Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

TENTANG ASFIKSIA NEONATORUM

OLEH KELOMPOK 2:

DEWI RAHMAWATI
ERICA AFRINOLA HARMEN

LUTFI NAUFAL YUSAR

NOVIA DARFA UTARI

SILVIA NURMAN

SUCI AISYAH

TINGKAT II C

DOSEN PEMBIMBING : Ns. DEFIA ROZA, S.Kep, M. Biomed

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PADANG

2013
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................. ...... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1


1.2 Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian................................................................

2.2 Tanda dan Gejala......................................................

2.3 Patofisiologi................................................................

2.4 Anatomi Fisiologi.............................

2.5 Pemeriksaan Penunjang..................

2.6 WOC

2.7 Askep Teoritis

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam semoga selalu
tercurahkan bagi Rasulullah dan para sahabat beliau. Makalah ini berjudul “ Trauma Tumpul
Abdomen “ yang disusun sebagai salah satu tugas Keperawatan Medikal Bedah I, di Poltekkes
Kemenkes Padang.

Bersama ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan masukan hingga selesainya penulisan makalah ini .

Akhir kata penulis mendoakan semoga Allah senantiasa membalas amal kebaikan semua

pihak yang telah membantu perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini sedikit banyaknya dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan khususnya dibidang kehidupan
manusia

Padang, 11 September 2013

Penulis

i
Asfiksia Neonatorum

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang
meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang
meninggal pada minggu pertama, meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada
minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis
dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian ini terjadi di negara berkembang
dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang
tepat.
Asfiksia neonatorum adalah kegawatdaruratan bayi baru lahir berupa depresi pernapasan
yang berlanjut sehingga menimbulkan berbagai komplikasi. Oleh sebab itu, asfiksia memerlukan
intervensi dan resusitasi segera untuk meminimalkan mortalitas dan morbiditas. Survei atas 127
institusi pada 16 negara—baik negara maju ataupun berkembang—menunjukkan bahwa sarana
resusitasi dasar seringkali tidak tersedia, dan tenaga kesehatan kurang terampil dalam resusitasi
bayi. Sebuah penelitian di 8 negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Asfiksia Neonatorum?
2. Apa etiologi dari Asfiksia Neonatorum?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Asfiksia Neonatorum?
4. Apa tanda dan gejala dari Asfiksia Neonatorum?
5. Apa Klasifikasi dari Asfiksia Neonatorum?
6. Apa Komplikasi dari Asfiksia Neonatorum?
7. Bagaimana cara penatalaksanaan pada Asfiksia Neonatorum?
8. Bagaimana pencegahan Asfiksia Neonatorum?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah membaca makalah ini mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan Asfiksia
dan hal-hal yang menyangkut asuhan keperawatannya.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dari Asfiksia Neonatorum.
b. Untuk mengetahui etiologi dari Asfiksia Neonatorum.
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Asfiksia Neonatorum.
d. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Asfiksia Neonatorum.
e. Untuk mengetahui klasifikasi dari Asfiksia Neonatorum.
f. Untuk mengetahui komplikasi dari Asfiksia Neonatorum.
g. Untuk mengetahui cara penatalaksanaan dari Asfiksia Neonatorum.
h. Untuk mengetahui cara pencegahan dari Asfiksia Neonatorum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Asfiksia Neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan atau
segera lahir (Prawiro Hardjo, Sarwono, 1997).
Asfiksia Neonatotum adalah keadaan dimana bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya disertai dengan keadaan
dimana hipoksia dan hiperapneu serta sering berakhir dengan asidosis (Santoso NI, 1992).
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir (Hutchinson, 1967). Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat pada penderita
asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat adaptasi bayi baru lahir
terhadap kehidupan ekstrauterin (Gabriel Duc, 1971). Penilaian statistic dan pengalaman klinis
atau patologi anatomis menunjukan bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas
dan morbiditas bayi baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang
mendapatkan bahwa skor Apgar yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat
lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Haupt (1971) memperlihatkan bahwa frekuensi gangguan perdarahan pada bayi sebagai
akibat hipoksia sangat tinggi. Asidosis, gangguan kerdiovaskular serta komplikasinya sebagai
akibat langsung dari hipoksia merupakan penyebab utama kegagalan adaptasi bayi baru lahir
(James, 1958). Kegagalan ini akan sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada
hari-hari pertama setelah lahir (James, 1959). Penyelidikan patologi anatomis yang dilakukan
oleh Larrhoce dan Amakawa (1971) menunjukkan nekrosis berat dan difus pada jaringan otak
bayi yang meninggal karena hipoksia. Karena itu tidaklah mengherankan bahwa sekuele
neurologis sering ditemukan pada penderita asfiksia berat. Keadaan ini sangat menghambat
pertumbuhan fisis dan mental bayi di kemudian hari. Untuk menghindari atau mengurangi
kemungkinan tersebut diatas, perlu dipikirkan tindakan istimewa yang tepat dan rasionil sesuai
dengan perubahan yang mungkin terjadi pada penderita asfiksia.
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan dengan
sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin timbul. Untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan, beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.

