Dosen Pembimbing:
Oleh:
Kelompok 8
BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmatnya sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat
sederhana. Semoga maklah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam rangka untuk melaksanakan
tugas dari dosen kami Bapak Drs. Aam Muharam,M.Si selaku pengampu materi Psikologi
Perkembangan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
kita, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya
Makalah ini kami akui masih banyak banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh karena itu harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………………..
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………
1. Simpulan………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Manusia dalam hidupnya mengalami berbagai fase perubahan yang disebut perkembangan,
dimana perkembangan ini merupakan bertambahnya kemampuan manusia secara fisik
maupun psikis dan bersifat kualitatif. Seorang individu bisa dikatakan berhasil ketika ia bisa
melewati setiap fase dalam perkembangan itu dengan menyelesaikan tugas
perkembangannya. Dalam melewati setiap fase itu, individu mungkin akan menghadapi
hambatan baik itu dari aspek fisik, kognitif, emosi, sosial maupun spritual.
Dari seluruh fase yang terjadi selama rentang usia manusia tersebut, setiap fase memiliki
peranan penting yang akan mempengaruhi fase selanjutnya dalam kehidupan. Pada makalah
ini penyusun membatasi bahasannya pada perkembangan pada masa awal pubertas atau
sering disebut masa remaja. Jika pada masa kanak kanak terjadi berbagai fase penting dimana
mereka menduplikasi serta mengaplikasikan secara langsung apa yang mereka lihat, maka
pada masa remaja juga merupakan fase penting yang merupakan fase awal mereka mencari
idealisme dan jati diri, pada masa ini pula terjadi proses pembentukan mental yang akan akan
mempengaruhi pandangan hidup.
Dikarenakan masa remaja ini merupakan masa transisi dimana individu harus
meninggalkanmasa kanak kanak dan menuju kedewasaan, maka masalah dan hambatan itu
akan kian tampak pada fase ini , salah satunya saat individu ingin merasakan kebebasan dari
apa yang mengaturnya saat ia dalam fase kanak kanak namun disaat yang sama ia juga tidak
ingin kehilangan perhatian, sehingga mendorong dirinya untuk melakukan pemberontakan
serta penyimpangan. Karena hal inilah penting bagi kita untuk memahami kondisi yang
terjadi pada masa ini.
Terdorong dengan rasa keingin tahuan dan fakta tersebut, maka penyusun memilih topik
perkembangan masa remaja dalam makalah sederhana yang diberi judul “Perkembangan
Masa Awal Pubertas”.
1. Rumusan Masalah
2. Apa yang dimaksud dengan masa awal pubertas (remaja) ?
3. Bagaimana perkembangan fisik pada masa remaja ?
4. Bagaimana perkembangan kognitif pada masa remaja ?
5. Perkembangan sosio-emosional pada masa remaja ?
1. Tujuan Penulisan
2. Menjelaskan mengenai masa awal pubertas (remaja).
3. Menguraikan perkembangan fisik pada masa remaja.
4. Menguraikan perkembangan kognitif pada masa remaja.
5. Menguraikan perkembangan sosio- emosional pada masa remaja.
BAB II
Remaja didefenisikan sebagai masa peralihan dari kanak kanak menuju dewasa, menurut
Hurlock masa reamaja awala ini berkisar pada usia 12/13 y.o – 17/18 y.o. sementara WHO
masa remaja awala berkisar pada usia 10 -14 y.o.
Psikolog G. Stanley Hall menyatakan bahwa “adolescence is time of storm and stress” (masa
remaja adalah masa yang penuh dengan badai dan tekanan jiwa) yaitu masa dimana terjadi
perubahan besar bukan hanya secara fisik tapi juga intlektual dan emosional yang
dipengaruhi dan berpengaruh pada lingkungannya, sehingga menimbulkan konflik bagi yang
bersangkutan dan lingkungannya. Berkaitan dengan hal ini Sigmund Freud dan Erik Erikson
meyakini bahwa perkembangan pada masa remaja merupakan perkembangan yang penuh
dengan konflik.
