Anda di halaman 1dari 17

Tugas;

HUKUM KELEMBAGAAN NEGARA


{Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Strutur Ketatanegaraan Indonesia}

Oleh;

La Ode Muh Subarjan H1A1 16 139

Sunarto H1A116642

Fakultas Hukum

Universitas Halu Oleo

Kendari

2018
DAFTAR ISI

BAB I ....................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ................................................................... Error! Bookmark not defined.

1.1. Latar Belakang. ............................................................. Error! Bookmark not defined.

1.2. Rumusan Masalah ......................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3. Tujuan............................................................................ Error! Bookmark not defined.

1.4. Manfaat.......................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II...................................................................................... Error! Bookmark not defined.

TINJAUAN PUSATAKA ....................................................... Error! Bookmark not defined.

2.1. Landasan Teori ............................................................. Error! Bookmark not defined.

2.2. Kajian Historis............................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III .................................................................................... Error! Bookmark not defined.

METODE PENELITIAN......................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB IV .................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PEMBAHASAN ...................................................................... Error! Bookmark not defined.

4.1. Penilaian Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia. ...... 11

2.2. Tujuan Pembentukan Komisi Yudisial Dalam Stuktur Kekuasaan Kehakiman. ..Error!
Bookmark not defined.

BAB V ..................................................................................... Error! Bookmark not defined.

PENUTUP................................................................................ Error! Bookmark not defined.

5.1. kesimpilan ..................................................................... Error! Bookmark not defined.

5.2. Saran. ............................................................................. Error! Bookmark not defined.

Daftar pustaka. ......................................................................... Error! Bookmark not defined.


BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Latar Belakang.
Salah satu wujud agenda reformasi tahun 1998, Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 telah mengalami beberapa kali amandemen yaitu pada tahun 1999,
2000, 2001, dan 2002. Amandemen dari Undang-Undang Dasar 1945 yaitu adanya perubahan
serta penambahan lembaga-lembaga negara. Salah satunya adalah Komisi Yudisial.Dalam
Pasal 24B hasil Amandemen Ketiga UUD 1945, ditegaskan adanya ide pembentukan Komisi
Yudisial sebagai lembaga konstitusional baru yang sederajat kedudukannya dengan lembaga
konstitusional lainnya.Komisi Yudisial dibentuk dengan harapan untuk menegakkan
kehormatan dan perilaku para hakim. Dalam hal ini Komisi Yudisial berfungsi sebagai
pengawas.
Peradilan yang bebas dan tidak memihak merupakan elemen yang sangat esensial
dalam suatu negara hukum.dalam praktiknya diberbagai negara mempunyai cara dan sistem
yang berbeda dalam mendesain agar supaya pengadilannya mempunyai kemandirian dan
kebebasan hakim dalam memutus suatu perkara.di Indonesia sendiri mempunyai sejarah
perjalanan pengadilan yang mengalami pasang surut kepercayaan dari masyarakat seiring
dengan usaha-usaha perbaikan sistem peradilan yang teah dilakukan pemerintah.Kehadiran
komisi yudisial di dalm sistem kekuasaan kehakiman di indoonesia bukanlah sebagai
“asesori” demokrasi demokrasi atau proses penegakkan hukum.

Untuk Menjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat,serta perilaku


hakim,maka diIndonesia di bentuklan komisi yudisial.komisiyudidal lahir di era reformasi
saat amandemen undang undang dasar republik Indonesia tahun 1945 pada tahun 2011
bersamaan dengan dewan perwakilan daerah dan mahkamah konstitusi.pada prinsipnya
komisi yudisial merupakan amanah reformasi,khususnya reformasi peradilan.

