02 Materi Sejarah

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 40

Zaman Kerajaan & Penjajahan

Indonesia mulai berkembang pada zaman kerajaan Hindu-Buddha berkat hubungan dagang dengan
negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tiongkok, dan wilayah Timur Tengah.
Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal tarikh Masehi, dibawa oleh para musafir
dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau
Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahyien. Agama Budha
disebarluaskan ke Indonesia oleh para bhiksu yakni Darmaduta, pada abad 5M, sedangkan mengenai
pembawa agama Hindu ke Indonesia terdapat 4 teori sebagai berikut : Teori ksatria (masuknya agama
Hindu disebarkan oleh para ksatria) Teori waisya (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
pedagang yang berkasta waisya) Teori brahmana (masuknya agama Hindu disebarkan oleh para
brahmana). Teori campuran (masuknya agama Hindu disebarkan oleh ksatria, brahmana, maupun
waisya)

Kerajaan Hindu - Buddha Kerajaan Kutai (Hindu, Abad ke-4 M)


1. Pendiri : Kudungga

2. Raja : a. Asmawarman b. Mulawarman

3. Sejarah: Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti
sejarah tertua. Berdiri sekitar abad ke-4. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur,
tepatnya di hulu sungai Mahakam. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di
Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga. Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7
Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa
mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang
disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang putra. Yang
paling terkemuka adalah Mulawarman.” Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan
Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur. Kerajaan kutai berakhir
saat raja kutai yang bernama maharaja dharma setia tewas dalam peperangan di tangan raja kutai
kartanegara ke-13, aji pangeran anum panji mendapa.

Kerajaan Tarumanegara (HinduTahun 358 – 669 M) Tarumanagara atau Kerajaan Taruma


adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah barat pulau Jawa pada abad ke-4 hingga
abad ke-7 M.

1. Sumber : berita cina, i-tsing dan hui ning

2. Sejarah : Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358,
yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman
adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia
memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).

3. Prasasti : i. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi
milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor ii. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu,
Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut
isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati
sepanjang 6112 tombak atau 12km oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa
pemerintahannya.Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam
berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi
pada musim kemarau. iii. Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, ditemukan di aliran Sungai
Cidanghiyang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi
pujian kepada Raja Purnawarman. iv. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor v. Prasasti Muara Cianten,
Ciampea, Bogor vi. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor vii. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor

Kerajaan Sriwijaya (Budha, Tahun 683 – 700 M)


1. Sumber : Berita Arab (Zabag, Sabay, Sribusa), Berita India, Berita Cina (I-Tsin), Candi Muara Takus

2. Raja a. Dapunta Hyang / Sri Jayanasa b. Balaputeradewa, masa Puncak kejayaan Sriwijaya.
Balaputeradewa merupakan anak dari Raja Kerajaan Mataram Lama, Samaratungga namun
dikalahkan oleh Pramoewardhani yang dibantu oleh Raka I pikatan. c. Sanggrama Wijayatumangan 3.
Prasasti, menggunakan bahasa Melayu Kuno

i. Kedukan Bukit, tentang Dapunta Hyang yang menduduki Jambi

ii. Telaga Batu, tentang kutukan Raja-Raja

iii. Talang Tuwo, tentang pembuatan taman srikestra

iv. Kota Kapur, tentang penaklukan Bumi Jawa

v. Karang Berahi, tentang penguasaan terhadap Jambi

vi. Ligor

vii. Nalanda 4. Sebab Keruntuhan i. Serangan kerajaan Cholamandala dari India. Sri Sanggrama
Wijayatumangan ditahan ii. Pembangkangan Kerajaan Melayu iii. Berdirinya Kerajaan Majapahit
dengan ekspedisi Srimelayu. Sehingga perdagangan di Sriwijaya menurun

Kerajaan Mataram Lama (Tahun 730 M)


1. Dinasti Syailendra (Buddha)

1. Raja

i. Raja Bhanu, Raja Wisnu

ii. Raja Indra

iii. Raja Samaratungga, Raja Samaratungga adalah Raja yang membangun Borobudur, Mendut, Sewu.
Raja Samaratungga merajai Kerajaan Mataram Lama sehingga Kerajaan bercorak Buddha.

iv. Raja Balaputeradewa (anak dari Raja Samaratungga). Balaputeradewa tidak setuju atas pernikahan
Pramoerwadhani dengan Raka I Pikatan, sehingga mereka bertikai dan Balaputeradewa kalah
kemudian pergi ke kerajaan Sriwijaya.

v. Raja Pramoerwadhani (anak dari Raja Samaratungga)

2. Prasasti

i. Prasasti Kalasan

ii. Prasasti Kelurak

iii. Prasasti Ratu Boko

iv. Prasasti Nalanda


2. Dinasti Sanjaya (Hindu)

1. Raja

i. Sanjaya, terdaapat dalam Prasasti Canggal

ii. Rakai Panangkaran, terdapat dalam Prasasti Kalasan, Ia membangun Candi Kalasan yang bercorak
Buddha, disini terlihat Kerajaan Mataram Lama berada dibawah pengaruh Dinasti Syeilendra

iii. Raka I Pikatan, dalam kekuasaannya Hindu dan Buddha hidup berdampingan, dinasti syailendra
berada dibawah dinasti sanjaya. Di jaman ini, dibangun Candi Prambanan yang bercorak Hindu

iv. Dyah Balitung, puncak kerajaan mataram v. Mpu Sindok, Raja Terakhir Mataram lama. Ia
memindahkan kerajaan ke Jawa Timur dan memulai Kerajaan baru.

2. Prasasti

i. Prasasti Canggal

ii. Prasasti Balining

iii. Kitab Parahyangan

Kerajaan Medang Kamulan


1. Raja

a. Mpu Sindok, Sebagai pengganti Mataram Lama, Mpu sindok memindahkan kerajaan ke Jawa Timur
yang dikenal dengan Kerajaan Medang Kamulan dengan Dinasti Isana.

b. Dharmawangsa Teguh, di masanya dikenal Pralaya Medang, yang menyerang kerajaan Sriwijaya.
Namun Sriwijaya balas menyerang dan menghancurkan Medang Kamulan.

c. Airlangga, merupakan menantu dari Dharmawangsa Teguh. Airlangga memulihkan kembali nama
kerajaan dengan menaklukkan Kerajaan kecil. Hal ini terdapat pada Kitab Arjunawiwaha oleh Mpu
Kanwa. Setelah ini Kerajaan dibagi dua karena adanya perebutan antara Putra Airlangga (Mapanji) dan
Putra Dharmawangsa Teguh (Samarawijaya)

2. Kerajaan Janggala

a. Merupakan kerajaan hasil pembelahan dari Medang Kamulan. Dipimpin oleh Putra Airlangga,
Mapanji Garasakan.

b. Pada masa Raja Jayabaya (raja dari Kerajaan Panjalu / Kediri) Kerajaan Janggala ditaklukkan dan
dikuasai oleh Kerajaan Panjalu/Kediri

3. Kerajaan Kediri (Kerajaan Panjalu)

a. Merupakan kerajaan hasil pembelahan dari Medang Kamulan. Dipimpin oleh Putra Dharmawangsa,
Samarawijaya.

b. Raja

i. Samarawijaya

ii. Sri Bameswara


iii. Jayabaya, Kediri mencapai puncak kejayaan di Raja Jayabaya, karena pertentangan dengan
Kerajaan Janggala berhasil diselesaikan. Hal ini terdapat dalam Kitab Bharatayudha oleh Mpu Sedan
dan mpu Panuluh iv. Kertajaya, merupakan raja terakhir. Kertajaya dianggap melanggar agama oleh
para Brahmana. Brahmana pun meminta bantuan kepada Ken Arok. Kertajaya dikalahkan oleh Ken
Arok, dan runtuhlah kerajaan Kediri

c. Prasasti

i. Sirah Kering

ii. Ngantang

iii. Jarring

iv. Kamulan

Kerajaan Singhasari
Kerajaan Singhasari berasal dari sebuah daerah bernama Tumapel, setelah Ken Arok membunuh
Tunggul Ametung (pemimpin Tumapel), Ken Arok mendirikan kerajaan Singhasari.

1. Raja

a. Ken Arok, Ken Arok berakhir karena dibunuh oleh Anusapati, yang merupakan anak dari Tunggul
Ametung oleh Keris yang sama yang digunakan oleh Ken Arok untuk membunuh Tunggul Ametung

b. Anusapati, Anusapati mempunyai hobi menyabung ayam. Ia dibunuh oleh Tohjaya, anak dari Ken
Arok dan Ken Umang juga dengan keris yang sama. Dengan sebuah keris. Menurut Kitab pararaton
oleh Mpu Gandring. Peristiwa bunuh membunuh ini adalah sumpah dari Mpu Gandring yang juga
dibunuh oleh Ken Arok.

c. Tohjaya, Tohjaya pun mengalami hal yang sama, yaitu dibunuh oleh Wisnuwardhana yang
merupakan anak dari Anusapati.

d. Wisnuwardhana / Ranggawuni, bersama Mahisa Cempaka ia memerintah Kerajaan

e. Kertanegara, merupakan Raja terakhir Singhasari dan anak dari Wisnuwardhana. Ia mengirim
ekspedisi Pamalayu untuk menyerang Kerajaan Melayu dan Sriwijaya.

2. Keruntuhan Kerajaan Singhasari.

Adanya pemberontakan Jayakatwang (dari Kediri). Namun salah seorang panglima, Raden Wijaya
berhasil menyelamatkan diri. Disaat yang sama muncul Pasukan Mongol yang awalnya juga ingin
menghancurkan Singhasari, namun dengan tipu daya Raden Wijaya, pasukan mongol berhasil
membantunya mengalahkan Jayakatwang.

Kerajaan Majapahit Setelah mengalahkan Jayakatwang dan juga mengusir pasukan mongol, Raden
Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit

1. Raja

a. Raden Wijaya / Kertarajasa Jayawardhana, Raden Wijaya mempunyai empat istri. Didalam tubuh
kerajaan banyak pergolakan yang didalangi oleh mahapatinya karena ketidakpuasan jabatan.
b. Jayanegara, merupakan kemenakan dari Raden Wijaya. Dalam pergolakan, Jayanegara sempat
berseteru dengan Pasukan Kuti namun diselamatkan oleh Bhayangkara Gajah Mada. Namun setelah
itu Jayanegara dibunuh oleh Tanca, tabib Istana.

c. Tribhuanattunggadewi, juga merupakan anak dari Raden wijaya bersama istrinya, Gayatri. Pada saat
pemerintahannya, Gajah Mada diangkat menjadi patih dan bersumpah bahwa ia tidak akan berhenti
sampai nusantara bersatu dibawah panji majapahit, Sumpah ini dikenal dengan nama Sumpah Palapa.

d. Hayam Wuruk (Gelar : Sri Rajasanegara) pelopor jaman keemasan Majapahit. Namun keruntuhan
Majapahit juga disebabkan oleh Hayam Wuruk yang ingin memperistri Dyah Pitaloka (Kerajaan Sunda)
yang dikenal dengan peristiwa Bubat. Setelah Hayam Wuruk wafat, tidak ada lagi pemimpin yang
cakap dalam Majapahit, sehingga Majapahit runtuh.

2. Prasasti

a. Prasasti Butak

b. Kitab Harsawijya

c. Kitab Pararaton

d. Kitab Negarakertagama

Kerajaan Islam Setelah keraajaan-kerajaan Hindu-Buddha surut, mulai berdiri kerajaan-kerajaan


Islam di tanah air kita. Agama Islam mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-13 M. Agama dan
kebudayaan Islam masuk Indonesia melalui para pedagang yang berasal dari Arab, Persia, dan Gujarat
(India), dan Cina. Agama Islam berkembang dengan pesat di tanah air. Hal ini dapat dilihat dengan
berdirinya kerajaan-kerajaan Islam Berikut ini beberapa contoh kerajaan Islam yang pernah berdiri di
Indonesia.

Kerajaan Samudera Pasai


Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Letaknya di daerah Lhokseumawe,
pantai timur Aceh. Raja-rajanya adalah Sultan Malik as-Saleh, Sultan Muhammad yang bergelar Malik
Al-Tahir (1297-1326), Sultan Akhmad yang bergelar Malik Az Zahir (1326-1348) dan Zainal Abidin. Pada
pertengahan abad ke-15 Samudra Pasai mengalami kemunduran karena diserang oleh Kerajaan Aceh.

Kerajaan Aceh Kerajaan Aceh didirikan oleh Sultan Ibrahim pada tahun 1514. Aceh bekembang pesat
setelah Malaka dikuasai Portugis. Para pedagang Islam memindahkan kegiatan berdagang dari Malaka
ke Aceh. Aceh mencapai kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1635).
Karena menjadi pusat agama Islam, Aceh sering disebut Serambi Mekah.

Kerajaan Demak Kerajaan Demak terletak di pantai utara Jawa Tengah, didirikan Raden Patah pada
tahun 1478. Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Demak menjadi pusat kegiatan
Wali Songo. Raden Patah mempunyai putera bernama Adipati Unus yang mendapat julukan Pangeran
Sabrang Lor. Pada masa pemerintahan Sultan Trenggono, Demak menyerang Sunda Kelapa, Banten,
dan Cirebon. Ketiga daerah dapat direbut tahun 1526. Ketika menyerang Panarukan, Sultan Trenggono
tewas dalam pertempuran.

Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Agung. Beliau banyak berjasa dalam
bidang kebudayaan dan agama. Beliau mengarang Serat Sastra Gending yang berisi filsafat Jawa,
menciptakan penanggalan tahun Jawa, dan memadukan unsur Jawa dan Islam, seperti penggunaan
gamelan dalam perayaan Sekaten untuk memperingati Maulud Nabi.

Kerajaan Banten
Banten dikuasai Demak setelah direbut Falatehan. Kerajaan Banten dipimpin putra Falatehan yang
bernama Hasanuddin. Dia berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tahun 1527. Di bawah
pemerintahannya, Banten menyebarkan agama Islam ke pedalaman Jawa Barat. Selain itu, Banten
berhasil menguasai Lampung. Kerajaan Banten mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan
Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682).

Kerajaan Gowa-Tallo (Makasar)


Kerajaan Gowa-Tallo terletak di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1605, agama Islam masuk ke kerajaan
Gowa-Tallo melalui seorang ulama dari Minangkabau bernama Dato ri Bandang. Karaeng Tunigallo
adalah raja Gowa pertama yang memeluk agama Islam. Gelar Karaeng Tunigallo adalah Sultan
Alauddin. Kerajaan Gowa Tallo mencapai kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hassanuddin
(1653-1669).

Kerajaan Ternate dan Tidore


Kerajaan Ternate dan Tidore letaknya berdekatan. Keduanya menganut agama Islam sejak abad ke-
16. Ajaran Islam dibawa oleh para pedagang dari Malaka dan Jawa. Raja-rajanya antara lain Zainal
Abidin (1486-1500), Sultan Baabullah, Sultan Hairun, dan Sultan Nuku. Kerajaan-kerajaan lain di
sekitar Ternate seperti kerajaan Tidore, Bacan, dan Jailolo mengikuti Ternate memeluk agama Islam.
Raja-rajanya memakai gelar sultan dan nama-nama Arab.

