Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AKHIR MATA KULIAH AUDITING

RANGKUMAN PERENCANAAN AUDIT DAN PROSEDUR ANALITIS

Disusun Oleh:

Berlina Hidayati MAT 52600


Kelas 37 A (Matrikulasi)

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
1

Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis


Standart audit yang berlaku umum mengenai pekerjaan lapangan yang pertama
mengharuskan dilakukan perencanaan yang memadai. Auditor harus melakukan
perencanaan kerja yang memadai dan harus melakukan pengawasan secara seksama
terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh para asistennya.

Aditor harus melakukan perencanaan pengawasan secara tepat, yaitu:


1. Agar auditor mampu mendapatkan cukup bukti yang memadai sesuai dengan
kondisinya.
Hal ini menjadi penting apabila kantor akuntan publik (KAP) ingin
meminimalkan kewajiban hukum dan menjaga reputasi dalam komunitas
bisnisnya.
2. Untuk menjaga supaya biaya audit tetap terjangkau.
Biaya ini perlu dipertimbangkan oleh KAP agar bisnisnya mampu bersaing.
3. Mencegah kesalahpahaman klien.
Hal ini harus dipertimbngkan untuk menjaga hubungan baik dengan klien serta
untuk memberikan pekerjaan yang terbaik dengan harga yang terjangkau.
Selain itu, pentingnya mencegah kesalahpahaman klien agar klien tidak
kecewa dengan hasil pekerjaan auditor dan menuntutnya dijalur hukum.
Terdapat delapan bagian perencanaan audit yang utama sebagi berikut:

Menerima klien dan melakukan perencanaan awal audit

Memahami bisnis dan industri klien

Menilai resiko bisnis klien


Melakukan prosedur analitis awal

Menentukan tingkat materialitas dan menilai resiko audit yang dapat diterima serta
resiko bawaan

Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian

Mendapatankan informasi untuk menilai resiko kecurangan

Mengembangkan keseluruhan perencanaan audit dan program audit


2

Tujuh bagian pertama pada perencanaan audit dimuksudkan untuk mencapai bagian
terakhir dalam perencanaan audit yaitu membantu auditor dalam mengembangkan
keseluruhan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan dengan
efektif dan efisien. Rangkuman kali ini akan membahas empat bagian pertama dari
keseluruhan bagian perencanaan audit.
Pada bagian ini akan diperkenalkan pada dua istilah yang sering digunakan dalam
audit, yaitu resiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) dan resiko
bawaan (inherent risk). Kedua resiko ini sangat berpanguruh besar pada
pelaksanaan dan biaya audit. Kegiatan perencanaan audit ini sebagian besar
berkaitan dengan perolehan informasi dalam menetukan kedua resiko tersebut.
1. Resiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) yaitu seberapa besar
keyakinan auditor dalam menerima kemungkinan adanya salah saji pada
laporan keuangan setelah pengauditan selesai dilaksanakan dan menerbitkan
opini auditor yaitu wajar tanpa pengecualian (unqualified). Resiko nol adalah
kepastian absolut sedangkan resiko 100 persen adalah ketidakpastian absolut.
2. Resiko bawaan (inherent risk) seberapa besar keyakinan auditor atas
kemungkinan salah saji material dalam saldo akun atau saldo laporan keungan
sebelum mempertimbangkan efektivitas pengendalian internal.
3. Menilai resiko audit yang dapat diterima dan resiko bawaan adalah bagian
penting perencanaan audit untuk dapat membantu dalam menentukan jumlah
bukti yang diperlukan serta penugasan staf yang dibutuhkan.
A. Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Awal Audit
Perencanaan awal audit melibatkan empat hal yang seluruhnya harus segera
dilakukan dalam pengauditan, yaitu:
1. Auditor menentukan suatu keputusan dalam pemberian jasa kepada klien baru
ataupun pada klien lama. Keputusan ini dilakukan oleh auditor yang telah
berpengalaman dan memiliki wewenang untuk mengambil keputusan.
Keputusan ini perlu dilakukan secara degera sebelum terjadi biaya-biaya yang
cukup bersar dan tidak dapat kembali (sunk cost).
2. Auditor mengidentifikasi keperluan klien dalam pengauditannya. Hal yang
perlu dipertimbangkan adalah alasan klien “mengapa bisnisnya memerlukan
atau ingin diaudit?”
3. Auditor harus sepaham atau menyetujui kontrak kerja kepada klien.
4. Auditor harus merencanakan pengauditan atas laporan keuangan yang
diterimanya. Perlu adanya pengembangan keseluruhan strategi pengauditan
termasuk tugas audit dan spesialis-spesialis audit yang diperlukan.
1. Penerimaan Klien
Pada kenyataannya mendapatkan klien dan mempertahankan klien tidak
mudah namun KAP harus mempertimbangkan klien yang akan diterimanya
karena KAP memiliki tanggung jawab hukum dan professional. Pemelihan
3