Walaupuan komisi yudisial adalah lembaga baru,namun keberadaannya memperoleh


justifikasi hukum yang sangat kuat karena diatur secara tegas didalam kontitusi/undang-
undang dasar RI tahun 1945 dan kewenangannya diberikan oleh konstitusi.komisi yudisial
diberikan kewenagan sebagaimana ditentukan dalam pasal 24B ayat (1) UUd 1945 yaitu
bahwa komisi yudisial bersifat yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenag lain dalam rangka menjaga dan menegakkkan kehormatan dan
keluhuran martabat,serta perilaku hakim.
Kewenangan lain komisi yudisal yaitu menjaga kehormatan dan martabat hakim
menimbulkan pro-kontra antara mahkamah agung dan komisi yudisial .mahkamah agung
berpendapat bahwa dalam menjaga kemandirian dan kebebasan hakim dalam memutus suatu
perkara maka,kewenangan komisi yudisial hanya terbatas pada pengawasan hakim diluar
pengadilan sebaliknya.komisi yudisial berdasarkan undang-undang nomor 22 tahun 2004
tentang komisi yudisial berpendapat bahwa komisi yudisial tidak hanya terbatas pada
pengawasan perilaku diluar pengadilan tetapi termasuk dapat memberi pengawasan kepada
hakim di dalam mengadili suatu perkara.

Pro-kontra mengenai hal ini oleh mahkamah agung kemudian mengajukan


permohonan pengujian uandang-undang nomur 22 tahun 204 tentang komisi yudisial dan
oleh mahkamah konstitusi menyatakan bahwa khususnya pasal 1 angka 5, pasal 20,22 ayat
(1) huruf e dan ayat (5),pasal 24 ayat (1) dan pasal 25 ayat (3) bertentangan dengan pasal
24B UUD 1945 dan oleh karena itu pasal-pasal tersebut tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat.Dengan konstruksi demikian timbul permasalahan hukum yang berkaitan dengan
eksistensi KY dalam struktur ketatanegaraan.

Sebagai lembaga negara komisi yudisial mempunyai kedudukan yang sama dengan
lembaga negara yang lainnya dalam lingkungan yudikatif seperti mahkamah agung.komisis
yudisial kewenagannya di berikan langsung oleh UUD 1945 yang kemudian di jabarka dalam
undang undang nomor 22 tahun 2004 tentang komisi yudisial.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana eksistensi komisi yudisial dalam struktur ketatanegaraan Indonesia?


2. Apa tujuan pembentukan komisi yudisial dalam kekuasaankehakiman?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas,penyusun memaparkan tujuan dari penyusunan


makalah ini.tujuannya sebagai berikut;

1. Agar mengetahui bagaimana eksistensi komisi yudisial dalam struktur ketatanegaraan


Indonesia
2. Agar mengetahui tujuan dari pembentukan komisi yudial dalam kekuasaan kehakiman.
1.4. Manfaat Penulisan.

Berdasarkan tujuan yang di paparkan oleh penyusun diatas,dengan itu penyusun


memperoleh manfaat diantaranya sebagai berikut;

1. Memberikan pengetahuan yang lebih mengenai eksistensi komisi yudisial dalam


struktur ketatanegaraan Indonesia`
2. Menambah pengetahuan mengenai tujuan dari pembentukan komisi yudisial dalam
kekuasaan kehakiman.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut philipus M.Hadjon,makna kedudukan suatu lembaga negara dapat dilihat


dari dua sisi,yaitu;pertama kedudukan yang diartikan sebagai suatu posisi yaitu posisi
lembaga negara di bandingkan dengan lembaga negara lainnya.kedua,kedudukan lembaga
negara diartikan sebagai posisi yang didasarkan pada fungsi utamanya1.

Membahas menegenai keberadaan lembaga negara ,maka setidaknya perlu memaknai


konsep organisasi negara yang terdiri atas dua unsur yang saling berkaitan,yaitu ‘organ dan
functie’.organ merupakan bentuk atau wadahnya,sedangkan functie adalah isisnya.dengan
demikian,organ adalah mengenai bentuknya,sedangkan functie adalah gerakan dari wadah
sesuai dengan maksud pembentukannya(jimly asshiddiqie,2006a:66) .

Keberadaan KY secara normatif sebagai lembga negara diatur dalam bab IX tentang
kekuasaan kehakiman pada pasal 24B UUd 1945 .Komisi yudisial merupakan lembaga
negara yang terbentuk setelah adanya amandemen terhadap UUD 19452.