Jika melihat pada apa yang dinyatakan Hurlock dan WHO bahwa masa remaja awal itu
berkisar dari usia 10 – 18 y.o. maka dalam kaca mata Islam masa usia ini bisa digolongkan
pada fase Amrad dan dimulainya Fase Taklif.
Fase Amrad dimulai dari usia 10-15 y.o yaitu masa dimana seseorang disiapkan untuk
menjadi khalifah di bumi, sehingga pada fase ini penting untuk diajarkan tanggung jawab dan
dibekali keterampilan untuk bekalnya dimasa yang akan datang. Pada fase ini individu juga
akan mencari jati dirinya sendiri, ia mulai berusaha untuk mengenal dirinya secara fisik dan
psikologis. Dalam usia ini individu sudah dimungkinkan untuk belajar ilmu logika, fisik,
filsafat dan astronomi.
Sedangkan fase taklif dimulai pada usia 15 tahun, dalam Islam, ketika seorang individu
mencapai usia ini, maka ia sudah digolongkan dewasa dan memliki tanggung jawabnya
sendiri sebagai hamba Allah juga sebagai khalifah. Bekal yang diperolehnya selama dalam
fase Amrad diharapkan bisa menjadi multisolusi ketika individu mendapatkan masalah. Al
ghazali menyebut fase ini sebagai fase aqil dimana akal sudah mencapai puncaknya sehingga
individu sudah bisa dikenai punnishment dan reward atas apa yang dia kerjakan.
Mengacu pada pernyataan G. Stanley Hall bahwa masa remaja adalah masa yang penuh
dengan badai dan tekanan jiwa, tentu saja memberi kesan bahwa banyak sekali hal negatif
yang ada pada masa ini, namun menyanggah hal itu, Daniel Offer, melalui penelitiannya
menyatakan setidaknya 73% remaja menunjukan citra tubuh yang sehat, dibandingkan orang
dewasa para remaja lebih menikmati hidup mereka, mereka menyatakan diri mereka sebagai
orang yang bisa mengendalikan diri, menghargai kerja dan sekolah juga percaya diri terhadap
segala aspek dalam dirinya.(John W. Santrock 2011 : 297)
Jacquelin Lerner dan koleganya melakukan pendekatan positif terhadap psikologi remaja,
dengan mengungkapkan remaja memiliki 5 kekuatan yang disebut Five Cs, yaitu :
Competence
Confidence
Connection
Character
Compassion / carring
Seperti yang telah dijelaskan bahwa setiap fase perkembangan dalam rentang hidup individu
saling mempengaruhi fase lainnya, fase remaja merupakan salah satu fase yang penting dan
berdampak luas pada fase berikutnya. Pada masa remaja awal, terjadi pertumbuhan fisik yang
sangat pesat, seperti tingga badan yang mulai menyamai orang dewasa, terbentuknya otot otot
dan optimalnya kerja fungsional organ tubuh tertentu. Dalam perkembangan fisik remaja ini
yang paling penting dan dominan diantaranya yaitu :
1. Perkembangan Seksual
Perkembangnan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat pada oragan testis,
pembuluh yang mulai memproduksi kelenjar sperma dan prostat. Kematangan organ organ
reproduksi pada pria ini memungkinkan pada usia sekitar 14 – 15 y.o mereka mengalami wet
dream . sementara pada wanita terjadi pertumbuhan yang cepat pada organ uterus dan
ovarium yang mulai menghasilkan ovarium dan hormon untuk kehamilan, akibatnya
terjadilah siklus menarche (menstruasi petama) yang sering diiringi dengan sakit kepala, sakit
pinggang, kelelahan,depresi dan mudah tersinggung. Siklus haid ini biasanya telah dimulai
kisaran usia 9-15 y.o.
Selain menunjukan perkembangan seks primer, individu yang mengalami pubertas juga
menujukan ciri ciri seks sekunder yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak
sebagai laki laki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu bulu kumis,
jambang, janggut, dan pada area lainya, tumbuh jakun, suara menjadi parau dan rendah, kulit
berubah menjadi kasar. Pada wanita juga mengalami petumbuhan bulu secara lebih terbatas,
pertumbuhan juga terjadi pada organ yang akan memprodusi air susu serta pada daerah
panggul sebagai persiapan untuk proses melahirkan.