B. Etiologi
Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan
kemudian disusul dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini
dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sebagian besar
asfiksia bayi baru lahir ini merupakan kelanjutan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama
masa kehamilan, persalinan memegang peranan yang sangat penting untuk keselamatan bayi.

Gangguan yang timbul pada akhir kehamilan atau persalinan hampir selalu disertai
anoksia/hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia neonatus dan bayi mendapat perawatan yang
adekuat dan maksimal pada saat lahir.

Penyebab kegagalan pern af asan pada bayi, adalah :


1. Faktor ibu
Hipoksia ibu dapat menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu
ini dapat terjadi kerena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia
dalam.Gangguan aliran darah uterus dapat mengurangi aliran darah pada uterus yang
menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan janin. Hal ini sering ditemukan pada
keadaan ; gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus akibat
penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karna perdarahan, hipertensi pada penyakit
eklamsi dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksi
janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta, dan lain-lain.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan gangguan aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat
ditemukan pada keadaan tali pusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara janin
dan jalan lahir dan lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena ; pemakaian obat
anastesi/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat
pernafasan janin, traoma yang terjadi pada persalinan mosalnya perdarahan intra cranial,
kelainan kongenital pada bayi masalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran
pernafasan,hipoplasia paru dan lain-lain.

C. Patofisiologi
Selama kehidupan di dalam rahim, paru janin tidak berperan dalam pertukaran gas
oleh karena plasenta menyediakan oksigen dan mengangkat CO2keluar dari tubuh janin. Pada
keadaan ini paru janin tidak berisi udara, sedangkanalveoli janin berisi cairan yang diproduksi
didalam paru sehingga paru janin tidak berfungsi untuk respirasi. Sirkulasi darah dalam paru saat
ini sangat rendah dibandingkan dengan setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh karena konstriksi
dari arteriol dalam paru janin. Sebagian besar sirkulasi darah paru akan melewati Duktus
Arteriosus (DA) tidak banyak yang masuk kedalam arteriol paru.
Segera setelah lahir bayi akan menariknafas yang pertama kali (menangis), pada

saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli akan mengembang udara akan masuk
dan cairan yang ada didalam alveoli akan meninggalkan alveoli secara bertahap. Bersamaan
dengan ini arteriol paru akan mengembang dan aliran darah kedalam paru akan meningkat secara
memadai. Duktus Arteriosus (DA) akan mulai menutup bersamaan dengan meningkatnya
tekanan oksigen dalam aliran darah. Darah dari jantung kanan (janin) yang sebelumnya melewati
DA dan masuk kedalam Aorta akan mulai memberi aliran darah yang cukup berarti kedalam
arteriole paru yang mulai mengembang DA akan tetap tertutup sehingga bentuk sirkulasi
extrauterin akan dipertahankan.
Hipoksia janin atau bayi baru lahir sebagai akibat dari vasokonstriksi dan
penurunan perfusi pru yang berlanjut dengan asfiksia, pada awalnya akan terjadi konstriksi
Arteriol pada usus, ginjal, otot dan kulit sehingga penyediaan Oksigen untuk organ vital seperti
jantung dan otak akan meningkat. Apabila askfisia berlanjut maka terjadi gangguan pada fungsi
miokard dan cardiac output. Sehingga terjadi penurunan penyediaan oksigen pada organ vital
dan saat ini akan mulai terjadi suatu “Hypoxic Ischemic Enchephalopathy (HIE) yang akan
memberikan gangguan yang menetap pada bayi sampai dengan kematian bayi baru lahir. HIE ini
pada bayi baru lahir akan terjadi secara cepat dalam waktu 1-2 jam, bila tidak diatasi secara cepat
dan tepat (Aliyah Anna, 1997).

D. Manifestasi Klinis
Pada asfiksia tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan yang disebabkan oleh beberapa keadaan
diantaranya :
1. Hilang sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolic akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
3. Pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah mengalami gangguan.
Gejala Klinis :
Bayi yang mengalami kekurangan O2 akan terjadi pernafasan yang cepat dalam periode
yang singkat apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan berhenti, denyut jantung juga
menurun, sedangkan tonus neuromuskular berkurang secara barangsur-angsur dan memasuki
periode apnue primer. Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.
Gejala lanjut pada asfiksia :

1. Tachikardi
2. Denyut jantung terus menurun.
3. Tekanan darah mulai menurun.
4. Bayi terlihat lemas (flaccid).
5. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2).
6. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2).

7. Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik).


8. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob.
9. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.
10. Pernafasan terganggu.
11. Reflek / respon bayi melemah.
12. Tonus otot menurun.
13. Warna kulit biru atau pucat.

E. Klasifikasi
1. Asfiksia Ringan
Skor APGAR 7-10. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Asfiksia Sedang
Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi detak jantung lebih dari
100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asfiksia Berat
Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit,
tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada, pada
asfiksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit
sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum pemeriksaan fisik sama
asfiksia berat (Kamarullah,2005).

Cara menilai
a. tingkatan APGAR
Menghitung scorejantung.
frekuensi menurut Utomo (2006) adalah dengan :

b. Melihat usaha bernafas.


c. Menilai tonus otot.
d. Menilai reflek rangsangan.
e. Memperlihatkan warna kulit.
Di bawah ini adalah tabel untuk menentukan tingkat derajat asfiksia yang dialami bayi:

Tanda 0 1 3
Detak jantung Tidak ada < 100x/menit > 100x/menit
Pernafasan Tidak ada Tidak teratur Menangis kuat
Tonus otot Lunglai Fleksi ekstermitas Fleksi kuat
(lemah) Gerakan aktif
Reflek saat jalan Tidak ada Menyeringai Batuk/bersin
nafas dibersihkan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan Merah seluruh tubuh


Ekstermitas biru

Nilai 0-3 : Asfiksia berat


Nilai 4-6 : Asfiksia sedang
Nilai 7-10 : Ringan/ bisa dianggap Normal

Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5
menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai skor mencapai 7. Nilai
Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis,
bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak
menangis. (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar) Sumber : Utomo, (2006).
Menurut Mochtar (1998) asfiksia dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a. Asfiksia livida (biru)
b. Asfiksia Pallida (putih)
Tabel 2.2. Perbedaan antara asfiksia livida dan asfiksia pallida

Perbedaan Asfiksia livida Asfiksia Pallida


Warna kulit Kebiru-biruan Pucat
Tonus otot Masih baik Sudah kurang
Reaksi rangsangan Positif Negatif
Bunyi jantung Masih teratur Tidak teratur
Prognosis Lebih baik elek

Asfiksia livida lebih baik dari pada asfiksia pallida, prognosis tergantung pada
kekurangan O2 dan luasnya perdarahan dalam otak. Bayi yang dalam keadaan asfiksia dan pulih
kembali harus di pikirkan kemungkinannya menderita cacat mental seperti epilepsi dan bodoh
pada masa mendatang.

