Anda di halaman 1dari 20

Pengertian dan Fungsi SCR, Serta Prinsip

Kerjanya
Oleh adminPada Januari 22, 2016 29340 views
★★★★★

Pengertian dan Fungsi SCR, Serta Prinsip Kerjanya – Seperti yang telah kita ketahui
bersama bahwa ada banya sekali jenis komponen elektronika, dari komponen elektronika aktif
sampai komponen elektronika pasif. Dari banyaknya komponen tersebut, ada salah satu
komponen elektronika yang bernama SCR.
Ya, mungkin sebagian dari anda masih sedikit asing dengan nama komponen SCR. Memang
komponen yang satu ini bukan merupakan salah satu komponen elektronika dasar. Bagi anda
yang ingin tahu informasi mengenai apa itu SCR, apa saja fungsinya, dan bagaimana prinsip
kerjanya, langsung saja simak baik-baik ulasan dari belajarelektronika.net berikut ini.

Pengertian SCR
SCR adalah singkatan dari Silicon Controlled Rectifier yang merupakan salah satu jenis dioda
yang memiliki fungsi sebagai pengendali. Berbeda dari dioda pada umumnya yang hanya
memiliki dua kaki, yakni kaki anoda dan katoda, SCR ini memiliki tiga kaki. Disamping anoda dan
katoda, SCR memiliki sebuah kaki yang disebut terminal gate atau gerbang.

Terminal tersebut berfungsi sebagai pengontrol. Perlu diketahui bahwa komponen SCR ini masih
masuk ke dalam keluarga komponen thyristor yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1956.
SCR memiliki kemampuan dapat mengendalikan daya maupun tegangan yang cukup tinggi.
Oleh sebab itu komponen ini biasa difungsikan sebagai sebuah switch tegangan atau arus
menengah ke atas.

Beberapa jenis rangkaian yang sering menggunakan komponen SCR diantaranya adalah
rangkaian logika, lampu dimmer, osilator, chopper, pengendali kecepatan motor, inverter, timer,
dan masih banyak lagi yang lainnya. SCR memiliki 4 lapis semikonduktor, yakni Positif-Negatif-
Positif-Negatif (PNPN). Cara kerja SCR tak berbeda dari dua buah bipolar transistor yang
disambung.

Fungsi SCR
Seperti yang telah dijelaskan tadi, bahwa komponen SCR memiliki fungsi sebagai pengendali
atau sebagai saklar (switch). Dalam sebuah rangkaian elektronika, komponen elektronika dalam
memutus dan menyambung arus serta tegangan listrik kelas menengah ke atas. Berikut adalah
lambang atau simbol dari komponen SCR.

Prinsip Kerja SCR


Perlu dipahami bahwa prinsip kerja dari komponen SCR sebenarnya tak berbeda dari komponen
dioda pada umumnya. Akan tetapi karena SCR memiliki 3 kaki, maka perlakuannya juga sedikit
berbeda. Agar dapat berkerja sebagaimana mestinya, kaki ketiga (gate) dari komponen SCR ini
memerlukan tegangan positif sebagai trigger atau pemicu.

Saat SCR dalam keadaan ON, maka seterusnya akan dalam keadaan ON walaupun tegangan
pemicu dilepas. Dan untuk mengembalikannya ke posisi OFF, arus maju pada anoda dan katoda
harus diturunkan sampai berada di posisi Ih (Holding Current) SCR. Perlu diketahui bahwa
masing-masing SCR memilik arus holding yang berbeda-beda.
SISTEM
PENGENDALI
ELEKTRONIK
Assalamu'alaikum wr.wb Ini adalah blog tentang bagaimana cara
Mengoprasikan Sistem Pengendali Elektronik. Silahkan untuk melihat dan
mempelajarinya......