Selain mengalami perkembangan seksual secara fisik, remaja juga mengalami perkembangan
seksual secara psikis, yakni munculnya perasaan seksual seperti gairah dan daya tarik dan
pembentukan kesadaran terhadap identitas seksual. Sehingga perlu bagi remaja untuk
mempelajari cara menangani perasaan seksual. Beruntung dalam hal ini, Islam sebagai
agama yang kamil mutakamil, telah mengcover solusi untuk setiap permasalahan umatnya,
termasuk masalah remaja yang seperti ini. Islam secara tekstual dalam Al Qur’an telah
menegaskan upaya preventif untuk menangani masalah perasaan seksual pada remaja, yakni
dalam firmannya Qs Al Isra Allah menegaskan “Janganlah kamu mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji”
Awal dari munculnya perasaan seksual tentu saja dimulai dengan pengindraan terutama mata,
sehingga Allah menyuruh kita untuk menundukan pandangan, selain itu untuk menahan
syahwat (baca : gairah seksual) Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk berpuasa. Dari
fakta ini bisa kita lihat bagaimana Islam telah mempersiapkan upaya pencegahan terhadap
masalah masalah mendetil seperti ini.
Sementara diluar sana, katakan saja dinegara semaju negara Paman Sam, tidak ada upaya
pencegahan efektif yang bisa mereka lakukan untuk menahan eksplorasi seksual yang
dilakukan anak anak remajanya, sehingga mulai banyaklah anak remaja yang terindikasi
Infeksi Menular Seksual (IMS), sebuah study di Amerika menyatakan bahwa lebih dari 60%
remaja kelas 12 pernah melakukan hubungan seksual. Dan lebih mengerikannya lagi bahwa
remaja Amerika mempresepsikan bahwa mereka akan lebih mudah diterima diantara teman
sebayanya dari pada remaja tyang tidak aktif secara seks.
Melakukan hubungan seksual pada masa remaja awal, serta berbagai faktor kontekstual dan
keluarga, terkait dengan masalah seksual dan hasil perkembangan yang negatif, menyebabkan
meningkatnya resiko seksual berup[a meningkatnya remaja yang terkena IMS seperti gonore,
sifilis, dan klamidia bahkan AIDS, meningkatnya tingkat kehamilan pada remaja dan bahkan
kematian remaja.
Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kesehatan karena banyak faktor yang
berkaitan dengan kebiasaan kesehatan yang buruk . beberapa hal yang harus diperhatikan
remaja adalah
1. Teori Piaget
Menurut Piaget setelah mencapai usia 11 tahun anak mengalami tahap perkembangan
kognitif keempat sekaligus terakhir. Pada tahap ini anak mengalami tahap operasional formal,
yaitu tahap pemikiran dimana individu berpikir lebih abstrak dari tahap sebelumnya. Remaja
tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata sebagai jangkar untuk berpikir. Mereka dapat
menalar pristiwa yang kemungkinan adalah murni hipotesis atau proposisi abstrak, dan
bahkan dapat mencoba untuk melakukan penalaran secara logis tentang mereka.
1. Egosentris Remaja
Egosentris remaja (adolescent egocentrism) adalah peningkatan kesadaran diri pada masa
remaja. Menurut David Elkind egosentris remaja memiliki dua komponen kunci (John W.
Santrock, 2011 : 348) yaitu :
1. Imaginary audience, adalah keyakinan remaja bahwa orang lain tertarik terhadap
mereka seperti mereka tertarik kepada dirinya sendiri, akibatnya mereka sering
melakukan tindakan yang memancing perhatian dari orang lain.
2. Personal Fable, adalah perasaan dirinya memiliki keunikan dan tidak terkalahkan,
dan membuat tingkat percaya diri mereka melonjak serta menimbulkan perasaan
bahwa dirinya kebal terhadap semua keadaan berbahaya, hal ini menarik remaja untuk
melakukan kegiatan beresiko, seperti balapa, menggunakan narkoba dsb. Perasaan
memiliki keunikan ini juga membuat remaja berpikir tidak ada yang bisa mengerti
dirinya selain dia sendiri.
