Anda di halaman 1dari 85

Belajar Bersama Koko

Ringkasan materi mata kuliah Belajar Pembelajaran

kokopriantopembelajar

4 tahun yang lalu

Iklan

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Perbedaan belajar dan pembelajaran:

Belajar – Proses individu-Perubahan

Belajar: Proses yang dilakukan individu dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi ngerti
(mengalami perubahan).

Pembelajaran- Tindak mengajar- Kesadaran belajar.

Pembelajaran : Tindak mengajar untuk menarik siswa memahami materi/inovation agar peserta didik
mau belajar.

Hakekat belajar dan pembelajaran:

Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman belajar bukan suatu hasil
melainkan proses.
Belajar adalah memperoleh pengetahuan latihan-latihan pembentukan kebiasaan secara otomatis.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Belajar: – Proses mental dan emosional.

Penyebab perubahan pengetahuan dan perilaku.

Mengalami sendiri, tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

Perubahan bersifat relatif permanen.

Perubahan akibat reaksi dan bukan karena kematangan.

Belajar bagaikan air mengalir disebuah sungai, mengalir, dinamis, penuh resiko, menggairahkan.
Kesalahan, kreativitas, potensi, dan ketakjuban mengisi tempat itu.

Pengertian belajar berdasarkan pandangan-pandangan:

Psikologis Klasik

Belajar adalah proses pengembangan dan latihan jiwa.

Pakar pendukung psikologis klasik : J.J. Rosseou dan Pestalzzi, Jhon Lock

Psikologis Daya

belajar adalah melatih daya-daya agar dapat berfungsi dengan baik.

Mental State

Belajar adalah memperoleh pengetahuan melalui alat indera yang disampaikan dalam bentuk
perangsang-perangsang dari luar.

Behavioristik
Belajar adalah membentuk hubungan stimulus respon dengan latihan-latihan.

Pakar pendukung behavioristik :Edward Lee Thorndike, J.B Watson, Carck Hull, Edwin Guithrie, B.F
Skinner, Albert Bandura, Ivan Petrovich Pavlov, Robert Gagne.

Psikologis Kognitif

Belajar adalah proses-proses pusat otak atas struktur kognitif (fakta) dalam bentuk pemahaman dan
pemecahan masalah.

Pakar pendukung psikologis kognitif: Bruner, Piaget, David P.Ausubel

Gestal

Belajar adalah akibat interaksi antara individu dengan lingkungan berdasarkan keseluruhan dan
pemahaman.

Pakar pendukung pandangan psikologis gestalt: Max Wertheimer Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler

Dua pandangan tentang belajar:

1.Belajar dianggap sama dengan menghafal.

Karakteristik:a. Belajar berarti menambah sejumlah pengetahuan

Belajar berarti mengembangkan kemampuan intelektual.

Belajar adalah hasil bukan proses.


Belajar dianggap sebagai proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.

Karakteristik:a. Belajar adalah aktivitas yang dirancang dan bertujuan.

Tujuan belajar adalah perubahan tingkah laku secara utuh.

c.Belajar bukan hanya sebagai hasil, akan tetapi juga sebagai proses pemecahan masalah.

Pembelajaran :

Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur manusiawi, material, fasilitas,
perlengkapan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran:

*Student oriented, (siswa bukan obyek, tetapi subyek belajar) Bukan diukur sejauhmana siswa
menguasai materi, tetapi sejauhmana siswa beremansipasi terhadap proses belajar.

*Berlangsung dimana saja.

*Mencapai TUJUAN TERTENTU, yaitu bukan hanya kognitif saja, tetapi juga afektif dan psikomotorik.

Proses pembelajaran:

-Interaktif ( bersikap aktif).

-Inspiratif.
-Menyenangkan

-Menantang

-Memotivasi

Mengajar:

Mengajar bagaikan “tukang bersih sungai” agar air dapat mengalir bebas hambatan

Mengangkat sampah, kotoran lain

Mengeruk lumpur, pasir

Memindahkan batu, kayu

Ketulusan hati, kesetiaan, kemesraan, kesabaran, cinta, sukacita, improvisasi, pengendalian diri
memenuhi pekerjaan itu

Kurikulum 2013:

Perubahan yang mempengaruhi pola pikir: proses

1.Pembelajaran disusun seimbang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan

2.Lintasan yang berbeda untuk proses pembentukan tiap kompetensi


3.Pembelajaran melalui pendekatan scientific:

– Mengamati

– Menanya

– Mencoba

– Menalar

– Mengkomunikasikan (berlaku untuk semua mapel/tema).

Model Pembelajaran:

–Discovery learning (Sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan
pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan siswa mengorganisasi sendiri).

–Project based learning (metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi (pendapat), sintesis (kesatuan), dan informasi
untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar).

-Collaborative learning (pembelajaran dilakukan dengan kelmpok).

Perubahan pola pikir kurikulum 2013:

Guru dan Buku Teks bukan satu-satunya sumber belajar.(bisa berdasarkan pengalaman).

Kelas bukan satu-satunya tempat belajar.

Belajar dapat dari lingkungan sekitar .


Mengajak siswa mencari tahu, bukan diberi tahu.

Membuat siswa suka bertanya, bukan guru yang sering bertanya.

Menekankan pentingnya kolaborasi Guru dan siswa adalah rekan belajar.

Proses nomer satu, hasil nomer dua.

Teaching (mengajar) – Tutoring (les).

Standar kompetensi lulusan (SKL KURIKULUM 2013)

1.SIKAP/AFEKTIF (Krathwohl) :

-Pribadi yang beriman, berakhlak mulia, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar, serta dunia dan peradabannya

-Menerima + Menjalankan + Menghargai + Menghayati + Mengamalkan

Taksonomi Domain Afektif (Krathwohl)

Mengenai perasaan,

Emosi,

Psikologis (kurang nyata dalam sesuatu mata pelajaran)

Perasaan murid yang suka, atau benci akan sesuatu mata pelajaran amat penting dalam pengajaran guru.

Guru harus memupuk perasaan suka dan minat dikalangan murid dalam mata pelajaran yang diajarnya.

Perasaan afektif seperti suka dan minat adalah lebih kekal dan mendalam kesannya daripada kebolehan
kognitif.

Domain afektif ini meliputi berbagai perasaan yang menuju ke peringkat yang paling tinggi, yaitu
perwatakan.

Indikator hasil belajar (sesuai dengan TUJUAN yg ada dalam Kurikulum/SNP) AFEKTIF DOMAIN (Taxonomi
KRATHWOHL)
KETERAMPILAN/PSIKOMOTORIK (Dyers) :

pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret

Mengamati + Menanya + Mencoba + Menalar + Menyaji + Mencipta

Indikator hasil belajar PSIKOMOTOR DOMAIN (Taxonomi DYERS dkk)

PENGETAHUAN/COGNITIVE (Bloom):

pribadi yang menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban

Mengetahui + Memahami + Menerapkan + Menganalisa + Mengevaluasi +Mencipta

Indikator hasil belajar kognitif domain (Taxonomi BENJAMIN S. BLOOM)

Pendekatan ilmiah (scientific): Pendekatan ilmiah berarti konep dasar yang menginspirasi atau
melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
Pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) merupakan bagian dari pendekatan pedagogis
pada pelaksanaan pembelajaran dalam kelas yang melandasi penerapan metode ilmiah.

Pengertian Pendekatan Integratif atau terpadu adalah rancangan kebijaksanaan pengajaran bahasa
dengan menyajikan bahan-bahan pelajaran secara terpadu, yaitu dengan menyatukan, menghubungkan,
atau mengaitkan bahan pelajaran sehingga tidak ada yang berdiri sendiri atau terpisah-pisah.

Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga memberikan pengalaman belajar yang bermakna kepada siswa.

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Prinsip Perhatian dan Motivasi

Tindak PEMBELAJAR untuk menumbuhkan PERHATIAN & MOTIVASI pebelajar:

Merancang & menyiapkan bahan ajar dengan baik

Menggunakan metode dan teknik pembelajaran yg menyenangkan

Meyakinkan pebelajar bahwa mereka mampu dan bisa berprestasi

Meyakinkan bahwa ilmu yg dipelajari bermanfaat

Siswa belajar lebih banyak, jika setiap langkahnya segera diberi penguatan (reinforcement)

Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek psikologis yang tertuju pada suatu objek yang
datang dari dalam dan luar diri individu. Dengan perhatian dapat digunakan untuk meramalkan tingkah
laku atau perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang melakukan sesuatu. Dalam kegiatan
belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan, menjamin kelangsungan dan memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan
tujuan yang ada dapat tercapai.

Jenis-jenis motivasi:

Motivasi intrinsik. Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan
dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi intrinsik dalam belajar, biasanya
berhubungan dengan, ”Keinginan untuk mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar
itu. Dalam belajar telah terkandung tujuan menambah pengetahuan”

Motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena
adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga keadaan demikian siswa mau melakukan
sesuatu atau belajar. Motivasi ekstrinsik dalam belajar, biasanya berkaitan dengan, ”Mencari
penghargaan berupa angka, hadiah dan sebagainya”.

Prinsip Transfer dan Retensi

Implikasi tindak PEMBELAJAR, bahwa :


Retensi pebelajar menguat bila pebelajar mengetahui tujuan belajarnya.

Retensi pebelajar menguat bila bahan yang diajarkan “BERMAKNA”

Retensi sangat tergantung pada kondisi psikis dan fisik

Transfer pengetahuan berjalan optimal jika pembelajar berhasil menciptakan situasi kondusif sesuai
dengan kebutuhan pebelajar

Prinsip Keaktifan

Membangun KEAKTIFAN pebelajar, adalah pekerjaan yg maha dahsyat

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

Memberi kesempatan dan peluang yang luas untuk berkreasi (termasuk inkuiri dan eksperimen)

Memberi tugas individu dan kelompok, melalui kontrol guru

Memberikan pujian (reward) baik verbal/non verbal atas kreasi pebelajar (terutama keberanian bertanya
dan menjawab)

Menggunakan multi metode dan multi media dalam pembelajaran

Keterlibatan Langsung

Hasil Penelitian : 60% hasil belajar diperoleh jika siswa terlibat langsung dalam proses belajar

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

Mengaktifkan peran individu/kel kecil dlm penyelesaian tugas

Menggunakan media yg penggunaannya melibatkan pebelajar Memberikan kesempatan pebelajar untuk


bereksperimen

Memberikan tugas praktik

Prinsip Pengulangan

Stephen R. Covey : Kebiasaan merupakan titik pertemuan antara PENGETAHUAN (apa yang harus
dilakukan dan mengapa), KETERAMPILAN (bagaimana melakukan )dan KEINGINAN (mau melakukan).
Implikasi tindak PEMBELAJAR :

Memilah pembelajaran yg berisi pesan yg butuh pengulangan

Merancang kegiatan pengulangan

Mengembangkan soal-soal latihan

Kegiatan pengulangan yang bervariasi

Prinsip Tantangan (flow)

Milahy Csikszentmihalyi : “suatu keadaan di mana seseorang sangat terlibat dalam sebuah kegiatan,
sehingga hal-hal lain seakan tak berarti lagi (diabaikan)”

Goleman : “jika tuntutan terlalu sedikit, orang akan menjadi bosan, dan jika terlalu banyak tuntutan
mereka akan menjadi cemas”

Kurt Lewin (Field Theory/ Teori Medan):

-Siswa di dalam situasi belajar, berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.

-Satu sisi berhadapan dengan cita-cita yang ingin dicapai, sisi lain dihadapkan pada hambatan yaitu
bahan yg harus dipelajari

Implikasi tindak PEMBELAJAR :

Merancang dan mengelola kegiatan inquiri dan eksperimen

Memberikan tugas pemecahan masalah

Mendorong pebelajar membuat kesimpulan pada setiap sesi pembelajaran

Mengembangkan bahan pelajaran yang menarik


Membimbing untuk menemukan fakta, konsep, prinsip dan generalisasi

Merancang dan mengelola kegiatan diskusi

Prinsip Balikan dan Penguatan

Sniker melalui Teori Operant Conditioning (Thorndike dalam Low of Effect)

Hasil belajar yang baik, memberikan balikan yg menyenangkan dan berpengaruh positif kepada proses
belajar selanjutnya.

Hasil belajar yang tidak menyenagkan (negatif) juga dapat memberikan balikan yang memperkuat
kelanjutan proses belajar berikutnya.

Penguatan positif dan negatif dapat memperkuat belajar.

Jenis PENGUATAN yg bisa dilakukan PEMBELAJAR :

Penguatan VERBAL

Penguatan GESTURAL (berupa gerak tubuh/mimik muka yang memberikan arti/kesan baik kepada
peserta didik)

Penguatan dengan cara mendekati

Penguatan dengan cara sentuhan

Penguatan dg cara memberikan kegiatan yang menyenangkan

Penguatan berupa tanda atau benda (termasuk di dalamnya, komentar tertulis atas karya peserta didik,
hadiah, piagam, lencana dsb)

Prinsip Perbedaan Indiviual

Roy Killen, 1998 (Effective Teaching Strategies): keberagaman faktor, seperti sikap pebelajar, kemampuan
dan gaya belajar, pengetahuan serta kemampuannya dan konteks pembelajaran merupakan komponen
yang memberikan dampak yang sangat penting terhadap apa yang sesungguhnya harus dipelajari
pebelajar.

Karakteristik belajar pebelajar :


*Kelompok VISUAL : sering ditandai dengan mencoret-coret saat berbicara, lebih suka melihat
peta/gambar dari pada mendengar, berbicara dengan tepat dan to the point, dst….

*Kelomok AUDITORIAL : Suka berbicara sendiri, lebih suka mendengar ceramah/seminar dari pada
membaca buku, lebih suka berbicara dari pada menulis.

