Anda di halaman 1dari 5

03 Juni 2016

Mediasi Untuk Pemula


Teori dan Praktik
(Bagian 1)

Marahalim Siagian

A. Pendahuluan
Sebelum kita membicarakan lebih jauh tentang mediasi, pertanyaan pertama yanng mungkin
akan kita ajukan adalah mengapa kita melakukan mediasi? Mediasi adalah mekanisme
penyelesaian alternatif di luar pengadilan untuk menyelesaian konflik antara dua pihak atau
lebih.

Di kalangan orang Babilonia, konflik adalah abadi dan merupakan perjuangan kosmik. Dewa
Marduk setiap tahun berperang menentang kekuasaan, kekacauan yang diwakili oleh Dewi
Tiamat yang mana perang ini merupakan perang berkepanjangan yang terjadi sebelum dunia
tercipta1.

B. Ragam Defenisi Konflik


o Konflik adalah hubungan antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang
memiliki atau merasa memiliki sasaran-sasaran yang tidak sejalan (Fisher et al, 2001)
o Konflik adalah suatu situasi yang menunjukkan adanya praktik-praktik penghilangan hak
orang seseorang atau lebih dan kelompok atas suatu benda atau kedudukan (Malik ae al.
2003)
o Persepsi mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi
pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat dicapai secara simultan (Pruitt dan Rubin, 1986)
o Konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih, yang disebabkan
adannya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya (Suporaharjo
2000).
o Konflik adalah suatu perwujudatan perbedaan cara pandang antara berbagai pihak
terhadap obyek yang sama (Wulan et al 2004).
o Konflik sosial terjadi ketika dua atau lebih orang atau kelompok menyatakan
keyakinannya bahwa mereka mempunyai tujuan-tujuan yang tidak berkesesuaian
(Kriesberg, 1998).
o Konflik tenurial hutan adalah berbagai bentuk perselisihan atau pertentangan klaim
penguasaan, pengelolaan, pemanfaatan, dan penggunaan kawasan hutan.

C. Sifat dasar konflik dan cara memandangnya


a. Sifat dasar konflik dapat dicirikan sebagai berikut:
1. Konflik akan selalu ada
2. Konflik dapat menciptakan perubahan dalam bentuk positif maupun negatif
3. Konflik selalu mengandung dua hal; resiko dan manfaa

1
Lihat, Argo Demartoti, Strukturalisme Konflik; Pemahaman Akan Konflik Pada Masyarakat Indunstri Menurut Lewis Coser dan Rafl
Dahrendorf, dalam Jurnal Sosiologi Dilema, Universitas Sebelas Maret, Vol 24 No. 1 Tahun 2010; hal.5

Page 1 of 5
03 Juni 2016

4. Konflik dapat menghabiskan energi namun konflik juga dapat menciptakan


energi.
5. Konflik dapat menjadi produktif dan juga destruktif
6. Konflik dipengaruhi oleh pola-pola emosi, kepribadian dan budaya
7. Konflik selalu memiliki siklus
8. Konflik dapat menggungah manusia

b. Cara pandang terhadap konflik:

Ortodok Kontemporer Progresif

Bermanfaat jika
Tidak selalu
Buruk dapat ditangai
buruk
dengan benar

Menstimulus
Biang masalah Tidak terelakkan
kreativitas

Harus dihindari Dapat dikelola

Harus direpresi
(tekan)

D. Konflik sumberdaya alam


Sumberdaya alam merupakan objek yang rentan terhadap konflik karena sejumlah alasan:

1. Sumberdaya alam menyimpan suatu lingkungan atau ruang yang saling


berhubungan dimana suatu aksi yang dilalukan perorangan atau kelompok
kemungkinan akan menimbulkan efek ke tempat yang lebih jauh.
2. Sumberdaya alam juga merupakan ruang sosial dimana relasi yang rumit dan tidak
setara (kesenjangan) antara aktor sosial dalam rentang yang luas.
3. Sumberdaya alam adalah obyek yang dapat meningkatkan kelangkaan yang
disebabkan oleh perubahan lingkungan, meningkatnya permintaan dan distribusi
yang tidak setara.
4. Sumberdaya alam digunakan oleh warga di dalam cara-cara yang didefenisikan
secara simbolik. Lahan, hutan, air bukan hanya sumberdaya, tetapi ia juga
sumberdaya dan ruang identitas bagi sukubangsa.

