Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISTIK

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Strategi
Pembelajaran Ekonomi

Yang dibina oleh

Bapak Ahmad Chafid Alwi, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Deni Marwa Fadiyah (18804241001)


2. Siska Ameilia (18804241005)
3. Diah Mauziah Rahmah (18804244039)
4. Ginda Agusti Pandina Sari (18804244003)
5. Irfan Andrianto (18804244016)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivistik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Strategi
Pendidikan Ekonomi. Makalah ini berisi tentang metode pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konstruktivistik.

Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang harus dilalui untuk


mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri. Dalam mencapai tujuan pembelajaran
penulis menggunakan pendekatan konstruktivistik.

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca agar
makalah ini dapat lebih baik lagi untuk kedepannya. Demikian, kami ucapkan
terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami mohon maaf.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak lain yang
menggunakannya.

Wassalamualaikum Wr Wb.

Yogyakrta, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses memproduksi sistem nilai dan budaya
ke arah yang lebih baik, diantaranya ketrampilan, kepribadian, dan
perkembangan intelektual siswa. Dalam lembaga formal prosen reprodusi
nilai dilakukan dengan mediasi proses belajar mengajar. Didalam hasil
pembelajaran terkadang tidak sesuai harapan hal tersebut dapat disebabkan
kurangnya motivasi siswa dalam belajar sehingga siswa kurang aktif dalam
proses pembelajaran. Selain itu juga metode yang digunakan guru dalam
mengajar hanya menggunakan metode konvensional (ceramah) sehingga
aktivitas siswa hanya mendengar dari pada mengemukakan pendapat. Saat
guru memberikan pertanyaan, justru siswa hanya memilih diam.
Salah satu cara yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan mutu
adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan
wawasan baru mengenai proses belajar dan mengajar mulai muncul dan
berkembang. Guru yang memiliki posisi strategis dalam proses
pembelajaran dituntut untuk terus mengikuti perkembangan konsep baru
dalam dunia pendidikan.
Salah satu prinsip pendidikan adalah guru tidak hanya memberi
pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa yang harus aktif membangun
pengetahuan dengan pemikirannya sendiri. Dalam suatu proses
pengembangan model-model pembelajaran melahirkan berbagai konsep
pembelajaran salah satunya yang kita kenal adalah pendekatan
konstruktivistik.
Pendekatan konstruktivistik dalam proses belajar dan pembelajaran
pada dasarnya bahwa individu harus secara aktif membangun pengetahuan
dan kreativitasnya melalui proses membangun kerangka oleh siswa dari
lingkungan luar dirinya. hakikat pembelajaran menurut teori
Konstruktivistik adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan
peserta didik untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru,
pengertian baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. (Prihatin, 2016)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, pengkaji merumuskan
beberapa masalah yang akan dikaji dalam makalah. Rumusan masalah
tersebut adalah:
1. Bagaimana latar belakang pendekatan konstruktivistik?
2. Bagaimana pandangan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran?
3. Bagaimana ciri-ciri dalam pendekatan konstruktivistik?
4. Apa prinsip pendekatan konstruktivistik?
5. Apa kelebihan dan kekurangan pendekatan konstruktivistik?
6. Bagaimana aplikasi pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan yang akan dicapai adalah :
1. Mengetahui latar belakang pendekatan konstruktivistik.
2. Mengetahui pandangan pendekatan konstruktivistik dalam
pembelajaran.
3. Mengetahui ciri-ciri dalam pendekatan konstruktivistik.
4. Mengetahui prinsip pendekatan konstruktivistik.
5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan konstruktivistik.
6. Mengetahui aplikasi pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran.
BAB II

PENELITIAN TERDAHULU
BAB III

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Pendekatan Konstruktivistik


Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Sistem
pendidikan yang berlaku di Indonesia menekankan pada aktivistas siswadalam
memperoleh pengetahuan dan strategi dalam belajar. Dimana strategi yang di
sarankan adalah strategi yang membuat siswa dapat bekerja secara nyata.
Selama ini pembelajaran di kelas lebih menggunakan paham strukturalisme atau
objektifisme atau behaviorisme. Proses dari behaviorisme ini siswa dianjurkan
untuk membaca dan mengingatnta. Sehingga siswa dapat fikatakan bisa mateti
tersebut jika sudah mampu memaparkan maksud dari materi tersebut.

Dalam asumsi behaviorisme ini, proses belajar berlangsung tanpa


mempertimbangkan kesadaran dan kemauan siswa sendiri, sehingga pengajar
memberikan reward dan punishment dalam pembelajarannya. Tujuan dari
paham behaviorisme ini adalah siswa dapat mengingat informasi secara faktual.
Tujuan ditentukan oleh institusi atau pengajar, dan siswa harus bisa mencapai
tujuan tersebut.