klien haruslah secara selektif seperti klien harus memiliki inntergritas, klien
harus mematuhi aturan KAP yang dianjurkan, dan imbalan jasa audit yang
layak untuk diterima oleh auditor. Banyak KAP yang menolak untuk
mengaudit beberapa klien dan tidak melanjutkan mengaudit klien lama karena
adanya resiko tuntutan hukum atau menolak klien dengan pertimbangan jika
resiko audit yang dapat diterima di bawah ambanng batas resiko yang dapat
diterima KAP tersebut.
a. Investigasi Klien Baru
KAP harus menyelidiki calon klien baru dengan melihat posisi calon
klien dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangan dan hubungan dengan
KAP sebelumnya. Sesuai dengan ketentuan PSA 16 (SA 315) KAP baru
harus berkomunikasi dengan auditor sebelumnya agar dapat membantu
auditor mengevaluasi menerima atau menolak kontrak kerja. Pelaksanaan
investigasi pada klien baru, auditor harus mendapatkann dari izin dari klien
baru sesuai dengan kode etik. Hal ini berkaitan dnegan hukun lokal, auditor
sebelumnya, bank, dan bisnis atau rekan bisnis yang berkaitan pada klien
baru tersebut.
b. Klien Lama
Banyak KAP yang mengevaluasi klien-klien sebelumnya apakah
terdapat alasan untuk tidak melanjutkan pengauditan. Hal-hal yang
mendasari KAP tidak melanjutkan klien lama diantaranya i)lingkup audit
yang tepat, ii)jenis opini yang dikeluarkan, iii)imbal jasa, iv)klien tidak
memiliki integritas, v)atau hal-hal lain. Namun KAP dapat tidak
melanjutkan audit terhadap klien lama apabila adanya resiko tuntutan
hukum yang besar antara intansi pemerintah dan klien.
c. Identifikasi Alasan Klien Melakukan Audit
Dua alasan utama yang mempengaruhi resiko audit yang dapat diterima
i. Siapa para pengguna laporan keuangan yang diaudit?
ii. Tujuan apa menggunakan laporan keuangan tersebut?
Sepanjang kontrak kerja auditor dapat memperoleh informasi tambahan
mengenai klien yang sedang diaudit dan kemungkinan penggunaan laporan
keungan tersebut. Informasi ini dapat mempengaruhi resiko audit yang
dapat diterima oleh auditor.
d. Kesepahaman Dengan Klien
Pemahaman yang jelas atas kondisi kontrak kerja harus dimiliki oleh
klien dan KAP, sesuai PSA 05 (SA 310) menjelaskan auditor harus
mendokumentasikan kesepahaman ini dalam perjanjian kontrak kerja, yang
berisikan i)tujuan kontrak kerja, ii)tanggung jawab auditor dan manajemen,
4

