DOSEN PENGAMPU :
Endang Sri Rejeki, M.Si., Apt
Nama / NIM :
1920384299
KELAS C2
A. Latar Belakang
Tuba Falopii adalah sebuah syarat untuk fertilitas yang normal pada
manusia. Akan tetapi tuba yang paten saja tidak cukup, fungsi tuba yang normal
sangat berperan penting. Tuba falopii memiliki peran penting dalam menangkap
ovum dan ovarium, transpor ovum sperma dan embrio. Tuba falopii pun
dibutuhkan dalam kapasitasi sperma dan pembuahan ovum. Ovum dibuahi di
Tuba Falopii, demikian juga tahap pertama perkembangan embrio yang terjadi
dalam 4 hari perjalanan menuju uterus, maka tuba pun penting untuk nutrisi dan
perkembangan embrio. Tuba falopii rentan terkena infeksi ataupun kerusakan
akibat operasi, di mana akan menyebabkan gangguan fungsinya karena terjadi
perubahan fimbrie yang lembut atau bagian di atasnya yaitu pada endosalping.
Kelainan tuba dan peritoneum cukup tinggi pada wanita infertil, yaitu sekitar
30-35%, maka dan itu patensi tuba harus diinvestigasi dini.
Riwayat adanya penyakit radang panggul (PID), abortus terinfeksi,
apendisitis, pembedahan tuba, maupun kehamilan ektopik dapat menyebabkan
terjadinya kerusakan tuba. PID merupakan penyebab utama infertilitas yang
disebabkan faktor tuba dan juga sebagai penyebab kehamilan ektopik.
Penelitian-penelitian dengan menggunakan laparoskopi pada wanita dengan
PID menunjukkan, bahwa risiko infertilitas tuba meningkat sesuai dengan
jumlah dan derajat infeksi panggul. Secara keseluruhan, insidensi tersebut
sekitar 10-12% setelah satu episode PID akut, 23-35% setelah dua episode, dan
54-75% setelah tiga episode. Kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik
setelah terjadi infeksi panggul meningkat sekitar enam hingga tujuh kali lipat.
Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba maupun adhesi panggul tidak
memiliki riwayat infeksi yang diketahui sebelumnya, bukti yang ada
menunjukkan bahwa silent infeksi merupakan penyebab yang paling mungkin.
Banyak dan wanita-wanita tersebut ditemukan adanya peningkatan kadar
antibodi Chlamidia sehingga menunjukkan adanya infeksi Chlamidia
sebelumnya. Penyebab infertilitas tuba lainnya mencakup peradangan yang
berkaitan dengan endometriosis dan trauma pembedahan.
HSG dan laparoskopi merupakan dua metode klasik untuk evaluasi
patensi tuba pada wanita infertil. Kedua metode ini bersifat saling melengkapi
satu sama lain, dan tidak bersifat eksklusif antar keduanya. Masing-masing
metode memberikan informasi yang tidak diberikan metode lainnya, serta
memiliki keuntungan dan kerugian. HSG dapat memberikan gambaran kavum
uteri dan menunjukkan struktur internal lumen tuba. Gambaran ini tidak dapat
dievaluasi dengan menggunakan laparoskopi. Namun, laparoskopi memberikan
informasi mengenai anatomi panggul yang tidak dapat diperoleh bila
menggunakan HSG saja, termasuk informasi mengenai adhesi, endometriosis,
dan patologi ovarium. HSG dilakukan pada pasien rawat jalan dan jauh lebih
murah daripada laparoskopi, selain dapat memberikan nilai terapeutik tertentu.
Namun, metode ini seringkali dirasakan tidak nyaman bagi pasien, melibatkan
paparan radiasi, dan memiliki risiko terjadinya infeksi yang dapat memperburuk
fertilitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi infertilitas?
2. Apa etiologi dari infertilitas?
3. Apa patofisiologi dari infertilitas?
4. Faktor apa saja yang mempengaruhi infertilitas?
5. Bagaimana penatalaksanaan infertilitas?
6. Apa pencegahan dari infertilitas?
C. Tujuan
Untuk mengetahui :
1. Definisi infertilitas
2. Etiologi dari infertilitas
3. Patofisiologi dari infertilitas
4. Faktor yang mempengaruhi infertilitas
5. Penatalaksanaan infertilitas
6. Pencegahan dari infertilitas
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Infertilitas adalah kegagalan daripasangan suami-istri untuk
mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi,
selama satu tahun. Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau
penurunan kemampuan menghasilkan keturunan. Ketidaksuburan (infertil)
adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu
dalam kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis
apapun (Djuwantono,2008).
