Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KELOMPOK

“HADITS DHOMAN”

Disusun Untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Mata Kuliah Hadits

Dosen Mata kuliah: H. Mohammad Husni Mubarok S.HI M.SI

Disusun Oleh :

kel 3

Ari Abdul Muhyi

Siti Aryanti

FAKULTAS SYARIAH

PROGRAM STUDY EKONOMI SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNG (IAIC)

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Kami
menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam
hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala
hanya menturuti egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan
saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain
waktu.

Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman,
serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil
hikmah dari judul ini.

Tasikmalaya 02 Okt 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGATAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ................................................................................................. 2
B. Rukun Dhoman ........................................................................................ 3
C. Syarat – Syarat Rukun Dhoman ............................................................... 3
D. Dasar Hukum Dhoman ............................................................................. 4
E. Struktural ad-dhoman ad-dain .................................................................. 4
F. Konsekuensi Hukum Akad Ad- Dhoman ................................................ 5
G. Dhoman al-ain .......................................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dhoman dalam pendayagunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diat,
jaminan terhadap kekayaan, dan terhadap jiwa, serta jaminan terhadap beberapa
perserikatan sudah menjadi kebiasaan masyarakat.
Secara etimologi dhoman adalah kesanggupan, sedangkan secara terminologi
dhoman mempunyai beberapa konteks. Dalam konteks utang piutang adalah
kontrak sebuah kesanggupan menjamin atas hak yang telah menjadi tanggungan
orang lain. Dalam konteks barang yang harus dikembalikan secara fisik oleh
seseorang, dhoman adalah kontrak kesanggupan menjamin pengembalian (radd)
barang-barang madhlumah, sedangkan dalam konteks orang, dhoman adalah
kontrak kesanggupan menjamin kehadiran orang yang terlibat dalam kasus hukum.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Pengertian Ad-dhoman
b. Rukun Dhoman
c. Syarat-Syarat Rukun Dhoman
d. Dasar Hukum Dhoman
e. Struktural ad-dhoman ad-dain
f. Konsekuensi Hukum Akad Ad- Dhoman
g. Dhoman al-ain

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Dhoman artinya tanggungan atau jaminan. Dengan demikian, dhoman adalah
menjamin atau menanggung untuk membayar hutang, menggadaikan barang atau
menghadirkan orang pada tempat yang ditentukan.
Dhoman (penanggungan) adalah asal dari perkataan: “aku menanggung
sesuatu ketika aku memberikan jaminan itu”. Menurut pengertian syara’, dhoman
ialah menetapkan sesuatu (benda) yang ada di dalam tanggungan orang lain yang
berupa uang (harta).
Kemudian pengertian jaminan ini terus berkembang dalam masyarak kita
seperti jaminan tahanan atas seseorang tersangka dan sebagainya.
Dalam dhoman mengandung tiga permasalahan:
a. Jaminan atas hutang seseorang. Umpamanya si A menjamin hutang si B
kepada si C. Dengan demikian si C boleh menaggih kepada piutangnya
kepada si A atau si B.
b. Jaminan dalam penggadaian barang. Umpamanya: si A menjamin
mengembalikan barang yang dipinjam si B dari si C. Apabila si B tidak
mengembalikan barang itu kepada si C, maka si A wajib mengembalikan
kepada si C.
c. Jaminan dalam menghadirkan seseorang di tempat tertentu. Umpama: si A
menjamin menhadirkan si B yang sedang dalamperkara kemuka pengadilan
pada tempat dan waktu yang yelah ditentukan.
Dari pengertian di atas dapat dipahami, bahwa dhoman dapat diterapkan
dalam berbagai bidang muamalah, menyangkut jaminan atas harta benda dan jiwa
manusia.
Imam mawardi (madzhab syafi’i) mengatakan: bahwa, dhoman dalam
pendayagunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diat, jaminan terhadap
kekayaan, dan terhadap jiwa, serta jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah
menjadi kebiasaan masyarakat.

