Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTEK FARMASI KLINIK

“SKRINING RESEP DI PUSKESMAS SANDABILIK”

OLEH :

Nama : SILMA

NIM : 1704027

PROGRAM STUDI DIII FARMASI TORAJA

AKADEMI FARMASI TORAJA

TANA TORAJA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Profesi apoteker mempunyai tanggung jawab dalam pelayanan kefarmasian untuk
mengoptimalkan terapi guna memperbaiki kualitas hidup pasien.Tetapi masih sering terjadinya
kesalahan pengobatan (medication error) dan obat-obatan yang merugikan dapat berdampak
buruk bagi pasien (Pote S, 2007).
Resep merupakan hal terpenting sebelum pasien menerima obat.Dalam alur pelayanan
resep, apoteker wajib melakukan skrining resep yang meliputi skrining admninstrasi,
kesesuaian farmasetis, dan kesesuian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan
meminimalkan kesalahan pengobatan.Resep harus ditulis dengan jelas untuk menghindari salah
presepsi antara penulis dengan pembaca resep, kegagalan komunikasi dan salah interpretasi
antara dokter dengan apoteker merupakan alah satu faktor kesalahan medikasi (medication
error) yang berakibat fatal bagi pasien (Cohen, 1999).
Aspek admnistrasi resep dipilih karena merupakan skrining awal pada saat resep dilayani
di apotek, skrining admnistrasi perlu dilakukan karena mencakup seluruh informasi di dalam
resep yang berkaitan dengan kejelasaan tulisan obat, keabsahan resep, dan kejelasan informasi
di dalam resep.Akibat terjadinya ketidaklengkapan admnistrasi resep tidak berdampak buruk
bagi pasien, tetapi merupakan tahap skrining awal guna mencegah adanya medication error.
Selain ketidaklengkapan dan kejelasan tulisan ada hal lain yang menyebabkan kesalahan resep
pada saat pembuatan obat racikan.Masih banyak masalah yang timbul pada saat penggerusan
tablet, pencampuran dan pembuatan bentuk sediaan. Dalam bentuk lain misalnya sediaan puyer,
obat tertentu apabila digerus atau dicampurkan dengan bahan lain dapat menurunkan stabilitas
obat dan terjadi inkompatibilitas tak tercampurkannya obat yang menyebabkan rusaknya bentuk
sediaan obat (Wiedyaningsih, 2008).
Mengantisipasi terjadi kesalahan peresepan perlu melakukan pendekatan sistematik
untuk pemantauan resep atau pasien agar dapat mencegah dan mencari penyelesaian terkait
masalah resep (Kenward, 2003).Penggunaan obat yang rasional menjadi salah satu bagian
terpenting untuk menghidari kesalahan pengobatan dan dapat mengurangi dampak kerugian
pasien.Penggunaan obat yang rasional adalah pasien menirima obat yang tepat sesuai kebutuhan
klinis dan sesuai dosis (Rasol et al 2010).
Permasalahan dalam peresepan merupakan salah satu kejadian medication error. Menurut
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 menyebutkan bahwa
medication error adalah kejadian yang merugikan pasien akibat pemakaian obat selama dalam
penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.

1.2. Tujuan
Tujuan dilakukanya praktek ini untuk mengetahui prosedur skrining resep, memiliki
keterampilan skrining resep di puskesmas, membuat gambaran skrining resep.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