Jumat, 06 Maret 2015

PEMBELAJARAN SCR
PEMBELAJARAN SCR

A. Tujuan Kegiatan Pembelajara


Setelah mempelajari kegiatan belajar Modul 2 siswa dapat :

1. Menjelaskan susunan fisis dan prinsip kerja SCR.

2. Mejelaskan cara kerja SCR sebagai switch.

3. Mengidentifikasi komponen-komponen pada pengendali beban menggunakan SCR.

4. Memahami cara memberi peyulutan pada SCR.

5. Menjelaskan cara kerja rangkaian pengedali menggunakan SCR

6. Memahami dasar kerja dan fungsi UJT.

7. UJT sebagai relaxation oscillator.

B. Uraian Materi.
1. Silicon Controlled Rectifier
1.1. Susunan Fisis dan Prinsip Kerja SCR.

Pengembangan elektronika akhir-akhir ini maju dengan sangat pesat setelah ditemukan beberapa
jenis rumpun Solid State diantaranya Transistor. Dioda, UJT,dll.

Beberapa laboratorium elektronika berusah menemukan suatu jenis SolidState yang dapat
dipergunakan untuk mengendalikan daya listrik sebagai pengganti tabung air raksa yang biasa
dikenal dengan nama THYRATRON. Ternyata keinginan ini telah dicapai dengan ditemukannya apa
yang disebut ”THYRISTOR”

Nama telah diambil dari gabungan Thyaratron dan Transistor. Pada tahun 1957 Thyristor telah
direproduksi dan telah dipasarkan pula.

Thyristor dibuat dari susunan bahan silicon dan sifat-sifatnya yang hampir mirip dengan silicon
rectifier juga dengan dioda 4 lapis. Keistimewaan dari Thyristor dibanding dengan silicon rectifier,
adanya tambahan elektroda yang disebut Gate. Gate ini merupakan tempat dimana Thyristor
dikendalikan (controlled) karena itu Thyristor juga disebut “Silicon Controlled Rectifier” disingkat
menjadi SCR. Pada saat sekarang ini penggunaan SCR sangat luas karena SCR dapat
mengendalikan arus listrik yang cukup besar dan dapat pula dipergunakan langsung untuk jaringan
arus tukar (AC). Penggunaan yang nyata pada saat sekarang ini adalah untuk switching daya listrik
yang besar yang dapat mengendalikan pengaturan beban putaran motor listrik, pengaturan alat
pemanas listrik, pengatur lampu penerangan, relay dan alat-alat alarm yang sangat peka. Bahkan
dalam industri-industri sekarang ini SCR digunakan sebagai sarana pelengkap automat yang
menggantikan alat-alat yang sangat peka.
1.2. Sifat-Sifat SCR

1. Dalam keadaan gate tidak diberikan picu (trigger), SCR tidak menghantrakan arus, istilahnya dalam
keadaan demikian ini “OFF” atau “Blocked”. Hal ini dapat dipersamakan (antara anoda dan katoda)
dengan switch dalam keadaan terbuka.

2. Apabila tegangan picu (meskipun hanya sesaat) diberikan pada gate, maka SCR akan menghantar
atau “ON”. Jadi, SCR akan bekerja sebagai silicon dioda biasa yang dapat menghantar arus pada
jurusan dari anoda ke katoda, akan tetapi ”blocked” pada jurusan yang sebaliknya.

3. Sewaktu SCR telah “ON”, kemudian secara mendadak tegangan positif pada gate kita putuskan,
maka SCR tetap ON. Jelasnya untuk membuat SCR dapat ON cukup dengan memberikan tegangan
positif dalam waktu yang pendek karena da;am pemakain tegangan (DC), SCR akan bekerja terus-
menerus seperti halnya silicon rectifier biasa bahkan kita dapat melakukan pengendalian SCR
dengan memberikan pulse positif pada gatenya.

4. Hubungan antara gate dan katoda pada SCR bersifat seperti dioda silicon, sehingga antara gate dan
katoda berimpedansi rendah pada rah forward (conduct). Pengendalian tegangan gate dibutuhkan
antara 1-2 volt saja dengan arus gate beberapa puluh miliampere, tegangan dan arus ini sudah cukup
untuk membuat SCR yang berkemampuan menghantar arus sebesar beberapa puluh ampere (arus
anoda-katoda).