1. Pemrosesan Informasi
Pemrosesan informasi pada remaja terfokus pada memori dan pemfungsian eksekutif.
Memori jangka pendek lebih banyak difungsikan oleh remaja usia awal untuk menyelesaikan
masalah analog. Pada remaja memori jangka pendek ini memiliki kapasitas ruang yang lebih
besar dari pada yang lainnya, sehingga kemungkinan lebih banyak digunakan untuk
memproses informasi yang diperolehnya.
2. Working Memory
Working memory adalah teori yang menyatakan keadaan ketika individu melakukan aktifitas
berpikir dengan ,melibatkan ingatan dalam waktu yang singkat dengan memanfaatkan tugas
verba maupun visio spasial dalam memproses informasi.
Memori jangka panjang meningkat pada usia anak anak akhir / remaja awal, dan
kemungkinan akan terus meningkat, memori jangka panjang bergantung pada proses
pembelajaran anak dan partisipasinya ketika belajar dikelas dan mengingat informasi.
4. Fungsi Eksekutif
Fungsi Eksekutif adalah jenis proses kognitif tingkat tinggi yang kompleks, karena fungsi ini
mengarahkan individu untuk berpikir kritis dan mengambil keputusan, pada masa remaja
pemfungsian eksekutif ini meningkat drastis, hal ini disebabkan masa remaja adalah masa
meningkatnya mengambil keputusan, entah itu tentang memilih teman, pendidikan bahkan
karier. Namun menurut hasil beberapa study menyatakan bahwa remaja awal tidak begitu
kompeten dalam mengambil keputusan dibanding remaja akhir, dalam mengambil keputusan
remaja akhir cenderung lebih memikirkan resiko logis yang akan terjadi sementara remaja
awal hanya mberfikir mengenai kepuasan dirinya.
Sebuah penelitian menjelaskan bahwa pengambilan keputusan pada remaja dipengaruhi dua
hal, yaitu analisis dan eksperimental, sistem analisis adalah sistem dimana remaja
menganalisis secara terpeinci mengenai keputusan dan dampak dari keputusan yang
diambilnya, sementara sistem eksperimental adalah dengan mengelola dan memantau
pengalaman pengalaman aktual yang bermanfaat bagi pengfambilan keputusan.
Nilai adalah keyakinan dan sikap mengenai bagaimana hal hal yang seharusnya. Selama tiga
dekade terakhir, remaja menunjukan kepedulian yang meningkat untuk kesejahteraan pribadi
dan penurunan pada kepedulian terhadap orang lain. Untuk mengatasi masalah ini beberapa
sekolah mengadakan program Service Lerning, yaitu suatu bentuk pendidikan yang
mempromosikan tanggung jawab sosial dan pelayanan kepada masyarakat, dalam kegiatan
ini remaja terlibat dalam berbagai kegitan seperti memberikan les, membantu orang tua
lanjut, bekerja di rumah sakit atau membantu membersihkan kota. Tujuan dari service lerning
adalah menjadikan remaja untuk menjadi kurang egois atau bahkan tidak egois dan lebih
termotivasi untuk membantu orang lain.
1. Pendidikan Moral
Kurikulum Tersembunyi
Dalam pendidikan Moral, Dewey mengatakan bahwa ada satu kurikulum yang disebut
kurikulum tersembunyi, yaitu istilah untuk menggambarkan keyakinan bahwa bahkan ketika
sekolah tidak memiliki program khusus pendidikan moral, setiap sekolah memberikan
pendidikan moral.
Pendidikan Karakter
Klasifikasi Nilai
Selain itu untuk memenuhi pendidikan moral remaja harus mampu mengklasifikasikan nilai,
yakni mereka didorong untuk dapat menentukan mana nilai yang baik untuk dirinya juga
untuk orang lain , mereka juga didorong untuk bia merumuskan nilai nilai mereka sendiri
yang bisa berguna untuk masa depannya dan memahami nilai nilai orang lain.
Adalah suatu pendidikan moral yang diikut sertakan dalam suatu mata pelajaran, seperti
pendidikan untuk demokratis dalam pendidikan kewarga negaraan,. Intinya dalam hal ini
remaja diminta untuk mengembangkan konsep konsep nilai sementara pendidik hanya
berfungsi sebagai fasilisator.