iii)dan keterbatasan dalam kontrak kerja dan hambatan yang mungkin


ditemukan dalam pekerjaan auditor. Pada perjanjian kontrak kerja informasi
yang ada sangat penting dalam melakukan perencanaan audit karena akan
mempengaruhi penentuan waktu dalam melakukan pengujian dan total
waktu pengauditan dan jasa lain yang dilakukan.
2. Menyusun Strategi Audit Secara Keseluruhan
Auditor perlu menyusun strategi pengauditan awal. Saat menyusun strategi
pengauditan, auditor harus mempertimbangkan faktor seperti a)jumlah lokasi-
lokasi klien pusat dan anak cabang dan b)pengendalian internal klien yang
sebelumnya dalam menyusun pendekatan awal pengauditan. Strategi awal ini
membantu auditor dalam menentukan sumber-sumber yang diperlukan dalam
kontrak kerja, penugasan dalam kontrak kerja dan biaya dalam kegiatan
pengauditan.
a. Memilih Staf untuk Kontrak Kerja
Auditor harus menugaskan staf yang tepat sesuai dengan standart berlaku
umum untuk kontrak kerja, menurut standart umum, audit harus dilakukan
oleh orang yang memiliki pelatihan teknis yang memadai dan keahlian
sebagai seorang auditor
b. Mengevaluasi Kebutuhan Akan Para Ahli dari Pihak Luar
Mengevaluasi kebutuhan akan para ahli dari pihak luar telah diatur
menurut PSA 39 (SA 336) memuat ketentuan untuk memilih ahli dan
menelaah pekerjaan mereka. Maka menjadi penting untuk auditor
memahami bisnis klien apakah dibutuhkan seorang ahli. Auditor harus
mengevaluasi kualifikasi professional sang ahli tersebut dalam memahami
tujuan dan lingkup pekerjaan sang ahli.
B. Memahami Bisnis dan Industri Klien
Auditor harus mendapatkan pemahaman yang memadai atas entitas dan
lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya untuk menilai resiko salah saji
material dalam laporan keuangan baik disebabkan karena kesalahan atau
kecurangan dan untuk merancang sifat, waktu dan keluasan prosedur audit yang
lebih lanjut. Sifat bisnis dan industri klien memengaruhi resiko bisnis klien dan
resiko salah saji material dalam laporan keungan. Beberapa faktor dalam
pemahaman atas bisnis dan industri klien.
1. Teknologi informasi antar klien perusahaan, pelanggan dan pemasok
2. Perluasan usaha secara global
3. Teknologi informasi dalam mempengaruhi pengendalilan internal, kualitas dan
ketepatan informasi keuangan
5

4. Sumber daya manusia dan aset tak berwujud dalam peningkatan kompleksitas
akuntansi
5. Pemahaman auditor lebih baik terhadap bisnis dan industri klien dalam
memberikan jasa
1. Industri dan lingkungan Eksternal
Terdapat tiga alasan utama dalam mendapatkan pemahaman baik atas
industri klien dan lingkungan eksternal
a. Resiko industri dapat mempengaruhi penilaian auditor atas bisnis klien dan
resiko audit yang dapat diterima. Hal ini juga menjadi faktor auditor
menolak kontrak kerja.
b. Resiko bawaan biasanya umum untuk semua klien di beberapa industri
tertentu. Kepahaman atas resiko-resiko tersebut dapat membantu auditor
dalam menilai relevansinya dengan klien.
c. Industri yang memiliki ketentuan akuntansi yang khusus di mana auditor
harus paham bagaimana mengevaluasi sesuai dengan prinsip akuntansi
berlaku umum.
2. Operasi dan Proses Bisnis
Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan,
pelanggan, pemasok utama, sumber pendanaa dan informasi mengenai pihak
yang memiliki hubungan istimewa yang dapat mengindikasi bagian-bagian
yang dapat meningkatkan resiko bisnis klien. Beberapa kegiatan yang perlu
atau dapat dilakukan oleh auditor, yaitu
a. Mengunjungi pabrik dan kantor yang dimiliki klien dalam mendapatkan
pemahaman atas operasi bisnis klien dengan mengamati kegiatan operasi
secara langsung serta menemui pegawai
b. Mengidentifikasi pihak-pihak atas transaksi yang memiliki hubungan
istemewa dengan klien untuk diungkapkan dalam laporan keungan jika
nialinya signifikan (bukan transaksi wajar).
c. Manajemen dan Tata Kelola Perusahaan
Auditor harus mengidentifikasi tata kelola perusahaan dari struktur
organisasi, aktivitas dewan direksi serta dari komite audit dalam
menghadapi resiko karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap
penyajian material terhadap laporan keuangan. Untuk mendapatkan
pemahaman atas sistem tata kelola klien, auditor harus memahamai i)akta
pendirian perusahaan dan peraturan-peraturan, ii)kode etik perusahaan dan
iii)membaca notulensi rapat perusahaan.
3. Tujuan dan Strategi Klien
Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk
menjapai tujuan organiasi. Auditor harus memahami tujuan klien terkait
dengan hal berikut:
6