5. Apabila SCR telag dalam keadaan ON, cara untuk meng-OFF kan kembali tak dapat dilakukan
melalui gate, melainkan kita harus menurunkan besarnya arus anoda-katoda sampai batas dibawah
nilai Ih “holding current” (nilai mendekati nol). Apabila sekarang SCR digunakan untuk keperluan arus
tukar AC, kita tak mendapat kesulitan sebab setiap setengah periode positif akhir, tegangan arus AC
akan menurun dan kemudian nol sahingga SCR secara otomtis OFF dengan sendirinya.

Dalam pemakain SCR dapat dipergunakan oleh pemakai/beban. Rangkaian untuk keperluan tersebut
dapat mempergunakan DC maupun AC.

1.3. Sistim picu gate

Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, bahwa Thyristor merupakan kompenen break over,
khususnya SCR dan triac adalah kompenen break over yang tinggi tegangan konduknya, tetapi
dengan mengatur melalui sinyal picu yang diberikan pada gate, sehinggga dengan tegangan yang
kecil komponen tsb dapat mengalirkan arus ( konduk).

Di dalam rangkaian kenverter AC, Thyristor merupakan komponen utama melalui pengontrolan lebar
sudut konduk (conduction angle) atau sudut penundaan picu (firing delay angle).

Rangkaian dasar SCR dan Triac beban dan sumber tegangan diperlihatkan pada gambar 1.3b. dan
gambar 1.3c. memperlihatkan sudut konduk SCR 120 o maka sudut picunya 60o dan bila sudut
konduknya 45o, sudut picunya 135o.
Pengaturan sudut konduk/sudut picu dilakukan melalui pengaturan sinyal picu, pengatur ini dapat
dilaksanakan dengan 2 sistem:

1. Dengan mengatur besarnya arus picu (IG) yang diberikan pada gate. Makin besar I G makin rendah
UBRF sehingga makin lebar sudut konduk atau maakin sempit sudut picunya.

2. Dengan mengatur waktu (saat) diberikannya sudut picu. Dalam hal ini besarnya I Gagar UBRF ~ 0 volt
langsung dipenuhi, hanya waktu pemberian picunya diatur, makin awal datangnya sinyal picu makin
lebar sudut konduknya dan sebaliknya makin tertunda sinyal picu maikn sempit sudut konduknya.

Di dalam praktek pada umumnya menggunakan cara ke-2 dan sinyal picunya menggunakan sinyal
berbentuk pulsa atau tegangan tajam (spike voltage).

Putra
Friday, 20 February 2015
Pengertian SCR dan penerapannya

SCR

SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. Adalah Dioda yang mempunyai fungsi sebagai
pengendali. SCR atau Tyristor masih termasuk keluargasemikonduktor dengan karateristik
yang serupa dengan tabung thiratron. Sebagai pengendalinya adalah gate (G). SCR sering
disebut Therystor. SCR sebetulnya dari bahan campuran P dan N. Isi SCR terdiri dari PNPN
(Positif Negatif Positif Negatif) dan biasanya disebut PNPN Trioda.

SCR akan bekerja atau menghantar arus listrik dari anoda ke katoda jika pada kaki gate
diberi arus ke arah katoda, karenanya kaki gate harus diberi tegangan positif terhadap
katoda.
Pemberian tegangan ini akan menyulut SCR dan ketika tersulut akan tetap menghantar.
SCR akan terputus jika arus yang melalui anoda ke katoda menjadi kecil atau gate pada
SCR terhubung dengan ground.