Pendekata integratif
Yaitu pendidikan yang menekankan pendekatan integratif pada pendidikan moral yang
mendalam dan komitmen terhadap keadilan serta mengembangkan karakter moral tertentu.
1. Agama
Erik Erikson, menyatakan bahwa pada masa remaja, individu mengalami ketertarikan yang
tinggi terhadap agama, menurutnya masa remaja merupakan pintu gerbang ke indentitas
spiritual yang melewati batas kewajaran. Para peneliti telah menemukan bahwa agama telah
membarikan banyak dampak positif dalam kehidupan remaja, terutama dalam kompetensi
sosial mereka, diantara pengaruh positif itu adalah :
Remaja yang memiliki regiositas tinggi secara umum memiliki prestasi akademis
yang lebih menonjol, serta lebih bisa mengendalikan emosinya.
Menurut Sinha, Cnaan dan Gelles, dalam sampel acak remaja dengan regiositas tinggi
memiliki kecederungan yang rendah terhadap merokok, minum alkohol dan
mengkonsumsi narkoba.
Agama dapat menekan tingkat freesex pada remaja.
1. Identitas
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa masa remaja adalah masa pencarian jati
diri, yang artinya dalam mas ini individu belum menemukan identitasnya dan tengah
mengumpulkan identitas diri dengan segala torinya.
Erik Erikson menyebutkan bahwa pencarian identitas selama remaj dibantu oleh moratorium
psikososial , yaitu kesenjangan antara keamanan masa kanak kanak dan otonomi dewasa.
Pada masa ini masyarakat biasaya membiarkan remaja bebas dari tanggung jawab dan
mencoba identitas yang berbeda, akibatnya remaja menjadi bereksperimen dengan peran dan
kepribadian berbeda, yang bertujuan untuk mencari kecocokan mereka dengan dunianya,
sehingga tidak sedikit remaja yang mengalami kebingungan identitas, Damon menyatakan
bahwa dalam masa ini remaja tidak bisa ditinggalkan sendiri, melainkan harus didampingi
guru atau mentor untuk bisa membantu remaja mengembangkan identitas positif.
Identity diffusion, yaitu individu yang belum mengalami krisis atau belum membuat
komitmen apapun yang bisa ia jadikan identitas.
Identity disclouser, status individu yang sudah membuat komitmen tapi belum
mengalami krisis
Identity moratorium, status individu ditengah tengah krisis , tapi komitmen hanya
samar samar didefinisikan.
Identity achivement, adalah status individu yang mengalami krisis dan telah membuat
komitmen.
2. Perkembangan Emosional
Masa remaja digambarkan sebagai periode kekacauan emosional, dalam bentuk ektreem
pandangan tersebut terlalu stereotip karena remaja tidak selalu dalam keadaan “badai dan
stres.” Namun masa awal remaja adalah masa terjadinya fluktuasi emosi. Remaja bisa dengan
mudah menatakan mereka tengah bahagia tapi beberapa saat kemudian mereka menyatakan
mereka sedang sedih, hal tersebut mendukung persepsi bahwa mood remaja bisa mudah
berubah ubah, dan penting bagi orang dewasa untuk memahami bahwa itu adalah hal yang
normal bagi remaja.
Para peneliti menemukanbahwa perubahan mood pada remaja juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan dan faktor hormon, sebagaimana telah dijelaskan bahwa pada masa remaja
perkembangan fisik mereka terjadi lebih pesat, dan itu berpengaruh pada emosinya.
Sementara lingkungan berpengaruh dalam pembentukan emosi remaja, remaja yang berada
dlam lingkungan yang kurang kondusif akan mengalami dua emosi berikut :
Sedeangkan remaja yang tinggal dilingkungan kondusif, akan bisa membantu emosi remaja
menjadi :
Adekuasi emosi : cinta, kasih sayang, senang menolong, repek, ramah, dll.
Menendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak
meledak ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak.