Menurut jimly assiddiqie ,maksud dibentuk komisi yudisial dalam struktur kekuasaan
kehakiman adalah agar warga masyarakat diluar struktur resmi lembaga parlemen dapat
dilibatkan dalam pemberhentian hakim.semua ini dimaksudkan unuk menjaga dan
menegkkan kehormatan,keluhuran martabat,serta perilaku hakim dalam rangka mewujudkan
kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa.dengan kehormatan dan
keluhuran martabatnya,itu kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bersifat
imparsial(independent and impertialjudiciary) diharapkan dapat mewujudakan sekaligus
dapat diimbangi prinsip akuntabilitas kekuasaan kehakiman baik dari segi hukum maupun
dari segi keadilan.untuk itu,diperlukan intitusi pengawasan yang independen terhadap para
hakim itu sendiri3.

Menurut sri sumantri,mengatakan KY yang oleh MPR di tempatkan dalam bab IX


tentag kekuasaan kehakiman dapat dianggap sebagai kecelakaan.karena memang dalam hal
tertentu mungkin ada hubungannya dengan MA,akan tetapi bukan badan peradilan4.

1 Dr.titik triwulan tutik,s.h.mh.2015;konstruksi hukum tata negara pasca amandemen UUD 1945.hal.176
2 ibid.hal.225
3 Dr.ni`matul huda S.H,M.Hum.2016;hukum tata negara Indonesia ed.revisi,hal.230
4 4 Dr.titik triwulan tutik,s.h.mh.2015;konstruksi hukum tata negara pasca amandemen UUD 1945.hal.225
2.1. Landasan Teori.

Menurut john locke,fungsi negara di bagi menjadi tiga yaitu fungsi legislative,fingsi
eksekutif dan fungsi federative.dalam pandangannya john locke ,fungsi mengadili termasuk
tugas dari eksekutif.berkaitan dengan apa yang dikemukakan oleh john locke yang
menyatukan kekuasaan yudikatif kedalam eksekutif.yang mana dalam kekuasaan eksekutif
itu sendiri merupakan lembaga kekuasaan yang pada umumnya perwakilan dari rakyat yang
notabenenya terdapat kepentingan politik didalamnya yang memungkinkan penyalahgunaan
kekuasaan yudikatif.

Kemudian menurut Montesquieu yan membagi fungsi negara menjadi tiga,yaitu


fungsi legislative,fugsi eksekutif dan fungsi yukatif.fungsi federative dimasukan kedalam
fungsi eksekutif,dan fungsi mengadili dijadikan berdiri sendiri5.

Dalam bukunya”de l`esprit de lois”,Montesquieu mengadakan modifikasi atas


gagasan locke dengan memisahkan kekuasaan negara ke dalam tiga aspek kekuasaan,yaitu
kekuasaan legislative(la puissance legislative),kekuasaan eksekutif(la puissance
executive),kekuasaan yudikatif(la puissance dejuger).ajaran pemisahan tiga kekuasaan ini
dikenal dengan teori “trias politika”.

Menurut jimly asshiddiqie,bahwa prinsip anutan paham pemisahan kekuasaan atau


pembagian kekuasaan ini penting untuk dijernihkan karena pilihan diantara keduanya akan
sangat mempengaruhi mekanisme kelembagaan negara secara keseluruhan,terutama dengan
hubungannya dengan penerapan prinsip checks and balances antara lembaga tinggi
negara,termasuk fungsi kekuasaan kehakiman,dengan keberadaan MPR sebagai lembaga
tinggi negara,dan bahkan dengan format dan prosedur penyusunan peraturan perundang-
undangan6.