*Kelompok KINESTETIK: Berfikir lebih baik saat berjalan/bergerak, banyak bergerak saat berbicara, sulit
untuk duduk dan diam.

Implementasi PEMBELAJAR :

Pebelajar harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya untuk selanjutnya
mendapatkan perlakuan dan layanan kegiatan belajar yg mereka butuhkan.

Pebelajar harus terus didorong untuk mampu memahami potensi dirinya dan untuk selanjutnya mampu
merencanakan dan melaksanakan kegiatan

Pebelajar membutuhkan variasi layanan, tugas, bahan dan metode yang selaras dengan minat, tujuan,
dan latar belakang mereka.

Pebelajar harus dibantu untuk memahami kekuatan dan kelemahan dirinya serta pemenuhan kebutuhan
belajar maupun bimbingan yang berbeda dengan peserta didik lainnya.

Pebelajar yang telah mengetahui/memahami kekuatan dirinya, cenderung memiliki motivasi belajar yg
lebih tinggi

PRINSIP PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013

Sesuai dengan STANDAR KOMPETENSI LULUSAN dan STANDAR ISI, maka prinsip pembelajaran yang
digunakan:

Dari siswa diberi tahu menuju siswa mencari tahu; pembelajaran mendorong siswa menjadi pembelajar
aktif, pada awal pembelajaran guru tidak berusaha untuk meberitahu siswa karena itu materi
pembelajaran tidak disajikan dalam bentuk final. Pada awal pembelajaran guru membangkitkan rasa
ingin tahu siswa terhadap suatu fenomena atau fakta lalu mereka merumuskan ketidaktahuannya dalam
bentuk pertanyaan. Jika biasanya kegiatan pembelajaran dimulai dengan penyampaian informasi dari
guru sebagai sumber belajar, maka dalam pelaksanaan kurikulum 2013 kegiatan inti dimulai dengan
siswa mengamati fenomena atau fakta tertentu. Oleh karena itu guru selalu memulai dengan menyajikan
alat bantu pembelajaran untuk mengembangkan rasa ingin tahu siswa dan dengan alat bantu itu guru
membangkitkan rasa ingin tahu siswa dengan bertanya.

Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber; pembelajaran
berbasis sistem lingkungan. Dalam kegiatan pembelajaran membuka peluang kepada siswa sumber
belajar seperti informasi dari buku siswa, internet, koran, majalah, referensi dari perpustakaan yang
telah disiapkan. Pada metode proyek, pemecahan masalah, atau inkuiri siswa dapat memanfaatkan
sumber belajar di luar kelas. Dianjurkan pula untuk materi tertentu siswa memanfaatkan sumber belajar
di sekitar lingkungan masyarakat. Tentu dengan pendekatan ini pembelajaran tidak cukup dengan
pelaksanaan tatap muka dalam kelas.

Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; pergeseran
ini membuat guru tidak hanya menggunakan sumber belajar tertulis sebagai satu-satunya sumber
belajar siswa dan hasil belajar siswa hanya dalam bentuk teks. Hasil belajar dapat diperluas dalam
bentuk teks, disain program, mind maping, gambar, diagram, tabel, kemampuan berkomunikasi,
kemampuan mempraktikan sesuatu yang dapat dilihat dari lisannya, tulisannya, geraknya, atau karyanya.

Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi; pembelajaran tidak
hanya dilihat dari hasil belajar, tetapi dari aktivitas dalam proses belajar. Yang dikembangkan dan dinilai
adalah sikap, pengetahuan, dan keterampilannya.

Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu; mata pelajaran dalam pelaksanaan kurikulum
2013 menjadi komponen sistem yang terpadu. Semua materi pelajaran perlu diletakkan dalam sistem
yang terpadu untuk menghasilkan kompetensi lulusan. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran bersama-sama, menentukan karya siswa bersama-sama, serta menentukan karya utama
pada tiap mata pelajaran bersama-sama, agar beban belajar siswa dapat diatur sehingga tugas yang
banyak, aktivitas yang banyak, serta penggunaan waktu yang banyak tidak menjadi beban belajar
berlebih yang kontraproduktif terhadap perkembangan siswa.

Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang
kebenarannya multi dimensi; di sini siswa belajar menerima kebenaran tidak tunggul. Siswa melihat
awan yang sama di sebuah kabupaten. Mereka akan melihatnya dari tempatnya berpijak. Jika ada
sejumlah siswa yang melukiskan awan pada jam yang sama dari tempat yangberjauhan, mereka akan
melukiskannya berbeda-beda, semua benar tentang awan itu, benar menjadi beragam.

Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif; pada waktu lalu pembelajaran berlangsung
ceramah. Segala sesuatu diungkapkan dalam bentuk lisan guru, fakta disajikan dalam bentuk informasi
verbal, sekarang siswa harus lihat faktanya, gambarnya, videonya, diagaramnya, teksnya yang membuat
siswa melihat, meraba, merasa dengan panca indranya. Siswa belajar tidak hanya dengan mendengar,
namun dengan menggunakan panca indra lainnya.
Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental
(softskills); hasil belajar pada rapot tidak hanya melaporkan angka dalam bentuk pengetahuannya, tetapi
menyajikan informasi menyangku perkembangan sikapnya dan keterampilannya. Keterampilan yang
dimaksud bisa keterampilan membacan, menulis, berbicara, mendengar yang mencerminkan
keterampilan berpikirnya. Keterampilan bisa juga dalam bentuk aktivitas dalam menghasilkan karya,
sampai pada keterampilan berkomunikasi yang santun, keterampilan menghargai pendapat dan yang
lainnya.

Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan siswa sebagai pembelajar


sepanjang hayat; ini memerlukan guru untuk mengembangkan pembiasaan sejak dini untuk
melaksanakan norma yang baik sesuai dengan budaya masyarakat setempat, dalam ruang lingkup yang
lebih luas siswa perlu mengembangkan kecakapan berpikir, bertindak, berbudi sebagai bangsa, bahkan
memiliki kemampuan untuk menyesusaikan dengan dengan kebutuhan beradaptasi pada lingkungan
global. Kebiasaan membaca, menulis, menggunakan teknologi, bicara yang santun merupakan aktivitas
yang tidak hanya diperlukan dalam budaya lokal, namun bermanfaat untuk berkompetisi dalam ruang
lingkup global.

Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas siswa dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); di sini guru perlu menempatkan diri sebagai fasilitator yang dapat
menjadi teladan, meberi contoh bagaimana hidup selalu belajar, hidup patuh menjalankan agama dan
prilaku baik lain. Guru di depan jadi teladan, di tengah siswa menjadi teman belajar, di belakang selalu
mendorong semangat siswa tumbuh mengembangkan pontensi dirinya secara optimal.

Pembelajaran berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; karena itu pembelajaran dalam
kurikulum 2013 memerlukan waktu yang lebih banyak dan memanfaatkan ruang dan waktu secara
integratif. Pembelajaran tidak hanya memanfaatkan waktu dalam kelas.

Pembelajaran menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana
saja adalah kelas. Prinsip ini menadakan bahwa ruang belajar siswa tidak hanya dibatasi dengan dinding
ruang kelas. Sekolah dan lingkungan sekitar adalah kelas besar untuk siswa belajar. Lingkungan sekolah
sebagai ruang belajar yang sangat ideal untuk mengembangkan kompetensi siswa. Oleh karena itu
pembelajaran hendaknya dapat mengembangkan sistem yang terbuka.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (tIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran; di sini sekolah perlu meningkatkan daya guru dan siswa untuk memanfaatkan TIK. Jika
guru belum memiliki kapasitas yang mumpuni siswa dapat belajar dari siapa pun. Yang paling penting
mereka harus dapat menguasai TIK sebabab mendapatkan pelajaran dengan dukungan TIK atau tidak
siswa tetap akan menghadapi tantangan dalam hidupnya menjadi pengguna TIK. Jika sekolah tidak
memfasilitasi pasti daya kompetisi siswa akan jomplang daripada siswa yang memeroleh pelajaran
menggunakannya.

Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya siswa; cita-cita, latar belakang keluarga,
cara mendapat pendidikan di rumah, cara pandang, cara belajar, cara berpikir, keyakinan siswa berbeda-
beda. Oleh karena itu pembelajaran harus melihat perbedaan itu sebagai kekayaan yang potensial dan
indah jika dikembangkan menjadi kesatuan yang memiliki unsur keragaman. Hargai semua siswa,
kembangkan kolaborasi, dan biarkan siswa tumbuh menurut potensinya masing-masing dalam kolobarasi
kelompoknya.

Iklan

Kategori: Tak Berkategori

Tinggalkan sebuah Komentar

Belajar Bersama Koko

Blog di WordPress.com.

Kembali ke atas

Iklan

Pendidikan

welcome to my blog~

ASAS PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

- Juli 01, 2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa. Karena atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya Kami telah berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “ ASAS PRINSIP BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar dan
Pembelajaran. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini secara langsung maupun tidak langsung sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dengan tersusunnya makalah ini, banyak diperoleh manfaat serta ilmu yang didapat, kami
berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dari penulisan, maka dari itu kritik dan saran kami
butuhkan untuk memperbaiki makalah yang kami buat sehingga menjadi lebih baik.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………… 1

Daftar Isi………………………………………………………………………………. 2

Bab I Pendahuluan…………………………………………………………………… 3

1.1 Latar belakang……………………………………………………………………… 3

1.2 Rumusan rmasalah…………………………………………………………………. 4

1.3 Tujuan penulisan…………………………………………….................................... 4

Bab II Pembahasan…………………………………………………………………… 5

2.1 Asas prinsip belajar dan pembelajaran…………………………………………….. 5

2.2 Kompleksitas Belajar dan Pembelajaran……………………………………………. 5

2.3 Faktor Utama Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran……………………. 8

2.4 Prinsip-Prinsip Belajar……………………………………………………………... 9

Bab III Penutup……………………………………………………………………... 14

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………….. 14

3.2 Saran………………………………………………………………………………. 15

Lampiran

Daftar pustaka…………………………………………………………………………. 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman. Belajar bukan
hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan suatu
penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar dapat dihayati (dialami ) oleh
orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati oleh orang lain.

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang
berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa. Untuk menciptakan dan menghasilkan kegiatan belajar dan
pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu diketahui berbagai landasan yakni prinsip-
prinsip maupun teori belajar.

Proses belajar mengajar memang merupakan bagian terpenting dalam mengimplementasikan


kurikulum, termasuk memahami prinsip-prinsip pembelajaran itu sendiri. Adapun untuk bisa
mengetahui efektivitas dan juga efisiensi suatu pembelajaran bisa kita lihat melalui kegiatan
pembelajaran ini. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran sudah sepatutnya seorang pengejar
mengetahui bagaimana cara untuk membuat kegiatan belajar bisa berjalan dengan baik serta bisa
mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan.

Prinsip-prinsip pembelajaran adalah bagian terpenting yang wajib diketahui para pengajar sehingga
mereka bisa memahami lebih dalam prinsip tersebut dan seorang pengajar bisa membuat acuan yang
tepat dalam pembelajarannya. Dengan begitu pembelajaran yang dilakukan akan jauh lebih efektif serta
bisa mencapai target tujuan.
B. Rumusan Masalah

1. Kompleksitas belajar dan pembelajaran.

2. Factor utama yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.

3. Prinsip-prinsip belajar.

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Kompleksitas belajar dan pembelajaran.

2. Mengetahui Factor utama yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran

3. Mengetahui prinsip-prinsip belajar


BAB II

PEMBAHASAN

1. ASAS PRINSIP BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Asas adalah hukum dasar suatu kebenaran yang menjadi pokok dasar.

Prinsip adalah asas atau dasar yang dijadikan pokok berpikir, bertindak dan sebagainya. Jadi,
asas-asas pembelajaran adalah prinsip-prinsip umum yang harus dikuasai oleh guru dalam melakukan
kegiatan belajar mengajar atau dengan kata lain suatu yang di jadikan dasar berpikir dan bertindak untuk
mencapai proses belajar.

Lima asas dasar dalam pemenuhan hak anak.

· non-diskriminasi

· kepentingan terbaik bagi anak

· hak untuk hidup dan berkembang

· hak atas perlindungan

· penghargaan terhadap pendapat anak

A. Kompleksitas Belajar dan Pembelajaran

Belajar dan pembelajaran adalah sebuah proses yang kompleks karena dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Untuk memahami dan meningkatkan cara penbelajaran guru harus memahami faktor-faktor
tersebut yang diantaranya adalah:

1. Pengaruh Budaya

Setiap budaya memiliki suatu bentuk tertentu dari proses pendidikannya. Baik yang formal maupun yang
bersifat informal. Bagaimana salah satu tujuan umum pendidikan adalah melestarikan budaya.
2. Pengaruh Sejarah

Pendidikan adalah hasil dari suatu perkembangan sejarah. Sejarah pendidikan Indonesia juga di
pengaruhi oleh sejarah panjang kehidupan bangsa Indonesia itu sendiri. Sangat banyak perjalanan
sejarah bangsa Indonesia yang semua baik secara langsung maupun tidak langsung berkontribusi kepada
pendekatan belajar dan pembelajaran di negeri ini. Adanya perjalanan sejarah yang agak berbeda antar
daerah di Indonesia juga mempengaruhi cara dan sikap belajar dari satu daerah ke daerah lainnya di
nusantara.

3. Hambatan Praktis

Manusia hidup di dunia yang kurang ideal dan banyak hal manusia dapat berbuat justru akibat dari
kekurangan keidealismenya dalam belajar dan pembelajaran. Guru dibatasi oleh waktu, sumber, dan
fasilitas. Guru juga dibatasi oleh undang-undang dan aturan yang harus dihindarkan. Tidak jarang guru
juga dibatasi idealismenya dalam belajar dan pembelajaran oleh kekuatan birokrasi dan manajeman.