Konflik dapat muncul dari cara pandang dalam mengelola sumberdaya alam, cara pandang
dimaksud adalah:

o Eco-developmentalisme adalah cara pandangan bahwa lingkungan bukan demi


lingkungan itu sendiri, tetapi demi keberlangsungan pertumbuhan ekonomi.

Page 2 of 5
03 Juni 2016

o Eco-fasisisme adalah cara pandang bahwa lingkungan dikelola demi lingkungan itu
sendiri.
o Eco-populis adalah cara pandang bahwa lingkungan demi kepentingan kesejahteraan
rakyat banyak dan ingkungan itu sendiri.

Konflik dapat kita identifikasi dalam 3 (tiga) wujud;

1. Konflik yang tersembunyi (latent conflict)


Dicirikan dengan adannya tekanan-tekanan yang tidak nampak yang belum berkembang dan
belum tereskalasi ke dalam polarisasi konflik yang tinggi. Bisa jadi dua atau lebih pihak
belum menyadari potensi konflik yang akan hadir diantara mereka.
2. Konflik yang mencuat (emerging conflict)
Dicirikan dengan para pihak yang berkonflik mulai terlihat/teridentifiksi. Mereka mengakui
adannya sengketa dan kebanyakan permasalahannya jelas, tetapi proses dan penyelesaian
masalahnya belum tersedia.
3. Konflik yang terbuka (manifest conflict)
Dicirikan dengan para pihak telah terlibat secara aktif dalam konflik, mungkin sudah mulai
bernegosiasi atau mungkin juga mencapai jalan yang buntu.

Dilihat dari segi proses terjadinya konflik, konflik memiliki fase-fase atau metamorfosis,
sebagai berikut:

Metamorfosis konflik

De-escalation
Formation Escalation Endurance Resolusion Reconsiliation
Perbaikan
Pembentukan Eskalasi Bertahan Pemecahan Rekonsiliasi
situasi

E. Taktik dalam negosiasi


1. Permintaan semu (red herring)
Menciptakan issu semu sebagai pancingan sebelum masuk pada issu sebenarnya,
sehingga lawan masuk perangkap (tidak diajurkan)
2. Mengelabui/mengecoh (Bluffing/Decoy)
 Membuat distorsi kenyataan yang ada dan membangun suatu gambaran
yang tidak benar, atau dikenal dengan hollywooding: mendramatisir nilai
konsesi.
 Mengalihkan lawan pada issu yang bukan sesungguhnya
 Menyanjung lawan seolah dia berhasil walau kenyataan sebaliknya.
3. Menggunakan kewenangan yang lebih tinggi (higer outhority)
 Jika anda masih ragu untuk mengambil keputusan atau merasa bahwa
keputusan yang dicapai harus lebih baik (menguntungkan) lagi, maka anda
bisa gunakan cara ini (tidak dianjurkan).

Page 3 of 5
03 Juni 2016

 Buying time, menyatakan bahwa anda masih perlu berkonsultasi atau


meminta persetujuan dari atasan atau pemenang otoritas terkadang hanya
mengulur waktu.
4. Menanam informasi (planted information)
Menuliskan informasi rahasia namun sengaja dibuat supaya bocor kepada pihak
lawan, sehingga lawan menggap itu informasi yang benar dan dijadikannya rujukan
dalam negosiasi, padahal itu jebakan saja.
5. Kesalahan yang disengaja (Deliberate mistake)
Memberi umpan sebagai jebakan sebelum masuk pada issu sebenarnya, anda akan
mengurangi energi lawan dan mempengaruhi konsentrasinya..
6. Melihat preferensi warna lawan negosiasi (mis, metrah muda pihak berarti feminim,
lembut, cantik, dan romantis; warna abu-abu cenderung menggambarkan klasik,
sejuk, sederhana, berkualitas).
7. Merubah keputusan ketika kesepakatan sudah tercapai.
Teknik ini dipakais ebagai umpan (jebakan0 untuk mengetahui atau mengukur titik
resistensi, batas maksimum, dan target lawan.
Taktik ini juga dipakai untuk memperbaiiki target capaian karena adanyya tuntutan
yang lebih dari pimpinan atau konsituen masyarakat yang diwakilinya.
8. Peran baik dan peran buruk (Good boy and band boy)
Taktik ini digunakan dengan cara menciptakan tokoh ‘jahat” dan tokoh “baik” pada
satu pihak yang berunding. Taktik ini biasa disebut dengan taktik berbagi peran.
9. Membuat tenggat waktu (deadline)
Taktik ini digunakan untuk menekan pihak lawan agar segera mengambil keputusan.
Misalnya, pihak lain ingin membeli mobil ini besok sore akan memberi panjarbesok
sore, kalau bapak serius ingin membeli mobil iniharus memberi keputusan.