a. Keandalan laporan keuangan


b. Efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan
c. Kepatuhan dengan hukum dan peraturan
4. Pengukuran dan Kinerja
Sistem pengukuran kinerja klien termasuk indikator-indikator kinerja
penting yang digunakan manajemen dalam mengukur setiap kemajuan dalam
mencapai tujuan perusahaan. Resiko bawaan dalam salah saji laporan keungan
dapat meningkat apabila klien menetapkan seperangkat tujuan tidak masuk
akal atau jika sistem pengukuran kinerja memicu pembukuan agresif. Sebagai
pemahaman terhadap bisnis klien auditor menjalankan analisis rasio atau
penelaah atas perhitungan rasio kinerja penting klien terhadap competitor-
kompetitor utama.
C. Menilai Risiko Bisnis Klien
Auditor menggunakan pengetahuan yang didapatnya dari strategis atas bisnis
dan industry klien untuk menilai resiko bisnis klien, yaitu resiko bahwa klien akan
gagal mencapai tujuannya. Resiko bisnis klien dapat muncul dari setiap faktor yang
mempengaruhi klien dan lingkungannya seperti kemajuan teknologi baru yang
merusak keunggulan kompetitif klien atau gagal dalam penerpan strateginya.
Perhatian utama auditor adalah resiko salah saji material dalam laporan keuangan
yang disebabkan resiko bisnis klien. Tingkat pemahaman auditor terhadap bisnis
dan industry klien yang terdiri dari beberapa faktor akan menentukan pemahaman
auditor dalam menilai resiko bisnis klien untuk selanjutnya menilai resiko salah saji
material kemudian auditor dapat menerapkan model resiko audit.
𝐴𝐴𝑅
𝑃𝐷𝑅 =
𝐼𝑅 × 𝐶𝑅
Manajemen merupakan sumber utama mengidentifikasi bisnis klien.
Manajemen harus melakukan evaluasi menyeluruh atas resiko bisnis yang relevan
yang dapat mempengaruhi laporan keuangan per kuartal/per tahun, serta
mengevaluasi efektivitas pengendalian pengungkapan dan prosedur. Manajemen
harus menyatakan telah merancang pengendalian pengungkapan dan prosedur
untuk meyakinkan bahwa informasi penting mengenai resiko bisnis telah
dikomunikasikan. Manajemen juga menginformasikan pada auditor dan komite
audit atas setiap kekurangan penting dalam pemgendalian internal. Informasi
tersebut berguna bagi auditor dalam mengevaluasi pengendalian internal yang
mempengaruhi kemungkinan salah saji material atas laporan keuangan.
D. Melakukan Prosedur Analitis Awal
Auditor melakukan prosedur analitis awal agar dapat memahami lebih baik
bisnis klien dalam menilai resiko bisnis klien. Prosedur yang digunakan adalah
membanding rasio klien dengan industri atau kompetitor yang menjadi acuan
dalam memberikan indikasi kinerja perusahaan. Pengujian awal tersebut
7