Zaman Penjajahan Pengertian Kolonialisme dan Imperialisme Kolonialisme adalah suatu usaha untuk
melakukan sistem permukiman warga dari suatu Negara diluar wilayah Negara induknya atau Negara
asalnya. Imperialisme adalah usaha memperluas wilayah kekuasaan atau jajahan untuk mendirikan
imperium atau kekaisaran. Bangsa Portugis dan Spanyol Bangsa Spanyol mulai menjelajahi samudera
kea rah Timur pada abad 15-16.

a. Vasco da Gama (1497-1498)

b. Bartholomeus Diaz (1486)

c. Pedro Alvares Cabrel (1500)

d. Alfonso d’Albuquerque (1505)

e. Franciscus Xaverius (1550)

f. Cristophorus Columbus(1492)

g. Magellan – del Cano (1519)

h. Ferdinand Cortez (1519)

i. Francisco Pizarro (1522-1532)

Bangsa Inggris Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I, sekitar tahun 1607, telah terjadi
perpindahan penduduk secara besar-besaran dari Inggris ke Amerika Utara. Pelaut Inggris yang
terkenal adalah Sir Francis Drake (1577-1580)
Bangsa Belanda Pelaut Belanda, yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman, mengikuti jejak pelaut
Eropa lainnya dalam menelusuri daerah-daerah sepanjang pantai barat Afrika dan Asia Selatan, serta
berhasil mendarat di pelabuhan Banten pada tahun 1596. VOC berdiri pada tahun 1602.

Bangsa Perancis Beberapa alasan penjelajahan samudera yang dilakukan oleh bangsa adalah sebagai
berikut. a. Mencari daerah penghasil rempah-rempah secara langsung. b. Mencari harta, serta
mencari emas dan perak (gold). c. Menyebarkan agama Nasrani (gospel). d. Mencari keharuman
nama, kejayaan, dan kekuasaan (glory).

Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Indonesia Bentuk praktik Kolonialisme dan Imperialisme
seperti menguasai perdagangan secara tunggal (monopoli) dan merampas atau menjelajah suatu
negeri.

1. Bangsa Portugis Menjajah Indonesia Pada tahun 1512, bangsa Portugis yang dipimpin oleh Fransisco
Serrao mulai berlayar menuju Kepulauan Maluku. Bahkan pada tahun 1521, Antonio de Brito diberi
kesempatan untuk mendirikan kantor dagang dan beneng Santo Paolo di Ternate sebagai tempat
berlindung dari serangan musuh. Orang-orang Portugis yang semula dianggap sebagai sahabat rakyat
ternate berubah menjadi pemeras dan musuh.

2. Bangsa Spanyol Menjelajah Indonesia Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada
tahun 1521 setelah terlebih dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa
Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate. Maka pada
tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain pernyataan bahwa
bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan bangsa Portugis tetap berada
di Kepulauan Maluku.

Bangsa Belanda Menjajah Indonesia Proses penjajahan bangsa Belanda terhadap Indonesia memakan
waktu yang sangat lama, yaitu mulai dari tahun 1602 sampai tahun 1942. Penjelajahan bangsa Belanda
di Indonesia, diawali oleh berdirinya persekutuan dagang Hindia Timur atau Vereenigde Oost Indische
Campagnie (VOC).

Masa VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie) Penjelajahan Belanda, Cornelisde Houtman,
mendarat kali pertama di Indonesia pada tahun 1596. Pada tahun 1598, bangsa Belanda mendarat di
Banten untuk kali kedua dan dipimpin oleh Jacob Van Neck. Upaya Inggris untuk mengatasi persaingan
dagang yang semakin kuat diantara sesama pendatang dengan mendirikan dan menyaingi
persekutuan dagang Inggris di India dengan nama East India Company (EIC). Pada tahun 1619,
kedudukan VOC dipindahkan ke Batavia (sekarang Jakarta) dan diperintah oleh Gubernur Jenderal Jan
Pieter Zoon Coen ditujukan untuk merebut daerah dan memperkuat diri dalam persaingan dengan
persekutuan dagang milik Inggris (EIC) yang sedang konflik dengan Wijayakrama (penguasa Jayakarta)
disebut sebagai “zaman kompeni”. VOC memperoleh piagam (charter), secara umum, menyatakan
bahwa VOC diberikan hak monopoli dagang di wilayah sebelah timur Tanjung Harapan. Pada abad ke-
18, VOC mengalami kemunduran dan tidak dapat melaksanakan tugas dari pemerintah Belanda.
Factor penyebab kemunduran VOC adalah sebagai berikut : Banyaknya jumlah pegawai VOC yang
korupsi. Rendahnya kemampuan VOC dalam memantau monopoli perdagangan. Berlangsungnya
perlawanan rakyat secara terus-menerus dari berbagai daerah di Indonesia. Pada tanggal 31
Desember 1799, VOC resmi dibubarkan dan pemerintah Belanda (saat itu republik Bataaf) mencabut
hak-hak VOC. Pada tahun 1806, terjadi perubahan politik di Eropa hingga republik Bataaf dibubarkan
dan berdirilah Kerajaan Belanda yang diperintah oleh Raja Louis Napoleon.

Masa Deandels (1808-1811) Belanda pada saat itu, mengangkat Herman Willem Daendels (1808)
sebagai gubernur jenderal Hindia Belanda. Daendels dikenal sebagai penguasa yang disiplin dan keras
sehingga mendapatkan sebutan “Marsekal Besi” atau “jenderal Guntur”. Langkah-langkah yang
ditempuh Daendels Melakukan pembangunan fisik o Membangun pabrik senjata. o Membangun
benteng pertahanan. o Menarik penduduk pribumi untuk menjadi tentara. o Membangun pangkalan
armada laut di Anyer dan Ujung Kulon. o Membangun jalan raya dari Anyer (Banten) sampai
Panarukan (Jawa Timur) sepanjang 1.000 km, yang kemudian terkenal dengan sebutan “Jalan Raya
Daendels”. Melakukan pembangunan ekonomi o Memungut pajak hasil bumi dari rakyat
(contingenten). o Menjual tanah negara kepada pihak swasta asing. o Mewajibkan rakyat Priangan
untuk menanam kopi (Preanger Stelsel). o Mewajibkan rakyat pribumi untuk menjual hasil panennya
kepada Belanda dengan harga murah (verplichte leverentie). Akhirnya, pada tahun 1811, Herman
Willem Daendels digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens.

Masa Janssens Tugas sebagai Gubernur Jenderal, Janssens ternyata tidak secakap Daendels (baik
dalam memerintah maupun dalam mempertahankan wilayah Indonesia). Janssens ternyata tidak siap
untuk mengimbangi kekuatan dan serangan Inggris, sehingga Janssens menyerah pada 18 September
1811 dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian di Tuntang (Salatiga).

Bangsa Inggris Menjajah Indonesia (1811-1816) Pemerintah Inggris mulai menguasai Indonesia sejak
tahun 1811 pemerintah Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles (TSR) sebagai Gubernur Jenderal
di Indonesia. Ketika TSR berkuasa sejak 17 September 1811, ia telah menempuh beberapa langkah
yang dipertimbangkan, baik di bidang ekonomi, social, dan budaya. Penyerahan kembali wilayah
Indonesia yang dikuasai Inggris dilaksanakan pada tahun 1816 dalam suatu penandatanganan
perjanjian. Pemerintah Inggris diwakili oleh John Fendall, sedangkan pihak dari Belanda diwakili oleh
Van Der Cappelen. Sejak tahun 1816, berakhirlah kekuasaan Inggris di Indonesia.

Masa Sistem Tanam Paksa Pemerintah Belanda untuk menutup kekosongan kas keuangan negara,
satu di antaranya adlah dengan menerapkan aturan tanam Paksa (Cultuurstelsel). Tanam paksa
berasal dari bahasa Belanda yaitu Cultuurstelsel (sistem penanaman atau aturan tanam paksa). Aturan
tanam paksa di Indonesia adalah Johannes Van Den Bosch Isi Aturan Tanam Paksa Tuntutan kepada
setiap rakyat Indonesia agar menyediakan tanah pertanian untuk cultuurstelsel tidak melebihi 20%
atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis tanaman perdagangan.

Pembebasan tanah yang disediakan untuk cultuurstelsel dari pajak, karena hasil tanamannya dianggap
sebagai pembayaran pajak. Rakyat yang tidak memiliki tanah pertanian dapat menggantinya dengan
bekerja di perkebunan milik pemerintah Belanda atau dipabrik milik pemerintah Belanda selama 66
hari atau seperlima tahun. Waktu untuk mengerjakan tanaman pada tanah pertanian untuk
Culturstelsel tidak boleh melebihi waktu tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan Kelebihan hasil
produksi pertanian dari ketentuan akan dikembalikan kepada rakyat Kerusakan atau kerugian sebagai
akibat gagal panen yang bukan karena kesalahan petani seperti bencana alam dan terserang hama,
akan di tanggung pemerintah Belanda Penyerahan teknik pelaksanaan aturan tanam paksa kepada
kepala desa Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa Tanam paksa sudah dimulai pada tahun 1830 dan
mencapai puncak perkembangannya hingga tahun 1850. Pada tahun 1860, penanaman lada
dihapuskan. Pada tahun 1865 dihapuskan untuk menanam nila dan teh. Tahun 1870, hampir semua
jenis tanaman yang ditanam untuk tanam paksa dihapuskan, kecuali tanaman kopi. Pada tahun 1917,
tanaman kopi yang diwajibkan didaerah Priangan juga dihapuskan.

Reaksi terhadap Pelaksanaan Aturan Tanam Paksa Antara tahun 1850-1860, terjadi perdebatan.
Kelompok yang menyetujui terdiri dari pegawaipegawai pemerintah dan pemegang saham
perusahaan Netherlandsche handel maatsschappij (NHM). Pihak yang menentang terdiri atas
kelompok dari kalangan agama dan rohaniawan Pada tahun 1870, perekonomian Hindia Belanda
(Indonesia) mulai memasuki zaman liberal hingga tahun 1900.

Masa Liberalisme Politik Pintu Terbuka di Indonesia berlangsung antara tahun 1870 hingga tahun
1900, periode ini disebut sebagai zaman berpaham kebebasan (liberalisme). Pemerintah Hindia
Belanda memberlakukan peraturan seperti Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) dan Undang-
undang Gula (Suiker Wet). Undang-undang Agraria (Agrarische Wet) Undang Agraria berisi pernyataan
bahwa semua tanah yang terdapat di Indonesia adalah milik pemerintah Hindia Belanda. Undang-
Undang Gula (Suiker wet) Undang-undang gula berisi pernyataan bahwa hasil tanaman tebu tidak
boleh diangkut ke luar wilayah Indonesia dan hasil panen tanaman tebu harus di proses di pabrik-
pabrik gula dalam negeri. Pada akhir abad ke-19, ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia
semakin maju, termasuk kemajuan dibidang kesehatan.

Pengaruh Kolonialisme dan Imperialisme Barat di Berbagai Daerah di Indonesia. Kolonialisme dan
Imperialisme mulai merebak di Indonesia sekitar abad ke-15, yaitu diawali dengan pendaratan bangsa
Portugis di Malaka dan bangsa Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtmen pada tahun 1596, untuk
mencari sumber rempah-rempah dan berdagang.

Perlawanan Rakyat terhadap Portugis Kedatangan bangsa Portugis ke Semenanjung Malaka dan ke
Kepulauan Maluku merupakan perintah dari negaranya untuk berdagang.

a. Perlawanan Rakyat Malaka terhadap Portugis Pada tahun 1511, armada Portugis yang dipimpin oleh
Albuquerque menyerang Kerajaan Malaka. Untuk menyerang kolonial Portugis di Malaka yang terjadi
pada tahun 1513 mengalami kegagalan karena kekuatan dan persenjataan Portugis lebih kuat. Pada
tahun 1527, armada Demak di bawah pimpinan Falatehan dapat menguasai Banten, Sunda Kelapa,
dan Cirebon. Armada Portugis dapat dihancurkan oleh Falatehan dan ia kemudian mengganti nama
Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Jakarta)

b. Perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis Mulai tahun 1554 hingga tahun 1555, upaya Portugis
tersebut gagal karena Portugis mendapat perlawanan keras dari rakyat Aceh. Pada saat Sultan
Iskandar Muda berkuasa, Kerajaan Aceh pernah menyerang Portugis di Malaka pada tahun 1629.

c. Perlawanan Rakyat Maluku terhadap Portugis Bangsa Portugis kali pertama mendarat di Maluku
pada tahun 1511. Kedatangan Portugis berikutnya pada tahun 1513. Akan tetapi, Tertnate merasa
dirugikan oleh Portugis karena keserakahannya dalam memperoleh keuntungan melalui usaha
monopoli perdagangan rempah-rempah. Pada tahun 1533, Sultan Ternate menyerukan kepada
seluruh rakyat Maluku untuk mengusir Portugis di Maluku. Pada tahun 1570, rakyat Ternate yang
dipimpin oleh Sultan Hairun dapat kembali melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis, namun
dapat diperdaya oleh Portugis hingga akhirnya tewas terbunuh di dalam Benteng Duurstede.
Selanjutnya dipimpin olehSultan Baabullah pada tahun 1574. Portugis diusir yang kemudian bermukim
di Pulau Timor.

Perlawanan Rakyat terhadap Belanda (VOC) Persekutuan dagang Hindia Timur milik pemerintah
Belanda di Indonesia adalah Vereenigde oost Indische Compagnie (VOC) yang berdiri tahun 1602.

a. Perlawanan Rakyat Mataram Perlawanan Rakyat Mataram Pertama dilakukan pada bulan Agustus
1628 yang dipimpin oleh Tumenggung Bahurekso. Perlawanan Rakyat Mataram Ke dua dilaksanakan
tahun 1629 dan dipimpin oleh Dipati Puger dan Dipati Purbaya. Pasukan Mataram tetap menyerbu
Batavia dan berhasil menghancurkan benteng Hollandia, dilanjutkan ke benteng Bommel tetapi belum
berhasil. Perlawanan rakyat selanjutnya dipimpin oleh Trunojoyo, putra Bupati Madura. Namun
setelah Trunojoyo tertangkap dan dijatuhi hukum mati (tahun 1679), Kerajaan Mataram selalu
mendapat pengaruh dari pemerintah Hindia Belanda. Perlawanan Untung Suropati, Untung Suropati
adalah putra Bali yang menjadi prajurit kompeni di Batavia antara tahun 1686 sampai 1706, pada
1706, wilayah pertahanan Untung Suropati diserbu oleh Kompeni Belanda. Untung Suropati gugur di
Bangil dan Amangkurat III atau Sunan Mas tertangkap, diasingkan ke Sri Langka. Perlawanan Pangeran
Mangkubumi dan Mas Said, Tahun 1749, Pangeran Mangkubumi (adik dari Pakubuwana II)
bekerjasama dengan Mas Said (Pangeran Samber Nyawa) melakukan perlawanan terhadap
pakubuwana II dan VOC. Pada tahun 1751, pasukan kompeni yang dipimpin Mayor De Clerx, dapat
dihancurkan. Perlawanan Mangkubumi dan Mas Said diakhiri dengan Perjanjian Giyanti (tahun 1755)
dan Perjanjian Salatiga (tahun 1757).

b. Perlawanan Rakyat Banten Perlawanan rakyat Banten dibangkitkan oleh Abdul Fatah (Sultan Ageng
Tirtayasa) dan putranya Pangeran Purbaya. Tahun 1659, perlawanan rakyat Banten mengalami
kegagalan. 1683, VOC menerapkan politik domba (devide et impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan putranya yang bernama Sulatan Haji. Sultan Haji yang dibantu oleh VOC dapat mengalahkan
Sultan Ageng Tirtayasa menghasilkan kompensasi. 1750, terjadi perlawanan rakyat banten terhadap
Sultan Haji.