1. Kemandirian
Salah stu sifat anak remaja adalah menginginkan hidup mandiri dan terlepas dari aturan
orangtua, sementara orangtua menginginkan anaknya mendengarkan saran mereka. Dalam
hal ini orang tua mungkin akan mengalami dilemma antar mengikuti keinginan anaknya atau
tetap dalam pendiriannya, pada fase ini orang tua yang memaksakan kehendaknya justru
cenderung akan kehilangan kontrol atas anaknya, maka orangtua dituntut untuk memberikan
kebebasan juga pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Intinya, orangtua harus bisa
menyeimbangkan antara kebebasan dan kontrol mereka terhadap anak.
Remaja awal memang tidak terlalu pandai dalam mengamil keputusan yang matang, namun
seiring berjalannya waktu dengan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman, pada masa
remaja akhir mereka akan lebih matang dalam mengambil keputusan
1. Kelekatan
Dalam sebuah studi ditemukan, bahwa seorang anak yang memiliki kelekatan dengan
orangtua cenderung sedikit terlibat dalam prilaku bermasalah, dibanding anak yang kelekatan
dengan orangtuanya kurang, termasuk dalam kemampuan menjalin hubungan dan karir, serta
teman sebaya.
Konflik orangtua-remaja menungkat pada masa remaja awal. Konflik tersebut biasanya
bukan konflik yang parah yang menyebabkan dilemma besar, melainkan terjadi karena
permasalahan sehari hari. Meskipun sebagian remaja mengalami konflik yang tinggi degan
orangtua yang sering dikaitkan dengan hal hal negatif, namun sebenarnya dengan adanya
konflik ini bisa berdampak positif, orangtua bisa melakukan negosiasi dengan anak sehingga
dapat meningkatkan hubungan orangtua dan anak, selain itu konflik juga bisa membantu anak
dalam meningkatkan kemandirian dan identitas,serta membantu anak melewati masa transisi
menuju usia dewasa.
1. Pertemanan
Pada kebanyakan anak, menjadi populer diantara teman sebaya mereka adalah motivator
yang sangat kuat. Bagimanapun remaja lebih memilih untuk memiliki pertemanan yang lebih
intens dengan sejumlah anak sebayanya. Dalam usia remaja, individu cenderung lebih
mempercayai teman daripada orangtuanya, bahkan akan ada suatu keadaan dimana remaja
memusuhi orangtuanya karena membela temannya.
Menurut Harry Stack Sullivan, teman menjadi sangat penting dalam memenuhi kebutuhan
sosial remaja. Secara khusus Sullivan berpendapat bahwa kebutuhan akan keintiman semakin
intensif selama masa remaja awal, memotivasi remaja untuk mencari teman dekat, jika
remaja gagal menjalin pertemanan dekat, mereka mengalami kesepian dan rasa
penghargaannya terhadap diri akan berkurang.
Fase ini sangat memerlukan bimbingan orang tua, karena bagi remaja yang belum memiliki
kepastian identita sosial yang menjadi sangat patuh pada teman sebayanya karena
menganggap mereka memilki kedudukan yang lebih tinggi dari pada dirinya, sehingga
mengarahkan dirinya sendiri menjadi korban bullying, terlebih jika remaja itu sudah terlibat
dalam suatu perkumpulan.
1. Kencan
Ada tiga tahap yang menandai perkembangan hubungan romantis pada masa remaja, yaitu :
Ketertarikan terhadap hubungan romantis (11 – 13 y.o), hal ini dipicu oleh pubertas,
dimana anak menjadi sangat tertarik dengan hubungan percintaan dan mulai
menyukai obrolan dengan lawan jenis.
Mengeksplor hubungan romantis (14 – 16 y.o), pada tahap ini individu mulai
melakukan hubungan romantis yang disebut kencan.
Menguatkan ikatan pasangan romantis (17 – 19 y.o), diusia ketika masa sekolah
menengah ahir hungun romantis mulai beranjak serius dan mendekati hubungan
romantis dewasa.
Kencan sudah seperti hal biasa bagi remaja, dan dianggap sebagai bagian dari
perkembangannya, namun ternyata di Amerika ditemukan fakta dari hasil penelitian bahwa
orang yang berkencan lebih berpotensi untuk melakukan penyalah gunaan narkotika dari
pada orang yang tidak berkencan.dalam beberapa kasus kencan juga bisa memicu konflik
dalam keluarga.