Implikasi dari paham behaviorisme ini adalah guru menjelaskan materi


dan siswa menghafal materi apa yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian
guru adalah satu satunya sumber bagi siswa dalam mendapatkan informasi atau
pengetahuan. Siswa tidak disadarkan bahwa selain guru masih banyak lagi
sumber sumber ilmu untuk mengembangkan diri. Tetapi dalam paham
behaviorisme ini, siswa tidak diberikan kesempatan untuk memilih materi atau
pelajaran sesuai dengan keinginan atau minat dari siswa itu sendiri. Lebih fatal
lagi, guru tidak memberikan metode belajar untuk siswa. Sehingga siswa
merasakan tidak nyaman, cepat bosen dan sulit berkembang dalam belajar dan
prestasi siswa menurun. Dengan demikian, perlu adanya pembaharuan
mengenai metode belajar agar belajar menjadi menyenangkan dan prestasi
siswa dapat meningkat lebih baik.
Pendapat dari Nurhadi, bahwa manusia menciptakan pengetahuan
dengan cara mencoba dalam artian pengalaman. Dengan pengalaman manusia
dapat menciptakan sebuah pengetahuan. Pengetahuan adalah rekaan atau tidak
stabil. Pengetahuan adalah konstruksi manusia dan secara konstan manusia
mengalami pengalaman-pengalaman baru. Sehingga pengetahuan tidak
lengkap, dan akan lebih mendalam lagi jika manusia mendapatkan pengalaman-
pengalaman baru.

Pemberian pengalaman secara langsung dapat ditekankan pada


keterampilan siswa dalam memecahkan masalah dengan tujuan memahami
konsep belajar. Siswa dapat dibiasakan dengan sebuah masalah dan mereka
harus menyelesaikan masalah tersebut, mencari sesuatu yang berguna serta
dapat mengkontruksikan pengalaman belajar mereka di fikiran mereka masing
masing. Dalam proses pembelajaran mereka membangun sendiri pengetahuan
dengan cara aktif dan tertib. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang
menjadi pusatnya bukan guru. Daru uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hal
tersebut dinamakam paham konstruktivisme. Yaitu paham dimana siswa
membangun pengetahuannya sendiri dari sebuah pengalaman. Dimana guru
memberikan sebuah permasalahan dan siswa menyelesaikan masalah tersebut.
Dan diharapkan siswa berkontruksi dari pengalaman yang suda diberikan.

B. Pandangan Konstruktivistik dalam Proses Pembelajaran


Proses pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan bagian
terpenting dalam menciptakan output dan outcome peserta didik. Pembelajaran
yang berjalan secara efektif dan efisien tentu akan sebanding dengan hasil yang
akan dicapai. Pandangan pembelajaran yang menganggap guru sebagai satu-
satunya sumber belajar dan guru menjadi pusat dalam proses pembelajaran
perlu dirubah. Perkembangan proses pembelajaran mengalami pergeseran yang
awalnya guru menjadi pusat pembelajaran berubah menjadi berpusat pada
siswa. Pembelajaran dengan berpusat pada siswa menunjukkan suatu
pandangan baru bahwa proses pembelajaran utama adalah adanya aktivitas
siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Dalam pembelajaran
konstruktivisme memiliki pandangan konsep bahwa dalam membangun
pengetahuan atau kemampuan baru dibutuhkan suatu proses konstruksi yang
dibangun oleh peserta didik. Pengetahuan dalam pandangan konstruktivisme
dibentuk dari pemahaman organisme melalui proses interaksi dengan
lingkungan dan orang-orang disekelilingnya.

Pandangan konstruktivisme dalam pembelajaran lebih menekankan


proses dari pada hasil pembelajaran, artinya hasil belajar yang merupakan
tujuan pembelajaran tetap dianggap penting, namun disisi lain proses belajar
yang melibatkan strategi juga dianggap penting. Pandangan konstruktualisme
menganggap bahwa belajar merupakan proses aktif untuk menkonstruksi
pengetahuan. Proses tersebut sangat didukung oleh terciptanya interaksi antara
peserta didik dan guru dan interaksi antar peserta didik.

Oleh sebab itu guru harus mencoba untuk mendorong siswa untuk
mendapatkan prinsip menemukan untuk mereka sendiri. Guru dan siswa harus
terlibat dalam dialog aktif agar bisa menghasilkan sebuah temuan yang pada
akhirnya dapat menjadi pengetahuan bagi siswa karena guru merupakan sarana
pembantu proses transformasi informasi untuk dipelajari siswa dengan format
yang tepat dengan pemahaman siswa yang sekarang.

