjang jalan
Tinjomoyo. Terdapat pula Halte Bus pada Jl. Pawiyatan Luhur yang berjarak ± 1
km
4. Utilitas
Drainase pada area tapak ini berada pada utara dengan lebar ± 3 meter
namun kondisi sungai ini sering kekeringan ketika musim kemarau. Terdapat tiang
listrik pada timur tapak dan disepanjang Jl. Tinjomoyo.
40
5. Klimatologis
Suhu pada sekitar tapak berkisar 28°-31° pada pagi hari dan 24°-26° pada malam
harimasuk kategori nyaman optimal pada malam dan hangattidak nyaman pada siang
hari (SNI-14-1993-03), Angin berhembus pelan dengan kecepatan rata-rata 10 km/j dari
arah timur Tingkat kelembapan rata-rata 59% masuk kategori sehat (MENKES, 1998).
Kebisingan pada sekitar tapak 48-52 dB
41
BAB III
PEMROGRAMAN
Setiap kegiatan di dalam Panti Wredha membutuhkan ruang sebagai tempat untuk
melakukan kegiatan. Disini terjadi hubungan timbal balik antara kegiatam demgan
ruang. Kegiatan tanpa ruang akan berakibat kegiatan tidak dapat dilakukan secara
optimal, sebaliknya jika ruang tanpa kegiatan akan berakibat ruang menjadi tidak
berfungsi (junk space).
Jenis ruang dibedakan berdasar pelaku kegiatan yaitu penghuni, pengelola dan
pengunjung.
42
Staff Potong Rambut
Rias
Lansia Membuat Kerajinan Ruang Kerajinan
Staff Berinteraksi
Lansia Olahraga Ringan
Staff Berinteraksi
Lansia Jasa Cuci Baju Laundry
Staff Jemur dan Setrika
Baju
Lansia Berinteraksi Aula
Staff Bermain
Pengunjung Sholat Mushola
Staff dan
Karyawan
Lansia Wudhu Tempat Wudhu
Pengunjung
Staff dan
Karyawan
Pengunjung BAK/ BAB Kamar Mandi Umum
Staff dan
Karyawan
Kepala Bagian Mengontrol Kegiatan Ruang Kepala
Panti
Staff Kesehatan Memeriksa Ruang Staff Kesehatan
Kesehatan Lansia
Staff Administrasi Memeriksa dan Ruang Staff Administrasi
mengatur keuangan
Staff Kebersihan Merawat dan Ruang Staff Kebersihan
menjaga kebersihan
di area panti
Staff Keamanan Memantau CCTV Ruang Staff Keamanan
Berkeliling untuk
menjaga keamanan
panti
43
Staff dan Menyimpan barang Gudang
Karyawan yang akan
digunakan kembali
44
DAFTAR PUSTAKA
https://ayodiamahardika.wordpress.com/2013/11/09/prinsip-prinsip-ilmu-
ekologi-dalam-arsitektur/
http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/12663/1/WAHDANIAR%2C%20pdf.pdfdiakses pada tanggal 3
September 2019
http://www.yankes.kemkes.go.id/read-masalah-kesehatan-pada-lansia-
4884.htmldiakses pada tanggal 4 September 2019
45
46