Secara medis infertile dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Infertile primer
Berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum pernah memiliki anak
setelah satu tahun berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
b. Infertile sekunder
Berrti pasangan suami istri telah atau pernah memiliki anak sebelumnya
tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah satu tahun
berhubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali perminggu tanpa menggunakan alat
atau metode kontrasepsi jenis apapun. (Djuwantono,2008).
Berdasarkan hal yang telah disebutkan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa pasangan suami istri dianggap infertile apabila memenuhi syarat-syarat
berikut:
a. Pasangan tersebut berkeinginan untuk memiliki anak.
b. Selama satu tahun atau lebih berhubungan seksual, istri sebelum
mendapatkan kehamilan.
c. Frekuensi hubungan seksual minimal 2 – 3 kali dalam setiap minggunya.
d. Istri maupun suami tidak pernak menggunakan alat ataupun metode
kontrasepsi, baik kondom, obat-obatan dan alat lain yang berfungsi untuk
mencegah kehamilan. (Djuwantono,2008).
2. ETIOLOGI
Sebanyak 60% – 70% pasangan yang telah menikah akan memiliki anak
pada tahun pertama pernikahan mereka. Sebanyak 20% akan memiliki anak
pada tahun ke-2 dari usia pernikahannya. Sebanyak 10% - 20% sisanya akan
memiliki anak pada tahun ke-3 atau lebih atau tidak pernah memiliki anak.
Walaupun pasangan suami istri dianggap infertile bukan tidak mungkin kondisi
infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang istri. Hal
tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang berujung
pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan kerjasama
antara suami dan istri.
Kerjasama tersebut mengandung arti bahwa dua factor yang harus dipenuhi
adalah:
a. Suami memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria (spermatozoa) kedalam
organ reproduksi istri.
b. Istri memiliki system dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu
menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovarium).
(Djuwantono,2008,2)
Infertilitas tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja. Hasil
penelitian membuktikan bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka
kejadian infertil, istri 40-55%, keduanya 10%, dan idiopatik 10%. Hal ini dapat
menghapus anggapan bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari
pihak wanita/istri.
Berbagai gangguan yang memicu terjadinya infertilitas antara lain :
a. Pada wanita
Gangguan organ reproduksi
- Infeksi vagina sehingga meningkatkan keasaman vagina akan
membunuh sperma dan pengkerutan vagina yang akan menghambat
transportasi sperma ke vagina.
- Kelainan pada serviks akibat defesiensi hormon esterogen yang
mengganggu pengeluaran mukus serviks. Apabila mukus sedikit di
serviks, perjalanan sperma ke dalam rahim terganggu. Selain itu, bekas
operasi pada serviks yang menyisakan jaringan parut juga dapat
menutup serviks sehingga sperma tidak dapat masuk ke Rahim.
- Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan oleh malformasi uterus
yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan adhesi uterus
yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk
perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.
- Kelainan tuba falopii akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba
falopii dan terjadi obstruksi sehingga ovum dan sperma tidak dapat
bertemu.
Gangguan ovulasi
Gangguan ovulasi ini dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormonal
seperti adanya hambatan pada sekresi hormone FSH dan LH yang
memiliki pengaruh besar terhadap ovulasi. Hambatan ini dapat terjadi
karena adanya tumor cranial, stress, dan pengguna obat-obatan yang
menyebabkan terjadinya disfungsi hiotalamus dan hipofise. Bila terjadi
gangguan sekresi kedua hormone ini. Maka folikel mengalami hambatan
untuk matang dan berakhir pada gangguan ovulasi.
Kegagalan implantasi
Wanita dengan kadar progesteron yang rendah mengalami kegagalan
dalam mempersiapkan endometrium untuk nidasi. Setelah terjadi
pembuahan, proses nidasi pada endometrium tidak berlangsung baik.
Akibatnya fetus tidak dapat berkembang dan terjadilah abortus.
Endometriosis
Faktor immunologis
Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu
memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat
menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.
Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok, gas ananstesi, zat kimia,
dan pestisida dapat menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan mempengaruhi kesuburan.
