perekonomian untuk menjadi lebih baik dengan jalan mengubah penerimaan dan
pengeluaran pemerintah, pada saat munculnya kontraksional gap. Konstraksional gap
adalah suatu kondisi dimana output potensial (YF) lebih tinggi dibandingkan dengan
output Actual (Y1). Pada saat terjadi kontraksional gap ini kondisi perekonomian
ditandai oleh tingginya tingkat pengangguran dimana Uactual > Ualamiah.
Kebijakan ekspansif dilakukan dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah (G) atau menurunkan pajak (T) untuk meningkatkan output (Y), adapun
mekanisme peningkatan pengeluaran pemerintah ataupun penurunan pajak (T)
terhadap output adalah sebagai berikut, pada grafik (2.1) maka dapat dijelaskan
bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) naik atau selisih pajak (∆T) turun maka
akan menggeser kurva pengeluaran agregat keatas sehingga pendapatan akan naik
dari (Y1) menjadi (Yf).
Pada gambar 2.2 dapat dijelaskan bahwa disaat pengeluaran pemerintah (∆G) turun
atau selisih pajak (∆T) naik maka akan menggeser kurva pengeluaran agregat
kebawah sehingga Pendapatan akan turun dari (Y1) menjadi (Yf).
LM0 dan IS0 adalah keseimbangan pasar uang dan pasar barang. Pada suku
bunga i1 ekuibrium antara jumlah uang yang beredar dan permintaan akan uang
Ekonomi Makro 9
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
terjadi pada tingkat pendapatan Y1, sedangkan ekuilibrium antara permintaan dan
penawaran barang terjadi pada tingkat pendapatan Y2. Hanya ada satu suku bunga i0,
dimana pasar uang dan pasar barang berada dalam keseimbangan pada tingkat
pendapatan Y0. Suku bunga ini ditentukan oleh titik perpotongan antara kurva IS dan
LM.
Perubahan Pengeluaran Pemerintah Dan Perpajakan (Kebijakan Fiskal)
Perubahan dalam pengeluaran pemerintah atau pajak-pajak juga menyebabkan
pergeseran dalam skedul (kurva) IS . Misalnya dalam gambar, kenaikan pengeluaran
pemerintah menggeser skedul IS ke kanan sebesar keΔG. Tetapi, perubahan tingkat
pendapatan ekuilibrium adalah kurang dari keΔG (yaitu sebesar Y0 ke Y1, bukan Y0
ke Y2). Bila tingkat pendapatan naik, jumlah permintaan uang untuk keperluan
transaksi meningkat, dan hanya tersisa sedikit untuk motif spekulasi. Hal ini akan
menaikkan suku bunga, yang selanjutnya dapat mengurangi volume investasi dan
karena itu menghilangkan sebagian pengaruh yang mendorong kenaikan pengeluaran
pemerintah.
Kurva LM bergeser sebagai akibat dari perubahan (1) permintaan akan uang
untuk motif transaksi, (2) permintaan akan uang untuk motif spekulasi, dan (3)
jumlah uang. Dalam bagian ini kita melihat pergeseran kurva LM yang disebabkan
oleh adanya perubahan jumlah uang beredar. Dalam Gambar di atas, kurva LM
bergeser ke kanan sebesar ΔM(1/k) sebagai akibat dari kenaikan jumlah uang beredar.
Kenaikan tingkat pendapatan dari Y0 menjadi Y1 adalah lebih kecil dari Y2 – Y0
(yaitu pergeseran kurva LM).
c) Pada tingkat bunga setinggi ID, maka tidak ada yang mengambil kredit dan
masyarakat yang berinvestasi hanya yang memperoleh kredit murah.
d) Pada tingkat bunga antara rm sampai ID, masyarakat yang memperoleh kredit
murah akan berinvestasi sebesar OIm dan masyarakat (yang tidak memperoleh
kredit murah) harus mengambil kredit dengan bunga bebas, jika ingin melakukan
investasi.
e) Jika tingkat bunga setinggi P, maka masyarakat yang tidak memperoleh kredit
murah akan mengambil kredit sebanyak RT atau QS. Dengan tingkat bunga
setinggi P, maka masyarakat akan mengambil kredit sebanyak PT
f) Jika tingkat bunga dibawah rm, maka tidak ada masyarakat yang mengambil
kredit murah dan mengabil kredit dengan tingkat bunga sebesar rm dan kurva
permintaan investasi yang berlaku adalah CID
g) Dengan demikian kurva permintaan investasi adalah ABCID
LM
Bentuk kurva LM mencakup 3 bagian:
CR
IR a) Daerah klasik (classical range)
b) Daerah jerat likuiditas (Liquidity trap range)
LTR
c) Daerah tengah (Intermediate range)
r r LM1 LM2
L2 Y
Y1 Y2
M M
L1
M2 M2
M1 M1
L1 L2
M Y
Jika uang yang beredar OM1, maka kurva LM adalah Y1 LM1 dan OM2, maka kurva
LM adalah Y2LM2.
Permintaan uang untuk transaksi dan berjaga-jaga dipengaruhi oleh pendapatan
nasional dan tingkat bunga.
L1 = kY dan k = f (r). Semakin tinggi tingkat bunga, maka semakin kecil k dan
sebaliknya.
Ekonomi Makro 15
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
C. Penawaran Agregatif
Hubungan antara investasi dan kapasitas produksi nasional dapat dijelaskan
sebagai berikut.
Y
K Y1 Y2
COR
K2
K1
Sumbu horisontal menunjukkan kapasitas produksi nasional dan sumbu
vertical menunjukkan stok kapasitas nasional.
Y=Q
Qm1 Qm2
Ekonomi Makro 16
Kebijakan Fiskal-Moneter dan Penerapan Model IS-LM dalam Pembangunan
Ekonomi di Indonesia
DAFATAR PUSTAKA
Soediyono. 1997. Analisa IS-LM dan Permintaan Agregatif. Liberty : Yogyakarta.