4. Karaktrestik Guru

Banyak hal yang mempengaruhi guru sehingga memiliki kepribadian yang unik. Lingkup budaya dimana
guru berkembang, masyarakat dimana guru hidup, pengaruh keluarga, pengaruh agama yang dianut,
pengalaman akademis, pengalaman kerja, sarta genetika atau pengaruh bawaan yang ditentunya
membentuk cara pikir guru. Semua itu akan membentuk gaya dan cara guru dalam pembelajaran. Setiap
guru memiliki kepribadian yang dalam beberapa hal tentu membantu dalam menyelenggarakan
pembelajaran walaupun dalam beberapa aspek mungkin perlu dimodifikasi.

5. Karakteristik Siswa

Disadari atau tidak disadari, salah satu kegiatan pra belajar dan pembelajaran adalah
mengindentifikasikan karakteristik awal siswa. Karakteristik awal siswa meliputi berbagai aspek seperti:
bahasa, latar belakang akademis, usia dan tingkat kedewasaan, latar budaya, tingkat pengetahuan serta
kererampilan yang mungkin merupakan suatu syarat awal bagi pembelajaran yang akan disajikan. Oleh
sebab itu, karakteristik individual dapat dan harus diidentifikasi. Begitu juga karakteristik umum
kelompok atau kelas harus dipahami oleh guru sebelum memulai program belajar dan pembelajaran.

6. Proses Belajar

Aspek ini berkaitan dengan proses berfikir yang harus dilalui oleh siswa dalam mencapai keberasilan
belajar. Bagaimana proses belajar adalah rumit atau kompleks karena mencakup penggunaan panca
indra (melihat, mendengar, mencium, dan merasa) dan proses berfikir dari pengingatan, pemecahan
masalah. Oleh sebab itu kondisi fisik dan psikologis harus dipertimbangkan dalam pengelolaan belajar
dan pembelajaran. Dari segi psikologis tingkat kesulitan materi belajar ranah pengetahuan yang
diberikan harus dirancang dengan mempertimbangkan perkembangan intelektual siswa. Begitu juga
dalam ranah belajar psikomotorik atau keterampilan, pertumbuhan fisik siswa merupakan salah satu
rujukan dalam memilih kegiatan praktek yang akan diberikan dalam pembelajaran pendidikan jasmani
dan kesehatan.

B. Faktor Utama Yang Harus Diperhatikan Dalam Pembelajaran

Setelah memahami kompleknya proses belajar dan pembelajaran yang didalamnya menyangkut dari
berbagai faktor baik siswa maupun gurunya serta yang berasal dari luar yang bersifat prinsip maupun
operasional dan praktis. Oleh sebab itu sebelum guru menyelenggarakan kegiatan belajar dan
pembelajaran ada empat pertanyaan mendasar yang mampu dijawab oleh guru yang akan melakukan
proses belajar dan pembelajaran.

a. Apa yang akan di ajarkan?

b. Siapa yang akan belajar?

c. Bagaimana mereka belajar?

d. Bagaimana saya harus menyelenggarakan pembelajaran?


Dari semua jenis pertanyaan tersebut akan sangat mempengaruhi keberhasilan guru dalam
menyelenggarakan belajar dan pembelajaran karena sesuai dengan tujuan yang termuat di dalam
kurikulum dengan aspek-aspek keperibadian siswa. Dengan demikian dapat diharapkan akan terjadi
kegiatan belajar dan pembelajaran yang kondusif bagi pencapaian tujuan belajar dan pembelajaran.

C. Prinsip-Prinsip Belajar

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Dalam kegiatan mengajar ini tentu saja tidak dapat dilakukan
sembarangan, tetapi harus menggunakan teori-teori dan prinsip belajar tertentu agar bisa bertindak
secara tepat. Dalam perencanaan pembelajaran prinsip-prinsip belajar dapat mengungkap batas-batas
kemungkinan dalam pembelajaran.

Sangat banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli tentunya ada yang
memiliki persamaan dan perbedaan. Berikut prinsip-prinsip yang dapat berlaku secara umum yang dapat
kita pakai sebagai dasar upaya pembelajaran, baik bagi siswa untuk meningkatkan belajar maupun bagi
guru untuk meningkatkan mengajarnya.

1. Perhatian dan motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar. (Grade dan Berliner dalam
Dimyati dan Mudjiono 2013) mengatakan tanpa adanya perhatian tidak mungkin terjadi belajar.
Perhatian pada pembelajaran akan timbul pada siswa jika bahan pembelajaran sesuai dengan
kebutuhannya. Hal ini akan membuat siswa perlu mempelajarinya lebih lanjut dan membakitkan
motivasi untuk lebih mempelajarinya.

Disamping perhatian, motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah
tenaga yang meneggakkan aktivitas seseorang ( Dimyati Mudjiono 2013). Motivasi merupakan
tujuan dan alat dalam pembelajaran. Selain itu juga merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan belajar siswa. Motivasi mempunyai hubungan erat dengan minat. Siswa yang
mempunyai minat dengan bidang tertentu cenderung memusatkan perhatiannya demikian akan timbul
motivasi untuk mempelajari dibidang tersebut.

Motivasi berkaitan erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupannya.
Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karena bahan
pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tidak bertentangan dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.

2. Keaktifan

Manusia adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksa oleh orang lain dan juga tidak bisa limpahkan
kepada orang lain. Belajar dapat terjadi jika anak aktif mengalaminya sendiri. Seorang ahli mengatakan
John Dewey bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus di kerjakan siswa untuk dirinya sendiri,
maka inisiatif itu datang dari dalam diri siswa sendiri. Guru hanya sekedar pembimbing dan pengarah.

Dalam setiap proses, siswa selalu menampakan keaktifanya itu beraneka ragam bentuknya. Baik dari
kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai psikis yang sulit diamati. Kegiatan fisik bisa berupa
membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,
membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang
lain.

3. Ketelibatan Langsung Atau Berpengalaman

Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Hal itu
berarti bahwa belajar yang baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi juga harus menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Dengan demikian belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif baik individual maupun kelompok,
dengan cara memecahkan masalah dan guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan
siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah
keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan perolehan
pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan
juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan. Belajar yang paling baik
adalah melalui pengalaman langsung. Dalam pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati
langsung tetapi menghayati, terlibat dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya, inilah
yang dikatakan prinsip pembelajaran keterlibatan langsung. Maksudnya disini siswa dituntut untuk ikut
aktif terlibat langsung dalam proses belajar. Karena belajar harus dilakukan secara aktif baik individu
maupun kelompok dengan cara memecahkan (problem solving). Tugas guru disini sebagai pembimbing
dan fasilitator membantu siswa.

4. Pengulangan
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
menginggat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka
daya-daya tersebut berkembang. Ada tiga teori yang menekankan pentingnya prinsip pengulangan. Yang
pertama pengulangan untuk melatih daya-daya jiwa, kedua pengulangan untuk membentuk respon, dan
ketiga pengulangan untuk membentuk kebiasaan-kebiasaan.

Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena
mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu Ialu lintas berwarna merah. Menurut teori
ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu
perilaku atau respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang
sesuatu perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus
yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

5. Tantangan

Agar dalam diri anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan maka bahan ajar haruslah
matang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa
tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa untuk
menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, yang menyebabkan siswa berusaha mencari dan
menemukan konsep-konsepnya sendiri akan menyenangkan bagi siswa.

Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam
bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru yang banyak
mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.

6. Balikan dan Penguatan

Siswa akan belajar lebih semangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil apalagi
hasil yang baik akan menjadi balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar itu tidak saja oleh penguatan yang baik tetapi juga yang tidak
menyenangkan atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar
(Gade dan Berliner dalam Dimyati dan Mudjiono2013).

Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning
atau penguatan positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan akan
merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong tuk belajar lebih giat. Di sini nilai
buruk dan rasa takut tidak naik kelas juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang
disebut penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan,
maka penguatan negatif juga disebut escape conditioning, Format sajian berupa tanya jawab, diskusi,
eksperimen, metode penemuan, dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui
penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih giat dan
bersemangat.

7. Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua siswa yang sama persis. Setiap siswa
memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis,
keperibadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karena
perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran.

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tidak semuanya terwujud dalam proses
pembelajaran namun dapat menjadi gambaran bagaimana guru sebaiknya mempersipkan segala
sesuatunya dengan maksimal demi mencapai suasana belajar mengajar yang menyenangkan dan
mendapatkan hasil yang baik. Perbedaan individual disebabkan oleh dua faktor, ialah faktor keturunan
atau bawaan kelahiran, dan faktor pengaruh lingkungan. Kedua faktor ini memberikan pengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan siswa/peserta didik. Mungkin salah satu factor ada yang
lebih dominan, namun tetap kedua faktor tersebut masing-masing berpengaruh, dan pada gilirannya
ternyata tidak ada dua individu yang sama.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi
serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan Briggs (1979:3)

Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar
mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai
dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upaya mencapai hasil yang
diinginkan.

Berikut ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961) adalah :1. Prinsip Kesiapan
(Readinees) Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud dengan kesiapan siswa ialah
kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar 2. Prinsip Motivasi (Motivation) Tujuan dalam belajar
diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk
memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan 3. Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi. Persepsi adalah
interpertasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu.

Secara umum, prinsip-prisip belajar yaitu :1) Perhatian dan Motivasi 2) Keaktifan 3) Keterlibatan
langsung atau pengalaman 4) Pengulangan 5) Tantangan 6) Balikan dan penguatan (law of effect) 7)
Perbedaan individual.

3.2 Saran

Sebagai seorang calon guru kita sebaiknya memahami apa saja asas-asas prinsip belajar dan
pembelajaran agar kelak kita dapat menjadi guru yang baik, berkarakter dan berbotot untuk bisa
memberikan ilmu kepada anak murid, bukan hanya guru yang datang hanya untuk memberi tugas tapi
jadi guru yang bisa menjadi pencerah didalam kegelapan yaitu memusnahkan kebodohan dan
menjadikan bangsa Indonesia berkarakter dan cerdas.

Daftar Pustaka

Modul perkuliahan teori belajar dan pembalajaran

http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/

http://blog.unsri.ac.id/download1/15206.pdf

http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran.pdf
Komentar

Postingan populer dari blog ini

Living in a large city has certain advantages over living in a small town

- Oktober 18, 2017

Gambar

Nowadays so many people flocked to move to a big city or so-called urbanization. The villagers now are
beginning to change their minds to live in the city. their reasons are various. No doubt, living in the city
offers so many advantages, such as, complete heath facilities, various entertainment and so many of
jobs.

BACA SELENGKAPNYA

My lowest point in 2017

- Desember 15, 2017

When I was broken heart, I think that my lowest point in 2017. I know it is too much, but I can't held my
feeling. this is the first time for me fell in love with someone. We almost 1 anniversary but we done. The
one that I should to know. I should move, because my life will not end just for him.

BACA SELENGKAPNYA

Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Galeries


Arsip

Laporkan Penyalahgunaan

Pendidikan

Eka Novitasari

Minggu, 29 Mei 2016

Prinsip-prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran

MAKALAH

PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS PEMBELAJARAN

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Belajar dan Pembelajaran SD” yang dibina oleh Drs. Sihono,
M. Pd.

Oleh:

Kelompok 2

DUWI ERNAWATI (150210204024)

EKA NOVITASARI (150210204028)

FIRDA AMELIA SAFITRI (150210204043)


FARISIA PRATIWI UMAMI (150210204051)

Kelas B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prinsip-Prinsip Belajar dan Asas Pembelajaran” ini dengan
tepat waktu. Ada pun tujuan kami membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Belajar dan Pembelajaran SD.

Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Sihono, M.Pd selaku dosen mata kuliah Belajar dan
Pembelajaran SD yang telah memberikan pembinaan.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Terlepas dari itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Jember, 23 Februari 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................ ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2

1.4 Metode Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................ 3

2.1 Pengertian ........................................................................................... 3

2.2 Prinsip-Prinsip Belajar ........................................................................ 4

2.3 Asas-Asas Pembelajaran .................................................................... 22

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 26


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Ada berbagai rumusan yang dikemukakan orang dalam upaya menjawab pertanyaan dengan melihat
pendidikan dari salah satu aspek kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya
pandangan sosiologi melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain mengartikan bahwa “Pendidikan
adalah sebagai usaha mentransformasikan pengetahuan dari generasi ke generasi” (Ishak, 2005:27).
Pandangan lain di lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan itu adalah sebagai usaha
pemindahan pengetahuan dan nilai–nilai kepada generasi berikutnya. Sedangkan pandangan Psikologik
melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu, antara lain mengartikan pendidikan sebagai
perkembangan kapasitas individu secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat
bahwa pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen), dan yang
terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya sebagai pembinaan usaha kader
bangsa.

Dari uraian diatas kita disimpulkan bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan yang akan menjamin
kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya proses dari pendidikan itu
sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang berpendidikan akan memegang peranan penting
dalam setiap aspek kehidupan dalam masyarakat.

Untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan
membuat peserta didik mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang
nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan metode atau cara-cara
yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik secara personal maupun secara kelompok.
Dalam makalah yang akan kami paparkan kali ini yaitu mengenai Prinsip Belajar dan Pembelajaran yang
nantinya akan membantu seorang pendidik untuk lebih memahami dan lebih mengenal peserta
didiknya.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa sajakah yang
terkait dengan prinsip-prinsip belajar dan asas pembelajaran ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk dapat mengetahui
prinsip-prinsip belajar dan asas-asas pembelajaran.