F. Resolusi Konflik
Resolusi konflik adalah seluruh metode praktek dan teknik, resmi atau tidak, melalui atau di luar
pengadilan yang digunakan untuk menyelesaiakan persengketaan atau pertikaian 2. Dalam defenisi
Heiter (1993), resolusi konflik adalah usaha yang dilakukan untuk menyelesaiakan konflik dengan
cara mencari kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat di dalam konflik.

G. Regulasi penanganan konflik tenurial


Perangkat peraturan perundangan-undangan dalam penanganan konflik tenurial dan hutan adata.

1. UU no. 7 tahun 2012 tentang penanganan konflik sosial


2. Keputusan Makamah Konstitusi No. 35/PUU-XII/2012 Uji materi UU No 14/1999
3. Keputusan Makamah Konstitusi No.95/PUU-XII/2014 Uji materi UU No. 18/2013 dan UU
No. 41/1999.
4. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.32/Menhut-Setjen/2015
tentang hutan hak.
5. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 84/Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
tentang penanganan konflik tenurial di kawasan hutan.
6. Peraturan Dirjen PSKL Nomor: P.4/PSKL/SET/PSL.1/2006 tentang Mediasi Penanganan
Konflik tenurial Kawasan Hutan.

2
Scimecca, 1993. The National Intitute for Dispute Resolution, USA dalam Pendidikan dan Pelatihan Mediasi
Penyelesaian Konflik Sumberdaya Alam, Imparsial Mediator Network,2016.

Page 4 of 5
03 Juni 2016

7. Peraturan Dirjen PSKL nomor: P.1/PSKL/Set/Kum.1/2/2016 tentang Tata Cara Verifikasi


dan Validasi Hutan Hak.

H. Tahapan proses Mediasi melalui mekanisme pengaduan ke KLHK


Pra Mediasi
1.1. Direktur PKTHA menerima rekomendasi dari Tim Independen Penanganan Konflik
Tenurial Kawasan Hutan (IPKTKH).
1.2. Meminta para pihak mengisi formulir kesediaan untuk memilik mekanisme
penyelesaian konflik melalui mediasi.
1.3. Direktur PKTHA mengkonfirmasi nama-nama mediator yang bersertifikat dan
terdaftar di KLHK kepada para pihak untuk disepakati.
1.4. Setelah para pihak menyepakati, Direktur PKTHA mengusulkan kepada Dirjen PSKL.

Tim Mediator

Melakukan telaah kasus untuk mengetahui:

1. Memahami subjek dan objek kasus


2. Memastikan para pihak telah menunjuk perwakilan tim perunding dalam
mediasiyang dibuktikan dengan surat kuasa yang telah diberi materai.
3. Melakukan pertemuan awal untuk memnangun kesepahaman

Proses Mediasi

1. Permulaan proses mediasi


2. Proses indentifikasi permasalahan
3. Pengembangan opsi penyelesaian
4. Perumusan kesepakatan hasil
5. Penguatan hasil kesepakatan

Pasca Mediasi

1. Menyusun rencana kerja


2. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kesepakatan

I. Kode etik mediator


1. Imparsial (netralitas)
2. Prinsip bebas dari conflict of interst (tidak memiliki hubungan atau kepentingan dengan
kasus yang ditanganinya)
3. Prinsip Kerahasiaan
4. Menjaga kualitas proses mediasi
5. Prinsip Kesetaraan (memperlakukan para pihak sama adil)

Refensi utama:
Artikel ini disusun berdasarkan modul pelatihan Mediator yang diterbitkan oleh Imparsial Mediator
Network (IMN), Pendidikan & pelatihan Mediasi Penyelesaian Konflik Sumbersaya Alam, 2016.

Penulis adalah staf Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia atau BURUNG INDONESIA-
Birdlife in Indonesia. Korespondensi dengan penulis melaui email: ombet.ombet@yahoo.co.id dan
m.siagian@burung.org.

Page 5 of 5

Anda mungkin juga menyukai