3. PATOFISIOLOGIS
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya
gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan
pembentukan FSH dan LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam
pembentukan folikel di ovarium. Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik
yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi. Gangguan bentuk anatomi
sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas, diantaranya
cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan tidak
terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus
menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium, mempengaruhi
pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempegaruhi proses
pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah
aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap
sehingga organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa infeksi
menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi
gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi
juga menyebebkan inflamasi berlanjut perlekatan yang pada akhirnya
menimbulkan gangguan implantasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi
hipotalamus dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional
testis. Gaya hidup memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi
infertilitas dinataranya merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif
yang berdampak pada abnormalitas sperma dan penurunan libido.
Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang mengakibatkan
berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi
retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma
masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi sperma
terganggu.
4. FAKTOR-FAKTOR INFERTILITAS
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas pasangan sangat
tergantung pada keadaan lokal, populasi dan diinvestigasi dan prosedur rujukan.
a. Faktor koitus pria
Riwayat dari pasangan pria harus mencakup setiap kehamilan yang
sebenarnya, setiap riwayat infeksi saluran genital, misalnya prostates,
pembedahan atau cidera pada genital pria atau daerah inguinal, dan setiap
paparan terhadap timbel, cadmium,radiasi atau obat kematerapeutik.
Kelebihan konsumsi alcohol atau rokok atau paparan yang luar biasa
terhadap panas lingkungan harus dicari.
b. Faktor ovulasi
Sebagian besar wanita dengan haid teratur (setiap 22 – 35hari) mengalami
ovulasi, terutama kalau mereka mengalami miolimina prahaid (misalnya
perubahan payudara, kembung, dan perubahan suasana hati).
c. Faktor serviks
Selama beberapa hari sebelum ovulasi, serviks menghasilkan lender encer
yang banyak yang bereksudasi keluar dari serviks untuk berkontak dengan
ejakulat semen. Untuk menilai kualitasnya, pasien harus diperiksa selama
fase menjelang pra ovulasi (hari ke-12 sampai 14 dari siklus 28 hari).
d. Faktor tuba-rahim
Penyumbatan tuba dapat terjadi pada tiga lokasi: akhir fimbriae, pertengahan
segmen, atau pada istmus kornu. Penyumbatan fimbriae sajauh ini adalah
yang banyak ditemukan. Salpingitis yang sebelumnya dan penggunaan spiral
adalah penyebab yang lazim, meskipun sekitar separohnya tidak berkaitan
dengan riwayat semacam itu. Penyumbatan pertengahan segmen hamper
selalu diakibatkan oleh sterilisasi tuba. Penyumbatan semacam itu, bila tak
ada riwayat ini, menunjukan tuberculosis. Penyumbatan istmus kornu dapat
bersifat bawaan atau akibat endometriosis, adenomiosis tuba atau infeksi
sebelumnya. Pada 90% kasus, penyumbatan terletak pada istmus dekat
tanduk (kornu) atau dapat melibatkan bagian dangkal dari lumen tuba
didalam dinding organ.
e. Faktor peritoneum
Laparoskopi dapat menengali patologi yang tak disangka-sangka
sebelumnya pada 30 sampai 50% wanita dengan infertilitas yang tak dapat
diterangkan. Endometriosis adalah penemuan yang paling lazim. Perlekatan
perianeksa dapat ditemukan, yang dapat menjauhkan fimbriae dari
permukaan ovarium atau menjebak oosit yang dilepaskan. (Cristina, 600-
607).
5. PENATALAKSANAAN INFERTILITAS
a. Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital
Pemberian terapi obat, seperti
- Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
- Terapi penggantian hormone
- Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
- Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan
penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
- GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
- Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak
secara luas
- Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate
- Pengangkatan tumor atau fibroid
- Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
b. Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
Agen antimikroba
Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan
ketat
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida.
6. PENCEGAHAN INFERTILITAS
a. Berbagai macam infeksi diketahui menyebabkan infertilitas terutama
infeksi prostate, buah zakar, maupun saluran sperma. Karena itu, setiap
infeksi didaerah tersebut harus ditangani serius (Steven RB,1985).
b. Beberapa zat dapat meracuni sperma. Banyak penelitihan menunjukan
pengaruh buruk rokok terhadap jumlah dan kualitas sperma (Steven
RB,1985).
c. Alcohol dalam jumlah banyak dihubungkan dengan rendahnya kadar
hormone testosterone yang tentunya akan menganggu pertumbuhan
sperma (Steven RB,1985).
d. Berperilaku sehat (Dewhurst,1997).
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Infertilitas adalah kegagalan daripasangan suami-istri untuk
mengalami kehamilan setelah melakukan hubungan seksual, tanpa kontrasepsi,
selama satu tahun. Infertilitas (kamandulan) adalah ketidakmampuan atau
penurunan kemampuan menghasilkan keturunan. Ketidaksuburan (infertil) adalah
suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki anak
walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2 – 3 kali seminggu dalam
kurun waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun
(Djuwantono,2008).