1.4 Metode Penulisan

Penulisan mempergunakan metode kepustakaan cara-cara yang digunakan pada penulisan ini adalah:

ü Studi Pustaka

Dalam metode ini penyusun membaca buku-buku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja untuk
mendapatkan perubahan yang lebih baik. Arti dari disengaja sebenarnya proses belajar timbul karena
ada suatu niatan. Sedangkan perubahan itu misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak terampil
menjadi terampil, dari belum dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan sesuatu dan lain
sebagainya. Perubahan tersebut adalah perubahan yang timbul karena adanya pengalaman dan latihan.
Jadi belajar bukanlah suatu hasil, akan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam
rangka memenuhi kebutuhan menuntut ilmu. Proses belajar adalah mengalami, berbuat mereaksi dan
melampaui (under going).

2. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses
pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat
belajar dengan baik.

3. Pengertian Prinsip

1. Prinsip merupakan sesuatu yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu &Zein, 2001:1089).

2. Prinsip merupakan sesuatu yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus,
1993).

3. Prinsip merupakan sesuatu kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri,
1996)

Dari beberapa pendapat tokoh diatas dapat kita simpulkan bahwa prinsip merupakan suatu pola pikir
yang kita gunakan sebagai panutan karena kebenarannya telah terbukti.

4. Pengertian Prinsip Belajar

1. Menurut Gestalt

Prinsip belajar adalah suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami
perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus menerus dan
diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan sendirinya melalui teori-teori
dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
2. Robert H Davie

Suatu komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga peserta didik termotivasi
belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan kegiatan praktek yang diberikan
pendidik lewat metode yang menyenangkan peserta didik.

Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan
berpijak, dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan baik antara
pendidik dengan peserta didik.

2.2 Prinsip-Prinsip Belajar

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang satu dengan yang lainnya
memiliki persamaan dan perbadaan. Dari berbagai prinsip tersebut terdapat beberapa prinsip yang
relatif berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa
yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan mengajarnya.
Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung
berpengalaman, pengulangan tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.

1. Perhatian dan Motivasi

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan
informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage dan Barliner, 1984:
335). Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan belajar sesuai dengan
kebutuhannya. Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk
belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk
mempelajarinya.

Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat
merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan
dalam mengajar. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai dan keterampilan.

Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang
studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap penting
dalam kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah tingkah laku manusia dan
motivasinya. Sikap siswa, seperti halnya motif menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Intensif,
suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sesudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni
datang dari orang lain, dari guru, orang tua, teman, dsb. Motivasi juga dibedakan atas:

a. Motif instrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ini
dapat bersifat internal (datang dari diri sendiri) dan dapat juga bersifat eksternal (datang dari luar).

b. Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi
menjadi penyertanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah.
Motif ini bisa bersifat internal maupun eksternal, walaupun lebih banyak bersifat eksternal. Motif
ekstrinsik dapat berubah menjadi motif instrinsik yang disebut “transformatif motif”. Contohnya,
seorang siswa belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan
orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula, motifnya adalah ekstrinsik, yaitu
ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi
pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.

2. Keaktifan

Kecenderungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang aktif. Anak
mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak
bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri. Guru
sekadar pembimbing dan pengarah (John Dewey 1916, dalam Davies, 1937: 31).

Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi yang
kita terima, tidak sekadar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. (Gage and Barliner 1984:
267). Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif, dan mampu merencanakan sesuatu. Anak
mampu mencari, menemukan, dan menggunakan pengetahuan yang telah diperolehnya. Dalam proses
belajar mengajar anak mampu mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta,
menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan. Tromdike mengemukakan keaktifan siswa dalam
belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar memerlukan adanya
latihan-latihan. Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu
merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie, 1976: 230 dari Gledler
MEB terjemahan Munandir, 1991: 105).

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam
bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati.
Kegiatan fisik dapat berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dsb.
Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan,
dan kegiatan psikis yang lain.

3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam
belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati cara langsung tetapi ia harus
menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Contohnya,
seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat secara langsung dalam
pembuatan (direct performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang membuat tempe
(demonstrating), apalagi sekadar mendengan orang bercerita bagaimana cara pembuatan tempe
(telling). Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar dikemukakan oleh John Dewey dengan
“learning by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan
oleh siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (problem
solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.

Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu
terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap
dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.

4. Pegulangan

a. Menurut teori “psikologi daya” belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri
atas daya pengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berfikir, dsb. Dengan
mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang.

b. Teori “psikologi asosiasi (koneksionisme)” dengan tokohnya yang terkenal Tromdike. Berangkat dari
salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, ia mengemukkan bahwa belajar ialah pembentukan
hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan terhadap pengalaman-pengalaman itu
membesar peluang timbulnya respon benar.

c. Psikologi coditioning yang merupakan perkembangan lebih lanjut dari koeksionisme juga
menekankan pentingnya pengulangan dalam belajar. Pada psikologis conditioning respons akan timbul
bukan karena saja oleh stimulus, tetapi juga oleh stimulus yang dikondisikan. Menurut teori ini perilaku
individu dapat dikondisikan, dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau
respons terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu oleh stimulus yang
sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.

5. Tantangan

Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada
dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif
untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar terebut. Agar pada anak timbul
motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar haruslah menantang.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan
belajar yang baru, banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya. Pelajaran yang memberi kesempatan pada siswa untuk menemukan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan
konsep-konsep, prinsip-prisip, dan generalisasi tersebut.

Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar
secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa
dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak
menyenangkan.

6. Balikan dan Penguatan

Teori belajar “Operant Conditioning” dari B. F. Skiner. Pada operant conditioning yang diperkuat adalah
responsnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effect-nya Tromdike. Siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Namun dorongan belajar itu
menurut B. F. Skinner tidak saja boleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga yang tidak
menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat memperkuat belajar
(Gage dan Barliner, 1984: 272).

Siswa belajar sunggguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu
mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada
waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk
belajar lebih giat. Disini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak menyenangkan, maka
penguatan negatif juga disebut “escape conditioning”. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi,
eksperiment, metode penemuan, dsb merupakan cara belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya
balikan penguatan.

7. Perbedaan Individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa
memiliki perbedaan satu dengan yang lain. perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian,
dan sifat-sifatnya. Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,
perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal
yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya
pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata,
kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya. Pembelajaran yang bersifat
klasikal yang mengabaikan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara antara lain:

a. Penggunaan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan
kemampuan siswa dapat terlayani

b. Menggunakan media intruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara
belajar.
c. Dengan memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa yang pandai, dan
memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang.

Disamping itu dalam memberikan tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan
siswa sehingga bagi siswa yang pandai, sedang, maupun kurang akan merasakan berhasil di dalam
belajar. Sebagai unsur primer dan sekunder dalam pembelajaran, maka dengan sendirinya siswa dan
guru terimplikasi adanya prinsip-prinsip belajar. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru,
tampak dalam setiap kegiatan perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.

a. Impikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Siswa

Siswa sebagai “primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, dengan alasan apa pun
tidak dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar. Justru para siswa akan berhasil
dalam pembelajaran, jika mereka menyadari implikasi prinsip-prinsip belajar dalam diri mereka.

1. Perhatian dan Motivasi

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah
pencapaian tujuan belajar. Adanya tuntutan untuk selalu memberikan perhatian ini, menyebabkan siswa
harus membangkitkan perhatiannya kepada segala pesan yang dipelajarinya. Pean-pesan yang menjadi
isi pelajaran sering kali dalam bentuk rangsangan suara, warna, bentuk, gerak, dan rangsangan lain yang
dapat diindra. Contoh perilaku itu kegiatan siswa, baik fisik atau psikis, seperti mendengarkan ceramah
guru, membandingkan konsep sebelumnya dengan konsep yang baru diterima, mengamati secara
cermat gerakan psikomotorik yang dilakukan guru, atau kegiatan yang sejenisnya.

Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar
yang ada pada diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat
membangkitkan dan dapat mengembangkan motivasi belajar mereka, siswa dapat melakukannya
dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapi secara positif
pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar, dsb.

2. Keaktifan

Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang
dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis,
membuat kliping, dsb.

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman

Implikasi prinsip ini dituntut pada para siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar
yang diberikan kepada mereka. Dengan keterlibatan langsung ini, secara logis akan menyebabkan
mereka memperoleh pengalaman atau berpengalaman. Bentuk-bentuk perilaku yang merupakan
implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa misalnya adalah siswa ikut dalam pembuatan lapangan
bola voli, siswa melakukan reaksi kimia, siswa berdiskusi untuk membuat laporan, siswa membaca puisi
di depan kelas, dsb. Bentuk perilaku keterlibatan langsung siswa tidak secara mutlak menjamin
terwujudnya prinsip keaktifan pada diri siswa. Namun demikian, perilaku keterlibatan siswa secara
langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan keaktifan siswa.

4. Pengulangan

Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan
latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran
yang merupakan implikasi prinsip pengulangan, diantaranya menghafal unsur-unsur kimia setiap valensi,
mengerjakan soal-soal latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan atau menghafal tahun-tahun
terjadinya peristiwa sejarah.

5. Tantangan

Implikasi prinsip tantangan bagi siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya
kebutuhan untuk selalu memperoleh, memproses, dan mengolah pesan. Bentuk-bentuk perilaku siswa
yang merupakan implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen,
melaksanakan tugas terbimbing maupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

6. Balikan dan penguatan

Seorang siswa belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement)
(Davies, 1987: 32). Hal ini timbul karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan
sekaligus penguatan bagi setiap kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan
bentuk-bentuk perilaku siswa yang memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan
jawaban dengan kunci jawaban, menerima kenyataan terhadap skor atau nilai yang dicapai, atau
menerima teguran dari guru atau orang tua karena hasil belajar yang jelek.

7. Perbedaan individual

Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain, akan membantu siswa menentukan cara belajar
dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri. Implikasi adanya prinsip perbedaan individual bagi siswa di
antaranya adalah menentukan tempat duduk di kelas, menyusun jadwal belajar, atau memilih bahwa
implikasi adanya prinsip perbedaan individu bagi siswa dapat berupa perilaku fisik maupun psikis.

Contoh: Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar Bagi Siswa dalam Kegiatan Pembelajaran di SD

I. Identitas

Bidang studi : Pendidikan Agama Islam

Sub bidang studi : Ibadah

Pokok bahasan : Puasa

Sub pokok bahasan : Puasa Ramadhan

Kelas/semester : V/1
Alokasi waktu : 2 x 2 x 35 menit

II. Identifikasi implikasi prinsip-prinsip belajar bagi siswa

No

Deskripsi kegiatan

Prinsip belajar menampak

Pembelajaran

Siswa

Diberitahukan tujuan pem-

belajaran yang akan dicapai melalui pokok bahasan/sub pokok ba-hasan yang disajikan.

Memahami tujuan pem-belajaran yang diberi-tahukan dan menetapkan

target pencapaiannya

Perhatian

Diberitahukan garis besar isi pelajaran yang akan disajikan selama dua kali pertemuan

Mencatat atau sekedar mendengarkan pemberi-tahuan.


Perhatian dan keaktifan

Diberitahukan tentang rukun islam yang kedua yaitu puasa. Pada kegiatan ini disajikan mengenai puasa
ramadhan.

Memperhatikan hal-hal yang dijelaskan dan mencatat poko-pokok pemberitahuan.

Perhatian dan keaktifan

Diberikan tugas mencatat niat puasa ramadhan, hal-hal yang dapat membatalkan puasa, dan hikmah
berpuasa

Mencatat tugas yang diberiakn dan mengerjakan tugas di rumah.

Keaktifan, keterlibatan langsung, dan tantangan

Ditanyakan laporan tugas untuk dikumpulkan dan membahas kewajiban puasa Ramadhan

Menyerahkan laporan tugas dan menjawab pertanyaan sehubungan

dengan tugas yang dikumpulkan-

nya. Memperhatikan hal-hal yang dibahas

Umpan balik dan penguatan, ke-terlibatan langsung dan keaktifan

Diskusi kelas tentang kewajiban berpuasa

Ikut terlibat secara aktif dalam diskusi dan menyumbangkan

pendapatnya sendiri

Keterlibatan langsung, ke-

aktifan, tantangan perbedaan


individual dan umpan balik

serta penguatan

Ditugaskan kepada kelompok untuk men-diskusikan tentang ke-wajiban puasa ramadhan

Berdiskusi dalam ke-lompok antara 4–5 orang yang berkaitan dengan puasa ramadhan

Keterlibatan langsung,

keaktifan, dan perbedaan

individual

Setiap kelompok me-laporkan hasil diskusi dan ditanggapi oleh kelompok lain dan disimpulkan hasilnya
secara bersama

Salah seorang wakil kelompok melaporkan hasil diskusi kelom-poknya, sekaligus men-jawab pertanyaan
dari

kelompok lain.

Keaktifan, keterlibatan

langsung, umpan balik dan

penguatan.

Diceramahkan mengenai kewajiban puasa ramadhan

merupakan salah satu rukun islam

Memperhatikan ceramah dan mencatat hal-hal yang penting mengenai kewajiban puasa Ramadhan

Perhatian dan keaktifan

10

Diberikan kesempatan tanya jawab mengenai isi ceramah.


Terlibat dalam me-nyimpulkan dan merang-kum pembahasan ke-wajiban puasa Rama-dhan.

Keaktifan, dan perbedaan individual

11

Diarahkan pada penyim-pulan dan pembuatan rangkuman tentang pem-bahasan kewajiban puasa
Ramadhan

Terlibat dalam menyim-pulkan dan merangkum

Pembahasan kewajiban puasa ramadhan

Pengulangan, keaktifan, dan per-bedaan individual.

12

Dilancarkan tes tertulis mengenai kewajiban puasa Ramadhan

Mengerjakan tes tertulis mengenai kewajiban puasa Ramadhan.

Keaktifan, tantangan, perbedaan individual.

13

Dikoreksi dan dibahas tes tertulis bersama-sama secara klasikal

Memperhatikan dan menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti.