F. Komplikasi
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
1. Edema otak dan Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut sehingga terjadi
renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan menurun, keadaaan ini akan
menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat
menimbulkan perdarahan otak.
2. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan ini dikenal istilah
disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada
keadaan ini curah jantung akan lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal.
Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah mesentrium dan
ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
3. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O2
sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat
menyebabkan kejang pada anak tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
4. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan koma karena
beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan otak.
Komplikasi pada berbagai organ yakni meliputi :
1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.
2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan
paru, edema paru.
3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.
4. Ginjal: tubular nekrosis akut.
5. Hematologi.

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai
berikut :
1. Tindakan umum
a. Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh penurunan suhu tubuh, sehingga
dapat mempertinggi metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen meningkat, perlu
diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu BBL dengan :
1. Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
2. Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
3. Bungkus bayi dengan kain kering.
b. Pembersihan jalan nafas
Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan cairan amnion, kepala bayi harus
posisi lebih rendah sehingga memudahkan keluarnya lender

c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan


Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan dengan memukul kedua telapak kaki bayi,

menekan tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K. Hal ini berfungsi memperbaiki
ventilasi.
2. Tindakan khusus
a. Asfiksia berat (nilai apgar 0-3)
Resusitasi aktif dalam hal ini harus segera dilakukan yaitu dengan :
1. Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara langsung dan
berulang atau dengan melakukan intubasi endotracheal dan O2 dimasukkan dengan
tekanan tidak lebih dari 30 ml. Hal ini mencegah terjadinya iritasi paru berlebihan
sehingga dapat terjadi ruptur aveoli. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan
udara ke dalam kateter dari mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa.
2. Memberikan natrikus bikarbonat dengan dosis 2-4 mEQ/kg BB
3. Masase jantung dikerjakan dengan melakukan penekanan diatas tulang dada
secara teratur 80-100 x/mnt. Tindakan ini berselingan dengan nafas buatan, yaitu setiap
5 x masase diikuti 1x pemberian nafas. Hal ini bertujuan untuk menghindarkan
kemungkinan timbulnya komplikasi pneumotoracks jika tindakan ini dilakukan
bersamaan.
4. Memberikan obat-obatan 1/10.000 andrelin dengan dosis 0,5- 1 cc secara
intravena (sebegai obat inotropik) dan kalsium glukonat 50-100 mm/kg BB secara
intravena, untuk meningkatkan frekuensi jantung.
b. Asfiksia sedang (Nilai Apgar 4-6)
Dilakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek pernafasan dengan :