Sementara itu negara kesatuan republik Indonesia adalah negara hukum yang
menjamin kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menjalankan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasrkan UUD 1945.kekuasaan kehakiman yang
merdeka merupakan salah satu prinsip penting bagi Indonesia sebagai suatu negara
hukum.prinsip ini menghendaki kekuasaan kehakiman yang bebas dari campur tangan pihak

5 Ni’matul huda,,ilmu negara,hlm.66


6 Titik triwulan tutik,,kostruksi ketatanegaraan Indonesia pasca amandemen UUD 1945,hln.19
manapun daan dalam bentuk apa pun.sehingga dalam menjalankan tugas dan kewajibannya
ada jaminan ketidak berpihakan kekuasaan kehakiman kecuali terhadap hukum dan keadilan.

Dalam sistem negara modern,cabang kekuasaan kehakiman atau judiciary merupakan


cabang yang oerganisasikan secara tersendiri,oleh karena itu,dikatan oleh John alder “the
principle of separation of power is particularly important for the judiciary”.bahkan boleh
jadi,karena Montesquieu sendiri adalah seorang hakim (prancis).maka dalam bukunya
,”LEsprit des lois”ia mengimpikan pentingnya pemisahan kekuasaan yang ekstrim antara
cabang kekuasaan legislative,eksekutif,terutama kekuasaan yudisial7.

2.2. Kajian Historis.


Kehadiran Komisi Yudisial dalam struktur ketatanegaraan RI sebagaimana
diamanatkan oleh Pasal 24B UUD 1945 membawa ”angina segar” dan harapan akan
terciptanya peradilan yang bersih dan berwibawa. Dalam tulisan ini akan sedikit dikupas
mengenai latar belakang dan sejarah Komisi Yudisial dan kemungkinan kemungkinan yang
perlu dilakukan untuk menjamin eksistensi Komisi Yudisial.
Lahirnya Komisi Yudisial dalam sistem ketatanegaraan RI sebenarnya merupakan
proses panjang usaha pencarian format ketatanegaraan khususnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Carut marutnya pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang
sering dan bahakan tidak pernah ”sepi” dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan kekuasaan
lainnya termasuk kekuasaan uang, telah mendorong pemikiran perlunya sebuah lembaga
yang dapat ”menjamin” kekuasaan kehakiman untuk dapat berjalan sesuai dengan tujuan dari
hukum, yakni keadilan masyarakat8.
Sebelum terbentuknya komisi yudisial sebenarnya ide tentang perlunya suatu komisi
khusus untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan kekuasaan
kehakiman bukanlah hal yang baru. Dalam pembahasan RUU tentang ketenuan-ketentuan
pokok kekuasaan kehakiman sekitar tahun 1968,,sempat diusulkan pembentukan lembaga
yang diberi nama majelis pertimbangan penelitian hakim (MPPH).majelis ini berfungsi
memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan terakhir mengenai saran-saran dan
usul-usul yang berkenaan dengan pengangkatan,promosi,pemberhentian dan tindakan atau
hukuman jabatan para hakim,yang diajukan,baik oleh MA maupun menteri kehakiman9.