Keaktifan, umpan balik dan penguatan, dan perbedaan individual.

b. Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru

Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana pembelajaran maupun pelaksanaan
kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru terwujud dalam perilaku fisik dan
psikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang terwujud dalam perilaku guru, dapat
diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang diselenggarakan.

1. Perhatian dan motivasi

Implikasi prinsip perhatian bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku sebagai berikut:
· Guru menggunakan metode secara bervariasi

· Guru mengggunakan media sesuai dengan tujuan belajar dan materi yang diajarkan

· Guru menggunakan gaya bahasa yang tidak monoton

· Guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan membimbing (direction question).

Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada perilaku-perilaku yang diantaranya
adalah:

· Memilih bahan ajar sesuai dengan minat siswa

· Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa

· Mengoreksi sesegera mungkin pekerjaan siswa dan sesegera mungkin memberitahukan hasilnya
kepada siswa

· Memberikan pujian verbal atau non-verbal terhadap siswa yang memberikan respons terhadap
pertanyaan yang diberikan

· Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari siswa

2. Keaktifan

Peran guru mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran
guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada (Sten, 1988: 224). Hal ini berarti
pula bahwa kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa untuk aktif mencari,
memperoleh, dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri
siswa, maka guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

· Menggunakan multimetode dan multimedia

· Memberikan tugas secara individual dan kelompok

· Memberikan kesempatan pada siswa melaksanakan eksperimen dalam kelompok kecil (beranggota
tidak lebih dari 3 orang)

· Memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yangkurang jelas

· Mengadakan tanya jawab dan diskusi

3. Keterlibatan langsung/berpengalaman
Perlu diingat bahwa keterlibatan langsung secara fisik tidak menjamin keefektifan belajar. Untuk dapat
melibatkan siswa secara fisik, mental emosional, dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka
guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mempertimbangkan
karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip keterlibatan
langsung/berpengalaman diantaranya adalah:

· Merancang kegiatan pembelajaran yang lebih banyak pada pembelajaran individual dan kelompok
kecil

· Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi

· Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa

· Memberikan tugas kepada siswa untuk mempraktekkan gerakan psikomotorik yang dicontohkan

· Melibatkan siswa mencari informasi/pesan dari sumber informasi di luar kelas atau luar sekolah

· Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran

Implikasi lain dari keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan guru untuk
bertindak sebagai manager/pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan, membimbing,
dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

4. Pengulangan

Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilihkan antara kegiatan pembelajaran yang
berisi pesan yang menumbuhkan pengulangan dengan yang tidak membutuhkan pengulangan.
Pengulangan terutama dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang harus dihafalkan secara tetap
tanpa ada kesalahan sedikit pun. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan
diantaranya adalah:

· Merancang pelaksanaan pengulangan

· Mengembangkan/merumuskan soal-soal latihan

· Mengembangkan petunjuk kegiatan psikomotorik yang harus diulang

· Mengembangkan alat evaluasi kegiatan pengulangan,

· Membuat kegiatan pengulangan yang bervariasi

5. Tantangan

Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan,
dan alat pembelajaran yang dipilih untuk kegiatan pembelajaran. Perilaku guru yang merupakan
implikasi prinsip tantangan diantaranya adalah:
· Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukannya secara individual atau dalam kelompok kecil (3-4 orang)

· Memberikan tugas pada siswa memecahkan masalah yang memebutuhkan informasi dari orang lain
di luar sekolah sebagai sumber informasi

· Menugaskan kepada siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang selesai disajikan

· Mengembangkan bahan pembelajaran (teks, hand out, modul, dsb) yang memperhatikan kebutuhan
siswa untuk mendapatkan tantangan didalamnya, sehingga tidak harus semua pesan pembelajaran
disajikan secara detail tanpa memberikan kesempatan siswa mencari dari sumber lain

· Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri

· Guru merancang dan mengelola kegiatan diskusi untuk menyelenggarakan masalah-masalah yang
disajikan dalam topik diskusi

6. Balikan dan penguatan

Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tertulis, baik secara individual, ataupun kelompok klasikal.
Agar balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:

· Memberitahukan jawaban yang benar setiap kali mengajukan pertanyaan yang telah dijawab siswa
secara benar ataupun salah

· Mengoreksi pembahasan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah
ditentukan

· Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja siswa (berupa makalah, laporan, kliping pekerjaan
rumah), berdasarkan hasil koreksi guru terhadap hasil jerja pembelajaran

· Membagikan lembar kerja tes pelajaran yang telah dikoreksi oleh guru, disertai skor dan catatan-
catatan bagi pelajar

· Mengumumkan atau menginformasikan peringkat yang diraih oleh siswa berdasarkan skor yang
dicapai dalam tes

· Memberikan angkutan atau acungan jempol atau isyarat lain kepada siswa yang menjawab dengan
benar pertanyaan yang disajikan guru

· Memberikan hadiah/ganjaran kepada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas

7. Perbedaan individual

Guru sebagai penyelenggara kegiatan pembelajaran dituntut untuk memberikan perhatian kepada
semua keunikan yang melekat pada setiap siswa. Konsekuensi logis adanya hal ini, guru harus mampu
melayani setiap siswa sesuai karakteristik mereka orang per orang. Implikasi prinsip perbedaan individual
bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:

· Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai
karakteristiknya

· Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyajikan pesan pembelajaran

· Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perlakuan pembelajaran yang tepat
bagi siswa yang berangkutan

· Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan

Contoh identifikasi prinsip-prinsip belajar yang tampak pada kegiatan guru dalam deskripsi kegiatan
gurru dari suatu kegiatan pembelajaran di SD.

Contoh: Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran di SD

I. Identitas

Bidang Studi : Ilmu Pengetahuan Alam

Sub-Bidang Studi : Fisika

Pokok Bahasan : Cahaya

Sub-Pokok Bahasan : Sifat-sifat cahaya

Kelas/Semester : V/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

II. Identifikasi Implikasi Prinsip-Prinsip Belajar bagi Guru

NO.

Deskripsi Kegiatan

Prinsip Belajar Menampak

Pembelajaran

Siswa
1.

2.

3.

4.

1.

Disediakan benda-benda berupa kardus, lilin, korek api, pensil, gelas, air, dan senter. Diberikan juga
lembar kegiatan yang berisi petunjuk kegiatan yang harus dilaksanakan oleh pelajar.

Menyediakan benda-benda yang dibutuhkan dan menugaskan kepada siswa melaksanakan kegiatan
sesuai dengan lembar kegiatan

Perhatian, keaktifan dan tantangan

Mengawasi kegiatan yang dilaksanakan siswa dan membantu bila diperlukan.

2.

Diberikan kesempatan kepada siswa mengamati cahaya dan melaporkan hasilnya di depan kelas untuk
disimpulkan bersama mengenai sifat-sifat cahaya.

Mengarahkan dan membimbing pengamatan dan memberikan balikan hasil kegiatan untuk
mengarahkan keseimbangan mengenai sifat-sifat cahaya.

Pengulangan, balikan dan pe-nguatan, perbedaan individual, keterlibatan langsung.

3.

Didemonstrasikan suatu alat peraga untuk membuktikan bahwa cahaya merambat lurus, cahaya
menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan.

Menugaskan pada seorang siswa mendemonstrasikan alat peraga untuk membuktikan bahwa cahaya
merambat lurus, cahaya menembus benda bening, dan cahaya dapat dibiaskan. Selama demonstrasi,
guru membimbing siswa yang melakukan demonstrasi.

Keaktifan, keterlibatan langsung

4.

Dijelaskan mengenai sifat-sifat cahaya.

Menjelaskan sifat-sifat cahaya.

Perhatian dan perbedaan individual.


5.

Dilakukan perangkuman dan penyimpulan pokok-pokok isi pelajaran sampai dengan sifat-sifat cahaya

Mengarahkan rangkuman dan kesimpulan pokok-pokok isi pelajaran sampai dengan sifat-sifat cahaya,
dengan cara mengajukan pertanyaan kepada pelajar.

Perhatian dan perbedaan individual.

6.

Dilakukan tanya jawab mengenai sifat-sifat cahaya.

Memberikan kesempatan kepada siswa menanyakan hal-hal yang kurang jelas mengenai sifat-sifat
cahaya.

Keaktifan dan keterlibatan langsung, balikan dan penguatan.

25.

Dilancarkan penilaian hasil belajar.

Memberikan tes disertai petunjuk pengerjaan dan diberitahukan tujuan pelaksanaan penilaian.

Keaktifan, tantangan, balikan dan penguatan, perhatian dan motivasi, perbedaan individual.

26.

Dibahas soal-soal tes yang baru dikerjakan

Membahas soal-soal tes bersama-sama siswa dan memberitahukan kesalahan umum.

Balikan dan penguatan, keaktifan, keterlibatan langsung.

2.3 Asas-Asas Pembelajaran

Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program
pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:

1. Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi
anak (best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and
to develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak
(respect for the opinions of children).

2. Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.

3. Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.


4. Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

5. Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan
pertanyaan, dan membahasnya dengan orang lain.

6. Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya
dengar dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, dan pertanyakan atau diskusikan dengan
orang lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan
pengetahuan dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

7. John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a)
mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya
dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan
lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g)
menyebuitkan lawan atau kebalikannya.

8. Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c) sumber belajar
(sumber belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e)
guru, (f) strategi pembelajaran, (g) hasil (bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan
(apakah siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam
lingkungan yang bagaimana siswa belajar).

9. Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman
nyata, (c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f)
pengetahuan bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i)
siswa praktik, bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran, (l)
pembentukan manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar
diukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.

10. Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi
lebih kuat.

11. Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi
dengan orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.

12. Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita
ketahui dan dengan cara kita berpikir.

13. Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)

14. Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama)
merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Para ahli telah menemukan teori-teori dan prinsip-prinsip belajar yang penting berkenaan dengan
perhatian dan motivasi belajar siswa, keaktifan belajar, keterlibatan dalam belajar, pengulangan belajar,
tantangan semangat belajar, pemberian balikan dan penguatan belajar, dan adanya perbedaan individual
dalam perilaku belajar. Perhatian dapat memperkuat kegiatan belajar, menggiatkan perilaku untuk
mencapai sasaran belajar. Perhatian berhubungan dengan motivasi sebagai tenaga penggerak belajar.
Motivasi belajar dapat bersifat internal atau eksternal, maupun intrinstik atau ekstrinsik. Kondisi
perhatian dan motivasi pebelajar tersebut mempengaruhi rekayasa acara pembelajaran siswa.

Para ahli memandang bahwa siswa adalah seorang individu yang aktif. Oleh karena itu, peran guru bukan
sebagai satu-satunya pembelajar, tetapi sekadar pembimbing, fasilitator dan pengarah. Belajar memang
bersifat individual, oleh karena itu belajar berarti suatu keterlibatan langsung atau pemerolehan
pengalaman individual yang unik. Belajar juga tidak terjadi sekaligus tetapi akan berlangsung penuh
pengulangan berkali-kali, bersinambungan tanpa henti. Belajar yang berarti terjadi bila bahan belajar
tersebut menantang siswa. Hasil belajar akan terpengaruh oleh karakteristik psikis kepribadian dan sifat-
sifat individual pebelajaran. Dalam program pembelajaran guru perlu berpegang bahwa pebelajar adalah
“primus motor” dalam belajar.

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati, Dr dan Drs. Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajara. Cetakan ke-2 Jakarta: PT. Rineka Cipta.
http://www.nizwaayuni.blogspot.com. Makalah Belajar dan Prinsip Belajar, diakses tanggal 26 Februari
2016.

http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran.pdf, diakses tanggal 25


Februari 2016.

Eka Novitasari di 01.52

Berbagi

1 komentar:

Novita Sari19 Oktober 2018 20.15

min saya izin copy paste ya...

untuk tugas ...

terimakasih.

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

Foto saya

Eka Novitasari
Lihat profil lengkapku

sopian04

MAKALAHASAS, PRINSIP, DAN PENERAPANNYA TENTANG BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

sopian nursidik

3 years ago

Advertisements

MAKALAH

ASAS, PRINSIP, DAN PENERAPANNYA TENTANG BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran

Dosen pengampu: Mohamad Jaenudin,M.Ag,M.Pd

Disusun oleh:

Sri Lestari: 1152090110

Siti Rohmah:1152090108

Witri Andriani: 1152090119

Yapidah Umamah: 1152090


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG

2016/2017

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan kasih karunia-Nya,
sehingga penyusunan makalah dengan judul “Asas, prinsip dan cara penerapannya belajar dan
pembelajaran” akhirnya dapat terselesaikan dengan baik. Kami berharap dari isi makalah ini dapat
dijadikan suatu pedoman para mahasiswa untuk mengetahui cara mengajar, sehingga pesan/materi
pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.

Penyusunan makalah inipun dikerjakan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Mohamad
Jaenudin,M,Ag,M.Pd Dosen mata kuliah Belajar dan Pembelajaran.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penyusunan makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.

Bandung, 27 September 2016

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi
Bab I Pendahuluan

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan

Bab II Pembahasan

Pengertian Belajar dan Pembelajaran

Asas Belajar dan Pembelajaran

Prinsip

Prinsip Kesiapan (Readines)

Prinsip Motivasi (Motivation)

Prinsip Persepsi

Prinsip Tujuan
Prinsip Perbedaan Individual

Prinsip Transfer dan Retensi

Prinsip Belajar Kognitif

Prinsip Belajar Afektif

Prinsip Belajar Psikomotor

Prinsip Evaluasi

Implikasi

Bab III Simpulan

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ada berbagai rumusan yang dikemukakan orang dalam upaya menjawab pertanyaan dengan melihat
pendidikan dari salah satu aspek kehidupan tertentu atau kacamata disiplin keilmuan tertentu. Misalnya
pandangan sosiologik melihat pendidikan dari aspek sosial antara lain mengartikan bahwa “Pendidikan
adalah sebagai usaha mentransformasikan pengetahuan dari generasi ke generasi” (Ishak, 2005:27).
Pandangan lain di lihat dari aspek budaya menyebutkan bahwa pedidikan itu adalah sebagai usaha
pemindahan pengetahuan dan nilai – nilai kepada generasi berikutnya. Sedangkan pandangan Psikologik
melihat pendidikan dari aspek tingkah laku individu, antara lain mengartikan pendidikan sebagai
perkembangan kapasitas individu secara optimal. Pandangan dari sudut ekonomi antara lain melihat
bahwa pendidikan itu adalah sebagai usaha penanaman modal insan (Human Investmen), dan yang
terakhir dilihat dari sudut pandang politik antara lain melihatnya sebagai pembinaan usaha kader
bangsa.