DAFTAR PUSTAKA
ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 48 Tahun 2013 s/d 2014. Jakarta: Isfi
Penerbitan.
ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 49 Tahun 2015. Jakarta: Isfi
Penerbitan.
ISO: Informasi Spesialite Obat Indonesia Volume 50 Tahun 2016. Jakarta: Isfi
Penerbitan.
Sukandar, Elin Yulinah, Retnoari Andrajati, Joseph I Sigit, I Ketut Adnyana,Adji
Prayitno Settiadi, Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, PT. ISFI Penerbitan,
Jakarta.
Tim penyusun. 2010. Informasi Spesialite Obat, volume 45. Jakarta : Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia.
Mardjono, Profesor Dr. Mahar. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke V. Departemen
Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. OBAT-OBAT PENTING : Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Ke VI. Elex Media
Komputindo. Jakarta.
https://www.k24klik.com/p/pronalges-50mg-tab-3436
https://www.k24klik.com/p/pronalges-supp-100mg-3511
Kasus 4
Ny. Tina (33th) datang ke apotek saudara dengan membawa resep dari
dokter kandungan untuk menebus obat-obatanya. Ny Tina bercerita bahwa dia
sudah lama menikah tetapi belum dikaruniai anak, maka kemudian dia
memeriksakan diri ke dokter spesialis kandungan yang ternyata ada infeksi yang
serius didalam saluran yang menuju indung telurnya dan disarankan setelah
menerima obat agar datang lagi dengan membawa obat-obatannya tersebut untuk
pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah ada penyumbatan di dalam
saluran tersebut.
Setelah membaca resep, saudara selaku farmasis kemudian menghubungi
dokternya untuk menyampaikan permasalahan yang ada pada resep tersebut agar
disamping resep tersebut legal secara administratif juga obat yang disarankan
tepat obat, tepat bentuk sediaan, tepat cara pemakaian dan tepat dosisnya.
A. Resep
Solo,
R/ Zibramax II
S 1 dd II (hari III haid)
R/ Doksisiklin 100 mg XX
S 2 dd 1 (hari IV haid)
R/ Torasik X
S 3 dd 1 (HSG)
R/ Pronalges III
B. Informasi obat
1. Zibramax
Informasi Obat Keterangan
Komposisi Azitromisin 200 mg dan 500 mg kaplet salut selaput, 200 mg/5 ml
sirup kering
Dosis Dewasa infeksi Clamydia trachomatis atau Neisseria gonorrhoe 1 g
sebagai dosis tunggal, infeksi lain yaitu infeksi saluran pernapasan
bagian atas dan bawah, infeksi kulit dan jaringan : dosis total 1,5 g
selama 5 hari dengan dosis awal 500 mg kemudian sehari 250 mg
pada hari kedua sampai hari kelima. Anak-anak : sehari 1x10
mg/kgBB selama 3 hari.
Indikasi Infeksi saluran pernafasan bagian atas dan bawah, infeksi kulit dan
jaringan, penyakit kelamin.
Efek samping Rash, sakit kepala, diare, nyeri/keram, mual, muntah kembung.
Kontraindikasi Hipersensitifitas terhadap azitromisin, eritromisin atau antibiotik
makrolida lainnya.