C. Ciri-Ciri Pendekatan Konstruktivistik


Pendekatan konstruktivistik merupakan sebuah proses aktif dimana
pembelajar mengkonstruksi ide atau konsep baru yang berdasarkan
pengetahuan sebelumnya dan sekarang. Pengetahuan ini berasal dari suatu
pengalaman peserta didik yang nantinya akan terakumulasi menjadi
pengetahuan yang kompleks. Dalam mencapai tujuan pembelajaran pendidik
memilih dan mengkonstruksikan hipotesis dan membuat keputusan dengan
referensi dan berdasarkan pada jaringan skema yang memberikan makna dan
struktur pengalaman dan membuat individu bisa membangun apa yang telah
diketahui agar bisa terus berlanjut.
Berikut ini ciri-ciri pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran:

1. Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik


2. Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru
dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik
3. Pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai sebagai tradisi
dalam proses pembelajaran
4. Dalam proses pembelajaran peserta didik didorong untuk menemukan
berbagai kemungkinan dan menyintesiskan secara terintegrasi
5. Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta
didik dalam proses pencarian yang alami
6. Proses pembelajaran mendorong terjadinya kooperatif dan kompertitif
di kalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan
menyenangkan
7. Proses pembelajaran dilakukan secara kontekstual

D. Prinsip-Prinsip Pendekatan Konstruktivistik


Di dalam pembelajaran konstruktivisme, konstruktor pengetahuan aktif
memiliki prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif. Pembelajar secara aktif


membangun pembelajaran dari berbagai macam input yang diterimanya.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajar perlu bersikap aktif agar dapat
belajar secara efektif. Belajar adalah tentang membantu untuk
pembelajaran makna mereka sendiri, bukan tentang "mendapatkan
jawaban yang benar" karena dengan cara seperti ini siswa dilatih untuk
mendapatkan jawaban yang benar tanpa benar-benar memahami
konsepnya.
2. Siswa belajar dengan paling baik dan dengan menyelesaikan berbagai
konflik kognitif (konflik dengan berbagai ide dan konsepsi lain) melalui
pengalaman, refleksi, dan metakognisi.
3. Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna, Pembelajar secara
aktif berusaha membangun makna. Dengan demikian guru mestinya
berusaha membangun berbagai kegiatan belajar seputar ide-ide besar dan
memperoleh pengalaman baru memungkinkan pembelajaran.
4. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata-
mata. Belajar juga membangun secara sosial, melalui interaksi dengan
teman sebaya, guru, orang tua dan sebagainya. Dengan demikian siswa
dapat memperbaiki pemahaman dengan pemikiran orang lain dan
berpartisipasi dalam pemahaman bersama.
5. Pembelajaran secara individual dan gabungan merupakan pengetahuan
yang efektif, karena guru harus memiliki pengetahuan yang baik tentang
perkembangan anak dan teori belajar, sehingga mereka dapat mengetahui
belajar seperti apa yang dapat terjadi.
6. Pembelajaran harus dikonseptualisasikan. Karena kita tidak mempelajari
fakta-fakta secara murni abstrak, tetapi pembelajaran harus ada
kaitannya dengan prakonsepsi kita. Agar ada hubungannya dengan apa
yang telah kita ketahui.
7. Belajar secara betul-betul mendalam berarti memahami pengetahuan
secara menyeluruh, dengan mempelajari kembali materi yang kita
pelajari dan bukan dengan cepat pindah dari satu topik seperti pada
pendekatan pengajaran langsung. Siswa hanya dapat mengkonstruksikan
makna bila mereka dapat melihat keseluruhannya.
8. Mengajar adalah sebagai pemberdayaan pembelajar, dan memungkinkan
pembelajar untuk menemukan dan melakukan refleksi terhadap
pengalaman-pengalaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran
dan pemahaman yang lebih dalam bila dibandingkan dengan memorisasi
permukaan yang sering menjadi ciri pendekatan-pendekatan mengajar
lainnya. Ini juga membuat kaum konstruktivis percaya bahwa lebih baik
menggunakan bahan-bahan hands-on dari riil daripada textbook.
E. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Konstruktivistik
1. Kelebihan
a. Pembelajaran menggunakan pendekatan konstruktivistik
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggungkapkan
gagagasan secara eksplisit dengan bahasa sendiri, berbagi
gagasan antar siswa, dan siswa mampu memberikan penjelasan
tentang gagasan yang sudah di bangun.
b. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik memberikan
pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah
dimiliki siswa atau siswa dapat merancang kegiatan yang
disesuaikan dengan gagasan awal agar siswa dapat memperluas
pengetahuan mereka mengenai fenomena dan memiliki
kesempatan untuk merangkai fenomena. Sehingga siswa
terdorong untuk memadukan dan menggolongkan antara
gagasan tentang fenomena.
c. Pendekatan konstruktivistik memberi kesempatan pada siswa
untuk berpikir mengenai pengalaman pribadinya. Hal ini dapat
mendorong siswa untuk berpikir kritis, imajinatif.
d. Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivistik memberikan
siswa kesempatan untuk mencoba gagasan baru dan mendorong
siswa untuk lebih percaya diri menggunakan berbagai konteks,
sehingga dapat memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai
macam strategi.
e. Pendekatan konstruktivistik mendorong siswa untuk
mengembangkan gagasan yang baru setelah menyadari ada
kemajuan pada dirinya dan dapat mengidentifikasi perubahan
apa yang terjadi.
f. Pendekatan konstruktivistik memberikan situasi belajar yang
kondusif, siswa mengunggapkan gagasan yang berbeda beda dan
menghindari satu jawaban benar.
2. Kekurangan pendekatan konstruktivistik:
a. Dapat menimbulkan miskonsepsi karena siswa mengkonstruksi
pengetahuan sendiri tidak jarang hasil konstruksi berbeda
dengan para ahli.
b. Membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan
cara yang berbeda-beda.
c. Tidak semua sekolah memiliki sarana dan prasarana yang tidak
mendukung kreativitas dan keaktifan siswa.