1. Melakukan rangsangan 30-60 detik setelah penilaian APGAR 1 menit.


2. Melakukan nafas buatan dengan memasukkan pipa ke dalam hidung, O2 dialirkan
dengan kecepatan 1-2 liter/menit. Bayi diletakkan dengan kepala dalam dorsofleksi,
dilakukan dengan membuka dan menutup lubang hidung dan mulut disertai dengan
menggerakkan dagu ke atas dan kebawah dalam frekuensi 20 x/ menit.
3. Melakukan pernafasan mulut ke mulut yag seharusnya dalam mulut bayi
dimasukkan pharingeal airway yang berfungsi mendorong pangkal lidah ke depan,
sebelum mulut penolong diisi O2 sebelum peniupan, peniupan dilakukan secara teratur
dengan frekuensi 20-30 x/menit.
2. Tindakan lain dalam resusitasi
a. Pengisapan cairan lambung dilakukan pada bayi-bayi tertentu yaitu pada bayi
prematur, sebelumnya bayi mengalami gawat janin, pada ibu yang mendapatkan
anastesia dalam persalinan.
b. Penggunaan obat Nalorphin diberikan pada bayi yang disebabkan oleh penekanan
pernafasan akibat morfin atau petidin yang diberikan selama proses persalinan.
Menurut Hidayat (2005), Cara pelaksanaan resusitasi sesuai tingkatan asfiksia, antara lain :
1. Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10)
Caranya:
a. Bayi dibungkus dengan kain hangat
b. Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir pada hidung kemudian mulut.
c. Bersihkan badan dan tali pusat.
d. Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan masukan ke dalam inkubator.
2. Asfiksia sedang (Apgar score 4-6)
Caranya :
a. Bersihkan jalan napas.
b. Berikan oksigen 2 liter per menit.
c. Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila belu ada reaksi,bantu
pernapasan dengan melalui masker (ambubag).
d. Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan natrium bikarbonat
7,5%sebanyak 6cc.Dextrosa 40% sebanyak 4cc disuntikan melalui vena umbilikus
secara perlahan-lahan, untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.
3. Asfiksia berat (Apgar skor 0-3)
Caranya:
a. Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui lambubag.
b. Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
c. Bila tidak berhasil lakukan ETT (Endotracheal Tube).
d. Bersihkan jalan napas melalui ETT (Endotracheal Tube).
e. Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis berikan natrium
bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak 4cc.

H. Pencegahan
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa kehamilan, persalinan dan beberapa saat
setelah persalinan. Pencegahan berupa :
1. Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4 kali kunjungan.
2. Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap pada
kehamilan yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia neonatorum.
3. Memberikan terapi kortikosteroid antenatal untuk persalinan pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu.
4. Melakukan pemantauan yang baik terhadap kesejahteraan janin dan deteksi dini
terhadap tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan dengan kardiotokografi.
5. Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam penanganan asfiksia neonatorum
di masing-masing tingkat pelayanan kesehatan.
6. Meningkatkan kerjasama tenaga obstetri dalam pemantauan dan penanganan
persalinan.
7. Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang terdiri dari :
a. Persalinan yang bersih dan aman.
b. Stabilisasi suhu.
c. Inisiasi pernapasan spontan.
d. Inisiasi menyusu dini.
e. Pencegahan infeksi serta pemberian imunisasi.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Asfiksia neonatorum merupakan masalah pada bayi baru lahir dengan angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Dalam rangka menurunkan Angka Kematian Perinatal dan Angka
Kematian Neonatal Dini, masalah ini perlu segera ditanggulangi dengan berbagai macam cara
dan usaha mulai dari aspek promotif, kuratif dan rehabilitative.
B. Saran
Dari hasil kesimpulan yang telah dikemukakan maka dapat diberikan saran-saran sebagai
bahan masukan bagi pihak yang bersangkutan dalam rangka meningkatkan kualitas dalam
pemberian obat anti diuretik guna menunjang peningkatan kualitas kesehatan ibu sehingga dapat
menjadi literature guna mendukung peningkatan kualitas pelayanan kesehatan khususnya
kesehatan ibu.
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.
Aliyah Anna, dkk.1997. Resusitasi Neonatal. Jakarta: Perkumpulan perinatologi Indonesia (Perinasia).
Aminullah, Asril.1994. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Brownes . 1980 . Antenatal Care . The English and Language Book Society and J& A Churcill
Carpenito. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges, EM. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Dr. Rusepno Hassan Dkk.1985. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Infomedika
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga Jilid I. Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Price, SA. 1996. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit Volume 1. Jakarta : EGC
Prof. Dr. Hanifa Winkjosastro, SpOG.2007. Ilmu Kebidanan Edisi Ke 3. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo.
Setiawan S.Kep.1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Smeltzer, SC., Bare B.G. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Alih Bahasa :
Monica Ester. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai