Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN TETAP

SATUAN OPERASI-1
“Ekstraksi Cair-Cair”

Disusun oleh :

Kelas : 3 KB
Kelompok : 1
Nama : 1. Alfia Nurfaizah 061830400289
2. Delika Amarasuli 061830400292
3. Doni Pranata 061830400293
4. Hasna Salsabila 061830400295
5. Muhammad Arfan 061830400298
6. Putri Maya Safira 061830400299
7. Rifky Destiani Putri 061830400300
8. Savira Aura Salsabilah 061830400305

Dosen Pembimbing : Ir. Selastia Yuliati, M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2019/2020

EKSTRAKSI CAIR-CAIR

I. Tujuan Percobaan
Dapat mengoperasikan alat ekstraksi cair.

II. Alat dan Bahan yang Digunakan


 Alat yang digunakan
- Seperangkat alat ekstraksi cair-cair
- Buret
- Erlenmeyer
- Gelas kimia
- Kaca arloji
- Pengaduk
 Bahan yang digunakan
- Asam asetat
- Etil asetat
- Aquadest
- NaOH
- Indikator PP

III. Teori Dasar


Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan satu atau beberapa zat yang dapat
larut dari suatu kumpulan/kesatuannya yang tidak bias larut dengan bantuan
bahan pelarut.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya ekstraksi,
diantaranya adalah ; ukuran partikel yang akan diekstrak, temperature udara,
jenis bahan pelarut, dan teknik yang digunakan.
Ekstraksi banyak dilakukan di dalam industri makanan dan juga farmasi.
Salah satu contohnya adalah proses pengekstrakan tebu menjadi gula dengan
menggunakan air sebagai sebagai bahan pelarutnya.
Berdasarkan proses dalam melakukannya, ekstraksi dapat dibedakan
menjadi tiga jenis, yaitu :
a. Ekstraksi parfum, untuk mendapatkan komponen dari bahan yang wangi.
b. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi solven), merupakan proses umum dalam skala
laboratorium dan industri.
c. Ekstraksi padat-cair (Leaching), proses pemisahan kimia untuk
memisahkan senyawa kimia dari matriks padatan ke dalam cairan.

Macam – macam metode ekstraksi, antara lain :

1. Maserasi, menggunakan pelarut dan beberapa kali pengadukan pada suhu


kamar.
2. Digesti, merupakan maserasi kinetik (pengadukan kinetik) pada suhu
sekitar 40-50°C.
3. Sokletasi, menggunakan pelarut yang selalu baru dengan bantuan alat
khusus dan pengadukan yang berkelanjutan.
4. Perkolasi, dilakukan dengan menggunakan pelarut pada bahan yang akan
diekstrak.
5. Refluks, dilakukan dengan pemanasan hingga mencapai titik didih.
6. Infus, menggunakan air sebagai pelarut dalam proses pemanasan.
7. Dekok, sama seperti infus namun waktunya lebih lama.
8. Destilasi uap, dilakukan dengan cara penguapan.

EKSTRAKSI CAIR-CAIR

 Ekstraksi cair-cair (solvent extraction): proses pemisahan suatu


komponen/senyawa (solute) di dalam campuran cair-cair yang tidak saling
bercampur (immiscible liquids) berdasarkan perbedaan solubilitas
(kelarutan) relatif senyawa di dalam cairan yang satu terhadap cairan yang
lainnya.
 Di dalam ekstraksi cair-cair, terdapat tiga komponen: A (pelarut asal), B
(pelarut pengekstrak atau solvent), dan C (zat terlarut atau solute), dan
terdapat dua fasa, yaitu ekstrak dan rafinat, yang berturut-turut biasanya
berupa fasa organik dan akuatik.
 Proses ekstraksi cair-cair diawali oleh proses pencampuran (mixing) dua
fasa cair yang immiscible, kemudian diikuti oleh proses pengendapan
(settling), di mana solute berpindah dari fasa cair satu ke fasa cair lain yang
memiliki daya larut lebih besar.
 Aplikasi proses ekstraksi dalam industri: pemisahan asam asetat
menggunakan pelarut organik, pemisahan asam lemak (dengan berat
molekular besar) dari minyak nabati dengan menggunakan propan cair,
pemisahan penisilin dari campuran fermentasi, dsb.
 Data kesetimbangan untuk sistem tiga komponen pada tekanan (P) dan
temperatur (T) tertentu dapat direpresentasikan oleh diagram triangular
atau diagram rectangular.

 Neraca massa pada ekstraksi tahap tunggal kesetimbangan


Neraca massa total : L0 + V2 = L1 + V1 = M
Neraca massa komponen : L0 XB0 + V2YB2 = L1XB1 + V1YB1 = MzBM
L0 XC0 + V2YC2 = L1XC1 + V1YC1 = MzCM
 Perhitungan jumlah feed (F) dan solvent (S) dapat dilakukan secara analitis
(melalui persamaan neraca massa) atau secara grafis (menggunakan
koordinat rectangular) berdasarkan aturan pengungkit (level-arm rule).

Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction) : yaitu pemisahan


solut dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campiran
diluen dan solven tersebut bersifat heterogen (tidak saling campur) dan jika
dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak).
Fase rafinat = fase residu, berisi diluen dan sisa solut
Fase ekstrak = fase yang berisi solut dan solven

Pemilihan solven menjadi sangat penting. Dipilih solven yang memiliki


sifat antara lain :
a. Solut mempunyai kelarutan yang besar dalam solven, tetapi solven
sedikit atau tidak melarutkan diluen.
b. Tidak mudah menguap pada saat ekstraksi.
c. Mudah dipisahkan dari solut, sehingga dapat digunakan lagi.
d. Tersedia dan tidak mahal

Pada ekstraksi cair-cair, satu komponen bahan atau lebih dari suatu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Proses ini digunakan secara
teknis dalam skala besar misalnya untuk memperoleh vitamin, antibiotik,
bahan-bahan penyedap, produk-produk minyak bumi, dan garam-garam,
logam. Proses ini digunakan untuk membersihkan air limbah dan larutan
ekstrak hasil ekstraksi padat-cair.
Ekstraksi cair-cair digunakan apabila pemisahan campuran dengan cara
distilasi tidak mungkin dilakukan ( misalnya karena pembentukan azeotrop
atau karena kepekaannya terhadap panas atau tidak ekonomis). Seperti
ekstraksi padat-cair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri atas (sedikitnya) dua
tahap, yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut, dan
pemisahan kedua fasa cair itu sesempurna mungkin.
Pada saat pencampuran terjadi perpindahan massa, yaitu ekstrak
meninggalkan pelarut yang membawa (media pembawa) dan masuk ke dalam
pelarut kedua (media ekstraksi). Sebagai syarat ekstraksi ini, bahan ekstraksi
dan pelarut tidak saling melarut (hanya dalam daerah yang sempit). Agar
terjadi perpindahan massa yang baik yang berarti performansi ekstraksi yang
besar haruslah diusahakan agar terjadi bidang kontak yang seluas mungkin
diantara kedua cairan tersebut. Untuk itu, salah satu cairan di distribusikan
menjadi tetes-tetes kecil (dengan bantuan perkakas pengaduk).
Pendistribusian tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan
terbentuknya emulsi yang tidak dapat lagi atau sukar sekali dipisah. Turbulensi
pada saat mencampur tidak boleh terlalu besar, yang penting perbedaan
konsentrasi sebagai gaya penggerak pada bidang batas tetap ada. Hal ini berarti
bahwa bahan yang telah terlarutkan secepat mungkin disingkirkan dari bidang
batas. Pada saat pemisahan, cairan yang telah terdistribusi menjadi tetes-tetes
menyatu kembali menjadi sebuah fasa homogen dan berdasarkan perbedaan
kerapatan yang cukup besar dapat dipisahkan dari cairan yang lain.
Berbagai jenis metode pemisahan yang ada, ekstraksi pelarut atau
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan populer.
Pemisahan ini dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip
distribusi ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan
tertentu antara dua zat pelarut yang tidak saling bercampur. Batasannya adalah
zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase
terlarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian,
pemisahan, serta analisis pada semua kerja.
Berbeda dengan proses retifikasi, pada ekstraksi tidak terjadi pemisahan
segera dari bahan-bahan yang akan diperoleh (ekstrak) melainkan mula-mula
hanya terjadi pengumpulan ekstrak (dalam pelarut). Suatu proses ekstraksi
biasanya melibatkan tahap – tahap berikut :
1) Mencampurkan bahan ekstrak dengan pelarut dan membiarkannya saling
kontak. Dalam hal ini, terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada
bidang antar muka bahan ekstraksi dan pelarut. Dengan demikian terjadi
ekstraksi sebenarnya, yaitu pelarut dan ekstrak.
2) Memisahkan larutan ekstrak dan rafinat, kebanyakan dengan cara
penjernihan atau filtrasi.
3) Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut.
Umumnya dilakukan dengan mendapatkan kembali pelarut. Larutan
ekstrak langsung dapat diolah lebih lanjut atau diolah setelah dipekatkan.