7 Jimly asshiddiwie,,pengantar hukum tata negara jilid II,hlm.45.


8Jurnal eksistensi komisis yudisial dalam struktur ketatanegaraan RI dan seharusnya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.oleh;Muhammad fauzan.
9 Ibid,hal.229
Ide tersebut muncul kembali dan menjadi wacana kuat sejak adanya desakan
penyatuan atap bagi hakim tahun 1998-an.sebagaimana diketahui,pada tahun 1998 MPR
mengeluarkan ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang pokok reformasi pembangunan
dalam rangka penyelamatan dan Normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara.TAP
MPR tersebut menyatakan perlunya segera diwujudkan pemisahan yang tegas antara fungsi
yudikatif dn eksekutif
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penilitian dalam penulisan termasuk penilitian hukum normative,sedangkan jika
dilihat dari sifatnya termasuk penelitian deskriptif.jenis data yang dipergunakan dalam
penelitian ini berupan data sekunder,yaitu data atau informasi hasil penelaahan dokemen
penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya,bahan kepustakaan,seperti buku-
buku,jurnal dan lain-lain.
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan untuk mengumpulkan
dan menyususn data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.data yag diperoleh
dalam penulisan ini bersifat kualitattif,maka ananlisis dalam penulisan ini adalah analisis data
kualitatif.dengan pendekatan masalah yaitu statute approach(pendekatan perundang-
undangan).dalam hal inisuatu penelitian normatif tentu harus menggunakan pendekatan
perundang-undangan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1. Eksistensi Komisi Yudisial Dalam Struktur Ketatanegaraan Indonesia
Dengan perubahan UUD 1945, maka terdapat 3 (tiga) hal penting berkaitan dengan
kekuasan kehakiman. Pertama, apabila sebelum perubahan UUD 1945 jaminan kekuasaan
kehakiman yang merdeka hanya terdapat dalam penjelasannya, maka setelah diamandemen
jaminan tersebut ditentukan secara tegas di dalam batang tubuh, sebagaimana diamanatkan
dalam Pasal 24 ayat (1) yang menentukan bahwa ”Kekuasaan kehakiman merupakan
kekuasaan yang merdeka untuk mmenyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan”. Kedua, tidak ada lembaga lain dalam struktur kekuasaan kehakiman selain
Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan di bawahnya, namun setelah amandemen,
”lahir” lembaga negara baru sebagai pe-megang kekuasaan kehakiman, yakni Mah-kamah
Konstitusi. Hal penting yang ketiga adalah eksistensi Komisi Yudisial. Dia bukan merupakan
pelaksana kekuasaan kehakiman, melainkan merupakan lembaga negara yang diharapkan
dapat mendukung terciptanya pelaksanaan kekuasaan kehakiman yang merdeka dan terbebas
dari kekuasaan lain.
Jauh sebelum Komisi Yudisial lahir, para pemerhati dan praktisi hukum telah
berupaya untuk membentuk sebuah lembaga khusus yang diharapkan dapat melaksanakan
fungsi-fungsi tertentu yang berhubungan dengan pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Pada
tahun 1968 saat pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) Ketentuan-Ketentuan
Pokok Kekuasan Kehakiman, dimunculkan ide perlunya sebuah lembaga yang diberi nama
Majelis Pertimbangan Penelitian Hakim (MPPH). Namun demikian politik hu-kum nasional,
ternyata tidak menghendaki kelahiran lembaga tersebut, padahal secara obyektif fungsi
MPPH tersebut sangat menjanjikan terbentuknya peradilan yang berwibawa10.
Hal tersebut sebagaimana dapat dilihat dari fungsi MPPH meliputi memberikan
pertimbangan dan mengambil keputusan terakhir mengenai saran-saran dan/atau asal usul
yang berkenaan dengan pengangkatan, promosi, kepindahan, pemberitahuan, dan tindakan
atau hukuman jabatan para hakim, yang diajukan baik oleh Mahkamah Agung maupun
Menteri Kehakiman.
Dalam perkembangannya, ide tersebut kembali mengemuka pada akhir dasawarsa 90-
an yakni dengan lahirnya Ketetapan MPR RI No.X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok

10Jurnal eksistensi komisis yudisial dalam struktur ketatanegaraan RI dan seharusnya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.oleh;Muhammad fauzan
Reformasi Pembangunan dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional
sebagai Haluan Negara,yang mengamanatkan perlunya dipisahkan secara tegas fungsi-fungsi
pemerintah (eksekutif) dan yudikatif. Kemudian diikuti lahirnya Tim Terpadu Pengkajian
Pelaksanaan TAP MPR RI No. X/MPR/1998 yang dibentuk dengan Keppres No. 21 Tahun
1999 yang merekomendasi perlunya pembentukan Dewan Kehormatan Hakim yang
berwenang mengawasi perilaku hakim, memberikan rekomendasi mengenai rekrutmen,
promosi dan mutasi hakim serta menyusun code of conduct bagi hakim. Dalam
perkembangan rekomendasi Tim Ter-padu tersebut ”mewarnai” UUNo. 35 Tahun 1999
Tentang Perubahan Atas UU No.14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman.5 Gagasan pembentukan sebuah komisi yang dapat menjadi
pendorong (sporting) kekuasaan kehakiman yang merdeka teru bergulir, hal ini dapat dilihat
dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang
dalam salah satu ketentuannya mengamanatkan perlunya dibentuk Komisi Yudisial untuk
melakukan fungsi pengawasan11.
Berdasarkan ketentuan pasal 24B ayat (4)UUD 1945 .dikeluarkanlah UU no.22 tahun
2004 tentang komisi yudisial.UU No.22 tahun 2004 kemudian di revisi dengan UU No.18
tahun 2011 .menurut ketentuan pasal 1 angka 1 ditegaskan bahwa komisi yudisial adalah
lembaga negara sebagaimanna dimaksud dalam UUD RI 1945 .lebih lanjut pasal 2 di
tegaskan,bahwa lembaga komisi yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mendiri
dan dalam kewenagnanya bebas dari campur tangan atau pengaaruh dari kekuasaan
lainnya.Maka dari komisi yudisial adalah lembaga negara yang sumber kewenagannya
bersifat atribusi karena disebutkan secara langsnug dalam UUD 194512.
Kejelasan bangunan hukum KY dalam struktur ketatanegaraan teruama dalam
kekuasaan kehakiman,dapat dikaji dari ketentuan pasal 24B ayat (1) UUD 1945 yang
berbunyi;”komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengankatan hakim
agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehirmatan,keluhuran martabat,serta perilaku hakim.secara operasional ketentuan pasal 24B
ayat (1) UUD 1945 tersebut dijabarkan dalam pasal 13 undang-undang nomor 22 tahun 2004
tentang komisi yudisial bahwa dalam kedudukannya sebagai lembaga negara komisi ayat (1)
UUD 1945 tersebut dijabarkan dalam pasal 13 undang-undang nomor 22 tahun 2004 tentang

11Jurnal eksistensi komisis yudisial dalam struktur ketatanegaraan RI dan seharusnya diatur dalam peraturan perundang-
undangan.oleh;Muhammad fauzan
12 Dr.ni`matul huda S.H,M.Hum.2016;hukum tata negara Indonesia ed.revisi,hal.233
komisi yudisial bahwa dalam kedudukannya sebagai lembaga negara komisi udisial diberi
kewenangan antara lain;
1. Mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada DPR
2. Menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat serta menjaga perilaku hakim.
Keberdaannya KY secara lengkap sebagai mana diatur dalam pasal 24B UUD 1945
adalah;
Ayat(1);komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim
agung dan wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan
kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku hakim.
Ayat (2);anggota komisi yudisial harus mempunyai pengetahuan dan pengalaman di bidang
hukum serta memiliki integritas dan kepribadian yang tidak tercela.
Ayat (3);anggota komisi yudisial diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan
persetujuan DPR.
Ayat (4);susuan,kedudukan.dan kewenangan komisi yudisial diatur dalam UU13.
Komisis yudisial merupakan lembaga negara yang berkedudukan sebagai lembaga
tinggi negara yang disejajarkan dengan lembaga tinggi negara lainnya.Komisi yudisial
walaupun kedudukannya sebagai lembaga tinggi negara akan tetapi jika dilihat berdasarkan
fungsinya lembaga komisi yudisial merupakan lembaga pembantu(the state auxiliary body)
14
mengapa sehingga dapat dikatan sebagai the state auxiliary body?karena dari wewenangnya
yakni;(1)mengusulkan pengangkatan hakim agung dan(2)wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat,serta perilaku hakim.dari
wewnang pertama kita dapat mengatakan bahwa KY adalah sebuah lembaga negara yang
mempunyai wewenang melayani,dengan demikian KY,dapat dinamakan lembaga negara
yang memberi pelayanan(auxiliary body).
Komisi yudisial runag lingkup yuridiksinya berada dipusat,berdasarkan wewenangnya
pada pasal 24B ayat (1) UUD 1945;komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku hakim.
Komisi yudisial jika dilihat dari keberadaan merupakan lembaga
permananen.sebagaimana kutipan sri soemantri,(lord james brys dalam bukunya yang
berjudul ‘studies in history and jurisprudence”)mengatakan bahwa;Contitutions is a frame of
political society,organized through and by law,ane in wich law has estabilished permanent

13 Titik triwulan tutik,,konstruksi huku tata negara Indonesia pasca amandemen UUD 1945,hlm226
14 Ibdi,hal.176.
institutions,which recognized functions and definite rights” Dari rumusan tersebut ,maka
dapatlah dikatakan dalam kontitusi diatur lembaga-lembaga permanen(permant
institutions)yang memepunyai fungsi,yaitu fungsi eksekutif,legislative dan yudikatif 15.