Dari uraian diatas kita dapat menarik benang merahnya bahwa pendidikan itu adalah suatu kebutuhan
yang akan menjamin kelangsungan hidup bagi setiap manusia. Hal ini telah terbukti dengan adanya
proses dari pendidikan itu sendiri dimana pada masa sekarang ini, seseorang yang berpendidikan akan
memegang peranan penting dalam setiap aspek kehidupan dalam masyarakat.

Dan untuk mendukung hal tersebut tentunya diperlukan metode-metode ataupun cara-cara yang akan
membuat peserta didik mampu menyerap dan memahami materi apa yang akan kita sampaikan yang
nantinya kapasitas kita tentu saja akan menjadi seorang pendidik. Selain dengan metode atau cara-cara
yang efektif kita juga harus mampu memahami peserta didik secara personal maupun secara kelompok.
Dalam makalah yang akan kami paparkan kali ini yaitu menganai Asas, Prinsip, dan penerapannya
tentang belajar dan pembelajaran yang nantinya akan membantu seorang pendidik untuk lebih
memahami dan lebih mengenal peserta didiknya.

Rumusan Masalah

Sesuai dengan apa yang kita sampaikan sebelumnya bahwa makalah ini akan membahas tentang Asas,
Prinsip, dan penerapannya tentang belajar dan pembelajaran, maka yang akan menjadi rumusan
masalahnya kali ini yaitu :

Apa yang dimaksud dengan Belajar dan Pembelajaran ?

Apa saja yang menjadi Asas dalam Belajar dan Pembelajaran yang akan memotivasi siswa dalam Proses
Belajar di Kelas ?
Apa saja yang menjadi Prinsip dalam Belajar dan Pembelajaran ?

Bagaimana implikasi dari Prinsip-prinsip Belajar dan Mengajar?

Tujuan

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam makalah ini adalah agar para pendidik mampu dan mengerti
akan tugasnya sebagai seorang pendidik yang baik dalam menyampaikan materi-materi ataupun bahan-
bahan yang akan di transformasikan kepada siswanya dengan memperhatikan beberapa prinsip yang
akan membantu dalam proses belajar mengajar dan bagaimana cara menciptakan suasana kelas yang
sesungguhnya dan yang di inginkan oleh siswa agar dalam prosesnya dapat berjalan dengan lancar dan
sesuai dengan target yang akan dicapai.BAB IIPEMBAHASAN

PENGERTIAN BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Belajar Merupakan Tindakan dan Perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi karena siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang
dipelajari oleh siswa adalah keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-
hal yang akan dijadikan bahan belajar.

Belajar adalah proses mencari, memahami, menganalisis suatu keadaan sehingga terjadi perubahan
perilaku, dan perubahan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai hasil belajar jika disebabkan oleh karena
pertumbuhan atau keadaan sementara. (Syaifuddin Iskandar : 2008 : 1.

Sedangkan pembelajaran/ instruksional adalah usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga


memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan
menggunakan berbagai media dan sumber belajar tertentu yang akan mendukung pembelajaran itu
nantinya.
ASAS BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Ada 14 asas pembelajaran yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pengembangkan program
pembelajaran inovatif. Keempat belas asas tersebut adalah:

Lima prinsip dasar dalam pemenuhan hak anak: (a) non-diskriminasi, (b) kepentingan terbaik bagi anak
(best interests of the child), (c) hak untuk hidup dan berkembang (right to life, continuity of life and to
develop), (d) hak atas perlindungan (right to protection), (e) penghargaan terhadap pendapat anak
(respect for the opinions of children).

Belajar bukanlah konsekuensi otomatis dari penuangan informasi ke dalam benak siswa.

Belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja siswa sendiri.

Yang bisa membuahkan hasil belajar yang langgeng hanyalah kegiatan belajar aktif.

Untuk bisa mempelajari sesuatu dengan baik, kita perlu mendengar, melihat, mengajukan pertanyaan,
dan membahasnya dengan orang lain.

Aktivitas pembelajaran pada diri siswa bercirikan: (a) yang saya dengar, saya lupa; (b) yang saya dengar
dan lihat, saya sedikit ingat; (c) yang saya dengar, lihat, danpertanyakan atau diskusikan dengan orang
lain, saya mulai pahami; (d) yang saya dengar, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan
dan keterampilan; dan (e) yang saya ajarkan kepada orang lain, saya kuasai.

John Holt (1967) proses belajar akan meningkat jika siswa diminta untuk melakukan hal-hal: (a)
mengemukakan kembali informasi dengan kata-kata sendiri, (b) memberikan contoh, (c) mengenalinya
dalam bermacam bentuk dan situasi, (d) melihat kaitan antara informasi itu dengan fakta atau gagasan
lain, (e) menggunakannya dengan beragam cara, (f) memprediksikan sejumlah konsekuensinya, (g)
menyebuitkan lawan atau kebalikannya.
Ada 9 konteks yang melingkupi siswa dalam belajar: (a) tujuan, (b) isi materi, (c)sumber belajar (sumber
belajar bagaimanakah yang dapat dimanfaatkan), (d) target siswa (siapa yang akan belajar), (e) guru, (f)
strategi pembelajaran, (g) hasil(bagaimana hasil pembelajaran akan diukur), (h) kematangan (apakah
siswa telah siap dengan hadirnya sebuah konsep atau pengetahuan), (i) lingkungan (dalam lingkungan
yang bagaimana siswa belajar).

Kata kunci pembelajaran agar bermakna: (a) real-world learning, (b) mengutamakan pengalaman nyata,
(c) berpikir tingkat tinggi, (d) berpusat pada siswa, (e) siswa aktif, kritis, dan kreatif, (f) pengetahuan
bermakna dalam kehidupan, (g) dekat dengan kehidupan nyata, (h) perubahan perilaku, (i) siswa praktik,
bukan menghafal, (j) learning, bukan teaching, (k) pendidikan bukan pengajaran, (l) pembentukan
manusia, (m) memecahkan masalah, (n) siswa acting, guru mengarahkan, (o) hasil belajar diukur dengan
berbagai cara bukan hanya dengan tes.

Pembelajaran yang memperhatikan dimensi auditori dan visual, pesan yang diberikan akan menjadi lebih
kuat.

Otak tidak sekadar menerima informasi, tetapi juga mengolahnya melalui membahas informasi dengan
orang lain dan juga mengajukan pertanyaan tentang hal yang dibahas.

Otak kita perlu mengaitkan antara apa yang diajarkan kepada kita dengan apa yang telah kita ketahui dan
dengan cara kita berpikir.

Proses belajar harus mengakomodasi tipe-tipe belajar siswa (auditori, visual, kinestetik)

Resiprositas (kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk bekerja sama)
merupakan sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan untuk menstimulasi kegiatan belajar.

PRINSIP
Sebenarnya, prinsip-prinsip yang dimaksud dapat kita jumpai dalam berbagai sumber kepustakaan
psikologi. Namun untuk mudahnya, dalam pembahasan ini akan dikemukakan prinsip-prinsip belajar
yang diintisarikan oleh Rothwal (1961) sebagai berikut:

1. Prinsip Kesiapan (Readiness)

Proses belajar dipengaruhi kesiapan murid, yang dimaksud dengan kesiapan atau readiness ialah kondisi
individu yang memungkinkan ia dapat belajar. Berkenaan dengan hal itu terdapat berbagai macam taraf
kesiapan belajar untuk suatu tugas khusus. Seseorang siswa yang belum siap untuk melaksanakan suatu
tugas dalam belajar akan mengalami kesulitan atau malah putus asa. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang pengalaman, hasil belajar yang baku,
motivasi, persepsi dan faktor-faktor lain yang memungkinkan seseorang dapat belajar.

Berdasarkan dengan prinsip kesiapan ini dapat dikemukakan hal-hal sebagai berikut:

1. Seorang individu akan dapat belajar dengan sebaik-baiknya bila tugas-tugas yang diberikan kepadanya
erat hubungannya dengan kemampuan, minat dan latar belakangnya.

2. Kesiapan untuk belajar harus dikaji bahkan diduga. Hal ini mengandung arti bila seseorang guru ingin
mendapat gambaran kesiapan muridnya untuk mempelajari sesuatu, ia harus melakukan pengetesan
kesiapan.

3. Jika seseorang individu kurang memiliki kesiapan untuk sesuatu tugas, kemudian tugas itu seyogianya
ditunda sampai dapat dikembangkannya kesiapan itu atau guru sengaja menata tugas itu sesuai dengan
kesiapan siswa.

4. Kesiapan untuk belajar mencerminkan jenis dan taraf kesiapan, misalnya dua orang siswa yang
memiliki kecerdasan yang sama mungkin amat berbeda dalam pola kemampuan mentalnya.

5. Bahan-bahan, kegiatan dan tugas seyogianya divariasikan sesuai dengan faktor kesiapan kognitif,
afektif dan psikomotor dari berbagai individu.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)

Tujuan dalam belajar diperlukan untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari
pelajar untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara
alami anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajagan dalam lingkungannya. Rasa ingin
tahu ini seyogianya didorong dan bukan dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua
anak.

Berkenaan dengan motivasi ini ada beberapa prinsip yang seyogianya kita perhatikan.

Individu bukan hanya didorong oleh kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan biologi, soaial dan
emosional. Tetapi disamping itu ia dapat diberi dorongan untuk mencapai sesuatu yang lebih dari yang
dimiliki saat ini.

Pengetahuan tentang kemajuan yang dicapai dalam memenuhi tujuan mendorong terjadinya
peningkatan usaha. Pengalaman tentang kegagalan yang tidak merusak citra diri siswa dapat
memperkuat kemampuan memelihara kesungguhannya dalam belajar.

Dorongan yang mengatur perilaku tidak selalu jelas bagi para siswa. Contohnya seorang murid yang
mengharapkan bantuan dari gurunya bisa berubah lebih dari itu, karena kebutuhan emosi terpenuhi
daripada karena keinginan untuk mencapai seauatu.

Motivasi dipengaruhi oleh unsur-unsur kepribadian seperti rasa rendah diri, atau keyakinan diri. Seorang
anak yang temasuk pandai atau kurang juga bisa menghadapi masalah.

Rasa aman dan keberhasilan dalam mencapai tujuan cenderung meningkatkan motivasi belajar.
Kegagalan dapat meningkatkan atau menurunkan motivasi tergantung pada berbagai faktor. Tidak bisa
setiap siswa diberi dorongan yang sama untuk melakukan sesuatu.
Motivasi bertambah bila para pelajar memiliki alasan untuk percaya bahwa sebagian besar dari
kebutuhannya dapat dipenuhi.

Kajian dan penguatan guru, orang tua dan teman seusia berpengaruh terhadap motivasi dan perilaku.

Insentif dan hadiah material kadang-kadang berguna dalam situasi kelas, memang ada bahayanya bila
anak bekerja karena ingin mendapat hadiah dan bukan karena ingin belajar.

Kompetisi dan insentif bisa efektif dalam memberi motivasi, tapi bila kesempatan untuk menang begitu
kecil kompetisi dapat mengurangi motivasi dalam mencapai tujuan.

Sikap yang baik untuk belajar dapat dicapai oleh kebanyakan individu dalam suasana belajar yang
memuaskan.

Proses belajar dan kegiatan yang dikaitkan kepada minat pelajar saat itu dapat mempertinggi motivasi.

3. Prinsip Persepsi

“ Seseorang cenderung untuk percaya sesuai dengan bagaimana ia memahami situasi”. Persepsi adalah
interpretasi tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya sendiri yang
berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku individu. Seseorang guru akan dapat
memahami murid-muridnya lebih baik bila ia peka terhadap bagaimana cara seseorang melihat suatu
situasi tertentu.

Berkenaan dengan persepsi ini ada beberapa hal-hal penting yang harus kita perhatikan:

1. Setiap pelajar melihat dunia berbeda satu dari yang lainnya karena setiap pelajar memiliki lingkungan
yang berbeda. Semua siswa tidak dapat melihat lingkungan yang sama dengan cara yang sama.
2. Seseorang menafsirkan lingkungan sesuai dengan tujuan, sikap, alasan, pengalaman, kesehatan,
perasaan dan kemampuannya.

3. Cara bagaimana seseorang melihat dirinya berpengaruh terhadap perilakunya. Dalam sesuatu situais
seorang pelajar cenderung bertindak sesuai dengan cara ia melihat dirinya sendiri..

4. Para pelajar dapat dibantu dengan cara memberi kesempatan menilai dirinya sendiri. Guru dapat
menjadi contoh hidup. Perilaku yang baik bergantung pada persepsi yang cermat dan nyata mengenai
suatu situasi. Guru dan pihak lain dapat membantu pelajar menilai persepsinya.

5. Persepsi dapat berlanjut dengan memberi para pelajar pandangan bagaimana hal itu dapat dilihat 6.
Kecermatan persepsi harus sering dicek. Diskusi kelompok dapat dijadikan sarana untuk mengklasifikasi
persepsi mereka.