IV. Prosedur Percobaan


1. Menghubungkan ketel ekstraktor dengan sumber arus listrik.
2. Menghidupkan tombol Main Cn.
3. Memasukkan etil asetat ke dalam tangki 1 dan asam asetat ke dalam tangki
2.
4. Menghidupkan pompa (daya pompa 1 = 70,4%, pompa 2 = 39,5%).
5. Mengisi kolom isian sampai penuh.
6. Menunggu hingga proses ekstraksi selesai.
7. Mengeluarkan rafinat dan ekstrak.
8. Mengambil masing – masing 5 ml dari rafinat dan ekstrak, kemudian
dititrasi menggunakan larutan NaOH dengan ditambah 3 tetes indikator pp.
Dititrasi hingga larutan berwarna merah muda.
ANALISIS PERCOBAAN
Pada praktikum kali ini yaitu mengenai ekstraksi cair-cair, yang mana pada
percobaan ini menggunakan alat ekstraksi continue. Ekstraksi merupakan
pemisahan zat dengan menggunakan suatu pelarut atau solved dari suatu campuran.
Bahan yang digunakan sebagai pelarut atau solved pada percobaan ini adalah air,
sedangkan campuran yang digunakan adalah campuran Etil Asetat dan Asam
Asetat. Ekstraksi cair-cair melakukan pemisahan berdasarkan berat jenis, sehingga
dapat diketahui bahwa asam asetat terdapat di bawah/bottom (ekstrak) dan etil
asetat terdapat di atas/top (Rasinah). Pada alat ekstraksi continue memiliki packing
di dalamnya, yang berfungsi agar bidang kontak larutan lebih besar dan
perpindahan massa yang terjadi semakin baik

Pada percobaan ini ekstraksi dilakukan sebanyak 5 kali dengan variasi waktu 2
menit, 4 menit, 6 menit, 8 menit, dan 10 menit. Volume yang diambil dari tiap
masing-masing waktu adalah 5 ml Rafinat dan 5 ml ekstrak. Setelah itu melakukan
titrasi dengan titian yaitu NaOH. Titrasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa
larutan tersebut adalah Rafinat atau ekstrak. Pada rafibat, volume titrasi yang
didapat lebih sedikit dibandingan dengan volume titrasi pada ekstrak.

Pada percobaan didapatkan massa zat Rafinat dan ekstrak. Massa Rafinat pada waktu
2 menit yaitu 5,57gr, pada waktu 4 menit yaitu 5,23 gr, pada waktu 6 menit yaitu 5,25
gr, pada waktu 8 menit yaitu 5,54 gr, dan pada waktu 10 menit yaitu 5,62 gr.
Sedangkan massa zat pada ekstrak pada waktu 2 menit yaitu 5,85 gr, pada waktu 4
menit yaitu 5,36 gr, pada waktu 6 menit yaitu 5,39 gr, pada waktu 8 menit yaitu 5,48
gr, dan pada waktu 10 menit yaitu 5,40 gr.

KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

 Ekstraksi merupakan pemisahan zat dengan menggunakan suatu pelarut


atau solved
 Ekstraksi cair cair menggunakan perbedaan berat jenis pada proses
pemisahan nya, sehingga didapatkan asam asetat sebagai ekstrak yang
terdapat di bawah/bottom dan etil asetat sebagai Rafinat yang terdapat di
atas/top.
 Berdasarkan banyaknya titran, dapat diketahui bahwa Rafinat adalah etil
asetat dan ekstrak adalah asam asetat.

DAFTAR PUSTAKA

 Kasie. 2019. Penuntun Praktikum Satuan Operasi I. Politeknik Negeri


Sriwijaya: Palembang.
 Anonim. Pengertian Ekstraksi menurut Para Ahli.
(https://www.pengertianmenurutparaahli.net/ pengertian-ekstraksi-dan-
contohnya/)
 Maulana, Irvan Ary. 2018. Ekstraksi.
(https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ekstraksi).
 Samsudin. 2019. Ekstraksi cair-cair 1.
(https://id.scribd.com/document/411363800/Ekstraksi-cair-cair1).

Anda mungkin juga menyukai