4.2. Tujuan Pembentukan Komisi Yudisial Dalam Kekuasaan Kehakiman


Menurut jimly assiddiqie ,maksud dibentuk komisi yudisial dalam struktur kekuasaan
kehakiman adalah agar warga masyarakat diluar struktur resmi lembaga parlemen dapat
dilibatkan dalam pemberhentian hakim.semua ini dimaksudkan untuk menjaga dan
menegkkan kehormatan,keluhuran martabat,serta perilaku hakim dalam rangka mewujudkan
kebenaran dan keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa.dengan kehormatan dan
keluhuran martabatnya,itu kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bersifat
imparsial(independent and impertialjudiciary) diharapkan dapat mewujudkan sekaligus dapat
diimbangi prinsip akuntabilitas kekuasaan kehakiman baik dari segi hukum maupun dari segi
keadilan.untuk itu,diperlukan intuitusi pengawasan yang independen terhada para hakim itu
sendiri16.
Meskipun lembaga baru ini tidak menjalankan kekuasaan kehakiman,tetapi
keberdaannya di atur dalam UUD 1945 bab IX tentang kekuasaan kehakiman.krena itu,
keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kekuasaan kehakiman.dari ketentuan mengenai
komisi yudisial ini dapat dipahami bahwa jabatan hakim dalam konsepsi UUD 1945 dewasa
ini adalah jabatan kehormatan yang harus di hormati,dijaga dan ditegakkan kehormatannya
oleh suatu lembaga yang bersifat mandiri yaitu komisi yudisial17.
Sebagai mana mahkamah kontitusi (MK),komisi yudisial merupakan lembaga negara
yang terbentuk setelah adanya amandemen terhadap UUD 1945.dalam kontek ketatanegaraan
KY mempunyai peranan sangat penting yaitu;(1)mewujudkan kekuasaan kehakiman yang
merdeka melalui pencalonan hakim agung;(2)melakukan pengawasan terhadap hakim yang
transparan dan partisipatif guna menjaga dan menegakkan kehormatan,keleuhuran
matabat,serta perilaku hakim.sebagaimana tercantum dalam pasal 24B18.