11.1 Teori
Resep dalam arti sempit ialah permintaan tertulis dari dokter, dokter hewan atau
dokter gigi kepada apoteker untuk membuatkan obat dalam sediaan tertentu dan
menyerahkannya kepada pasien.Resep harus jelas dan lengkap, apabila resep tidak dapat
dibaca dengan jelas atau tidak lengkap apoteker harus menyanyakan kepada dokter penulis
resep (Anief, 2007). Menurut undang-undang yang diperbolehkan menulis resep adalah
dokter umum, dokter hewan, dokter gigi, atau dokter spesialis.Bagi dokter spesialis tidak
ada pembatasan jenis obat yang diberikan kepada pasien (Joenoes, 2001).
Menurut KepMenkes No.1027/MENKES/SK/1X/2004 standar pelayanan resep di
apotek meliputi skrining resep dan penyiapan obat. Skrining resep meliputi 3 aspek, yaitu:
Persyaratan administrasi meliputi nama dokter, SIP, alamat dokter, tanggal penulisan
resep, nama, umur, berat badan, alamat pasien, tanda tangan/paraf dokter, jenis obat, dosis,
potensi/indikasi, cara pemakaian, dan bentuk sediaan jelas. Kesesuaian farmasetis meliputi
bentuk sediaan, dosis, inkompatibiltas, stabilitas dan cara pemberian. Keseusaian klinis
meliputi adanya efek samping, alergi, dosis dan lama pemberian.Jika resep tidak jelas
langsung menghubungi dokter yang bersangkutan dan memberikan alternatif bila perlu
menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan langsung.
Apoteker yang bertugas di Apotek harus memperhatikan dan menjalankan fungsi
penyiapan dan penyerahan obat sebagai wujud tanggung jawab dalam melayani pasien.
Adapun bentuk dari penyiapan obat meliputi: Peracikan Merupakan suatu kegiatan
menimbang, mencampur, memasulan dalam wadah dan memberi etiket. Dalam peracikan
obat harus sesuai prosedur tetap dengan mempertimbangkan dosis, jenis obat, dan
penulisan etiket yang benar, Penulisan etiket obat harus jelas dan dapat dibaca
pasien.Kemasan obat yang diserahkan harus rapi dengan wadah yang sesuai agar terjaga
stabilitasnya.Penyerahan obat Sebelum penyerahan obat kepada pasien dilakukan
pemeriksaan kembali kesesuian obat dengan resep.Obat harus diserahkan apoteker dengan
memberikan konseling kepada pasien.Informasi obat Apoteker wajib memberikan
informasi obat kepada pasien dengan jelas, etis, dan mudah dimengerti.Informasi yang
diberikan berupa kegunaan obat, cara penggunaan, cara penyimpanan, jangka waktu
pengobatan, dan makanan/minuman yang harus dihindari (Dinkes, 2006).

II.2 Tujuan Skrining Resep


1. Mengetahui pemeriksaan kelengkapan administrasi
2. Mengetahui pemeriksaan kelengkapan kesesuian farmasetik
3. Mengetahui pemeriksaan pertimbangan klinis
BAB III
PROSEDUR DAN HASIL OBSERVASI

III.1 Prosedur Praktek


1. Dilakukan skrining resep satu persatu resep yang dilayani di apotek sesuai dengan
pemeriksaan kelengkapan administrasi, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis.
2. Melakukan skrining resep minimal 25 resep kemudian diisi pada tabel hasil skrining
resep.
3. Skrining resep masing-masing pasien dibuat pada lembar skrining resep
4. Setiap lembar skrining resep diidentifikasi dan dianalisis kesesuaiannnya
5. Isi hasil rekapan skrining resep setiap pasein pada tabel rekapan dan dibuat presentase
skrining resep secara keseluruhan.

III.2 Hasil observasi


1.Presentase Skrining Administrasi

No Skrining Administrasi Frekuensi %, N = 25


Inscriptio
Nama Dokter : -
No.SIP : -
1 Alamat/No.Hp : -
Tanggal Penulisan Resep : -
25%

Invocatio
2 R/ 100%

Prescrriptio
Nama Obat
3 Jumlah Obat 100%

Signatura
4 Tanda Cara Pakai 100%
Subscriptio
5 Tanda tangan / Paraf Dokter 40%

2. Presentase Skrining Farmasetis

No Skrining Farmasetis Frekuensi %, N = 25

1 Bentuk Sediaan 100%


2 Stabilitas Obat -
3 Inkompabilitas -
4 Cara Pemberian 100%
5 Jumlah dan Aturan Pakai 100%
6 Dosisi 40%

3. Presentase Pertimbangan Skrining Klinis


No Skrining Klinis Frekuensi %, N = 25

1 Indikasi 100%
2 Kontra Indikasi -
3 Interaksi 24%
4 Polifarmasi -
5 Alergi -
6 Efek Samping / ADR -
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Skrining Resep


Waktu pelaksanaan observasi dimulai pada tanggal 20 April sampai dengan 4 Mei
2019. Observasi dilakukan di puskesmas Sandabilik beralamat di Jl. Poros makale-Bera,
Makale selatan.