1. Kenakalan Remaja
Yang dimaksud prilaku kenakalan pada remaja adalah ketika seorang remaja melanggar
hukum atau terlibat dalam prilaku yang dianggap ilegal. Tingkat kenakalan diantara
kelompok minoritas dan kelompok pemuda dengan status sosio-ekonomi tercatat lebih rendah
. kenakalan remaja bisa disebabkan oleh :
Remaja dan orang dewasa lebih berpotensi untuk terkena depresi mayor dibanding anak anak,
terutama pada usia 12 -15 y.o, dan remaja putri yang beranjak dewasa cenderung memiliki
mood depresif lebih tinggi dari pada remaja laki laki. Akibatnya, remaja perempuan
mengalami akumulasi perubahan dan pengalaman hidup pada tahun tahun sekolah menengah
atas yang dapat meningkatkan depresi. Diantara yang dapat meningkatkan mood depresif
remaja adalah :
Faktor keluarga yang tidak harmonis
Pertemanan sebaya
Lingkungan yang tidak kondusif
Sementara salah satu dampak dari depresi tersebut adalah bunuh diri, beberapa tahun terakhir
fenomena bunuh diri merepukan salah satu penyebeb kematian paling tinggi di Amerika dan
dibeberapa negara di Asia,diantara faktor yang mendorong mereka untuk bunuh diri selain
akibat depresi itu sendiri diantaranya adalah rasa putus asa, rendah diri, rasa menyalahkan
diri sendiri, rasa menjadi beban terhadap orang lain juga rasa kecewa terhadap kehidupan,
cenderung lebih memiliki dorongan yang kuat untuk bunuh diri.
Untuk mengurangi tingkat depresi pada remaja , diantaranya dengan memberikan terapi
kognitif, dengan mengingatkan mereka akan kemampuannya untuk bertahan hidup,
mengkondisikan keadaan lingkungan agar sesuai dengan suhu psikologis anak, serta menjadi
teman berbagi untuk remaja tersebut. Selain itu berikut adalah beberapa program yang dapat
menekan masalah remaja .
Perhatian Individu yang intensif, program ini melibatkan orang dewasa terdekat bagi
remaja tersebut, dengan mongkondisikan agar orang dewasa membarikan perhatian
khusus pada remaja itu serta mengurusi kebutuhannya secara khusus, juga menajdai
tempat konseling individu dan rujukan treatment.
Pendekatan multiagensi masyarakat luas bersifat kolaborasi, metode ini biasa
diterapkan dalam proses penanggulangan bagi kasus penyalah gunaan narkoba,
dimana ada berbagai pihak yang dilibatkan untuk memberikan pendidikan komunitas.
Identivikasi dan intervensi dini, yakni upaya preventif dengan melakukan pendekatan
pada anak anak sebalum mereka mengalami masalah yang serius.
BAB III
SIMPULAN
1. Simpulan
Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, secara umum
biasanya terjadi sekitar usia 13 – 19 y.o,l dikarenakan masa ini adalah masa peralihan,
sehingga terjadi beberapa masalah yang menyertainya.
Masa remaja ditandai dengan adanya banyak perubahan pada anak, dari mulai perubahan
fisik yang menunjukkan kematangan organ reproduksi serta optimalnya fungsional organ
organ tertentu, perubahan kognitif yang menunjukkan kemajuan cara berpikir remaja serta
perubahan sosio-emosi yang berpengaruh besar terhadap kondisi kejiwaan remaja tersebut.
Ada banyak faktor yang harus diperhatiak selama pertumbuhan remaja, diantaranya :
hubungan dengan orang tua, hubungan dengan teman sebaya, kondisi lingkungan serta
pengetahuan kognitif anak.
Kenakalan remaja merupakan hal yang akan selalu mengiringi perkembangan remaja,
karenanya oreang dewasa harus memahami kondisi remaja sehingga bisa menangani masalah
kenakalan tersebut, kebebasan dan pengawasan yang seimbang merupakn kunci agar
orangtua tidak kehilangan kendali atas anaknya yang tengah beranjak deasa
DAFTAR PUSTAKA