F. Aplikasi Pendekatan Konstruktivistik dalam Pembelajaran


1. Teori Perubahan Konsep
Keadaan dan syarat agar terjadi perubahan konsep secara
radikal/akomodatif:
a. Peserta didik dapat merubah konsepnya jika dirasa sudah tidak dapat
digunakan lagi untuk membahas situasi, pengalaman, dan gejala
yang baru.
b. Konsep yang baru dapat dimengerti, dapat memecahkan persoalan
atau fenomena yang baru, dan rasional.
c. Konsep yang baru harus konsisten dengan teori-teori atau
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, dapat memecahkan dan
menjawab soal yang terdahulu, serta masuk akal.
d. Berdaya gunanya konsep baru bagi perkembangan penelitian dan
penemuan yang baru.
2. Teori Skema
Skema adalah gambaran mental seseorang untuk mengerti suatu hal,
memecahkan persoalan, ataupun menemukan jalan keluar. Agar dapat
membentuk kerangka pemikiran yang benar, seseorang harus mengisi
kelengkapan skemanya dengan informasi yang benar.
3. Teori Belajar Bermakna Ausubel
Teori ini dikenal dengan teori belajar bermakna (meaningful
learning).Belajar bermakna adalah suatu informasi yang dihubungkan
kepada seseorang yang sedang belajar tentang struktur pengertian yang
sudah dimiliki orang tersebut.
Teori belajar bermakna Ausubel dengan konstruktivis memiliki
kedekatan yaitu saling menekankan pentingnya fakta-fakta baru dalam
sistem pengertian yang dimiliki, pentingnya pengertian yang sudah
dimiliki siswa, pentingnya mengasosiasikan pengalaman, dan keaktifan
siswa dalam belajar.
4. Teori Belajar Bruner
Pembelajaran adalah dimana pelajar dapat membina pengetahuan yang
lampau menjadi ide baru yang aktif.

Metode Mengajar Guru dalam Pendekatan Konstruktivistik

a. Tanya Jawab (questioning)


Metode ini untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami konsep-
konsep pada topik pelajaran yang akan dipelajari.
b. Penyelidikan/Menemukan (Inquiry)
Dalam metode ini, guru tidak banyak beraktivitas karena lebih banyak
dilakukan oleh siswa. Guru tidak lagi sebagai pemberi materi/pengetahuan
tetapi menyiapkan kemungkinan-kemungkinan jika siswa bertanya untuk
memecahkan masalah, membantu menemukan fakta, dan menganalisis data.
c. Komunitas Belajar (Learning Community)
Komunitas belajar atau belajar kelompok yaitu pembelajaran yang
bekerjanya sudah terbagi dalam sejumlah siswa atau kedalam kelompok-
kelompok kecil dengan tujuan tertentu secara bersama-sama.
PENUTUP
A. KESIMPULAN

B. SARAN

Anda mungkin juga menyukai