15 Ibid,hal.176
16 16Dr.ni`matul huda S.H,M.Hum.2016;hukum tata negara Indonesia ed.revisi,hal.230
17 Ibid,,hlm.231
18 Dr.titik triwulan tutik,s.h.mh.2015;konstruksi hukum tata negara pasca amandemen UUD 1945.hal.225
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan.
Berdasarkan ketentuan pasal 24B ayat (4)UUD 1945 .dikeluarkanlah UU no.22 tahun
2004 tentang komisi yudisial.UU No.22 tahun 2004 kemudian di revisi dengan UU No.18
tahun 2011 .menurut ketentuan pasal 1 anggka 1 ditegaskan bahwa komisi yudisial adalah
lembaga negara sebagaimana dimaksud dalam UUD RI 1945 .lebih lanjut pasal 2 di
tegaskan,bahwa lembaga komisi yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mendiri
dan dalam kewenagannya bebas dari campur tangan atau pengaaruh dari kekuasaan
lainnya.Maka dari komisi yudisial adalah lembaga negara yang sumber kewenagannya
bersifat atribusi karena disebutkan secara langsnug dalam UUD 1945.
Komisi yudisial merupakan lembaga negara yang berkedudukan sebagai lembaga
tinggi negara yang disejajarkan dengan lembaga tinggi negara lainnya.Komisi yudisial
walaupun kedudukannya sebagai lembaga tinggi negara akan tetapi jika dilihat berdasarkan
fungsinya lembaga komisi yudisial merupakan lembaga pembantu(the state auxiliary
body)mengapa sehingga dapat dikatan sebagai the state auxiliary body?karena dari
wewenangnya yakni;(1)mengusulkan pengangkatan hakim agung dan(2)wewenang lain
dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat ,serta perilaku
hakim.dari wewnang pertama kita dapat mengatakan bahwa KY adalah sebuah lembaga
negara yang mempunyai wewenang melayani,dengan demikian KY,dapat dinamakan
lembaga negara yang memberi pelayanan(auxiliary body).
Komisi yudisial ruang lingkup yuridiksinya berada dipusat,berdasarkan wewenangnya
pada pasal 24B ayat (1) UUD 1945;komisi yudisial bersifat mandiri yang berwenang
mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka
menjaga dan menegakkan kehormatan,keluhuran martabat serta perilaku hakim.
Komisi yudisial jika dilihat dari keberadaan merupakan lembaga permanen.sebagaimana
kutipan sri soemantri,(lord james brys dalam bukunya yang berjudul ‘studies in history and
jurisprudence”)mengatakan bahwa;Contitutions is a frame of political society,organized
through and by law,ane in wich law has estabilished permanent institutions,which recognized
functions and definite rights” Dari rumusan tersebut ,maka dapatlah dikatakan dalam
kontitusi diatur lembaga-lembaga permanen(permanent institutions)yang mempunyai
fungsi,yaitu fungsi eksekutif,legislative dan yudikatif.
Tujuan pembentukan komisi yudisial ialah; ;(1)mewujudkan kekuasaan kehakiman
yang merdeka melalui pencalonan hakim agung;(2)melakukan pengawasan terhadap hakin
yang transparan dan partisipatif guna menjaga dan meneggakkan kehormatan,keluhuran
matabat,serta perilaku hakim.sebagaimana tercantum dalam pasal 24B.

5.2. Saran.
Mohon kritikan yang dapat membangun makalah ini agar lebih baik lagi,karena
penulis sadar akan banyaknya hal menjadi kekuarangan dalam makalah ini.mulai dari
sedikitnya bahan bacaan yang membangun makalah ini hingga literatur yang digunakan
untuk pembahasan sedikit sehingga berakibat pada pembahasan yang tidak dapat menjelaskan
secara terperinci mengenai hal yang menjadi pembahasan makalah ini sendiri.
Sehingga dengan sangat mengharapkan agar orang yang membaca makalah ini agar
memberikan kritikan yang dapat membangun makalah ini agar dapat diperbaiki dikemudian
hari.demi kemajuan bersama.
DAFTAR PUSTAKA
Huda ni`matul,.Ilmu Negara.jakarta;Raja wali pers.2011.
Huda Ni`Matul,.Hukum Tata Negara Edisi Revisi.Jakarta;Raja Wali Pers.2016.
Tutik Triwulan Titik,.Konstruksi Hukum Tata Negara Pasa Amandemen UUUD
1945.jakarta;Prenadamedia Grub.2015.
asshiddiqie jimly,.konstitusi dan konstitualisme Indonesia,Jakarta;sinar grafika;2017
Asshiddiqie Jimly,.Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jillid II.Jakarta;Secretariat Jendral
Dan Kepanitraan Mahkamah Konstitusi.2006.
Soehino, ,ilmu negara,Yogyakarta;liberty Yogyakarta.1998.
rakhmat Muhammad.,konstitusi dan kelembagaan negara.bandung,2014
Jurnal eksistensi komisis yudisial dalam struktur ketatanegaraan RI dan seharusnya diatur
dalam peraturan perundang-undangan.oleh;Muhammad fauzan.
Sumber;
www;//;http//;jurnal nasional.ump.ac.id.pukul 22;18-24 desember 2018`
www;//https;//Id.scribd.com.pukul;23;45-24 desember 2018

Anda mungkin juga menyukai