c. Perlawanan Rakyat Makassar Perlawanan terhadap kolonialisme Belanda dilakukan oleh Kerajaan
Gowa dan Tallo, yang kemudian bergabung menjadi Kerajaan Makassar. Kerajaan Makassar, mencapai
puncak kejayaannya pada masa pemerintah Sultan Hasanuddin tahun 1654-1669. Pertempuran
pertama terjadi pada tahun 1633. Pada tahun 1654 diawali dengan perilaku VOC yang berusaha
menghalanghalangi pedagang yang akan masuk maupun keluar Pelabuhan Makassar mengalami
kegagalan. Pertempuran ketiga terjadi tahun 1666-1667, pasukan kompeni dibantu olehpasukan Raja
Bone (Aru Palaka) dan pasukan Kapten Yonker dari Ambon. Angakatan laut VOC, yang dipimpin oleh
Spleeman. Pasukan Aru Palaka mendarat di Bonthain dan berhasil mendorong suku Bugis agar
melakukan pemberontakan terhadap Sultan Hasanudin. Penyerbuan ke Makassar dipertahankan oleh
Sultan Hasanudin. Sultan Hasanudin terdesak dan dipaksa untuk menandatangani perjanjian
perdamaian di Desa Bongaya pada tahun 1667. Faktor penyebab kegagalan rakyat Makassar adalah
keberhasilan politik adu domba Belanda terhadap Sultan Hasanudin dengan Aru Palaka membantu
Trunojoyo dan rakyat Banten setiap melakukan perlawanan terhadap VOC.

d. Perlawanan rakyat Maluku Perlawanan di Ternate Pertama pada tahun 1635 yang dipimpin oleh
Kakiali. 1 646 kembali terjadi perlawanan rakyat Ternate terhadap VOC, yang dipimpin oleh
Telukabesi. Pada tahun 1650, rakyat Ternate yang dipimpin oleh Saidi mengalami kegagalan.
Perlawanan di Tidore Tidore dipimpin oleh Kaicil Nuku atau Sultan Nuku. Perlawanan fisik dan
perundingan berhasil mengusir Belanda, mengusir Kolonial Inggris dari Tidore. Perlawanan oleh
Patimura Bulan Mei 1817, meletus perlawanan rakyat Maluku di Saparua yang dipimpin olehThomas
Mattulessy atau Kapitan Pattimura. Benteng kompeni Duurstede di Saparua diserbu dan direbut
rakyat Maluku. Meluas hingga ke Ambon dan ke pulau–pulau sekitarnya, dikuasai oleh Kapitan
Pattimura, Anthony Rybok, Paulus-paulus Tiahahu, Martha Christina Tiahahu, Latumahina, Said
Perintah dan Thomas Pattiwael, kewalahan perlawanan rakyat Pattimura pada tahun 1817
mendantangkan pasukan Kompeni dari Ambon yang dipimpin oleh kapten Lisnet. Oktober 1817,
menyerang rakyat Maluku secara besar-besaran, menangkap Kapitan Pattimura (tahun 1817)
dihukum mati pada tanggal 16 Desember 1817.

Reaksi-reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Kolonialisme Belanda dalam Bentuk Perang Besar
a. Perang Padri (1821-1837) Terjadi di Sumatera Barat atau di tanah Minangkabau. Perselisihan antara
kaum Padri dengan kaum Adat yang kemudian mengundang campur tangan pihak Belanda. Perang
Padri pertama (tahun 1821-1825) dan perang Padri kedua (tahun 1830-1837)
1) Perang Padri Pertama Kaum Padri dipimpi oleh Datok Bandaro bertempur melawan kaum Adat
yang dipimpin oleh Datuk Jati. Setelah Datuk Bandaro meninggal dunia, pucuk pimpinan dipegang oleh
Malim Basa (Tuanku Imam Bonjol) dan dibantu oleh Tuanku Pasaman, Tuanku Nan Renceh, Tuanku
Nan Cerdik, dan Tuanku Nan Gapuk. Tahun 1821, kaum Padri menyerbu pos Belanda di semawang dan
mengacaukan kedudukan Belanda di daerah Lintau. Belanda membangun benteng nama Firt van der
Capllen. Pada 1825, kedudukan Belanda mulai sulit karena harus berhadapan dengan kaum Padri dan
juga harus menghadapi pasukan Diponegoro. November 1825, Belanda dan Kaum Padri
menandatangani perjanjian damai yang berisi tentang pengakuan Belanda atas beberapa daerah
sebagai wilayah kaum Padri dan untuk sementara peperangan gelombang pertama berakhir.

2) Perang Padri Gelombang ke Dua 1829, di daerah pariaman. 1830, kaum Adat mulai banyak
membantu kaum Padri dan kedua kaum tersebut menyadari bahwa perlunya kerja sama. Perang
antara rakyat Minangkabau melawan penjajah Belanda. 1831, penyerangan terhadap belanda di
daerah Muarapalam. 1832, dipimpin oleh Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku Imam Bonjol melakukan
penyerangan pos Belanda di Mangopo. 1833, terjadi pertempuran besar di daerah Agam. 1834 hingga
tahun 1835, pemerintah Belanda mulai mengepung benteng Bonjol. Pada tanggal 25 Oktkober 1837,
benteng pertahanan Kota Bonjol jatuh ke tangan Belanda. Imam Bonjol diasingkan ke Cianjur,
kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat dan dimakamkan di Pineleng.

b. Perang Diponegoro Di lingkungan istana terdapat golongan yang memihak Belanda, banyak juga
yang menentang Kolonial Belanda, seperti Pangeran Diponegoro (putra Sultan Hamengku Buwono III).
Kecurigaan yang berlebihan ini pada akhirnya menimbulkan permusuhan dan peperangan yang
disebut perang Diponegoro.

1) Penyebab Umum Perang Diponegoro. Semakin menderitanya rakyat akibat kerja rodi dan berbagai
macam pajak Semakin sempitnya wilayah Kerajaan Mataram akibat dikuasai Belanda. Selalu ikut
campurnya Belanda dalam urusan pemerintahan Kerajaan Mataram. Masuknya budaya barat ke
dalam keraton yang bertentangan dengan ajaran agama. Kecewanya kaum bangsawan akan aturan
Van der Capellen yang melarang usaha perkebunan swasta di wilayah Kerajaan Mataram. Munculnya
pejabat Kerajaan Mataram yang membantu pihak Belanda demi keuntungan pribadi.

2) Penyebab Khusus Perang Diponegoro Dipengaruhi oleh persoalan pribadi. Terjadi pada tahun 1825,
tindakan sewenang-wenang Belanda yang telah memasang tonggak untuk membangun jalan raya
yang melintasi makam leluhur Pangeran Diponegoro tanpa izin. Perang antara Pangeran Diponegoro
dengan Belanda dibantu oleh Kasunanan Surakarta, Mangkunegaran, dan Kesultanan Yogyakarta.
Menggunakan strategi atau siasat perang gerilya, pusat pertahanan yang selalu berpindahpindah
seperti di Gua Selarong, Dekso, lereng Gunung Merapi, dan Bagelan(Purworejo). Terbukti bahwa pada
tahun 1825 sampai 1826, pasukan diponegoro memperoleh kemenangan hingga dapat merebut
daerah Pacitan, Purwodadi, dan Klaten. Penggunaan sistem Benteng Stelsel oleh Belanda mempersulit
pergerakan pasukan Diponegoro dan hubungan komunikasi antar pasukan. Pada tahun 1828, Kiai
Mojo bersedia untuk diajak berunding oleh pihak Belanda namun gagal dan justru ia ditangkap dan
diasingkan ke Minahasa sampai wafat pada tahun 1849. Jendral De Kock mengajak berunding Sentot
Alibasa Prawirodirjo, Tetapi selalu mengalami kegagalan. Pada tahun 1829, Sentot Alibasa
Prawirodirjo menyerah, ia dituduh memihak kaum Padri sehingga akhirnya ia diasingkan ke Cianjur
dan kemudian dipindahkan ke Bengkulu hingga wafat pada tahun 1855. Pangeran Mangkubumi
menyerah pada tahun 1829 dan putranya sendiri yang bernama Dipokusumo beserta patihnya
menyerah pula pada tahun 1830. Jendral de kock ditanggapi positif oleh Pangeran Diponegoro dan
disepakati bersama bahwa perundingan akan dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 1830 di kota
Magelang. Pangeran Diponegoro dibawa ke Semarang dan Batavia kemudian diasingkan lagi ke
Manado. Ia kembali dipindahkan ke Makassar hingga wafat pada tanggal 8 januari 1855
c. Perlawanan rakyat Aceh (1873-1904) Aceh merupakan salah satu kerajaan di Indonesia yang kuat
dan masih tetap bertahan hinga abad ke-19. Berdasarkan Traktat London tahun 1824 bangsa Inggris
dan Belanda yang sudah pernah berkuasa di Indonesia harus saling sepakat untuk menghormati
keberadaan kerajaan Aceh. Pada bulan Maret 1873, perangnya ke Kutaraja atau Banda Aceh di bawah
pimpinan Jendral Kohler, berusaha merebut dan menduduki ibu kota dan Istana Kerajaan Aceh.
Kerajaan Aceh berhasil, tetapi dalam pertempuran tersebut Jendral Kohler tewas tertembak.
Mengawali terjadinya perang Aceh yang berkepanjangan mulai tahun 1873 sampai 1904. pasukan
Belanda melaksanakan operasi Konsentrasi Stelsel sambil menggertak para pemimpin Aceh agar
menyerah. Beberapa pimpinan utama Aceh seperti Teuku Cik Di Tiro, Cut Nya’ Din, Panglima Polim,
dan Cut Meutia (bersama-sama dengan rakyat Aceh) untuk melancarkan serangan umum. Setelah
Teuku Cik Di Tiro sebagai pemimpin utama Aceh Wafat. Pucuk pimpinan dilanjutkan oleh Teuku Umar
dan Panglima Polim. Pada tahun 1893, Teuku Umar beserta pasukannya memanfatkan kelengahan
Belanda dengan tujuan mendapatkan senjata. Disambut baik dan mendapat gelar Teuku Johan
pahlawan. Pada tahun 1896, Teuku Umar bergabung kembali dengan rakyat Aceh dengan membangun
markas pertahanan Meulaboh. Peristiwa Teuku Umar yang berhasil menyiasati Belanda dipandang
sebagai kesalahan besarDeykerhoff sebagai gubernur militer. Digantikan oleh Jendral Van Heutsz.
Belanda memeberi tugas kepada Dr. Snock Hurgronje untuk menyelidiki perilaku masyarakat Aceh.
Dr. Snock Hurgronje dalam menjalankan tugasnya menggunakan nama smaran, yaitu Abdul gafar.
Untuk mengalahkan Aceh, lebih cepat dan tepat, Belanda menggunakan Strategi sebagai berikut :
menghancurkan dan menangkap seluruh pemimpin dan ulama dari pusat membentuk pasukan gerak
cepat (marschose marechausse) semua pemimpin dan ulama yang tertangkap harus menandatangani
perjanjian setelah melakukan operasi militer, Belanda mengikuti kegiatan perdamaian rehabilitasi
(pasifikasi) bersikap lunak terhadap para bangsawan. Atas usulan Dr. Snock Hurgronje, pemerintah
Belanda memberi tugas kepada Jendral militer Van Heutsz. Pada tahun 1899, pasukan gerak cepat
pimpinan Van Heutsz melakukan penyerangan. Belanda menyandera keluarga raja dan keluarga
Panglima Polim. Perlawanan Aceh berikutnya dilanjutkan oleh Cut Meutia, tetapi perlawanan ini dapat
dipadamkan dan pada tahun 1904 perang Aceh dinyatakan berakhir.

d. Perlawanan rakyat Bali Keinginan Belanda untuk menguasai Bali dimulai sejak tahun 1841 dan
seluruh raja di Bali dipaksa menandatangani perjanjian yang isinya agar raja di Bali mengakui dan
tunduk kepada pemerintah Belanda. Keinginan Belanda untuk menguasai Bali selalu tidak berhasil
karena Bali masih bersifat konservatif (masih berlaku adat/ tradisi). Pada tahun 1844, kapal Belanda
terdampar di pantai Buleleng dan dikenakan hukum tawan karang, yaitu setiap kapal yang terdampar
di pantai kekuasaan kerajaan akan menjadi hak milik kerajaan tersebut. Belanda turut campur urusan
kerajaan di Bali dengan mengajukan tuntutan dengan isi sebagai berikut. Membebaskan Belanda dari
hukum Tawan Karang. Kerajaan Bali mengakui pemerintahan Hindia Belanda. Kerajaan Bali melindungi
perdagangan milik pemerintah Belanda. Semua raja di Bali harus tunduk terhadap semua perintah
colonial Belanda. Sehingga pada tahun 1846 Belanda menyerang wilayah Bali Utara dan memaksa Raja
Buleleng untuk menandatangani perjanjian perdamaian Benteng Kerajaan Buleleng agar dibongkar.
Pasukan Belanda ditempatkan di Buleleng. Biaya perang harus ditanggung oleh Raja Buleleng. Pada
tahun 1848, raja-raja di Bali tidak lagi mematuhi kehendak Belanda. Pos-pos pertahanan Belanda di
Bali diserbu dan semua senjata dirampas oleh gusti Jelantik. Pada tahun 1849, pasukan belanda datang
dari Batavia untuk menyerbu dan menguasai seluruh pantai Buleleng dan menyerbu benteng
Jagaraga. Sejak runtuhnya Kerajaan Buleleng, perjuangan rakyat Bali mulai lemah. Meskipun
demikian, Kerajaan Karangasem dan Klungkung masih berusaha melakukan perlawanan terhadap
Belanda.

e. Perlawanan Rakyat Palembang (1819-1825) Sultan Badaruddin dahulu pernah menjadi Sultan
Palembang dan kemudian diturunkan secara paksa oleh pemerintah Inggris ketika masih berkuasa di
Indonesia yaitu digantikan oleh Sultan Najamuddin. Tahun 1819 Sultan Badaruddin selalu
menghalangi setiap kapal Belanda yang memasuki sungai Musi. Pada tahun 1821, Belanda dapat
menguasai ibukota Palembang dan menangkap Sultan Badaruddin. Sultan Badaruddin diasingkan ke
Ternate. Perlawanan rakyat Palembang sering terjadi pada tahun 1825.

f. Perlawanan Rakyat Banjar (1859-1863) Yang menjadi daya tarik Belanda untuk menguasai
Kalimantan Selatan yang saat itu diperintah oleh Sultan Hidayat. Untuk menguasai Banjarmasin adalah
dengan melakukan operasi militer pada tahun 1859. Dalam pertempuran itu, Sultan Hidayat
tertangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Upaya Belanda untuk menguasai
Banjamasin mengalami kesulitan rakyat berupa untuk mempertahankan wilayahnya dan setiap kapal
Belanda yang memasuki pedalaman Banjarmasin (melalui Sungai Barito) akan dibakar oleh rakyat
setempat. Pada tahun 1863, pasukan Belanda melancarkan serangan bertubi-tubi ke seluruh wilayah
Banjarmasin, sehingga Pangeran Antasari gugur.

g. Perlawanan Rakyat Tapanuli (1878-1907) Sekitar tahun 1873, bangsa Belanda mulai memasuki
daerah Tapanuli Utara dengan alasan memadamkan aktivitas pejuang-pejuang Padri dan para
pemimpin dari Aceh. Pada tahun 1878, Belanda mulai melancarkan gerakan militernya untuk
menyerang daerah Tapanuli, sampai pada akhirnya meletuslah Perang Tapanuli. Perang Tapanuli yang
diawali dengan operasi militer yang dilakukan oleh Jenderal Van Daalen di pedalaman Aceh tahun
1903-1904. Serdadu Belanda yang mulai berdatangan di daerah di Sumatera Utara dibendung oleh
rakyat Tapanuli yang dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII. Politik Etis Pencetus politik etis (politik
balas budi) ini adalah Van Deventer. Van Deventer memperjuangkan nasib bangsa Indonesia dengan
menulis karangan dalam majalah De Gids yang berjudul Eeu Eereschuld (Hutang Budi). Menurut Van
Deventer, ada tiga cara untuk memperbaiki nasib rakyat tersebut yaitu memajukan ; Edukasi
(pendidikan) Irigasi (pengairan) Emigrasi (perpindahan penduduk) Usulan Van Deventer tersebut
mendapat perhatian besar dari pemerintah Belanda. Dalam bidang irigasi (pengairan) diadakan
pembangunan dan perbaikan. Emigrasi juga dilaksanakan oleh Pemerintah Belanda bukan untuk
memberikan penghidupan yang layak serta pemerataan penduduk. Jelaslah bahwa pemerintah
Belanda telah menyelewangkan politik etis. Usaha-usaha yang dilaksanakan baik edukasi, irigasi dan
emigrasi dan kemiskinan rakyat Indonesia dapat memperbaiki jika bangsa Indonesia bebas merdeka
dan berdaulat.

PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA


Perang Pasifik meletus setelah Jepang mengebom pangkalan laut Amerika Serikat di Pearl Harbour.
Terjadilah Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya. Serangan ini terjadi pada 8 Desember 1941.
Kemudian, negara-negara dalam Blok Sekutu menyatakan perang terhadap Jepang. Perang ini disebut
dengan perang Asia Timur Raya. Dengan cepat Jepang menyerbu dan menduduki Daerah yang
dikuasai Inggris, Perancis, dan Amerika Serikat. Yakni Indochina, Myanmar, Filipina, dan Malaysia.
Jepang menjajah Indonesia selama 3,5 tahun. Pada 8 Maret 1942, Belanda menyerah tanpa syarat
kepada Jepang di Kalijati, Subang (Jawa Barat). Penyerahan kekuasaan dari Belanda kepada Jepang
dilakukan oleh Letnan Jenderal N. Terpoorten kepada Letnan Jenderal Hitoshi Imamura. Dengan
demikian, berakhirlah kekuasaan Belanda di Indonesia. Setelah menguasai Indonesia, Jepang
membagi wilayah Indonesia menjadi tiga wilayah pertahanan. Wilayah I (Jawa dan Madura), wilayah
II (Sumatra dan kepulauan di sekitarnya), dan wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Bali, dan Nusa
Tenggara). Sebab dan akibat pengerahan tenaga romusha oleh jepang terhadap penduduk indonesia

a. Sebab-sebab Pengerahan Tenaga Romusha Pada Perang Dunia II, Jepang berada di bawah
pemerintahan militer. Semua kebijakan politik, ekonomi, dan sosial, ditujukan untuk kepentingan
perang melawan sekutu. Untuk kepentingan itu Jepang memerlukan banyak sumber daya alam dan
tenaga manusia. Untuk memenuhi tenaga manusia, Jepang menerapkan sistem kerja paksa di negara
jajahannya. Orang-orang dipaksa bekerja untuk kepentingan Jepang yang dinamakan romusha.

b. Akibat Pengerahan Tenaga Romusha Pengerahan tenaga romusha menyebabkan penduduk


Indonesia berkurang akibat meninggal dunia. Penderitaan itu meninggalkan rasa ketakutan bagi
mereka yang pernah mengalaminya. Pendudukan Jepang di Indonesia membawa malapetaka bagi
rakyat Indonesia. Propaganda dan janji-janji Jepang hanya tipuan belaka. Selama dijajah Jepang, rakyat
Indonesia semakin miskin, bodoh, dan menderita.

ORGANISASI BENTUKAN JEPANG


a. Gerakan Tiga A Gerakan Tiga A merupakan organisasi pertama yang didirikan Jepang. Organisasi
ini didirikan pada 29 April 1942 sebagai tempat untuk menghimpun rakyat Indonesia dalam
menghadapi kekuatan Barat. Gerakan Tiga A dipimpin oleh Mr. Samsudin. Arti Gerakan Tiga A adalah
Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia, dan Jepang Cahaya Asia.

b. Majelis A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) Majelis A’la
Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi) adalah organisasi-organisasi Islam
yang didirikan oleh Jepang.

c. Pusat Tenaga Rakyat (Putera) Pusat Tenaga Rakyat (Putera) didirikan pada 16 April 1943.
Organisasi ini dipimpin oleh empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, Ki Hajar
Dewantara, dan K.H. Mas Mansyur. Tujuan pembentukan organisasi ini adalah untuk mengajak tokoh-
tokoh Indonesia membantu Jepang dalam berperang dengan sekutu. Bantuan tersebut dapat berupa
tenaga atau pemikiran.

d. Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa) didirikan
pada 8 Januari 1944. Organisasi ini dipimpin langsung oleh pejabat-pejabat Jepang. Jawa Hokokai
terdiri atas berbagai macam hokokai profesi, antara lain Izi Hokokai (Himpunan Kebaktian Dokter),
KJawa Hokokaiyoiku Hokokai (Himpunan Kebaktian para Pendidik), Fujinkai (Organisasi Wanita),
Keimin Bunka Syidosyo (Pusat Budaya), dan Hokokai Perusahaan.

ORGANISASI MILITER BENTUKAN JEPANG


a. Seinendan (Barisan Pemuda), Seinendan dibentuk pada tanggal 29April 1943. Anggotanya terdiri
dari para pemuda yang berusia antara 14-22 tahun. Mereka dididik militer agar dapat menjaga dan
mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Akan tetapi tujuan yang sebenarnya ialah
mempersiapkan pemuda untuk dapat membantu Jepang dalam menghadapi tentara Sekutu dalam
Perang Asia Timur Raya.

b. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi), Keibodan dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya
terdiri atas para pemuda yang berusia antara 26-35 tahun, dengan tugas seperti penjagaan lalu lintas,
pengamanan desa dan lainlain. Barisan ini di Sumatra disebut Bogodan, sedangkan di Kalimantan
dikenal dengan nama Borneo Konan Hokokudan.

c. Heiho (Pembantu Prajurit Jepang), Anggota Heiho ditempatkan dalam kesatuan tentara Jepang
sehingga banyak dikerahkan ke medan perang.

d. Fujinkai ( Barisan Wanita). Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas
para wanita berusia 15 tahun ke atas. Mereka juga diberikan latihan-latihan dasar militer, dengan
tugas untuk membantu Jepang dalam perang.
e. Jibakutai ( Barisan Berani Mati). Jibakutai dibentuk pada tanggal 8 Desember 1944. Barisan ini
rupanya mendapatkan inspirasi dari pilot Kamikaze yang sanggup mengorbankan nyawanya dengan
jalan menumbukkan pesawatnya kepada kapal perang musuh.

f. Pembela Tanah Air (PETA), PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943. Calon perwira PETA
mendapatkan pelatihan di Bogor. Tujuan didirikannya PETA adalah untuk mempertahankan wilayah
masing-masing.

PERLAWANAN DAERAH-DAERAH TERHADAP JEPANG


a. Perjuangan Melawan Jepang di Aceh Perlawanan rakyat Aceh terjadi di Cot Plieng. Perlawanan
ini dipimpin oleh Teuku Abdul Jalil. Ia adalah seorang guru mengaji. Peristiwa ini berawal dari sikap
tentara Jepang yang bertindak sewenang-wenang. Rakyat diperas dan ditindas. Jepang berusaha
membujuk Teuku Abdul Jalil untuk berdamai. Namun, Teuku Abdul Jalil menolaknya. Akhirnya, pada
10 November 1942 Jepang menyerang Cot Plieng.

b. Perjuangan Melawan Jepang di Sukamanah (Singaparna) Perlawanan ini bermula dari paksaan
Jepang melakukan Seikeirei. Yakni penghormatan kepada kaisar Jepang. Penghormatan ini dilakukan
dengan cara menghadap ke arah timur laut (Tokyo) dan membungkukkan badan. Cara ini dianggap
oleh K.H. Zaenal Mustofa sebagai tindakan musyrik (menyekutukan Tuhan). Tindakan ini melanggar
ajaran agama Islam. Akibat penentangan itu, Jepang mengirim pasukan untuk menggempur
Sukamanah. Akhirnya meletuslah pertempuran pada 25 Februari 1944 setelah salat Jumat. K.H. Zaenal
Mustofa berhasil ditangkap. Ia ditahan di Tasikmalaya, kemudian dibawa ke Jakarta untuk diadili. Ia
dihukum mati dan dimakamkan di Ancol. Pada 10 November 1974 makamnya dipindahkan ke Taman
Makam Pahlawan Tasikmalaya.

c. Perlawanan Tentara Pembela Tanah Air (Peta) di Blitar Pada mulanya, pasukan Peta bertugas
mengawasi romusha yang membuat pertahanan di daerah Pantai Blitar Selatan. Mereka melihat
sendiri betapa berat pekerjaan romusha dan sengsara hidupnya. Ditambah lagi keadaan masyarakat
yang sangat menderita. Pada 14 Februari 1945, berkobarlah perlawanan Peta di Blitar. Perlawanan
ini dipimpin oleh Syodanco Supriyadi, Muradi, Suparyono, dan Bundanco (komandan regu) Sunanto,
Sudarmo, Halir Mangkudidjaya. Adapula dr. Ismail sebagai sesepuhnya. Setelah membunuh orang-
orang Jepang di Blitar, mereka meninggalkan Blitar. Sebagian menuju lereng Gunung Kelud. Sebagian
lagi ke Blitar Selatan. Sayang, perlawanan mereka mengalami kegagalan. Bulan Februari 1945 pasukan
Sekutu berhasil merebut Pulau Iwo Lima di Jepang. Sejak saat itu kekuatan tentara Jepang semakin
lemah. Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, Jepang mengizinkan Indonesia untuk mengibarkan
bendera Merah Putih di samping bendera Jepang. Lagu kebangsaan Indonesia Raya boleh
dikumandangkan setelah lagu Kebangsaan Jepang Kimigayo .
Menyambut Kemerdekaan Dan Setelah Kemerdekaan
Detik – Detik Kemerdekaan Indonesia Setelah melalui berbagai proses panjang dan penuh sejarah,
Indonesia akhirnya menyatakan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Sejak tahun 1942, Indonesia
menjadi bagian dari daerah jajahan Jepang. Pada tahun 1944-1945, Jepang yang saat itu sedang
perang melawan sekutu, mulai terdesak dan mengumumkan akan membentuk badan untuk
menyelidiki kemungkinan Indonesia merdeka pada 1 maret 1945. Kemudian ada 29 april 1945,
dibentuklah Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi
Coosakai yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. BPUPKI bersidang dua kali yaitu pada 29
Mei – 1 Juni 1945 dan 10 – 17 Juli 1945. Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, sekutu menjatuhkan bom
atom di Hiroshima dan Nagasaki. Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan, kemudian dibentuklah
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Inkai yang diketuai oleh Ir.
Soekarno dan wakilnya Moh. Hatta. Ketua PPKI, wakilnya dipanggil ke Dalat, Vietnam untuk bertemu
Jenderal Terauchi Hisaichi yang menjanjikan kemerdekaan Indonesia akan diberikan pada tanggal 24
Agustus 1945. Tanggal 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu. Hal ini
didengar oleh golongan muda sehingga golongan muda mendesak golongan tua untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia sesegera mungkin apalagi melihat status quo saat itu.
Golongan tua menolak karena ingin memastikan hal tersebut, dan ingin menuruti tanggal yang telah
disepakati dengan Jepang sebelumnya untuk menghindari pertumpahan darah dengan pihak
manapun. Namun, golongan muda ingin kemerdekaan Indonesia sebagai sesuatu yang diperjuangkan
oleh bangsa bukan hadiah pemberian Jepang atau pihak lain. Perdebatan itu berujung pada sebuah
peristiwa yang dikenal dengan peristiwa Rengasdengklok. Pada 15 Agustus 1945 terjadi perdebatan
serius antara Chaerul Saleh, Wikana, dan Sukarni dengan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Tidak puas
dengan hasil perdebatan tersebut, golongan muda pun menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta ke
Rengasdengklok, kota kecil dekat Karawang, dengan tujuam supaya kedua tokoh ini terlepas dari
pengaruh Jepang pada 16 Agustus 1945. Sementara itu di Jakarta, Mr. Ahmad Soebardjo dari golongan
tua berunding dengan Wikana dari golongan muda. Mr. Ahmad Soebardjo kemudian menjemput Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta setelah sebelumnya memberikan Jaminan bahwa kemerdekaan paling
lambat akan diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 jam 12 siang. Rombongan Soekarno-Hatta tiba
di Jakarta sekitar pukul 23.00 dan langsung menuju kediaman Laksana Muda Tadashi Maeda di Jalan
Imam Bonjol nomor 1. Teks proklamasi disusun oleh Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Mr. Ahmad
Soebardjo dan disaksikan oleh Miyoshi (orang kepercayaan Nishimura), Sukarni, B.M Diah, dan Sudiro.
Kalimat pertama merupakan usulan Mr. Ahmad Soebardjo dan kalimat kedua merupakan usulan M.
Hatta. Hasil rumusan teks proklamasi diketik oleh Sajuti Melik dan atas usul Sukarni teks proklamasi
ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta. Proklamasi dilaksanakan tanggal 17 Agustus 1945
pukul 10.00 di Jalan Pengangsaan Timur no 56 yg merupakan rumah Soekarno.

Pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI melaksanakan rapat dan menghasilkan dua keputusan penting.
Pertama mengesahkan dan menetapkan UUD 1945 dan yang kedua mengangkat Soekarno sebagai
Presiden dan M. Hatta sebagai wakil presiden.

Pembentukan Kelengkapan Kenegaraan PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 mengadakan sidang dan
mengambil tiga keputusan penting, yaitu:

1. Menetapkan dan mengesahkan UUD 1945;

2. Mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden dan Moh. Hatta sebagai wakil presiden;

3. Membentuk Komite Nasional untuk membantu pekerjaan Presiden sebelum terbentuknya Majelis
Permusyawaratan Rakyat. Rancangan UUD hasil sidang BPUPKI kemudian dijadikan bahan sidang PPKI
pada 18 Agustus 1945. Atas usul Drs. Moh. Hatta dilakukan penyempurnaan sila pertama Pancasila
dan Rancangan UUD 1945. Sila pertama Pancasila yang semula berbunyi “Ke-Tuhanan dengan
kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab” diubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Pada siding PPKI tersebut, Otto Iskandardinata menyarankan memilih presiden dan wakil presiden
kemudian mengusulkan Bung Karno sebagai presiden dan Bung Hatta sebagai wakil presiden. Usulan
tersebut diterima sehingga presiden wakil presiden langsung dilantik saat itu juga. Dalam sidang hari
kedua pada tanggal 19 Agustus 1945, PPKI mengambil dua buah keputusan lagi:

1. Penetapan 12 Kementerian dalam lingkungan Pemerintah, yaitu Kementerian-kementerian Dalam


Negeri, Luar Negeri, Kehakiman, Keuangan, Kemakmuran, Kesehatan, Pengajaran, Sosial, Pertahanan,
Penerangan, Perhubungan, dan Pekerjaan Umum.