2
Secara etimologi dhoman adalah kesanggupan, sedangkan secara terminologi
dhoman mempunyai beberapa konteks. Dalam konteks utang piutang adalah
kontrak sebuah kesanggupan menjamin atas hak yang telah menjadi tanggungan
orang lain. Dalam konteks barang yang harus dikembalikan secara fisik oleh
seseorang, dhoman adalah kontrak kesanggupan menjamin pengembalian (radd)
barang-barang madhlumah, sedangkan dalam konteks orang, dhoman adalah
kontrak kesanggupan menjamin kehadiran orang yang terlibat dalam kasus hukum.
Dari definisi ini bisa dimengerti bahwa dalam terminologi dhoman terdapat
tiga obyek yang berbeda. Yakni:
a. Hutang (dhomandain)
b. Barang (dhomanain)
c. Orang (dhomanbadan)
Dengan demikian, dhoman bisa diterapkan dalam masalah jual-beli, pinjam
meminjam, titipan, jaminan, kerja patumgan atau qirot, barang temuan, peradilan
pembunuhan, rampasan, dan pencurian.
Syarat dhomin (orang yang menanggung) dia harus ahli dalam
mentasarufkan.

B. Rukun Dhoman
a. Yang menjamin sudah baligh, berakal tidak dicegah membelanjakan hartanya
(mahjur) dan dengan kehendaknya sendiri.
b. Yang berpiutang (madhmun lah)syaratnya ia diketahui oleh yang menjamin
c. Yang berhutang (madhmun ‘anhu), disyaratkan diketahui dan tetap tetap
keadaannya

C. Syarat – Syarat Rukun Dhoman


a. Jaminan tidak mengandung penipuan
b. Masing-masing pihak tidak boleh khianat pada pihak lain
c. Jaminan bukan merupakan kewajiban, misalnya menjamin nafkah kepada
anak dan istri
d. Jaminan harus pasti

3
D. Dasar Hukum Dhoman
Sebagai dasar hukum dibolehkannya Dhoman adalah firman Allah
dalam Q.S.Yusuf:72.
‫ير َوأَنَا بِ ِه َز ِعيم‬
ٍ ‫ع ا ْل َم ِل ِك َو ِل َم ْن َجا َء بِ ِه ِح ْم ُل بَ ِع‬ ُ ‫قَالُوا نَ ْف ِق ُد‬
َ ‫ص َوا‬

Yang artinya:
“penyeru-penyeru itu berkata: kami kehilangan piala raja, siapa yang dapat
mengembalikannya akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan
aku menjamin terhadapnya”.

Disamping itu terdapat pula hadist Rosulullah yang artinya:


“pinjaman hendaklah dikembalikan dan orang yang menanggung
henndaklah membayar. (HR.Abu Daud dan Tirmidzi)

Selanjutnya ijma’ ulama’ juga membolehkan dhoman dalam muamalah


karena dhoman sangat diperlukan dalam waktu tertentu. Ada kalanya orang
memerlukan modal dan untuk mendapatkan modal harus memberi jaminan dari
seseoran yang dapat dipercaya.

E. Struktural Ad-Dhoman Ad-Dain


a. Dhomin
Dhomin adalah pihak yang menyanggupi penjaminan hutang madhumanhu.
Dhomin harus memiliki kriteria ahli at-tabbaru, sebab akad dhoman
merupakan bentuk non komersial atau gratis (tabbaru).
b. Madhmunlah
Madhmunlah adalah pemilik piutang dalam tanggungan madhmunanhu dan
mendapat jaminan dari dhomin. Figur madhmunlah disyaratkan harus
dikenali oleh pihak dhomin sebab dialah pihak yang akan menghitungnya,
yang sangat menetukan dan mempengaruhi kesanggupan dhomin dalam
memberikan jaminan.