IV.2. Skrining Administratif dipuskesmas Sandabilik

Berdasarkan data hasil presentase skrining resep dari 25 resep dapat disimpulkan
bahwa Pada skrining administrasi inscriptio 25 % dimana hanya terdapattanggal
penulisan resep, invocatio 100 %, prescriptio 100 %, signature 100%, subcriptio 40 %,
aspek administratif yang harus terpenuhi pada resep meliputi nama pasien, umur, jenis
kelamin, berat badan, nama dokter, nomor surat ijin praktek (SIP), alamat, nomor telpon,
paraf dokter, serta tanggal penulisan resep. Kajian dilakukan terhadap 25 lembar resep
obat di apotek puskesmas Sandabilik.

Berdasarkan Tabel, hasil observasi di Apotek puskesmas sandabilik dapat dilihat


bahwa dari 10 aspek yang harus terpenuhi pada aspek administratif menurut Permenkes
Nomor 35 Tahun 2014 rata-rata aspek administratif yang terpenuhi hanya 7-8 aspek saja.
Aspek administratif yang paling penting untuk terpenuhi adalah data diri pasien
diantaranya adalah nama pasien, jenis kelamin, umur serta berat badan. Pada skrining
resep yang dilakukan di apotek Puskesmas sandabilik, aspek administratif terkait data
diri pasien yang paling sering tidak terpenuhi adalah alamat dan berat badan. Berat badan
sangat penting tercantum dalam resep anak, dikarenakan umur dan berat adalah aspek
administratif yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan dosis Jika aspek berat
badan tidak terpenuhi dikhawatirkan akan terjadi kesalahan dalam pemberian dosis obat
yang akan membahayakan untuk pasien. Selanjutnya aspek administratif lain yang
banyak tidak terpenuhi dari 25 resep di Apotek Puskesmas sandabilik yang dilakukan
observasi adalah nama dokter, alamat dokter, SIP dokter dan nomor telpon yang tidak
tercantum dalam resep di Apotek Puskesmas Sandabilik. Aspek ini adalah aspek yang
sangat penting sama halnya dengan nama dokter, nomor surat ijin praktek (SIP), alamat,
dimana aspek ini dalam resep fungsinya adalah jika apoteker melakukan skrining resep
kemudian terjadi kesalahan mengenai kesesuaian farmasetik maupun klinis,
apoteker/tenaga teknis kefarmasian dapat langsung menghubungi penulis resep tersebut
agar dapat dilakukan pemeriksaan kembali pada resep sehingga dapat mencegah
terjadinya medication error pada pasien.