7. Tingkat perkembangan dan pertumbuhan para pelajar akan mempengaruhi pandangannya terhadap
dirinya.

4. Prinsip Tujuan

“ Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses belajar
terjadi”. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang dan mengenai tujuan ini ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan:

1. Tujuan seyogianya mewadahi kemampuan yang harus dicapai.

2. Dalam menetapkan tujuan seyogianya mempertimbangkan kebutuhan individu dan masyarakat

3. Pelajar akan dapat menerima tujuan yang dirasakan akan dapat memenuhi kebutuhannya.
4. Tujuan guru dan murid seyogianya sesuai

5. Aturan-aturan atau ukuran-ukuran yang ditetapkan oleh masyarakat dan pemerintah biasanya akan
mempengaruhi perilaku.

6. Tingkat keterlibatan pelajar secara aktif mempengaruhi tujuan yang dicanangkannya dan yang dapat ia
capai.

7. Perasaan pelajar mengenai manfaat dan kemampuannya dapat mempengaruhi perilaku. Jika ia gagal
mencapai tujuan ia akan merasa rendah diri atau prestasinya menurun.

8. Tujuan harus ditetapkan dalam rangka memenuhi tujuan yang nampak untuk para pelajar. Karena guru
harus dapat merumuskan tujuan dengan jelas dan dapat diterima para pelajar.

5. Prinsip Perbedaan Individual

“Proses belajar bercorak ragam bagi setiap orang”

Proses pengajaran seyogianya memperhatikan perbedaan indiviadual dalam kelas sehingga dapat
memberi kemudahan pencapaian tujuan belajar yang setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkatan sasaran akan gagal memenuhi kebutuhan seluruh siswa. Karena itu
seorang guru perlu memperhatikan latar belakang, emosi, dorongan dan kemampuan individu dan
menyesuaikan materi pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada aspek-aspek tersebut.

Berkenaan dengan perbedaan individual ada beberapa hal yang perlu diingat:

Para pelajar harus dapat dibantu dalam memahami kekuatan dan kelemahan dirinya dan selanjutnya
mendapat perlakuan dan pelayanan kegiatan, tugas belajar dan pemenuhan kebutuhan yang berbeda-
beda.
Para pelajar perlu mengenal potensinya dan seyogianya dibantu untuk merenncanakan dan
melaksanakan kegiatannya sendiri.

Para pelajar membutuhkan variasi tugas, bahan dan metode yang sesuai dengan tujuan , minat dan
latarbelakangnya.

Pelajar cenderung memilih pengalaman belajar yang sesuai dengan pengalamannya masa lampau yang
ia rasakan bermakna untuknya. Setiap pelajar biasanya memberi respon yang berbeda-beda karena
memang setiap orang memiliki persepsi yang berbeda mengenai pengalamannya.

Kesempatan-kesempatan yang tersedia untuk belajar lebih diperkuat bila individu tidak merasa terancam
lingkungannya, sehingga ia merasa merdeka untuk turut ambil bagian secara aktif dalam kegiatan belajar.
Manakala para pelajar memiliki kemerdekaan untuk berpikir dan berbuat sebagai individu, upaya untuk
memecahkan masalah motivasi dan kreativitas akan lebih meningkat.

Pelajar yang didorong untuk mengembangkan kekuatannya akan mau belajar lebih giat dan sungguh-
sungguh. Tetapi sebaliknya bila kelemahannya yang lebih ditekankan maka ia akan menunjukkan
ketidakpuasannya terhadap belajar.

6. Prinsip Transfer dan Retensi

“Belajar dianggap bermanfaat bila seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam
situasi baru”.

Apa pun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam situasi yang lain.
Prosesa tersebut dikenal dengan proses transfer, kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil
belajar disebut retensi. Bahan-bahan yang dipelajari dan diserap dapat digunakan oleh para pelajar
dalam situasi baru.

Berkenaan dengan proses transfer dan retensi ada beberapa prinsip yang harus kita ingat.
Tujuan belajar dan daya ingat dapat memperkuat retensi. Usaha yang aktif untuk mengingat atau
menugaskan sesuatu latuhan untuk dipelajari dapat meningkatkan retensi.

Bahan yang bermakna bagi pelajar dapat diserap lebih baik.

Retensi seseorang dipengaruhi oleh kondisi fisik dan psikis dimana proses belajar itu terjadi. Karena itu
latihan seyogianya dilakukan dalam suasana yang nyata.

Latihan yang terbagi-bagi memungkinkan retensi yang baik. Suasana belajar yang dibagi ke dalam unit-
unit kecil waktu dapat menghasilkan proses belajar dengan retensi yang lebih baik daripada proses
belajar yang berkepanjangan. Waktu belajar dapat ditentukan oleh struktur-struktur logis dari materi dan
kebutuhan para pelajar.

Penelaahan bahan-bahan yang faktual, keterampilan dan konsep dapat meningkatkan retensi dan nilai
transfer.

Proses belajar cenderung terjadi bila kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat memberikan hasil yang
memuaskan.

Sikap pribadi, perasaan atau suasana emosi para pelajar dapat menghasilkan proses pelupaan hal-hal
tertentu. Karena itu bahan-bahan yang tidak disepakati tidak akan dapat diserap sebaik bahan-bahan
yang menyenangkan.

Proses saling mempengaruhi dalam belajar akan terjadi bila bahan baru yang sama dipelajari mengikuti
bahan yang lalu. Kemungkinan lupa terhadap bahan yang lama dapat terjadi bila bahan baru yang sama
yang dituntut.

Pengetahuan tentang konsep, prinsip dan generalisasi dapat diserap dengan baik dan dapat diterapkan
lebih berhasil dengan cara menghubung-hubungkan penerapan prinsip yang dipelajari dan dengan
memberikan illustrasi unsur-unsur yang serupa.
Transfer hasil belajar dalam situasi baru dapat lebih mendapat kemudahan bila hubungan-hubungan
yang bermanfaat dalam situasi yang khas dan dalam situasi yang agak sama dibuat.

Tahap akhir proses seyogyanya memasukkan usaha untuk menarik generalisasi, yang pada gilirannya
nanti dapat lebih memperkuat retensi dan transfer.

7. Prinsip Belajar Kognitif

“Belajar kognitif melibatkan proses pengenalan dan atau penemuan”.

Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah, dan
keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru, berpikir, menalar,
menilai dan berimajinasi merupakan aktivitas mental yang berkaitan dengan proses belajar kognitif.
Proses belajar itu dapat terjadi pada berbagai tingkat kesukaran dan menuntut berbagai aktivitas mental.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar kognitif.

1. Perhatian harus dipusatkan kepada aspek-aspek lingkungan yang relevan sebelum proses-proses
belajar kognitif terjadi. Dalam hubungan ini pelajar perlu mengarahkan perhatian yang penuh agar
proses belajar kognitif benar-benar terjadi.

2. Hasil belajar kognitif akan bercariasi sesuai dengan taraf dan jenis perbedaan individual yang ada.

3. Bentuk-bentuk kesiapan perbendaharaan kata, kemampuan membaca, kecakapan dan pengalaman


berpengaruh langsung terhadap proses belajar kognitif.

4. Pengalaman belajar harus diorganisasikan ke dalam satuan-satauan atau unit-unit yang sesuai.
5. Bila menyajikan konsep, kebermaknaan dari konsep amatlah penting . Perilaku mencari, penerapan,
pendefinisian resmi dan penilaian sangat diperlukan untuk menguji bahwa suatu konsep benar-benar
bermakna.

6. Dalam pemecahan masalah para pelajar harus dibantu untuk mendefinisikan dan membatasi lingkup
masalah, menemukan informasi yang sesuai, menafsirkan dan menganalisis masalah dan memungkinkan
berpikir menyebar (divergent thinking).

7. Perhatian terhadap proses mental yang lebih daripada terhadap hasil kognitif dan afektif akan lebih
memungkinkan terjadimya proses pemecahan masalah, analisis, sintesis dan penalaran.

8. Prinsip Belajar Afektif

“ Proses belajar afektif seseorang menentukn bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman
baru”.

Belajar afektif mencakup nilai emosi, dorongan, minat dan sikap. Dalam banyak hal pelajar mungkin tidak
menyadari belajar afektif. Sesungguhnya proses belajar afektif meliputi dasar yang asli untuk dan
merupakan bentuk dari sikap, emosi dorongan, minat dan sikap individu.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut diatas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses
belajar afektif.

Hampir semua aspek kehidupan mengandung aspek afektif.

Hal bagaimana para pelajar menyesuaikan diri dan memberi reaksi terhadap situasi akan memberi
dampak dan pengaruh terhadap proses belajar afektif.
Suatu waktu, nilai-nilai yang penting yang diperoleh pada masa kanak-kanak akan melekat sepanjang
hayat. Nilai, sikap dan perasaan yang tidak berubah akan tetap melekat pada keseluruhan proses
perkembangan.

Sikap dan nilai sering diperoleh melalui proses identifikasi dari orang lain dan bukan hasil dari belajar
langsung.

Sikap lebih mudah dibentuk karena pengalaman yang menyenangkan.

Nilai-nilai yang ada pada diri individu dipengaruhi oleh standar perilaku kelompok.

Proses belajar di sekolah dan kesehatan mental memiliki hubungan yang erat. Pelajar yang memiliki
kesehatan mental yang baik akan dapat belajar lebih mudah daripada yang memiliki masalah.

Belajar afektif dapat dikembangkan atau diubah melalui interaksi guru dengan kelas.

Pelajar dapat dibantu agar lebih matang dengan cara membantu mereka mengenal dan memahami
sikap, peranan dan emosi. Penghargaan terhadap sikap, perasaan dan frustasi sangat perlu untuk
membantu pelajar memperoleh pengertian diri dan kematangannya.

9. Proses Belajar Psikomotor

Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas


ragawinya.

Belajar psikomotor mengandung aspek mental dan fisik. Berkenaan dengan hal itu ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan.

Didalam tugas suatu kelompok akan menunjukkan variasi dalam kemampuan dasar psikomotor.
Perkembangan psikomotor anak tertentu terjadi tidak beraturan.

Struktur ragawi dan sistem syaraf individu membantu menentukan taraf penampilan psikomotor.

Melalui bermain dan aktivitas nonformal para pelajar akan memperoleh kemampuan mengontrol
gerakannya lebih baik.

Dengan kematangan fisik dan mental kemampuan pelajar untuk memadukan dan memperhalus
gerakannya akan lebih dapat diperkuat.

Faktor lingkungan memberi pengaruh terhadap bentuk dan cdakupan penampilan psikomotor individu.

Penjelasan yang baik, demonstrasi dan partisipasi aktif pelajar dapat menambah efisiensi belajar
psikomotor.

Latihan yang cukup yang diberi dalam rentan waktu tertentu dapat membantu proses belajar
psikomotor. Latihan yang bermakna seyogianya mencakup semua urutan lengkap aktivitas psikomotor
dan tempo tidak bisa hanya didasarkan pada faktor waktu semata-mata.

Tugas-tugas psikomotor yang terlalu sukar bagi pelajar dapat menimbulkan frustasi (keputusasaan) dan
kelelahan yang lebih cepat.

10. Prinsip Evaluasi

Jenis cakupan dan validitas evaluasi dapat mempengaruhi proses belajar saat ini dan selanjutnya.
Pelaksanaan latihan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian
tujuan. Penilaian individu terhadap proses belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai.
Evaluasi mencakup kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar dan kesiapan untuk
belajar. Individu yang berinteraksi dengan yang lain pada dasarnya ia mengkaji pengalaman belajarnya
dan hal ini pada gilirannya akan dapat meningkatkan kemampuannya untuk menilai pengalamannya.

Berkenaan dengan evaluasi ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.

Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.

Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.

Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar
dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.

Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani
muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai
dirinya.

Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan
penghindaran dan kekerasan akan berkembang.

Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.

Setelah anda membaca dan memahami prinsip-prinsip yang berkenaan dengan proses belajar dan
pengajaran, cobalah anda kerjakan latihandibawah ini. Denga demikian anda akan dapat memahami dan
menerapkan prinsip-prinsip itu lebih jauh.
Bagaimana anda menerapkan prinsip-prinsip:

1. Kesiapan

2. Motivasi

3. Persepsi

4. Tujuan

5. Perbedaan Individual

6. Transfer dan Retensi

7. Belajar Kognitif

8. Belajar Afektif

9. Belajar Psikomotor

10. Evaluasi

Untuk memeriksa lebih jauh hasil anda bagian ini tidak disediakan kunci jawaban. Oleh karena itu hasil
latihan Anda sebaiknya Anda bandingkan dengan hasil latihan anda. Diskusikanlah dengan kelompok
untuk hal-hal berbeda dalam hasil latihan itu. Dengan mengkaji hasil latihan itu, anda seyogianya selalu
melihat rincian prinsip-prinsip belajar dan pengajaran yang diuraikan sebelumnya. Jika terdapat hal-hal
yang tidak dapat diatasi dalam kelompok, bawalah persoalan tersebut ke dalam pertemuan tutorial.
Yakinlah dalam pertemuan tersebut anda akan dapat memecahkan persoalan tersebut.

Implikasi Prinsip-prinsip Belajar dan Mengajar

implikasi bagi siswa

Siswa sebagai ”primus motor” (motor utama) dalam kegiatan pembelajaran, denganalasan apapun tidak
dapat mengabaikan begitu saja adanya prinsip-prinsip belajar.

Perhatian dan motivasi

Siswa dituntut untuk memberikan perhatian terhadap semua rangsangan yang mengarah ke arah
pencapaian tujuan belajar. Siswa diharapkan selalu melatih inderanya untuk memperhatikan rangsangan
yang muncul dalam proses pembelajaran. Peningkatan/pengembangan minat ini merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi motivasi (Gage dan Berliner, 1984:373).