Perhatian -
Penyajian Berikan setelah makan
Cara penyimpanan Simpan pada tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari
langsung
Kemasan 1 dus isi 2 x 3 kaplet salut selaput 500 mg
Harga Rp 180.000,- /dus untuk 500 mg kaplet salut selaput dan 200 mg/5
ml Rp 90.000,- /botol
Pabrik Guardian pharmatama
2. Doksisiklin
Informasi Obat Keterangan
Komposisi Doxycycline 100 mg
Dosis Dewasa, 2x sehari 1 tablet
Indikasi Antibiotik
Efek samping Mual, muntah, mulut kering, gelisah, diare, dan gatal pada area
genital
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap doxycicline, gangguan hati, hamil dan
menyusui
Perhatian Hamil, laktasi, anak-anak
Penyajian Berikan setelah makan
Cara penyimpanan Simpan pada tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari
langsung
Kemasan 1 Dus isi 10 Strip x 10 Tablet
Harga Rp 631,- / Tablet
Pabrik Dexa-Medica
3. Torasik
Informasi Obat Keterangan
Komposisi Ketorolac tromethamine 10 mg tablet
Dosis awal 10 mg tiap 4-6 jam untuk nyeri sesuai kebutuhan, dosis max 40
mg/hari
Indikasi terapi simptomatik jangka pendek nyeri akut derajat sedang-berat
Efek samping mual, dispepsia, nyeri gastrointestinal, diare, konstipasi, kembung,
rasa penuh pada perut, muntah, stomatitis, sakit kepala, mengantuk,
pusing, berkeringat, edema, hipertensi, purpura
Kontraindikasi -
Perhatian hipersensitifitas ulkus peptikum yang aktif, penyakit
serebrovaskular, diatesis hemoragik, hipovolemia, gangguan ginjal
derajat sedang atau berat, riwayat asma, pasien pasca operasi dengan
resiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit
Penyajian Berikan setelah makan
Cara penyimpanan Simpan pada tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari
langsung
Kemasan 1 Dos isi 2 Strip x 10 Tablet
Harga Rp 6.999,- / Tablet
Pabrik PT. Kalbe Farma
4. Pronalges
Informasi Obat Keterangan
Komposisi Ketoprofen 50 mg, 100 mg/tab; 100 mg/supp; 100 mg/2 ml amp; 200
mg/tab CR.
Dosis Dewasa tab. Reumarik artritis dan osteoartritis 50 mg sehari 3-4x.
nyeri 25-50 mg setiap 6-8 jam. 1 Supp pada pagi dan malam hari.
1 supp pada malam hari jika digabungkan dengan pemberian per oral
pada siang hari.
Indikasi Analgesik non narkotik Untuk mengobati nyeri ringan sampai
sedang pada sakit gigi dan setelah cabut gigi, sakit kepala, sakit
telinga, nyeri dan radang pada penyakit reumatik yang ringan dan
gangguan otot skelet lainnya, nyeri sendi, demam, nyeri setelah
operasi terutama pembedahan ortopedik, gout akut dan nyeri haid
(dismenorea).
Efek samping Gangguan saluran pencernaan, pusing sakit kepala.
Kontraindikasi Ulkus peptikum, penderita asma, urtikaria atau reaksi sensitivitas
lain yang ditimbulkan oleh asetosal atau AINS lain.
Perhatian hipersensitifitas ulkus peptikum yang aktif, penyakit
serebrovaskular, diatesis hemoragik, hipovolemia, gangguan ginjal
derajat sedang atau berat, riwayat asma, pasien pasca operasi dengan
resiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit
Penyajian Berikan setelah makan
Cara penyimpanan Simpan pada tempat sejuk dan kering, terhindar dari sinar matahari
langsung
Kemasan 1 Dos isi 1 Strip x 10 Tablet
Harga Rp 3.472,- / Tablet
Pabrik Dexa Medica
C. Skrining Administratif
Kelengkapan Resep Keterangan
Nama dokter Ada
Alamat praktek dokter Ada
No. SIP dokter Ada
No. telp. Dokter Ada
Tanggal penulisan resep Tidak ada
Tanda R/ Ada
Nama obat Ada
Jumlah obat Ada
Aturan pakai obat Ada
Paraf dokter Ada
Nama pasien Ada
Umur pasien Ada
Jenis kelamin Ada
Berat badan pasien Tidak ada
Alamat pasien Tidak ada
G. Pengambilan Bahan
1) Zibramax : 2 tablet
2) Doksisiklin : 20 tablet
3) Torasik : 10 tablet
4) Pronalges : 3 tablet
Pada suatu pagi datang seorang pasien ke apotek kembar untuk membeli
obat dari resep yang didapat.
E. Skrining Klinis
Pasien dengan gangguan ginjal, pasien yang Mual, dispepsia, nyeri gastrointestinal,
memiliki resiko gagal ginjal, wanita pasca diare, konstipasi, kembung, rasa penuh
Torasik -
3. Analgetik persalinan, pasien pendarahan dan yang pada perut, muntah, stomatitis, sakit
(Keterolak)
beresiko mengalami pendarahan, dan kepala, mengantuk, pusing, berkeringat,
hipertensi edema, hipertensi, purpura
Pasien yang akan atau telah melakukan Ulkus peptikum, penderita asma,
Pronalges operasi by-pass jantung, ibu hamil,asma, dan Gangguan saluran pencernaan, pusing urtikaria atau reaksi sensitivitas lain
4. Analgetik
(Ketoprofen) hipersensitif sakit kepala. yang ditimbulkan oleh asetosal atau
AINS lain
F. Perhitungan Dosis