2. Pembagian daerah Republik Indonesia dalam 8 propinsi dan gubernurnya sebagai berikut:

Sumatera : Mr. Teuku Mohammad Hasan

Jawa Barat : Sutardjo Kartohadikusumo

Jawa Tengah : Raden Pandji Suroso

Jawa Timur : R.A. Suryo

Sunda Kecil : Mr. I Gusti Ketut Pudja

Maluku : Mr. J. Latuharhary

Sulawesi : Dr. G. S. J. Ratulangi

Kalimantan : Ir. Pangeran Mohamad Nur

Pada 22 Agustus 1945, PPKI mengambil keputusan membentuk Komite Nasional, Partai Nasional
Indonesia, dan Badan Keamanan Rakyat. KNIP diresmikan dan angota-anggotanya dilantik tanggal 29
Agustus 1945. Partai Nasional Indonesia pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai
politik di Indonesia. Namun dengan maklumat tanggal 31 Agustus diputuskan bahwa gerakan Partai
Nasional Indonesia ditunda dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Semenjak itu
gagasan satu partai ini tidak pernah dihidupkan lagi. Badan Kemanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai
bagian dari Badan Penolong Keluarga Korban Perang yang merupakan induk organisasi yang
ditunjukkan untuk memelihara keselamatan masyarakat. Pembentukan BKR dan bukan tentara
dimaksudkan agar tidak membangkitkan permusuhan dari kekuatan-kekuatan asing yang pada waktu
itu ada di Indonesia. Ke dalam BKR itulah terhimpun bekas anggota-anggota PETA, Heiho, Keisatsutai,
Seinendan, Keibodan, dan lainlain.

Pada tanggal 16 Oktober 1945, Wakil Presiden mengeluarkan Maklumat Wakil Presiden X yang
menyatakan bahwa KNIP diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan
Negara sebelum MPR dan DPR terbentuk.

Pada 3 November 1945, keluarlah maklumat pemerintah yang ditandatangani wakil presiden yang
berisi tentang pembentukan partai-partai politik. Partai politik ini bertujuan untuk mengatur semua
aliran paham yang ada di dalam masyarakat. Respon Rakyat dan Daerah terhadap Pembentukan
Negara dan Pemerintahan Indonesia Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia disebarkan oleh
F.Wuz, seorang markonis, oleh Radio Domei. Waidan B. Panalewen memerintahkan agar berita
tersebut disiarkan tiga kali, namun baru dua kali disiarkan, pihak Jepang memerintahkan berita
tersebut berhenti disiarkan. Namun, Waidan B. Panalewen memerintahkan F. Wuz terus
menyiarkannya hingga akhirnya kantor berita Domei disegel. Dengan disegelnya kantor Berita Domei,
para pemuda berinisiatif membuat pemancar baru dengan kode panggilan DJK I sehingga berita
kemerdekaan dapat terus disiarkan. Usaha penyebaran berita proklamasi juga tidak terbatas melalui
radio, namun juga melalui pers dan surat selebaran. Hampir seluruh Harian di Jawa dalam
penerbitannya 20 Agustus memuat proklamasi dan UndangUndang Negara Republik Indonesia.
Demikianlah berita proklamasi kemerdekaan tersiar ke seluruh tanah air.

Di Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono IX menyatakan “Negeri Ngayogyakarto Hadiningrat” yang


bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam Negara Republik Indonesia. Sementara itu, di
Jakarta, pada tanggal 19 September 1945 diselenggarakan rapat raksasa di lapangan Ikada untuk
menyambut proklamasi kemerdekaan. Rakyat membanjiri lapangan rapat, sekalipun bala tentara
Jepang melakukan penjagaan keras. Sebelumnya pimpinan tentara Jepang telah melarang
penyelenggaraan rapat tersebut. Suasana hangat dan mencekam ketika rakyat berhadapan dengan
tentara Jepang yang berjaga-jaga. Presiden Soekarno pun tidak jadi berpidato dan hanya
menyampaikan beberapa pesan singkat antara lain meminta supaya rakyat percaya pada pimpinan
dan pulang dengan tenang. Hal ini dilakukan agar bentrokan antara rakyat Indonesia dan tentara
Jepang tidak terjadi.

Pada hari yang sama, yaitu 19 September 1945, di Surabaya terjadi suatu peristiwa yang kemudian
terkenal sebagai “Insiden Bendera”. Insiden berpangkal pada tindakan beberapa orang Belanda yang
mengibarkan bendera merah putih pada tiang diatas Hotel Yamato, Tunjungan. Tindakan tersebut
menimbulkan amarah rakyat yang kemudian menyerbu hotel untuk menurunkan bendera tersebut,
merobek bagian yang berwana biru dan mengibarkannya kembali sebagai bendera Merah Putih.

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Kekuatan asing berikutnya yang harus


dihadapi oleh Republik Indonesia adalah pasukan pasukan sekutu yang ditugaskan untuk menduduki
wilayah Indonesia dan melucuti tentara Jepang. Yang melaksanakan tugas ini adalah Komando Asia
Tenggara dibawah pimpinan Laksaman Lord Louis Mountbatten. Untuk melaksanakan tugas ini,
Mountbatten membentuk suatu komando khusus yang diberi nama Allied Forces Netherlands East
Indones (AFNEI) dibawah Letnan Jenderal Sir Philip Christison. Kedatangan sekutu semula disambut
dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia. Akan tetapi setelah diketahui bahwa pasukan Sekutu
datang dengan membawa orang-orang NICA yang hendak menegakkan kembali kekuasaan kolonial
Hindia-Belanda, sikap Indonesia berubah menjadi curiga dan kemudian bermusuhan. Apalagi setelah
NICA mempersenjatai bekas KNIL yang dilepaskan dari tahanan Jepang dan mulai memancing
kerusuhan dan melakukan provokasi. Pendaratan sekutu yang disertai NICA disertai bentrokan-
bentrokan yang tak terhindarkan membuat suasana menjadi genting sehingga Pemerintah pada 5
Oktober 1945 mengeluarkan maklumat untuk membuat Tentara Keamanan Rakyat dengan Soeprijadi
(pemimpin perlawanan PETA di Blitar) sebagai pimpinannya.

Namun Soeprijadi tidak pernah datang, dan tidak diketahui kabar dan nasibnya sehingga pada 18
Desember 1945 jabatan Pemimpin Tertinggi TKR diiisi oleh Jenderal Soedirman. Pertempuran Lima
Hari di Semarang Peristiwa dimulai pada tanggal 14 Oktober 1945, ketika kurang lebih 400 orang
Veteran AL Jepang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata,
memberontak waktu dipindahkan ke Semarang. Pertempuran berlangsung lima hari dan baru
berhenti setelah pimpinan TKR berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Pertempuran Surabaya
Pasa 25 Oktober 1945, tentara AFNEI dibawah komando Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby mendarat
di Surabaya dan pada 27 Oktober 1945 mereka menyerbu penjara Republik untuk membebaskan
perwira sekutu yang ditawan Republik.
Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos sekutu di seluruh Surabaya diserang Indonesia. Dalam sebuah
insiden yang belum terungkapkan dengan jelas, Brigadir Jenderal Mallaby ditemukan tewas. Sekutu
kemudian mengeluarkan ultimatum supaya semua orang Indonesia harus melapor dan meletakkan
senjata paling lambat tanggal 10 November 1945. Ultimatum ini tidak dihiraukan sehingga pecahlah
perang Surabaya pada 10 November 1945. Bung Tomo adalah salah satu pemimpin perjuangan rakyat
Surabaya. Untuk memperingati perjuangan rakyat Surabaya, tanggal 10 November diperingati sebagai
Hari Pahlawan.

Pertempuran Ambarawa Pertempuran Ambarawa diawali dengan mendaratnya tentara Sekutu


dibawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada 20 Oktober 1945. Pada 21 November
1945, sekutu mundur ke Ambarawa. Insiden bersenjata antara rakyat dan tentara Ambarawa meluas
menjadi pertempuran. Setelah pertempuran sengit berlangsung, pada 12 Desember 1945, pasukan
Indonesia melancarkan serangan serentak. Setelah betempur selama empat hari akhirnya pasukan
Indonesia berhasil menghalau tentara Inggris dari Ambarawa.

Pertempuran Medan Area Pasukan sekutu yang diboncengi oleh serdadu Belanda dan NICA dibawah
pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mendarat di Medan pada 9 Oktober 1945. Pada tanggal 13
Oktober 1945 terjadi pertempuran pertama antara para pemuda dan pasukan Belanda yang
merupakan awal perjuangan bersenjata yang dikenal sebagai pertempuran Medan Area. Tanggal 10
Desember 1945 tentara sekutu melancarkan gerakan besar-besaran dengan mengikutsertakan
pesawat tempurnya. Pertempuran ini memakan banyak korban dari kedua belah pihak.

Bandung Lautan Api Pada waktu tentara sekutu memasuki kota Bandung pada Oktober 1945, para
pemuda sedang dalam perjuangan melaksanakan pemindahan kekuasaan dan perebutan senjata
serta peralatan perang dari tangan tentara Jepang. Tanggal 21 November 1945, sekutu mengeluarkan
ultimatum agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya dikosongkan oleh pihak Indonesia
pada 29 November 1945, namun ultimatum ini tidak dipedulikan oleh Indonesia. Pada 23 Maret 1946,
sekutu kembali mengeluarkan ultimatum agar TRI mengosongkan seluruh kota Bandung. Pemerintah
Republik Indonesia memerintahkan TRI mengosongkan kota Bandung, namun markas TRI di Yogya
menginstruksikan agar Bandung tidak dikosongkan. Akhirnya TRI Bandung mematuhi perintah dari
Pemerintah RI namun sambil menyerang kedudukan sekutu dan membumihanguskan kota Bandung
bagian Selatan. Perundingan Indonesia-Belanda Perundingan ini diprakarsai oleh Lord Killearn pada 7
Oktober 1946. Pihak Belanda diwakili oleh komisi dibawah pimpinan Prof. Schermehorn dan delegasi
Indonesia diketuai oleh PM Sutan Sjahrir. Perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan
senjata. Perundingan Linggarjati Perundingan Linggarjati dipimpin oleh Lord Killearn pada 10-15
November 1946 di Linggarjati, Jawa Barat. Persetujuan ini ditandatangani pada 25 Maret 1947. Dari
pihak Indonesia, delegasi diketuai oleh Sutan Sjahrir dan dari pihak Belanda adalah Prof.
Schermerchorn. Isi perundingan ini adalah: 1. Belanda mengakui wilayah kekuasaan Indonesia:
Sumatra, Jawa dan Madura. 2. Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk Negara
Indonesia Serikat. 3. Republik Indonesia serikat dan Belanda akan membentuk uni Indonesia-Belanda
dengan Ratu Belanda selaku ketuanya. Puputan Margarana Pada 2 dan 3 Maret 1946 Belanda
mendaratkan kurang lebih 2000 tentara di Bali. Menurut perjanjian Linggarjati, Bali tidak termasuk ke
dalam wilayah RI, sementara itu Belanda mengusahakan berdirinya negara boneka di Indonesia bagian
timur. Letkol I Gusti Ngurah Rai dibujuk Belanda untuk bekerja sama namun ia menolaknya. Pada 18
November 1946, Ngurah Rai menyerang Belanda, namun karena kekuatan yang tidak seimbang,
pasukan Ngurah Rai dapat dikalahkan dalam puputan Margarana. Peristiwa Westerling di Makasar
Pada bulan Desember 1946, Belanda mengirimkan pasukan di bawah pimpinan Kapten Raymon
Westerling ke Sulawesi Selatan. Sejak kedatangannya pada 7-25 Desember 1946, pasukan Westerling
membunuh beribu-ribu rakyat dengan tujuan membersihkan Sulawesi Selatan dari pejuang Indonesia
dan mematikan perlawanan terhadap pembentukan Negara Indonesia Timur. Gerakan pembersihan
yang dilakukan oleh Westerling dilakukan setelah terjadi pertempuran dengan pasukan “Harimau
Indonesia” dibawah pimpinan Walter Mongsidi di Barombong. Pertempuran Lima Hari Lima Malam di
Palembang Pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada 12 Oktober 1945 dibawah pimpinan Letnan
Kolonel Carmichael. Ketika Belanda menuntut Palembang dikosongkan dan pemuda menolak tuntutan
tersebut, pertempuran meletus. Untuk mengulur waktu, Belanda mengajak berunding. Ketika
perundingan berlangsung pada 1 Januari 1947, pertempuran meletus kembali. Pertempuran
berlangsung lima hari lima malam, korban berjatuhan di kedua belah pihak. Pada 6 Januari 1947,
akhirnya dicapai persetujuan gencatan senjata.

Agresi Militer Belanda Pertama Perselisihan akibat perbedaan penafsiran perjanjian Linggarjati
memuncak. Belanda menuntut agar segera diadakan gendarmerie bersama namun ditolak oleh
Indonesia. Tanggal 21 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan terhadap daerah-daerah Republik. TNI
menggunakan teknik perang gerilya dalam melawan Belanda. Akhirnya kekuasaan dan gerakan
Belanda berhasil dibatasi hanya di kota-kota besar dan jalan-jalan raya, sedangkan diluar itu menjadi
kekuasaan TNI. Agresi Belanda ini mendatangkan reaksi keras dari luar negeri. Dewan Keamanan PBB
memerintahkan keduabelah pihak melakukan gerncatan senjata. Perundingan Renville Untuk
mengawasi penghentian tembak menembak, Dewan Kemanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara
yang terdiri dari Australia, Belgia, dan Amerika Serikat. Dalam usaha menyelesaikan sengketa, KTN
mengadakan perundingan pada 8 Desember 1947 diatas sebuah kapal pengangkut pasukan Angkatan
Luar Amerika Serikat “USS Renville”. Delegasi dari Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Sjarifuddin
sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir Widjojoatmodjo, seorang Indonesia yang
memihak Belanda. Perjanjian Renville ditandatangani 17 Januari 1948.

Agresi Militer Belanda Kedua dan Serangan Umum 1 Maret 1949 Pada 18 Desember 1948, Dr. Beel
memberitahukan kepada delegasi RI dan KTN bahwa Belanda tidak lagi mengakui dan terikat pada
persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948, agresi militer kedua dilancarkan Belanda. Serangan
langsung ditujuakan ke Ibukota Republik Indonesia, Yogyakarta. Presiden, Wakil Presiden dan
beberapa pejabat lainnya ditawan Belanda. Dalam sidang kabinet yang sempat diadakan hari itu
diambil keputusan untuk memberikan mandat pada Mr. Sjarifuddin Prawiranegara untuk membuat
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI). Jika Mr. Sjarifuddin Prawiranegara tidak berhasil,
maka mandat diberika pada Mr. A.A. Maramis, L.N. Palar dan Dr. Sudarsono yang sedang berada di
India. Seluruh kekuatan TNI yang masih ada di Yogyakarta, diperintahkan ke luar kota untuk bergerilya
dipimpin oleh Jenderal Sudirman. Letnan Kolonel Soeharto kemudian mengadakan serangan ke
Yogyakarta dan berhasil menduduki kota Yogyakarta selama enam jam. Serangan ini memberikan
motivasi kepada TNI dan rakyat yang sedang berjuang dan menunjukkan pada dunia Internasional
bahwa TNI dan pemerintah Yogyakarta masih ada. Peristiwa agresi ini menimbulkan simpati kepada
Indonesia dari dunia Internasional sehingga India dan Birma memprakarsai Konferensi Asia di New
Delhi pada 20-23 Januari 1949. Konferensi ini menghasilkan resolusi yang intinya meminta Belanda
menarik mundur pasukannya dan mengembalikan pemerintahan ke Indonesia. Perjanjian Roem-
Royen Untuk membantu penyelesaian sengketa Indonesia-Belanda, UNCI akhirnya membawa kedua
pihak ke meja perundingan. Delegasi dari Indonesia diketuai oleh Mr. Moh. Roem dan delegasi dari
Belanda diketuai oleh Dr. Van Royen. Perundingan dilakukan pada 17 April-7 Mei 1949.