Implikasi prinsip motivasi bagi siswa adalah disadarinya oleh siswa bahwa motivasi belajar yang ada pada
diri mereka harus dibangkitkan dan mengembangkan secara terus-menerus. Untuk dapat
membangkitkan dan mengembangkan motivasi belajar mereka secara terus-menerus, siswa dapat
melakukannya dengan menentukan/mengetahui tujuan belajar yang hendak dicapai, menanggapai
secara positif pujian/dorongan dari orang lain, menentukan target/sasaran penyelesaian tugas belajar,
dan perilaku sejenis lainnya. Dari contoh-contoh perilaku siswa untuk meningkatkan dan membangkitkan
motivasi belajar, dapat ditandai bahwa perilaku-perilaku tersebut bersifat psikis.

Kereaktifan

Sebagai ”primus motor” dalam kegiatan pembelajaran maupun kegiatan belajar, siswa dituntut untuk
selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah
perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual dan emosional.
Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang
dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil dari suatu reaksi kimia, membuat karya tulis,
membuat kliping, dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi prinsip keaktifan bagi siswa lebih lanjut
menuntut keterlibatan langsung siswa dalam proses pembelajaran.

Keterlibatan langsung/berpengalaman

Hal apapun yang dipelajari siswa, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak ada seorangpun dapat
melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya (Davies, 1987:32). Implikasi prinsip ini dituntut pada para
siswa agar tidak segan-segan mengerjakan segala tugas belajar yang diberikan kepada mereka. Bentuk-
bentuk perilaku yang merupakan implikasi prinsip keterlibatan langsung bagi siswa, misalnya siswa
berdiskusi untuk membuat laporan, siswa melakukan reaksi kimia, dan perilaku sejenisnya. Perilaku
keterlibatan siswa secara langsung dalam kegiatan belajar pembelajaran dapat diharapkan mewujudkan
keaktifan siswa.

Pengulangan

Penguasaan secara penuh dari setiap langkah memungkinkan belajar secara keseluruhan lebih berarti
(Davies, 1987:32). Dari pernyataan inilah pengulangan masih diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Implikasi adanya prinsip pengulangan bagi siswa adalah kesadaran siswa untuk bersedia mengerjakan
latihan-latihan yang berulang untuk satu macam permasalahan. Dengan kesadaran ini, diharapkan siswa
tidak merasa bosan dalam melakukan pengulangan. Bentuk-bentuk perilaku pembelajaran yang
merupakan implikasi prinsip pengulangan unsur-unsur kimia setiap valensi, mengerjakan soal-soal
latihan, menghafal nama-nama latin tumbuhan, atau menghafal tahun-tahun terjadinya peristiwa
sejarah.

Tantangan

Prinsip belajar ini bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk
mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat lebih baik
(Davies, 1987:32). Hal ini berarti siswa selalu menghadapi tantangan untuk memperoleh, memproses
dan mengolah setiap pesan yang ada dalam kegiatan pembelajaran. Implikasi prinsip tantangan bagi
siswa adalah tuntutan dimilikinya kesadaran pada diri siswa akan adanya kebutuhan untuk selalu
memperoleh, memproses dan mengolah pesan. Selain itu, siswa juga harus memiliki keingintahuan yang
besar terhadap segala permasalahan yang dihadapinya. Bentuk-bentuk perilaku siswa yang merupakan
implikasi dari prinsip tantangan ini diantaranya adalah melakukan eksperimen, melaksanakan tugas
terbimbing ataupun mandiri, atau mencari tahu pemecahan suatu masalah.

Balikan dan penguatan

Siswa selalu membutuhkan suatu kepastian dari kegiatan yang dilakukan, apakah benar atau salah?
Dengan demikian siswa akan selalu memiliki pengetahuan tentang hasil (knowledge of result), yang
sekaligus merupakan penguat (reinforce) bagi dirinya sendiri. Seorang siswa belajar lebih banyak
bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement) (Davies, 1987:32). Hal ini timbul
karena kesadaran adanya kebutuhan untuk memperoleh balikan dan sekaligus penguatan bagi setiap
kegiatan yang dilakukannya. Untuk memperoleh balikan penguatan bentuk-bentuk perilaku siswa yang
memungkinkan diantaranya adalah dengan segera mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban,
menerima kenyataan terhadap skor/nilai yang dicapai, atau menerima teguran dari guru/orang tua
karena hasil belajar yang jelek.

Perbedaan individual

Setiap siswa memiliki karakteristik sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan yang lain. Karena hal inilah,
setiap siswa belajar menurut tempo (kecepatan)nya sendiri dan untuk setiap kelompok umur terdapat
variasi kecepatan belajar (Davies, 1987:32). Kesadaran bahwa dirinya berbeda dengan siswa lain akan
membantu siswa menentukan cara belajar dan sasaran belajar bagi dirinya sendiri.

Implikasi bagi guru

Guru sebagai orang kedua dalam kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari adanya prinsip-prinsip
belajar. Guru sebagai penyelenggara dan pengelola kegiatan pembelajaran terimplikasi dari adanya
prinsip-prinsip belajar ini.implikasi prinsip-prinsip belajar bagi guru tertampak pada rencana
pembelajaran maupun pelaksananaan kegiatan pembelajarannya. Implikasi prinsisp-prinsip belajar bagi
guru terwujud dalam prilaku fisik dan pisikis mereka. Kesadaran adanya prinsip-prinsip belajar yang
terwujud dalam prilaku guru, dapat diharapkan adanya peningkatan kualitas pembelajaran yang
terselenggarakan.

Perhatian dan Motivasi


Guru sejak merencanakan kegiatan pembelajarannya sudah memikirkan prilkunya terhadap siswa
sehingga dapat menarik perhatian dan menimbulkan motivasi siswa untuk belajar. Implikasi prinsip
perhatian bagi guru tertampak pada prilaku-prilaku sebagai berikut:

Guru menggunakan metode yang bervariasi

Guru menggunakan media sesuai denga tujuan dan meteri pembelajaran

Guru menggunakan bahasa yang tidak monoton

Guru menggunakan pertanyaan – pertanyaan yang membimbing ( direction question )

Sedangkan implikasi prinsip motivasi bagi guru tertampak pada pada perilaku-prilaku yang diantaranya
adalah:

Memilih bahan ajar sesuai dengan minat siswa.

Menggunakan metode dan teknik mengajar yang disukai siswa.

Mengoreksi dan memberitahukan hasil pekerjaa siswa sesegera mungkin

Memberikan pujian verbal dan non-verbal terhadap siswa.

Memberitahukan nilai guna dari pelajaran yang sedang dipelajari


Perilaku yang merupakan implikasi prinsip perhatian dan motivasi bagi guru dapat tertampak lebih dari
satu perilaku dalam suatu kegiatan pembelajaran.

Keaktifan

Peran guru mengorganisaikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa berarti mengubah peran
guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis, yaitu menjamin bahwa setiap siswa
memperoleh pengetahuan dan keterampilan di dalam kondisi yang ada. Hal ini berarti pula kesempatan
yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif maencari, memperoleh, dan mengelola
perolehan belajar. Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri siswa, maka guru diantaranya
dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

Menggunakan multimetode dan multimedia

Memberikan tugas secara individual dan kelompok

Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bereksperimen dalam kelompok kecil.

Memberikan tugas untuk mencatat bahan ajar yang kurang jelas maupun yang akan di pelajari.

Mengadakan tanya jawab dan diskusi

Keterlibatan Langsung / Pengalaman

Guru harus menyadari bahwa keaktifan membutuhkan keterlibatan langsung siswa damal kegiatan
pembelajaran. Untuk melibatkan siswa secara fisik, mental, emosional,dan intelektual dalam kegiatan
pembelajaran, maka guru guru hendaknya merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
pertimbangan karakteristik siswa dan karakteristik isi pelajaran. Perilaku sebagai implikasi prinsip
keterlibatan langsung/ berpengalaman diantaranya adalah:
Merancang kegiatan pembelajaran pada pembelajaran individual dan kelompok kecil.

Mementingkan eksperimen langsung oleh siswa dibandingkan dengan demonstrasi.

Menggunakan media yang langsung digunakan oleh siswa.

Memberikan tugas kepada siswa untuk memperaktikkan kerakan psikomotor yang dicontohkan.

Melibatkan siswa dalam merangkum atau menyimpulkan informasi pesan pembelajaran.

Implikasi lain dari adanya prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman bagi guru adalah kemampuan
guru untuk bertindak sebagai pengelola kegiatan pembelajaran yang mampu mengarahkan
membimbing, dan mendorong siswa ke arah tujuan pengajaran yang ditetapkan.

Pengulangan

Implikasi prinsip pengulangan bagi guru adalah mampu memilih antara kegiatan pembelajaran dengan
yang tidak membutuhkan pengulangan. Pengulangan dibutuhkan oleh pesan-pesan pembelajaran yang
harus dihafal, selain itu pengulangan juga dibutuhkan terhadap pesan-pesan pembelajaran yang
membutuhkan latihan. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip pengulangan diantaranya adalah:

Merencanakan pelaksanaan pengulangan

Mengembangkan /merumuskan soal-soal latihan

Mengembangkan alat evakuasi kegiatan pengulangan


Membuatkan kegiatan pengulangan yang bervariasi

Tantangan

Apabila guru menginginkan siswa selalu berusaha mencapai tujuan, maka guru harus memberikan
tantangan pada siswa dalam kegiatan pembelajarannya. Tantangan dalam kegiatan pembelajaran dapat
diwujudkan oleh guru melalui bentuk kegiatan, bahan, dan alat pembelajaran yang dipilih untuk
kegiatan pebelajaran. Perilaku guru yang merupakan implikasi prinsip tantangan di antaranya adalah :

Merancang dan mengelola kegiatan eksperimen yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
melakukannya secara individual maupun kelompok kecil

Memberikan tugas kepada siswa memecahkan suatu masalah yang membutuhkan orang lain sebagai
informan.

Menugaskan siswa untuk menyimpulkan isi pelajaran yang telah di sajikan.

Memberikan bahan pelajaran dengan memperhatikan kebutuhan siswa untuk mendapatkan tantangan
didalamnya.

Membimbing siswa untuk menemukan fakta, konsep, prinsip, dan generalisasi sendiri.

Guru merancang dan mengelola kegiatn diskusi siswa.

Balikan dan Penguatan.


Balikan dapat diberikan secara lisan maupun tulisan baik secara individual maupun kelompok. Agar
balikan dan penguatan bermakna bagi siswa, guru hendaknya memperhatikan karakteristik siswa.
Implikasi prinsip balikan dan penguatan bagi guru, terwujud perilaku-perlaku yang diantaranya:

Memberikan jawaban yang benar setiap melakukan pertanyaan setelah siswa mencoba menjawabnya.

Mengoreksi pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa pada waktu yang telah ditentukan.

Memberikan catatan-catatan pada hasil kerja sisw, berdasarkan hasil koreksi guru terhadap pekerjaan
siswa.

Membagikan lembar jawaban test pelajaran yang telah dikoteksi oleh guru disertai penilaian dan catatan
penting lainnya.

Mengumumkan atau mengkonfirmasikan peningkatan yang telah diraih siswa.

Memberikan anggukan atau acungan jempul atau isyarat lainnya kepada siswa yang menjawab
perranyaan dengan benar.

Memberikan imbalan/hadiah kepada siswa yang menyelesaikan tugas dengan baik.

Perbedaan Individu

Setiap guru tentunya harus menyadari bahwa menghadapi banyak siswa di dalam suatu kelas berarti
menghadapi berbagai macam keunikan atau karakteristik. Konsekuensinya adalah guru harus mampu
menghadapi dan melayani setiap siswa dengan karakteristik mereka masing-masing. Implikasi prinsip
perbedaan individual bagi guru berwujud perilaku-perilaku yang diantaranya adalah:
Menentukan penggunaan berbagai metode yang diharapkan dapat melayani kebutuhan siswa sesuai
dengan karakteristiknya.

Merancang pemanfaatan berbagai media dalam menyaksikan pesan pembelajaran.

Mengenali karakteristik setiap siswa sehingga dapat menentukan perilaku pembelajaran yang tepat bagi
siswa yang bersangkutan.

Memberikan remediasi ataupun pertanyaan kepada siswa yang membutuhkan.

BAB II

SIMPULAN

Belajar adalah suatu proses kompleks yang dialami seseorang sebagai sebagai tindakan
peruahan periaku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan pembelajaran adalahsebuah sistem yang
bertujuan untuk membantuproses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang,
disusun sedemilian rupa untuk mempengaruhidan mendukung terjadinya proses belajar siswa.

Dalam proses belajar pembelajaran terdapat asas-asas yang menjadi hukum sebagai kebenaran
hukum. Kegiatan pembelajara dirancang untukmemberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses
mental dan fisik melalui kontraksi para peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber
belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi dasar.

Kegiatan belajar akan berhasil jika peserta didik belajar secara aktif mengalami sendiri proses
belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi peserta didik jika dilakukan dalam
lingkungan yang nyaman dan memberikanrasa aman bagi peserta didik.

Inti sari dari pembelajaran dapat digolongkan menjadi beberapa prinsip sepertiyang dilakukan
oleh Rothwal sepeti prinsip kesiapan, prinsip motivasi, prisip persepsi, prinsip tujun, prinsip pebedaan
individu, prinsip transfer dan retensi, prinsip belajar kognitif, prinsip belajjar efektif, prinsip belajar
psikomotor, dan prinsip evalasi.
Prinsip belajjar merupakan landasan berfikir, landasan berpijak, dan sumber motivasi agar
proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik antara pendidik dan peserta didik. Prinsip ini diadika
sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupun bagi guru dalam upayamencapai hasil
yang diinginkan.

Advertisements

Categories: Tak Berkategori

Leave a Comment

sopian04

Create a free website or blog at WordPress.com.

Back to top

Advertisements

Anda mungkin juga menyukai