IV.II Skrining Farmasetik Resep


Skrining farmasetik bentuk sediaan 100% stabilitas obat, incompabilitas, dan cara
pemberian tidak dituliskan dalam resep, jumlah dan aturan pakai 100% dan dosis 40 %.
Aspek farmasetis yang harus terpenuhi yaitu bentuk sediaan, ketersediaan
kekuatan sediaan, stabilitas serta kompatibilitas (ketercampuran obat). Pada observasi ini
aspek farmasetis yang diteliti adalah bentuk sediaan obat serta ketersediaan kekuatan
sediaan pada resep, kajian dilakukan terhadap 25 resep. Peracikan obat harus menjadi
perhatian yang khusus, hal ini dikarenakan banyak munculnya kejadian yang tidak
diinginkan yang meliputi kesalahan dalam pengobatan terutama disebabkan oleh kualitas
racikan karena terdapat kontaminasi bakteri, serta pada obat racik terdapat lebih dari satu
zat aktif yang akan memperbesar kemungkinan terjadinya interaksi obat. Puyer masih
sering diresepkan pada pemilihan bentuk sediaan terutama anak dikarenakan adanya
keterbatasan formula obat untuk anak, harga obat formula untuk anak relatif mahal, anak
belum mampu menelan obat bentuk tablet atau adanya pertimbangan lain seperti
kepatuhan penggunaan obat bila obat yang diberikan terlalu banyak jenisnya, sehingga
karena alasan-alasan tersebut penggunaan obat racikan masih menjadi pilihan terutama
untuk pasien anak. Aspek farmasetis yang diteliti yaitu ketersediaan kekuatan sediaan,
berdasarkan data yang didapatkan dari Apotek Puskesmas Sandabilik diperoleh hasil
100% resep yang terdapat kekuatan sediaan obat pada resep. Berdasarkan hasil Observasi
kekuatan sediaan pada resep adalah komponen yang penting untuk tercantum pada resep.
Hal ini dikarenakan agar tidak memicu terjadinya kesalahan dalam pemberian dosis obat
karena banyak obat yang memiliki berbagai macam kekuatan.
VI.III Pertimbangan Klinis
Hasil pertimbangan klinis dari 25 resep yang sesuai yaitu indikasi 100%
sedangkan interaksi 24% dimana hanya terdapat 6 resep yang terdapat interaksi obat
yaitu: resep 2 penggunaan ciprolaxacin + dexamethasone dapat meningkatkan resiko
ruptur tendon; resep 5 penggunaan obat cotrimoxazole + asam mefenamat yaitu dapat
meningkatkan level atau efek obat dasar (kationik) untuk pembersihan tubulus ginjal,
cotrimoxasole + ranitidine dapat meningkatkan level atau efek melalui kompetisi obat
dasar (kationik) untuk pembersihan tubulus ginjal; resep 6 dexametasone + amlodipine
dapat mempengaruhi metabolisme enzim hati/usus CYP3A4; resep 10 cotrimoxasole +
ranitidine dapat meningkatkan level atau efek melalui kompetisi obat dasar (kationik)
untuk pembersihan tubulus ginjal; resep 14 omeprasol + ciprolaxacin yaitu omeprasol
akan menurunkan efek ciprolaxacin atau absorbsi tablet ER ciprolaxacin sedikit
berkurang (20%) ketika digunakan bersama dengan omeprazole; resep 20 Omeprasole +
diazepam dapat mempengaruhi hepatitis metabolisme enzim CYP2C19. dan skrining
resep yang tidak sesuai yaitu kontra indikasi, polifarmasi, alergi, efek samping karena
pada 25 tidak terdapat kontra indikasi, polifarmasi, alergi, efek samping.
BAB V
KESIMPULAN

Dari hasil praktek skrining resep dari 25 resep di puskesmas Sandabilik dapat disimpulkan
bahwa hasil presentase skrining administtrasi yang sesuai yaitu invocatio dan prescriptio dengan
presentase 100%, sedangkan inscrriptio: 25% dimana hanya terdapat tanggal penulisan resep, dan
subscriptio 40%. Presentase skrining farmaseutis yang sesuai yaitu bentuk sediaan, cara
pemberian, jumlah dan aturan pakai dengan presentase 100%, sedangkan dosis 40% dimana
hanya terdapat 10 resep yang sesuai, dan skrining resep yang tidak sesuai yaitu stabilitas obat,dan
inkompabilitas. Dan presentase skrining pertimbangan klinis yang sesua iyaitu indikasi 100%
sedangkan interaksi 24% dimana hanya terdapat 6 resep yang sesuai, dan skrining resep yang
tidak sesuai yaitu kontra indikasi, polifarmasi, alergi, dan efek samping.
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 2007, Farmasetika, Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta

Cohen M. R-MS-FASHP, 1999, Medical Errors, American Pharmaceutical Association,


Washington DC.

Jas, A. 2009. Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Ed 2. Medan : Universitas
Sumatera Utara Press, pp. 1-15

Joenoes. N.Z, 2001, ARS Prescribendi Yang Rasional, edisi 1, Airlangga University Press,
Surabaya

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2016. Tentang Standar
Pelayana Kefarmasian Di Apotek

Keputusan Menteri Kesehatan Rpublik Indonesia Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004. Tentang


Standar Pelayana Kefarmasian Di Apotek

Anda mungkin juga menyukai