mengungkapkan perubahan yang tidak biasa dalam rasio-rasio perbandingan


dengan tahun sebelumnya atau rata-rata industri, dan membantu auditor
mengidentifikasi bagian peningkatan resiko salah saji yang membutuhkan perhatian
lebih lanjut dalam pengauditan.
E. Prosedur Analitis
Penekanan prosedur analitis (PSA 32) adalah atas ekspektasi yang disusun oleh
auditor. Prosedur analitis yang dapat dilakukan pada setiap fase selama penugasan
kerja berlangsung, yaitu:
1. Prosedur analitis diperlukan dalam fase perencaan untuk membantu
menentukan sifat, keluasan dan waktu dalam prosedur pengauditan. Hal ini
membantu auditor mengidentifikasi hal-hal penting yang membutuhkan
pertimbangan khusus lebih lanjut dalam penugasan kerja.
2. Prosedur analitis dikerjakan selama fase pengujian audit sebagai pengujian
substantif untuk mendukung saldo akun. Keyakinan yang diberikan prosedur
analitis bergantung pada kemampuan prediksi dari hubungan-hubungan yang
ada, juga ketepatan ekspektasi dan keandalan data yang digunakan untuk
menyusun ekspektasi tersebut.
3. Prosedur analitis juga diperlukan selama fase penyelesaian audit. Pengujian
semacam ini merupakaan penelaahan akhir atas salah saji material atau
masalah keuangan dan membantu auditor dalam mengambil “pandangan
objektif” atas laporan keuangan yang telah diaudit sehingga dapat digunakan
untuk mengidentifikaksi kemungkinan kesalahan dalam suatu pengauditan.
F. Lima Jenis Prosedur Analitis
Prosedur analitis merupakan bukti audit yang sangat bergantung pada
pengemmbangan ekspektasi auditor terhadap saldo akun atau rasio yang
seharusnya, tanpa mempertimbangkan jenis prosedur analitis yang digunakan.
Dalam setiap kasus auditor membandingkan data klien dengan :
1. Data industri
Dengan data klien yang dibandingkan dengan data industri dapat diketahui
kinerja klien dan potensi salah saji. Sebagai contoh:
Klien Industri
2007 2006 2007 2006
Perputaran persediaan 3,4 3,5 3,9 3,4
Presentase laba kotor 26,3% 26,4% 27,3% 26,2%
Pada penggunaan data ini terdapat kelamaan pada sifat bisnis klien dan industri
(data rata-rata industri secara luas).
2. Data yang sama diperiode sebelumnya
a. Membandingkan data klien dengan data yang sama pada tahun sebelumnya
b. Membandingkan saldo tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
c. Membandingkan rincian total saldo dengan perincian yang sama pada tahun
sebelumnya
8

d. Menghitung rasio dan hubungan persentase unntukk perbandingan dengan


tahun sebelumnya
3. Data klien dengan hasil ekspetasi yang ditentukan oleh klien. Hal ini dapat
tercermin pada anggaran bisnis klien untuk beragam aspek operasioanal juga
hasil-hasil keuangan. Karena anggaran merupakan ekspektasi klien sehingga
auditor harus mengidentifikasi perbedaan antara anggaran dan kos aktual karna
dimungkinkan adanya salah saji.
4. Data klien dengan hasil ekspetasi yang ditenntukan oleh auditor.
Pembandingan ini muncul ketika auditor menghitung ekspektasi saldo
(perkiraan atas berapa seharusnya saldo suatu akun atas dasar neraca, laporan
laba atau rugi atau berdasarkan tren historisnya) untuk perbandingand dengan
saldo aktual.
5. Data klien dengan ekspetasi hasil dengan menggunkan data nonkeuangan.
Fokus utama dalam penggunaan data non-keuangan adalah keakuratan
penentuan data non-keuangan itu sendiri.
G. Rasio Keuangan Umum
Prosedur analitis auditor sering menggunakan rasio keungan yang umum
selama perencanaan dan penelahaan akhir dalam pengauditan atas laporan
keuangan. Rasio tersebut berguna dalam memahami status keuangan bisnis klien
serta melihat laporan dari propektif pengguna.
Rasio yang dipilih antara lain adalah:
1. Kemampuan membayar utang jangka pendek
a. Ratio kas
b. Ratio cepat
c. Ratio lancar
2. Ratio aktivitas likuiditas
a. Perputaran piutang usaha
b. Jumlah hari penagihan piutang usaha
c. Perputaran persediaan
d. Jumlah hari untuk menjual persediaan
3. Kemampuan untuk membayar utang jangka panjang
a. Ratio utang terhadap ekuitas
b. Times interest earned
4. Ratio profitabilitas
a. Presentase laba kotor
b. Margin laba
c. Tingkat pengembalian asset
d. Tingkat pengembalian ekuitas saham biasa

Anda mungkin juga menyukai