Guna SCR:

 Sebagai rangkaian Saklar (switch control)


 Sebagai rangkaian pengendali (remote control)
Berikut langkah mengukur SCR
1. Atur posisi multimeter pada X1 (ohm)

2. Hubungkan anoda SCR dengan kabel (+) dari multimeter katoda dengan terminal (-), masih
dalam posisi ini short-kan anoda ke gate hasilnya jarum tidak bergerak

3. Hubungkan anoda SCR dengan kabel (-) dari multimeter katoda dengan terminal (+), masih
dalam posisi ini short-kan anoda ke gate hasilnya jarum bergerak kemudian lepaskan gate
dari anoda jarum harus masih menunjuk ! jika

4. Jika langkah 1, 2, 3 terjadi maka SCR dalam keadaan baik

Gambar pengujian SCR dengan beban resistor

Gambar pengujian SCR dengan beban motor DC


SCR sebagai saklar pengaman elektronik

SCR sebagai saklar dapat dipergunakan sebagai proteksi arus yang mengalir ke
beban baik berupa lampu maupun motor listrik. Pengaturan ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan rangkaian umpan balik (feed back) yang menghubungkan keluaran SCR ke
gate SCR. Beban maksimum yang dapat ditanggung SCR tergantung pada karakteristik dari
SCR tersebut serta penyulutan yang dilakukan pada gate SCR.

Umpan balik tersebut tidak dapat langsung dihubungkan dengan gate SCR karena tegangan
keluaran yang dihasilkan keluaran SCR terlampau besar untuk menyulut gate SCR,
sehingga perlu tambahan rangkaian agar SCR tidak rusak. Gambar rangkaian di bawah ini
merupakan pemakaian atau penggunaan komponen SCR sebagai proteksi khususnya
proteksi terhadap arus lebih.
Gambar Rangkaian SCR Sebagai Saklar Pengaman Elektronik

Sumber tegangan pada rangkaian terebut di atas langsung berasal dari jala-jala PLN 220
Volt, yang langsung disambung seri dengan beban lampu dan SCR. Selanjutnya untuk
rangkaian pengendali diperlukan penyearah tegangan sistem jembatan (bridge
diode) yaitu D1 - D4. Rangkaian pengendali SCR terdiri dari dua buah transistor yaitu Q 1 dan
Q2. Apabila beban yang ditanggung SCR terlampau besar, rangkaian pengendali bekerja
dan SCR berada pada kondisi “OFF”. Besar arus maksimum yang dapat ditanggung SCR
dapat ubah-ubah dengan mengatur potensiometer atau tahanan variabel (VR).

APLIKASI THYRISTOR DAN SCR`


Silicon Controlled Rectifier (SCR) merupakan alat semikonduktor empat lapis (PNPN) yang
menggunakan tiga kaki yaitu anoda (anode), katoda (cathode), dan gerbang (gate) – dalam
operasinya. SCR adalah salah satu thyristor yang paling sering digunakan dan dapat melakukan
penyaklaran untuk arus yang besar.

SCR dapat dikategorikan menurut jumlah arus yang dapat beroperasi, yaitu SCR arus rendah dan
SCR arus tinggi. SCR arus rendah dapat bekerja dengan arus anoda kurang dari 1 A sedangkan
SCR arus tinggi dapat menangani arus beban sampai ribuan ampere.
Simbol skematis untuk SCR mirip dengan simbol penyearah dioda dan diperlihatkan pada Gambar 2.
Pada kenyataannya, SCR mirip dengan dioda karena SCR menghantarkan hanya pada satu arah.
SCR harus diberi bias maju dari anoda ke katoda untuk konduksi arus. Tidak seperti pada dioda,
ujung gerbang yang digunakan berfungsi untuk menghidupkan alat.