Konferensi Meja Bundar Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus-
2 November 1949. Hasil utamanya adalah Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada Republik
Indonesia Serikat selambat-lambatnya akhir bulan Desember 1949. Masalah irian Barat ditunda
penyelesaiannya selama satu tahun.
Pada 17 Desember 1949, Ir. Soekarno dilantik menjadi presiden RIS dan sebagai pejabat presiden RI
diangkat Mr. Assaat. RI kemudian menjadi negara bagian RIS. Pengakuan kedaulatan RIS dilakukan di
Belanda dan di Indonesia. Di Belanda pengakuan dilakukan oleh Ratu Belanda Wilhemina kepada Drs.
Moh. Hatta dan di Indonesia pengakuan kedaulatan dilakukan oleh Mr. Loving kepada Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.

Disintegrasi Nasional Peristiwa 3 Juli Pada 3 Juli 1946, Mr. Achmad Soebardjo, Mr. Iwa Koesoema
Soemantri dan Jenderal Mayor Soedarsono mencoba memaksa presiden menandatangani konsep
susunan Pemerintahan baru. Presiden menolak permintaan dan paksaan tersebut dan tokoh-tokoh
yang terlibat dalam peristiwa tersebut ditangkap.

Konferensi Malino

Konferensi Malino diselenggarakan tanggal 15-25 Juli 1946 atas prakasa Dr. H. J. Van Mook. Konferensi
ini membahas rencana pembentukan negara-negara di wilayah Indonesia yang akan menjadi bagian-
bagian dari suatu negara federal. Pemberontakan PKI/ Peristiwa Madiun PKI/FDR melakukan
pengkhianatan dan pemberontakan terhadap Republik Indonesia. Sejak kedatangan Musso, tokoh
komunis yang lama berada di Moskow, PKI mendaptkan jalan baru dan melakukan terror. Pada 18
September 1948, PKI merebut kota Madiun dan memproklamasikan berdirinya “Soviet Republik
Indonesia”. Selain di Madiun, PKI juga berhasil membentuk pemerintahan baru di Pati. Untuk
mengatasi pemberontakan ini, Pemerintah bertindak cepat. Operasi penumpasan dipimpin oleh
Kolonel A.H. Nasution. Dalam operasi ini, Musso berhasil ditembak mati sedangkan Amir Sjarifuddin
dan tokoh lainnya dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Proklamasi Negara Islam Indonesia
Pada 7 agustus 1949, Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam
Indonesia di suatu desa di kabupaten Tasikmalaya. Ketika Divisi Siliwangi hijrah ke Jawa Tengah akibat
pelaksanaan perjanjian Renville, Kartosuwiryo lebih leluasa melaksanakan geraknya. Pada waktu
pasukan Siliwangi kembali dari Jawa Tengah untuk melakukan perang gerilya Agresi Militer Belanda II,
mereka menjumpai kesatuan bersenjata yang menamakan dirinya Darul Islam/ Tentara Islam
Indonesia (DI/TII) yang menghalangi TNI kembali ke Jawa Barat. Pertempuran antara TNI divisi
Siliwangi dan DI/TII pun tak dapat dihindarkan. Gerakan ini ditumpas dengan operasi pagar betis. DI/
TII di Jawa Tengah Pemimpinnya adalah Amir Fatah. Gerakan ini bergabung dengan gerakan DI/TII
Kartosuwiryo di Jawa Barat. Proklamasi Negara Islam Indonesia di Jawa Tengah berlangsung pada 23
Agustus 1949 di Tegal. Untuk menumpas gerakan ini, pada Januari 1950, pemerintah membentuk
komando operasi yang disebut Gerakan Benteng Negara. DI/TII di Kalimantan Selatan Gerakan ini
dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Melalui operasi militer yang dimulai tahun 1959, gerakan ini berhasil
ditumpas. DI/TII di Sulawesi Selatan Pimpinan gerakan ini adalah Kahar Mudzakar. Pada tahun 1951,
ia menyatakan Sulawesi Selatan adalah bagian dari Negara Islam Indonesia dibawah pimpinan
Kartosuwiryo. Pemberontakan ini berakhir setelah Kahar Mudzakar tertembak mati pada Februari
1965. DI/TII di Aceh Gerakan ini dipimpin oleh Daud Beureuh. Gerakan ini berawal dari kekecewaan
diubahnya Daerah Istimewa Aceh menjadi keresidenan dibawah provinsi Sumatra Utara. Pada 20
September 1953, Daud Beureuh menyatakan Aceh sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia
dibawah pimpinan Kartosuwiryo. Penumpasan gerakan ini dilakukan melalui pendekatan sosial
budaya. Peristiwa APRA di Bandung Pembentukan APRIS menimbulkan ketegangan-ketegangan yang
mengakibatkan pertumpahan darah. Di Bandung, suatu kelompok menamakan dirinya ‘Angkatan
Perang Ratu Adil’ dan memberikan ultimatum pada pemerintah RIS dan Negara Pasundan agar mereka
diakui sebagai Tentara Pasundan. Pagi hari 23 Januari 1950, APRA dibawah pimpinan Kapten Raymond
Westerling melakukan serangan terhadap kota Bandung. Operasi penumpasan terhadap APRA segera
dilakukan oleh TNI. Peristiwa Andi Azis di Makassar Pemberontakan Andi Azis terjadi tanggal 5 April
1950 di Makassar. Andi Azis menuntut pasukan APRIS bekas KNIL saja lah yang bertanggung jawab
atas keamanan di daerah Negara Indonesia Timur. Penumpasan pemberontakan ini dilakukan pasukan
ekspedisi dibawah pimpinan Kolonel Alex Kawilarang. Meskipun Andi Azis telah menyerahkan diri
bulan April namun pertempuran masih terjadi hingga Agustus. Peristiwa Republik Maluku Selatan Di
Ambon tanggal 25 April 1950 diumumkan berdirinya Republik Maluku Selatan yang terlepas dari NIT
dan RIS dibawah pimpinan Soumokil. Pemerintah pusat berusaha menyelesaikan pemberontakan ini
secara damai namun tidak membuahkan hasil sehingga dibentuklah pasukan ekspedisi dibawah
pimpinan Kolonel Kawilarang untuk menumpasnya. Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia/
Perjuaangan Rakyat Semesta (PRRI/ Permesta) Gerakan separatisme ini bermula dari ketidakpuasan
terhadap pemerintah pusat dan anggapan pembangunan hanya terjadi di pulau Jawa. Pada 15
Februari 1958, Ahmad Husein mempermaklumkan berdirinya PRRI dengan Sjarifuddin Prawiranegara
sebagai Perdana Menterinya. Setelah jalan perundingan tidak berhasil, pemerintah menjalankan
beberapa operasi militer: Operasi Tegas, Operasi 17 Agustus, Operasi Sapta Marga, Operasi Sadar, dan
Operasi Merdeka. Pada 29 Mei 1946 akhirnya gerakan ini menyerahkan diri.

Demokrasi Liberal Menurut hasil KMB, Indonesia menjadi negara serikat yang terdiri dari negaa
bagian namun rakyat tidak puas dan usaha untuk kembali ke negara kesatuan dilancarkan dimana-
mana. Untuk menanggapi keinginan rakyat, pada rapat parlemen dan senat RIS pada 15 Agustus 1950,
Indonesia kembali ke negara kesatuan. Kehidupan Politik Masa Demokrasi Liberal Sistem
pemerintahan parlementer sesuai UUDS 1950 tidak membawa kestabilan politik, hal tersebut
dibuktikan dengan kabinet yang silih berganti.

Pemilu Pertama 1955 Pemilu ini diselenggarakan untuk memilih anggota DPR dan Konstituante.
Pemilu pertama ini diikuti 39 partai politik dan 13 kontestan perorangan. Hasil suara terbanyak yaitu
Partai Nasional Indonesia, Masyumi, Nadhatul Ulama, dan Partai Komunis Indonesia.

Demokrasi Terpimpin Konstituante yang diserahi tugas membentuk undang-undang dasar baru tidak
kunjung melaksanakan fungsi konstitutionalnya ditambah situasi politik, ekonomi serta aksi
pemberontakan mengancam disintegrasi bangsa sehingga keaadan ini membuat Presiden Soekarno
menggunakan kekuasaannya untuk mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Dekrit ini berisi tiga poin
penting: 1. Memberlakukan kembali Undang-Undang Dasar 1945 2. Membubarkan Konstituante 3.
Pembentukan MPRS dan DPAS Sejak dekrit presiden dikeluarkan, Indonesia memasuki masa
pemerintahan dengan sistem demokrasi terpimpin yaitu suatu sistem demokrasi yang langsung
dipimpin oleh presiden. Berikut adalah beberapa hal yang terjadi pada masa demokrasi terpimpin.

Manipol Usdek

Dalam memperingati HUT RI ke-14 pada 17 Agustus 1959, presiden Soekarno menyampaikan pidato
yang berjudul “Penemuan Kembali Revolusi Kita”. Pidato ini kemudian dikenal sebagai Manifesto
Politik Republik Indonesia (Manipol) yang berintikan Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme
Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi Terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (USDEK). Manipol
Usdek kemudian ditetapkan sebagai GBHN dalam Perpres No 1 tahun 1960 yang diperkuat oleh Tap
MPR No 1/MPRS/1960. Pembubaran DPR Hasil Pemilu 1955 Melalui Perpres No 3 Tahun 1960,
Presiden membubarkan DPR hasil pemilu karena perselisihan tentang penetapan APBN untuk periode
1961. Kemudian Presiden Soekarno membentuk DPRGotong Royong yang keanggotannya dipilih,
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. Pembubaran Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia
Presiden Soekarno membubarkan Partai Masyumi dan Partai Sosialis Indonesia. Hal ini membatasi
ruang gerak politik rakyat juga memperbesar kesempatan PKI memperluas pengaruhnya.
Pembentukan MPRS MPRS yang dibentuk oleh presiden Soekarno dalam sidang pertamanya pada 10
November-7 Desember 1960 menghasilkan 3 keputusan: 1. TAP MPRS No. I/MPRS/1960 tentang
Manifesto Politik Indonesia sebagai GBHN. 2. TAP MPRS No.II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar
Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahap Pertama 1961-1969. 3. Mengangkat Presiden
Soekarno sebagai Pemimpin Besar Revolusi dan Mandataris MPRS. Perjuangan Pembebasan Irian
Barat. Dalam rangka pembebasan Irian Barat, Presiden Soekarno mengeluarkan komando yang
dikenal sebagai Tri Komando Rakyat (TRIKORA) pada 19 Desember 1961, yang berisi 3 poin sebagai
berikut. 1. Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda. 2. Kibarkan Sang Merah
Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia 3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum mempertahankan
kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa. Langkah pertama Trikora dalah membentuk
komando operasi militer yang diberi nama Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Beberapa
operasi militer dilakukan seperti Operasi Banteng di Fak Fak, Operasi Naga di Merauke, Operasi Jatayu
di Sorong, Kaimana dan Merauke, dan Operasi Jayawijaya. Dalam pembebasan Irian Barat, Komandor
Yos Sodarso gugur dalam peristiwa laut Aru pada 15 Januari 1962. Pada 15 Agustus 1962, Indoensia
dan Belanda menandatangai persetujuan New York yang menyatakan bahwa selambat-lambatnya
Belanda akan menyerahkan Irian Barat pada pemerintahan sementara PBB, UNTEA pada 1 Oktober
1962 dan selambat-lambatnya 1 Mei 1963, pemerintahan RI akan menerima Irian Barat dari
UNTEA(pemerintahan sementara PBB). Persetujuan ini dapat terlaksana berawal dari usul Ellsworth
Bunker.

Pada 14 Februari 1963, diselenggarakan Penentuan Pendapat Rakyat yang hasilnya rakyat Irian Barat
ingin bergabung dengan Indonesia. Pada 1 Mei 1963, Irian Barat secara resmi menjadi bagian dari
Indonesia. Jatuhnya Orde Lama Pada masa Demokrasi Terpimpin, PKI memiliki pengaruh politik yang
besar. Pelaksanaan ide Nasionalis, Agama dan Komunisme (Nasakom) yang memudahkan PKI
memperluas pengaruhnya ke masyarakat. Pada akhir 1963, sebuah gerakan yang disebut “aksi
sepihak” dilancarkan PKI dan pendukungnya dengan mengambil alih tanah perkebunan milik
pemerintah. Contoh aksi sepihak yang dilakukan PKI adalah Peristiwa Jengkol (15 November 1961),
Peristiwa Indramayu (15 Oktober 1964), Peristiwa Boyolali (November 1964), Peristiwa Kaniogoro (13
Januari 1965), dan Peristiwa Bandar Betsi ( 14 Mei 1965).

Pengaruh PKI pun terasa di kalangan seniman dan intelektual dengan berdirinya Lekra. Hal ini
menimbulkan reaksi dari kelompok anti PKI yang mengeluarkan pernyataan Manifesto Kebudayaan
(Manikebu). Namun kemudian Manikebu dilarang oleh pemerintah pada Mei 1964. Pada September
1964, pemerintah juga membubarkan Partai Murba yang garis politiknya berseberangan dengan PKI.
Pada 14 Januari 1965, Ketua CC PKI, Dipa Nusantara Aidit menuntut pemerintah mempersenjatai
kaum buruh dan tani yang dikenal dengan angkatan kelima. Ditengah situasi politik yang memanas,
PKI menyatakan bahwa dalam tubuh TNI AD ada sebuah Dewan Jenderal yang bertugas menilai
kebijaksanaan Presiden. Akhirnya, sekelompok pasukan dibawah pimpinan Letnan Kolonel Untung
melakukan aksi bersenjata. Mereka menculik dan membunuh perwira tinggi Angkatan Darat, yaitu
Letan Jenderal Ahmad Yani, Mayor Jenderal R Suprapto, Mayor Jenderal harjono Mas Tirtodarmo,
Mayor Jenderal Suwondo Parman, Brigadir Jenderal Donald Izacus Panjaitan, dan Brigadir Jenderal
Sutoyo Siswomiharjo. Disamping itu gugur pula Letnan Satu Piere Andreas Tendean dan Brigadir Polisis
Sasuit Tubun dan Ade Irma Suryani Nasution. Sementara itu di Yogyakarta gugur pula dua perwira TNI-
AD yaitu Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono. Mereka yang gugur pada peristiwa ini
diangkat sebagai Pahlawan Revolusi. Pada 2 Oktober 1965, markas pemberontak dikuasai dan
gerakan itu ditumpas. Tokoh G 30 S ditangkap dan diajukan ke pengadilan. Peristiwa G 30 S menjadi
suatu momentum peralihan kekuasaan orde lama ke orde baru. Setelah persitiwa G30S, masyarakat
menuntut agar pelaku G 30 S diadili namun sikap pemerintahan kurang tegas. Hal tersebut
menimbulkan ketidakpuasan sehingga menimbulkan demonstrasi yang dilakukan olej Kesatuan Aksi
Mahasiswa (KAMI), Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI), Kesatuan AKsi Sarjana Indonesia
(KASI), Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI), Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI). Kesatuan Aksi
Buruh Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI), Kesatuan Aksi Pengemudi Becak
Indonesia (KAPBI). Pada 10 Januari 1966, dipelopori KAMI dan KAPPI, kesatuan aksi yang tergabung
dalam Front Pancasila turun ke jalan melakukan demonstrasi dan mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat
(Tritura), yaitu: 1. Pembubaran PKI, 2. Pembersihan kabinet dari unsur-unsur gerakan Gerakan 30
September, 3. Penurunan harga/ perbaikan ekonomi. Menghadapi situasi ini, Presiden Soekarno pada
15 Januari 1966 mengadakan sidang kabinet Dwikora dan menyatakan kesediaannya memberikan
penyelesaian politik. Hal ini dilakukan presiden Soekarno dengan mengubah Kabinet Dwikora menjadi
Kabinet Dwikora yang disempurnakan atau kabinet 100 menteri. Namun hal ini tidak memberikan
kepuasan pada masyarakat karena menterimenteri tersebut banyak yang memihak PKI. Pada 11
Maret 1966, Presiden Soekarno kemudian memberikan mandat pada Letjen Soeharto untuk
memulihkan kondisi yang dikenal dengan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Berdasarkan
Supersemar, Letjen Soeharto segera mengambil tindakan yang penting dalam rangka memulihkan
situasi, yaitu membubarkan PKI dan mengamankan menteri kabinet dwikora yang dianggap terlibat
gerakan 30 September 1965.

Pada 20 Juni-5 Juli 1966, MPRS menyelenggarakan sidang umum sebagai langkah dalam mengoreksi
terhadap penyelewengan yang dilakukan pada masa pemerintahan orde lama. Kemudian kabinet
dwikora dibubarkan dan dibentuklah kabinet Ampera. Perkembangan politik selanjutnya adalah
penyerahan kekuasaan dari Presiden Soekarno pada Letjen Soeharto pada 22 Februari 1967. Dengan
demikian, berakhirlah orde lama. Orde Baru (11 Maret 1966 – 21 Mei 1998) Terjadi di masa
pemerintahan Presiden Soeharto, menggantikan Orde Lama yang merujuk era pemerintahan
Soekarno. Orde ini diawali dengan lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966. Pemerintah menyatakan
akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen namun pelaksanaannya
banyak menyimpang, terbukti dengan banyaknya korupsi, kolusi, dan nepotisme yang merajalela.
Pada masa ini, penumpasan PKI dan ormas-ormasnya dilakukan secara aktif.

Pada 1973 dilaksanakan pemilihan umum pertama pada masa Orde Baru dan pemerintah melakukan
penyederhanaan dan penggabungan (fusi) partai politik menjadi 3 kekuatan, yaitu: Partai Persatuan
Pembangunan (gabungan NU, Parmusi, PSII, PERTI), Partai Demokrasi Indonesia (PDI) (gabungan dari
PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo), dan Golongan Karya. Selain itu, ABRI diberikan
fungsi ganda yaitu Hankam (fungsi menjaga stabilitas keamanan negara) dan Sosial (Mendapat jatah
kursi di MPR dan DPR). Pada 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai
pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila yang dikenal dengan Ekaprasetya
Pancakarsa. Dalam sektor ekonomi, pemerintah melaksanakan rangkaian REPELITA (Rencana
Pembangunan Lima Tahun) dan Swasembada beras. Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis
keuangan dan ekonomi Asia. Harga minyak, gas, dan komoditas ekspor jatuh, Rupiah jatuh, inflasi
meningkat dan perpindahan modal dipercepat. Di tengah gejolak kemarahan massa, Soeharto mundur
dari jabatan Presiden pada 21 Mei 1998 setelah 32 tahun menjabat.

Orde Reformasi (Mei 1998 – sekarang) Orde Reformasi dimulai sejak Presiden Soeharto digantikan
oleh Presiden B.J. Habibie. Pada masa ini, terjadi pemisahan Timor-Timur melalui referendum yang
disponsori PBB. Tahun 1999, Presiden B.J. Habibie mundur dari jabatan presiden setelah pidato
pertanggungjawabannya ditolak oleh DPR, ia digantikan oleh Abdurahman Wahid. Pemilu yang
diselenggarakan pada Orde Reformasi adalah Pemilu tahun 1999, Pemilu Tahun 2004, Pemilu Tahun
2009, dan Pemilu Tahun 2014.
Paket Hapalan Pancasila dan Lambang Negara
Jenis-jenis Ideologi yang ada pada umumnya

1. Liberalisme = memiliki konsep kebebasan individual, artinya kesetaraan bagi semua anggota
masyarakat. Hak individu tidak boleh dicampuri oleh Negara.

2. Sosialisme = menganggap bahwa manusia adalah makhluk kreatif, sehingga untuk mencapai
kebahagiaan harus melalui kerjasama. Hak milik untuk pribadi dibatasi. Agama harus mendorong
keberamaan. Peran Negara untuk pemerataan keadilan.

3. Fundamentalisme = menetapkan agama sebagai hukum politik dalam dunia modern.

4. Marxisme ( Komunisme) = mengutamakan kebersamaan individu. Hak pribadi tidak diakui. Prinsip
utama adalah meterialisme yang menyangkal adanya jiwa rohani dan Tuhan. Biasanya cirinya adanya
satu partai, tidak ada golongan dalam masyarakat. Bersifat otoriter dan monopoli.

5. Nasionalisme = Tidak membedakan ras, suku bangsa mementingkan persatuan diatas individu.

Jenis Norma

1. Norma Agama = Peraturan yang diciptakan Tuhan bersumber dari kitab suci.

2. Norma Kesusilaan = Peraturan yang dianggap sebagai suara hati manusia. Aturan hidup tentang
perilaku baik dan buruk berdasarkan kebenaran dan keadilan.

3. Norma Kesopanan = Peraturan yang dibuat oleh agama dan adat. Menghubungkan manusia
terhadap manusia di sekitarnya.

4. Norma Hukum = Peraturan yang dibuat oleh penguasa Negara / lembaga adat. Bersifat memaksa
dan mengikat.

Ciri – ciri ideologi

1. Ideologi Terbuka

a. Merupakan kekayaan rohani, moral dan budaya.

b. Tidak diciptakan Negara tapi ditemukan dalam masyarakat itu sendiri

c. Menghargai pluralitas sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas

d. Bersifat tidak mutlak (fleksibel) e. Isinya tidak langsung Operasional Contoh: Indonesia

2. Ideologi Tertutup

a. Bukan merupakan cita-cita masyarakat

b. Memaksakan ideologi, ideologi diciptakan oleh penguasa

c. Bersifat totaliter (mencakup semua bidang)

d. HAM tidak dihormati

e. Isinya langsung operasional dan orgriter serta tuntutan konkret dan total
f. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan. Bidang informasi dikuasai dan pendidikan
dibatasi. Karena itu merupakan sarana efektif untuk menguasai perilaku masyarakat Contoh : Korea
Utara

Pancasila Kata atau istilah Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yaitu Panca yang berarti Lima dan
Sila yang berarti Dasar atau Asas. Secra etimologi, Pancasila berarti Dasar yang memiliki lima sendi.
Nilai dalam Pancasila

1. Nilai dasar, Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan
dan nilai keadilan.

2. Nilai Instrumental, adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Contoh : nilai
yang terkandung dalam UUD 1945

3. Nilai Praksis, adalah penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang lebih
nyata atau pelaksanaan nyata dari nilai-nilai pancasila.

Nilai dalam Pancasila berdasarkan Prof.Dr. Notonegoro

1. Nilai Material, segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia

2. Nilai Vital, sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas

3. Nilai Kerohanian, segala seuatu yang berguna bagi rohani manusia

a. Nilai kebenaran b. Nilai keindahan c. Nilai kebaikan d. Nilai religious

Asal – Usul Pancasila

1. Causa materialis (asal mula bahan) : berasal dari bangsa Indonesia sendiri, terdapat dalam adat
kebiasaan, kebudayaan dan dalam agama-agamanya.

2. Causa formalis (asal mula bentuk atau bangun) : bagaimana Pancasila itu dibentuk rumusannya
sebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam hal ini BPUPKI memiliki
peran yang sangat menentukan.

3. Causa efisien (asal mula karya) : asal mula yang meningkatkan Pancasila dari calon dasar negara
menjadi Pancasila yang sah sebagai dasar negara. Asal mula karya dalam hal ini adalah PPKI.

4. Causa finalis (asal mula tujuan) : tujuan dari perumusan dan pembahasan Pancasila yakni hendak
dijadikan sebagai dasar negara. Untuk sampai kepada kausa finalis tersebut diperlukan kausa atau asal
mula sambungan.

Kedudukan Pancasila

1. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia Pancasila sebagai dasar negara sering disebut
juga falsafah negara. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia berarti bahwa Pancasila
digunakan sebagai dasar dalam mengatur pemerintahan negara dan penyelenggaraan negara.
Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara, merupakan sumber tertib hukum tertinggi yang mengatur
dan mengikat kehidupan Negara dan masyarakat.

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia,
berarti Pancasila adalah sikap mental dan tingkah laku bangsa Indonesia yang mempunyai ciri khas,
dan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.
3. Pancasila sebagai pandangan hidup (way of life) Pancasila sering disebut way of life, berarti
pancasila menjadi petunjuk arah seluruh kegiatan kehidupan dalam berbagai bidang kehidupan guna
mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia
berfungsi sebagai norma, pegangan hidup, pedoman hidup dan petunjuk arah bagi semua kegiatan
hidup dan penghidupan bangsa Indonesia dalam berbagal aspek kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Dengan demikian berarti bahwa semua sikap dan perilaku setiap manusia Indonesia
haruslah dijiwai dan merupakan pancaran pengamalan sila-sila Pancasila.

4. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan
bangsa Indonesia berarti bahwa Pancasila dijadikan sebagai cita-cita dan tujuan yang hendak dicapai
bangsa Indonesia yaitu suatu masyarakat yang Pancasilais. Dasar negara Pancasila yang dirumuskan
dan terkandung dalam pembukaan UUD 1945, memuat cita-cita dan tujuan nasional. Cita-cita bangsa
(Pembukaan UUD 1945 alenia II), tujuan bangsa (Pembukaan UUD 1945 alenia IV).

Tujuan bangsa dan negara Indonesia dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945, yaitu sebagai
berikut.

a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

b. Memajukan kesejahteraan umum.

c. Mencerdaskan kehidupan bangsa.

d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.

5. Pancasila sebagal perjanjian luhur bangsa Indonesia Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa
Indonesia, berarti bahwa Pancasila merupakan keputusan final bagi bangsa Indonesia. Pancasila
adalah kesepakatan dan perjanjian serta konsensus bangsa Indonesia sebagai dasar negara yang
ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Istilah Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia
muncul dalam pidato kenegaraan Presiden Soekarno di depan sidang Dewan Perwakilan Rakyat
Gotong-ROyong (DPR-GR) pada tanggal 16 Agustus 1967, yang merupakan kesepakatan bulat para
wakil-wakil bangsa Indonesia (PPKI) menjelang dan sesudah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus
1945.

6. Pancasila Sebagai Ideologi Negara Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental
mengenai bagaimana hidup bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik Negara
atau rezim tertentu.

7. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum Pancasila sebagai sumber dari segala sumber
hukum indonesia, yang berwujud di dalam tertib hukumnya. Sebagai sumber hukum disini maksudnya
ialah Pancasila sebagai asal, tempat setiap pembentuk hukum di Indonesia mengambil atau menimba
unsur-unsur dasar yang diperlukan untuk tugasnya itu, dan merupakan tempat untuk menemukan
ketentuan-ketentuan yang akan menjadi sisi dari peraturan hukum yang akan di buat, serta sebagai
dasar-ukuran (maatstaf), untuk menguji apakah isi suatu peraturan hukum yang berlaku sungguh-
sungguh merupakan suatu hukum yang mengarah kepada tujuan hukum negara Republik Indonesia.

8. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia Pancasila dalam pengertian ini adalah seperti yang
dijelaskan dalam teori "Von Savigny" bahwa setiap Volksgeist (jiwa rakyat/jiwa bangsa) Indonesia
telah melaksanakan Pancasila. Dengan kata lain, lahirnya Pancasila bersamaan dengan adanya bangsa
Indonesia
Sejarah Lahirnya Pancasila Penjajahan Belanda berakhir pada tahun 1942, tepatnya tanggal 8 Maret.
Sejak saat itu Indonesia diduduki oleh bala tentara Jepang. Namun Jepang tidak terlalu lama
menduduki Indonesia. Mulai tahun 1944, tentara Jepang mulai kalah dalam melawan tentara Sekutu.
Untuk menarik simpati bangsa Indonesia agar bersedia membantu Jepang dalam melawan tentara
Sekutu, Jepang memberikan janji kemerdekaan di kelak kemudian hari. Janji ini diucapkan oleh
Perdana Menteri Kaiso pada tanggal 7 September 1944. Oleh karena terus menerus terdesak, maka
pada tanggal 29 April 1945 Jepang memberikan janji kemerdekaan yang kedua kepada bangsa
Indonesia, yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang dituangkan dalam Maklumat Gunseikan
(Pembesar Tertinggi Sipil dari Pemerintah Militer Jepang di Jawa dan Madura) Dalam maklumat itu
sekaligus dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usul-usul untuk
selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat dipertimbangkan bagi
kemerdekaan Indonesia. Keanggotaan badan ini dilantik pada tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan
sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945.

Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan khusus mengenai calon dasar negara untuk Indonesia
merdeka nanti. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di antaranya adalah
Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masingmasing mengusulkan calon dasar negara untuk
Indonesia merdeka.

Muhammad Yamin mengajukan usul mengenai dasar negara secara lisan yang terdiri atas lima hal,
yaitu:

1. Peri Kebangsaan

2. Peri Kemanusiaan

3. Peri Ketuhanan

4. Peri Kerakyatan

5. Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Muhammad Yamin juga mengajukan usul secara tertulis yang juga terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Persatuan Indonesia

3. Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni 1945, Bung Karno
mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)

2. Internasionalisme (Perikemanusiaan)

3. Mufakat atau Demokrasi

4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila.

Lebih lanjut Bung Karno mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila,
yaitu:

1. Sosio nasionalisme

2. Sosio demokrasi

3. Ketuhanan

Berikutnya tiga hal ini menurutnya juga dapat diperas menjadi Ekasila yaitu Gotong Royong. Selesai
sidang pertama, pada tanggal 1 Juni 1945 para anggota BPUPKI sepakat untuk membentuk sebuah
panitia kecil yang tugasnya adalah menampung usul-usul yang masuk dan memeriksanya serta
melaporkan kepada sidang pleno BPUPKI. Tiap-tiap anggota diberi kesempatan mengajukan usul
secara tertulis paling lambat sampai dengan tanggal 20 Juni 1945.

Adapun anggota panitia kecil ini terdiri atas delapan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Ki Bagus Hadikusumo

3. K.H. Wachid Hasjim

4. Mr. Muh. Yamin

5. M. Sutardjo Kartohadikusumo

6. Mr. A.A. Maramis

7. R. Otto Iskandar Dinata

8. Drs. Muh. Hatta

Pada tanggal 22 Juni 1945 diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil, dengan para anggota BPUPKI
yang berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah Panitia
Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan orang, yaitu:

1. Ir. Soekarno

2. Drs. Muh. Hatta

3. Mr. A.A. Maramis

4. K.H. Wachid Hasyim

5. Abdul Kahar Muzakkir

6. Abikusno Tjokrosujoso

7. H. Agus Salim

8. Mr. Ahmad Subardjo

9. Mr. Muh. Yamin


Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga melanjutkan sidang dan
berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan
“Piagam Jakarta”. Dalam sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juli 1945, hasil yang dicapai adalah
merumuskan rancangan Hukum Dasar. Sejarah berjalan terus. Pada tanggal 9 Agustus dibentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah tanpa
syarat kepada Sekutu, dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut
dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 Agustus 1945. Sehari setelah proklamasi
kemerdekaan PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama (1) mengesahkan rancangan Hukum
Dasar dengan preambulnya (Pembukaannya) dan (2) memilih Presiden dan Wakil Presiden. Untuk
pengesahan Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul, Bung
Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945 sore hari, sesaat setelah
Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian Timur yang menemuinya. Rakyat
Indonesia bagian Timur mengusulkan agar pada alinea keempat preambul, di belakang kata
“ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya”
dihapus. Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari negara RI yang
baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan kepada sidang pleno PPKI, khususnya
kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim
dan Teuku Muh. Hasan. Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokohtokoh Islam, demi persatuan dan
kesatuan bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan kesatuan,
mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu merelakan dicoretnya
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang kata Ketuhanan
dan diganti dengan “Yang Maha Esa”. Adapun bunyi Pembukaan UUD1945 selengkapnya sebagai
berikut:

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 PEMBUKAAN

(Preambule)

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan
di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia
dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan
Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan de-ngan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya
berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini
kemerdekaannya.

Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidup-an bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadil-an sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan
Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Ke-rakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila dan Lambang Negara Pancasila terdapat di Lambang Negara kita, yaitu Burung Garuda.
Lambang Negara

Lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Lambang negara Indonesia berbentuk burung Garuda yang kepalanya menoleh ke sebelah kanan (dari
sudut pandang Garuda), perisai berbentuk menyerupai jantung yang digantung dengan rantai pada
leher Garuda, dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”
ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda. Lambang ini dirancang oleh Sultan Hamid II dari
Pontianak, kemudian disempurnakan oleh Presiden Soekarno, dan diresmikan pemakaiannya sebagai
lambang negara pertama kali pada Sidang Kabinet Republik Indonesia Serikat tanggal 11 Februari
1950. Lambang negara Garuda Pancasila diatur penggunaannya dalam Peraturan Pemerintah No.
43/1958

Sejarah Garuda Pancasila

Setelah Perang Kemerdekaan Indonesia 1945-1949, disusul pengakuan kedaulatan Indonesia oleh
Belanda melalui Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949, dirasakan perlunya Indonesia (saat itu
Republik Indonesia Serikat) memiliki lambang negara. Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis
dengan nama Panitia Lencana Negara di bawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan
Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M A
Pellaupessy, Moh Natsir, dan RM Ng Poerbatjaraka sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi
usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah Merujuk keterangan
Bung Hatta dalam buku “Bung Hatta Menjawab” untuk melaksanakan Keputusan Sidang Kabinet
tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik,
yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima pemerintah
dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II. Karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar
matahari yang menampakkan pengaruh Jepang. Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara
perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta, terus
dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Mereka bertiga sepakat mengganti pita
yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan
menambahkan semboyan "Bhineka Tunggal Ika".Tanggal 8 Februari 1950, rancangan lambang negara
yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan
lambang negara tersebut mendapat masukan dari Partai Masyumi untuk dipertimbangkan kembali,
karena adanya keberatan terhadap gambar burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang
memegang perisai dan dianggap terlalu bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan
berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali-Garuda Pancasila. Disingkat
Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada Kabinet RIS
melalui Moh Hatta sebagai perdana menteri. AG Pringgodigdo dalam bukunya “Sekitar Pancasila”
menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya
dalam Sidang Kabinet RIS pada tanggal 11 Februari 1950. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali
Garuda Pancasila masih "gundul" dan tidak berjambul seperti bentuk sekarang ini. Presiden Soekarno
kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di
Hotel Des Indes Jakarta pada 15 Februari 1950. Soekarno terus memperbaiki bentuk Garuda Pancasila.
Pada tanggal 20 Maret 1950 Soekarno memerintahkan pelukis istana, Dullah, melukis kembali
rancangan tersebut; setelah sebelumnya diperbaiki antara lain penambahan "jambul" pada kepala
Garuda Pancasila, serta mengubah posisi cakar kaki yang mencengkram pita dari semula di belakang
pita menjadi di depan pita, atas masukan Presiden Soekarno. Dipercaya bahwa alasan Soekarno
menambahkan jambul karena kepala Garuda gundul dianggap terlalu mirip dengan Bald Eagle,
Lambang Amerika Serikat. Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan
bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar
lambang negara. Rancangan Garuda Pancasila terakhir ini dibuatkan patung besar dari bahan
perunggu berlapis emas yang disimpan dalam Ruang Kemerdekaan Monumen Nasional sebagai acuan,
ditetapkan sebagai lambang negara Republik Indonesia, dan desainnya tidak berubah hingga kini.

Deskripsi dan arti filosofi Garuda

Garuda Pancasila sendiri adalah burung Garuda yang sudah dikenal melalui mitologi kuno dalam
sejarah bangsa Indonesia, yaitu kendaraan Wishnu yang menyerupai burung elang rajawali. Garuda
digunakan sebagai Lambang Negara untuk menggambarkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang
besar dan negara yang kuat.

Warna keemasan pada burung Garuda melambangkan keagungan dan kejayaan.

Garuda memiliki paruh, sayap, ekor, dan cakar yang melambangkan kekuatan dan tenaga
pembangunan.

Jumlah bulu Garuda Pancasila melambangkan hari proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945, antara lain: o 17 helai bulu pada masing-masing sayap o 8 helai bulu pada ekor o 19
helai bulu di bawah perisai atau pada pangkal ekor o 45 helai bulu di leher Perisai

1. Perisai adalah tameng yang telah lama dikenal dalam kebudayaan dan peradaban Indonesia sebagai
bagian senjata yang melambangkan perjuangan, pertahanan, dan perlindungan diri untuk mencapai
tujuan.

2. Di tengah-tengah perisai terdapat sebuah garis hitam tebal yang melukiskan garis khatulistiwa yang
menggambarkan lokasi Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu negara tropis yang dilintasi garis
khatulistiwa membentang dari timur ke barat.

3. Warna dasar pada ruang perisai adalah warna bendera kebangsaan Indonesia "merahputih".
Sedangkan pada bagian tengahnya berwarna dasar hitam.

4. Pada perisai terdapat lima buah ruang yang mewujudkan dasar negara Pancasila. Pengaturan
lambang pada ruang perisai adalah sebagai berikut:

1. Sila pertama dengan lambang bintang – ketuhanan yang maha esa. Bintang pada lambang sila
pertama artinya adalah menerangi dan memberi cahaya bagi bangsa dan negara. Terus memberi
cahaya seperti tuhan yang maknanya adalah jalan terang agar negara dapat menempuh jalan yang
benar.

2. Sila kedua lambang rantai – kemanusiaan yang adil dan beradab. Rantai merupakan lambang dari
sila kedua, rantai ini memiliki makna yang sangat besar dan terdiri dari rantai bulat (melambangkan
perempuan) dan rantai persegi (melambangkan laki laki). Rantai yang saling berkait melambangkan
bahwa setiap rakyat baik perempuan dan laki laki harus bersatu padu untuk agar bisa menjadi kuat
seperti rantai.

3. Sila ketiga lambang pohon beringin – persatuan Indonesia. Pohon beringin merupakan pohon yang
besar memiliki ranting luas yang dapat menjadi tempat berteduh yang menyejukkan. Selain itu pohon
beringin juga memiliki akar yang sangat kuat dan menjalar di mana mana, seperti keanekaragaman
suku dan bangsa indonesia yang harus tetap bersatu.
4. Sila keempat lambang kepala banteng – kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Kepala banteng memiliki makna bahwa hewan yang suka berkumpul
dan memiliki kepala yang tangguh. Banteng merupakan hewan yang memiliki jiwa sosial yang tinggi
dan suka berkumpul. Artinya kita harus rajin bermusyawarah dalam menyelesaikan suatu masalah dan
dalam mengambil keputusan.

5. Sila kelima lambang padi dan kapas- keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Padi dan kapas
ini melambangkan kebutuhan dasar manusia, padi yang menjadi dasar untuk makanan pokok dan
kapas untuk kebutuhan dasar sandang. Jadi lambang ini bertujuan untuk memberikan kebutuhan
dasar setiap bangsa indonesia secara merata dan adil. Pita bertuliskan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika Kedua cakar Garuda Pancasila mencengkeram sehelai pita putih bertuliskan "Bhinneka Tunggal
Ika" berwarna hitam. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah kutipan dari Kakawin Sutasoma karya
Mpu Tantular. Kata "bhinneka" berarti beraneka ragam atau berbeda-beda, kata "tunggal" berarti
satu, kata "ika" berarti itu. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu",
yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya tetap adalah satu kesatuan, bahwa di
antara pusparagam bangsa Indonesia adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk
menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan.

Butir – butir Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

i. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

ii. Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.

iii. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk agama dengan
penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

iv. Membina kerukunan hidup di antara sesame umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa

v. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.

vi. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.

vii. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang
lain.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

i. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa

ii. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia, tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.

iii. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.


iv. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.

v. Mengembangkan sukap tidak semena-mena terhadap orang lain.

vi. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

vii. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.

viii. Berani membela kebenaran dan keadilan.

ix. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.

x. Mengembangkan sikap hormat dan menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.

3. Persatuan Indonesia

i. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara
sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

ii. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.

iii. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.

iv. Mengembangkan rasa kebanggan dan kebangsaan dan bertanah air Indonesia.

v. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.

vi. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.

vii. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

i. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama.

ii. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

iii. Mengutaman musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.

iv. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

v. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

vi. Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah.

vii. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.

viii. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

ix. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

x. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan


permusyawaratan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

i. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.

ii. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

iii. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.

iv. Menghormati hak orang lain.

v. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.

vi. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain.

vii. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah.

viii. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum.

ix. Suka bekerja keras.

x. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama.

xi. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.

Lembaga Tinggi Negara


PRESIDEN

Presiden berperan sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara dan panglima militer tertinggi.
Presiden memiliki jabatan lima tahun dan dapat dipilih lagi untuk satu kali masa jabatan.

Syarat presiden :

1. Warga Indonesia

2. Tidak mengkhianati negara

3. Mampu secara jasmani dan rohani

Wewenang presiden sebagai kepala negara :

1. Mengangkat duta dan konsul

2. Menerima penempatan duta negara lain

3. Memberi grasi dan rehabilitasi

4. Memberi amnesti dan abolisi

5. Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya

Wewenag presiden sebagai kepala pemerintahan :

1. Berhak mengajukan RUU kepada DPR

2. Menetapkan peraturan pemerintah


3. Membuat perjanjian internasional

4. Menjalankan fungsi eksekutif

5. Mengangkat dan meMberhentikan menteri-menteri

6. Membuat perjanjian dengan negara lain

Wewenang presiden sebagai panglima tertinggi :

1. Memegang kuasa tertinggi atas AD, AL dan AU

2. Menyatakan perang, membuat perdamaian dengan negara lain

3. Menyatakan keadaan bahaya

DPR

Fungsi DPR 1. Fungsi Legislasi 2. Fungsi Anggaran 3. Fungsi Pengawasan

Wewenang DPR

1. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapat persetujuan bersama
2. Membahas dan memberikan keputusan terhadap Peraturan Pemerintah Pengganti UU

3. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara


yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

4. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD

5. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD

6. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan negara


yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

7. Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat

8. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat

9. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang

Hak DPR

1. Hak inisiatif : mengajukan RUU

2. Hak angket : mengadakan penyelidikan kebijakan

3. Hak budget : anggaran

4. Hak amandemen : mengubah RUU

5. Hak interpelasi : meminta keterangan

6. Hak petisi : mengajukan pertanyaan atas kebijakan

Hak anggota DPR

1. Mengajukan rancangan undang-undang


2. Mengajukan pertanyaan

3. Menyampaikan usul dan pendapat

4. Memilih dan dipilih

5. Membela diri

6. Imunitas

7. Protokoler

8. Keuangan dan administratif

Alat kelengkapan DPR

1. Pimpinan DPR

2. Badan Musywarah

3. Komisi

4. Badan Urusan Rumah Tangga

5. Badan Kerja Sama antar Parlemen

6. Panitia khusus

MPR

Tugas dan wewenang MPR

1. Mengubah dan menetapkan UUD

2. Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan MK untuk memberhentikan presiden dan wakilnya
dalam masa jabatanya dan wakil presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan alasannya didalam
siding

3. Melantik presiden dan wakil presiden dalam sidang paripurna MPR

4. memutuskan usul Dewan Perwakilan Rakyat berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk

5. memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya setelah Presiden dan/atau
Wakil Presiden diberi kesempatan untuk menyampaikan penjelasan untuk menyampaikan penjelasan
dalam Sidang Paripurna Majelis;

6. melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden mangkat, berhenti, diberhentikan, atau
tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa jabatannya;

7. memilih dan melantik Wakil Presiden dari dua calon yang diajukan Presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan Wakil Presiden dalam masa jabatanya selambat-lambatnya dalam waktu enam
puluh hari;

8. memilih dan melantik Presiden dan Wakil Presiden apabila keduanya berhenti secara bersamaan
dalam masa jabatannya, dari dua paket calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai
politik atau gabungan partai politik yang paket calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya sampai habis masa jabatannya.
Hak-hak Anggota MPR RI

1. mengajukan usul pengubahan pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945

2. menentukan sikap dan pilihan dalam pengambilan keputusan

3. memilih dan dipilih

4. membela diri

5. imunitas

6. Protokoler, dan

7. keuangan dan administratif

Alat kelengkapan MPR

1. Pimpinan Majelis

2. Badan pekerja majelis

3. Komisi majelis

4. Panitia Ad hoc

DPD

Wewenang Dewan Perwakilan Daerah ( DPD )

1. Dapat mengajukan ke DPR RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemerkaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

2. Ikut membahas RUU yang terkait dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah.

3. Memberi pertimbangan kepada DPR atas RUU PABN dan RUU yang terkait dengan pajak, pendidikan
dan agama.

4. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan UU yang terkait otonomi daerah, hubungan pusat dan
daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya dan pertimbangan keuangan pusat dan daerah serta
menyampaikan hasil pengawasan kepada DPR. 5. Menerima hasil pemeriksaan keuangan dari BPK.

6. Memberikan pertimbangan kepada DPR mengenai pemilihan anggota BPK.

Hak-Hak Anggota DPD RI

1. Menyampaikan usul dan pendapat

2. Memilih dan dipilih

3. Membela diri
4. Imunitas

5. Protokoler, dan

6. Keuangan dan Administratif

Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

Tugas dan wewenang BPK

a. Memeriksa tanggungjawab pemerintah tentang keuangan Negara

b. Memeriksa semua pelaksanaan APBN

c. Pelaksanaan pemerintah dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan UU

d. Hasil pemeriksaan BPK diberitahukan kepada DPR

e. Memeriksa tanggung jawab keuangan Negara apakah telah digunakan sesuai yang telah disetujui
DPR.

Komisi Yudisial

Tugas dan wewenang KY

1. Mengusulkan calon hakim agung kepada DPR untuk mendapat kan persetujuan dan selanjut nya
ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden

2. Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung

3. Melakukan pendaftaran calon Hakim Agung

4. Melakukan seleksi terhadap Calon Hakim Agung

5. Menetapkan calon Hakim Agung

6. Mengajukan Calon Hakim Agung ke DPR

7. Menjaga dan menegakkan kehormatan, kleluhuran martabat, serta perilaku hakim

Mahkamah Agung

Tugas dan wewenang MA

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundangundangan dibawah


Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan olehUndang-Undang

2. Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi

3. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden membergrasi dan rehabilitasi.

4. Mengawasi dan memimpin jalannya perelihan pemerintahan pada seluruh tingkat pengadilan

5. Menguji secara meteril perundang undangan dibawah UU.

Mahkamah Konstitusi

Tugas dan wewenang MK

1. Menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945


2. Memutus sengketa kewenangan antara lembaga-lembaga Negara, yang kewenangannya diberikan
oleh UUD 1945

3. Memutus pembubaran partai politik

4. Memutus perselisihan tentang hasil Pemilu

5. memberi keputusan atas pendapat Dewan Perwakilan Rakyat mengenai dugaan pelanggaran oleh
Presiden dan Wakil Presiden Menurut UUD 1945

Anda mungkin juga menyukai