4
c. Madhmunanhu
Madhmunanhu adalah pihak yang memiliki hutang pada madhmunlah, dan
menjaminkan hutangnya oleh dhomin. Dalam hukumannya dengan hak
piutang madhmunlah, pihak madhmunanhu juga disebut istilah ashil (pihak
pertama), sebagai lawan dari pihak dhomin yang disebut dengan istilah far’u
(pihak kedua).
d. Madhmunbih
Madhmunbih adalah hutang madhmunanhu kepadapa madhmunlah, yang
menjadi objek akad dhoman.
Madhmunbih disyaratkan anatanya:
a) Tsabit
Yakni dain yang sudah ada atau wujud menjadi tanggungan, sebab
dhoman adalah jaminan atas hak, sehingga hak yang dijamin terlebih
dahulu ada, atau wujud sebelum dilangsungkan penjamin.
b) Lazimatu ailunila al-luzum
Yakni dain yang ada, sudah bersifat final atau mengikat, yang tidak
bisa dibatalkan. Seperti dain mahar setelah adad nikah sebelum
hubungan badan.
c) Boleh dijadikan obyek tabbaru
Yakni madhmunbih harus berupa hak yang bisa diberikan kepada orang
lain secara gratis. Syarat yang tidak bisa dijadikan obyek tabbaru.
d) Shighah
Shighah atau transaksi dalam akad dhoman meliputi ijab dan
qobulmenunjukkan makna kesanggupan atau komitmen.

F. Konsekuensi Hukum Akad Ad- Dhoman


Setelah hukum akad ad-dhoman terpenuhi hukum dan syaratnya selanjutnya
akan menetapkan menetapkan konskuensi hukum, sebagai berikut:
a. Bagi madhmunlah berhak menagih piutangnya kepada dua pihak dhomin dan
madhmunainhu

5
b. Apabila pihak madhmunanhu telah melakukan pembayaran hutangnya
kepada madhmunlah, maka tanggungannya menjadi terbebas demikian juga
tanggungan dhomin.
c. Apabila madhmunlah membebaskan piutangnya dari tanggungan
madhmunanhu maka tanggungan dhomin juga turut bebas, sesuai kaidah.
d. Apabila dari salah satu dhomin dan madhminanhu mati maka hutangnya yang
maujjal menjadikhal.

G. Dhoman Al-Ain
Adapun definisi addhoman dengan obyek berupa barang (ain) adalah
kesanggupan seseorang untuk menjamin pengembalian barang yang berada
ditangan orang lain dengan setatus kekuasaan barang yang menjadi jaminan, kepada
pemiliknya.
Dalam bab gadai barang berada apada penguasaan tanpa atas dasar izin
pemiliknya seperti barang curian, atau izin pemiliknya untuk kepentingan sepihak
pembawa barang saja, seperti barang pinjaman, konsekuensi menguasai barang
madhmunah adalah wajib membayar ganti rugi.
Syarat dhomin dalam akad dhoman al-ain adalah mendapat izin dari pihak
yang menguasai barang, sedangkan tugas dhomin adalah mengembalikan barang
madhmunah dari pembawa barang kepada pemiliknya.

6
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dhaman artinya tanggungan atau jaminan. Dengan demikian, dhaman adalah
manjamin (menanggung) untuk membayar hutang, menggadaikan barang atau
menghadirkan orang pada tempat yang di tentukan.
Imam mawardi ( madzhab syafi’i) mengatakan, bahwa dhaman dalam
pendayagunaan harta benda, tanggungan dalam masalah diat, jaminan terhadap
kekayaan, terhadap jiwa, dan jaminan terhadap beberapa perserikatan sudah
menjadi kebiasaan masyarakat.
Dalam dhanan mengandung tiga permasalahan;
a. Jaminan atas hutang seseorang. Umpamanya; si A menjamin hutang si B
kepada si C, dengan demikian si C boleh menagih piutangnya kepada si A
atau kepada si B.
b. Jaminan dalam pengadaan barang. Umpamanya; si A menjamin
mengembalikan barang yang dipinjam oleh si B dan si C . Apabila si B tidak
mengembalikan barang itu kepada si C , maka si A wajib mengembalikannya
kepada si C.
c. Jaminan dalam menghadirkan seseorang di tempat tertentu. Umpamanya; si
A menjamin menghadirkan si B yang sedang dalam perkara ke muka
pengadilan pada waktu dan tempat yang telah di tentukan

7
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan M.2004.Berbagai Macam Transaksi dalam Islam,Jakarta. PT Raja


Grafindo Persada
Abu Amar Imron.1983.Fathul Qorib,Kudus. Menara Kudus
Tim Laskar Pelangi.2013.Metodologi Fiqh Muamalah,Kediri. Lirboyo Press
H.Rasyid Sulaiman.1986.Fiqih Islam,Bandung.Sinar Baru Algensindo

Anda mungkin juga menyukai