Operasi SCR
Operasi SCR sama dengan operasi dioda standar kecuali bahwa SCR memerlukan tegangan positif
pada gerbang untuk menghidupkan saklar. Gerbang SCR dihubungkan dengan basis transistor
internal, dan untuk itu diperlukan setidaknya 0,7 V untuk memicu SCR. Tegangan ini disebut sebagai
tegangan pemicu gerbang (gate trigger voltage). Biasanya pabrik pembuat SCR memberikan data arus
masukan minimum yang dibutuhkan untuk menghidupkan SCR. Lembar data menyebutkan arus ini
sebagai arus pemicu gerbang (gate trigger current). Sebagai contoh lembar data 2N4441 memberikan
tegangan dan arus pemicu :
VGT = 0,75 V
IGT = 10 mA
Hal ini berarti sumber yang menggerakkan gerbang 2N4441 harus mencatu 10 mA pada tegangan
0,75 V untuk mengunci SCR.
Skema rangkaian penghubungan SCR yang dioperasikan dari sumber DC diperlihatkan pada Gambar
3. Anoda terhubung sehingga positif terhadap katoda (bias maju). Penutupan sebentar tombol tekan
(push button) PB1 memberikan pengaruh positif tegangan terbatas pada gerbang SCR, yang men-
switch ON rangkaian anoda-katoda, atau pada konduksi, kemudian menghidupkan lampu.Rangkaian
anoda-katoda akan terhubung ON hanya satu arah. Hal ini terjadi hanya apabila anoda positif
terhadap katoda dan tegangan positif diberikan kepada gerbang Ketika SCR ON, SCR akan tetap ON,
bahkan sesudah tegangan gerbang dilepas. Satu-satunya cara mematikan SCR adalah penekanan
tombol tekan PB2 sebentar, yang akan mengurangi arus anoda-katoda sampai nol atau dengan
melepaskan tegangan sumber dari rangkaian anoda-katoda.

SCR dapat digunakan untuk penghubungan arus pada beban yang dihubungkan pada sumber AC.
Karena SCR adalah penyearah, maka hanya dapat menghantarkan setengah dari gelombang input
AC. Oleh karena itu, output maksimum yang diberikan adalah 50%; bentuknya adalah bentuk
gelombang DC yang berdenyut setengah gelombang.
Skema penghubungan rangkaian SCR yang dioperasikan dari sumber AC diperlihatkan oleh Gambar
. Rangkaian anoda-katoda hanya dapat di switch ON selama setengah siklus dan jika anoda adalah
positif (diberi bias maju). Dengan tombol tekan PB1 terbuka, arus gerbang tidak mengalir sehingga
rangkaian anoda-katoda bertahan OFF. Dengan menekan tombol tekan PB1 dan terus-menerus
tertutup, menyebabkan rangkaian gerbang-katoda dan anoda-katoda diberi bias maju pada waktu
yang sama. Prosedur arus searah berdenyut setengah gelombang melewati depan lampu. Ketika
tombol tekan PB1 dilepaskan, arus anoda-katoda secara otomatis menutup OFF ketika tegangan AC
turun ke nol pada gelombang sinus.
Ketika SCR dihubungkan pada sumber tegangan AC, SCR dapat juga digunakan untuk merubah atau
mengatur jumlah daya yang diberikan pada beban. Pada dasarnya SCR melakukan fungsi yang
sama seperti rheostat, tetapi SCR jauh lebih efisien. Gambar 5 menggambarkan penggunaan SCR
untuk mengatur dan menyearahkan suplai daya pada motor DC dari sumber AC.
Rangkaian SCR dari Gambar 6 dapat digunakan untuk “start lunak” dari motor induksi 3 fase. Dua
SCR dihubungkan secara terbalik paralel untuk memperoleh kontrol gelombang penuh. Dalam tema
hubungan ini, SCR pertama mengontrol tegangan apabila tegangan positif dengan bentuk gelombang
sinus dan SCR yang lain mengontrol tegangan apabila tegangan negatif. Kontrol arus dan percepatan
dicapai dengan pemberian trigger dan penyelaan SCR pada waktu yang berbeda selama setengah
siklus. Jika pulsa gerbang diberikan awal pada setengah siklus, maka outputnya tinggi. Jika pulsa
gerbang diberikan terlambat pada setengah siklus, hanya sebagian kecil dari bentuk gelombang
dilewatkan dan mengakibatkan outputnya rendah.

Aplikasi SCR
Pada aplikasinya, SCR tepat digunakan sebagai saklar solid-state, namun tidak dapat memperkuat
sinyal seperti halnya transistor. SCR juga banyak digunakan untuk mengatur dan menyearahkan
suplai daya pada motor DC dari sumber AC, pemanas, AC, melindungi beban yang mahal (diproteksi)
terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, digunakan untuk “start lunak” dari motor
induksi 3 fase dan pemanas induksi. Sebagian besar SCR mempunyai perlengkapan untuk
penyerapan berbagai jenis panas untuk mendisipasi panas internal dalam pengoperasiannya.

 Aplikasi SCR pada saklar solid state


Solid state relay berfungsi sama seperti halnya relay mekanik, dengan solid state relay kita dapat
mengendalikan beban AC maupun DC daya besar dengan sinyal logika TTL. Rangkaian solid state
relay terdiri dari 2 jenis, yaitu solid state relay DC dan solid state relay AC. Pada gambar rangkaian
dibawah merupakan skema dari rangkaian solid state relay yang digunakan untuk jaringan AC 220V
dengan daya maksimum 500 watt. Rangkaian solid state relay ini dibangun menggunakan TRIAC
BT136 sebagai saklar beban dan optocopler MOC3021 sebagai isolator. Solid state relay pada
gambar rangkaian dibawah dapat digunakan untuk mengendalikan beban AC dengan konsumsi daya
maksimal 500 watt.
Daya maksimum rangkaian solid state relay ini ditentukan oleh kapasitas menglirkan arus oleh TRIAC
Q1 BT136. Untuk membuat rangkaian solid state relay dapat dilihat gambar rangkaian dan komponen
yang digunakan sebagai berikut.

Rangkaian solid state relay pada gambar diatas dapat digunakan untuk mengendalikan beban
dengan tegangan kerja AC dari 24 volt hingga 220 volt. Rangkaian solid state relay ini dikendalikan
dengan sinyal logika tinggi TTL 2 – 5 volt DC yang diberikan ke jalur input solid state relay. Untuk
meningkatkan daya atau kemampuan arus solid state relay ini dapat dilkukan dengan mengganti
TRIAC Q1 BT136 dengan TRIAC yang memiliki kapasitas arus yang lebih besar. TRIAC Q1 BT136 pada
rangkaian solid state relay diatas harus dilengkapi dengan pendingin (heatsink) untuk meredam
panas yang dihasilkan TRIAC pada saat mengalirkan arus ke beban.

APLIKASI THYRISTOR UNTUK PENGATUR TEGANGAN AC/DC

Berkembangnya teknologi elektronika daya, khususnya dengan adanya penemuan Thyristor, maka
pemanfaatan konverter dan inverter merupakan sebuah solusi pemutakhiran pengendali kelistrikan,
misalnya dalam pengaturan tegangan ac / dc yang mudah, luwes, praktis, dan ekonomis.

Thyristor khususnya SCR (silicon controlled rectifier) memiliki 3 buah elektroda: anoda (A), katoda
(K), dan gate (G) merupakan piranti elektronik yang banyak diterapkan pada rangkaian elektronika
daya. Di dalam konverter arus bolak-balik thyristor merupakan komponen utama, melalui
pengendalian sinyal picu (trigger), maka besarnya sudut konduk (conduction angle) dan sudut
picu (firing delay angle) dapat diatur.

Rangkaian dasar: SCR, beban (RL), dan sumber tegangan (Us) diperlihatkan pada gambar 1.a),
sedangkan gambar 1.b) memperlihatkan bahwa pada sudut konduk SCR = 1200 maka sudut picu =
600 (interval 1800 adalah sudut konduk+ sudut picu)
Sumber:
http://andihasad.wordpress.com/2011/12/04/silicon-controlled-rectifier-scr/

Posted by Putra Nugroho at 02:12

Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

Labels: Pengertian SCR dan penerapannya

3 comments:

1.

Fathir Muhammad12 April 2016 at 09:28

thanks bro. bermanfaat banget


Reply

2.

sony diantara14 June 2016 at 03:44

mas kalo THY odul L75 90 V kalo kita ganti jadi L 75 A 80 V ada masalah engga ?
Reply

3.

Bukhori Muslim30 July 2016 at 19:58

untuk bisa dengan mudah mengontol scr/thyristor/rectifier dapat menggunakan thyristor


rectifier controller TRC AI-01
Reply

Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Animasi Blog

Awesome Inc. theme. Powered by Blogger.

Anda mungkin juga menyukai