Anda di halaman 1dari 11

BAB 11

1. Pengertian pembangunan ekonomi daerah

Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan,baik internal maupun
eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi. Yang disebut belakangan ini menuntut tiap
daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi
kepada propinsi dan kabupaten/kota, untuk melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah
secara terfokus melalui pengembangan kawasan dan produk andalannya.Percepatan pembangunan ini
bertujuan agar daerah tidak tertinggal dalam persaingan pasar bebas, seraya tetap memperhatikan
masalah pengurangan kesenjangan. Karena itu seluruh pelaku memiliki peran mengisi pembangunan
ekonomi daerah dan harus mampu bekerjasama melalui bentuk pengelolaan keterkaitan antarsektor,
antarprogram, antarpelaku, dan antardaerah.
Kawasan Andalan, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional1 adalah suatu kawasan yang
dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah melalui pengembangan kegiatan ekonomi
yang diandalkan sebagai motor penggerak pengembangan wilayah. Kawasan Andalah diharapkan
mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya.

Kawasan andalah juga diharap mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kemampuan bersaing ini
lahir melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di pasar domestik maupun global, yang
didukung sumber daya manusia (SDM) unggul, riset dan teknologi, informasi, serta keunggulan
pemasaran. Sementara itu dalam pelaksanaan di daerah, konsep pengembangan kawasan andalan tidak
secara efektif dikembangkan, sehingga tidak pernah dapat diukur keberhasilannya. Maka dibutuhkan
model–model pengembangan ekonomi daerah dengan pendekatan kawasan andalan, yang memiliki
konsep pengembangan yang terfokus dan terpadu, terutama berorientasi pada karakteristik potensi
kawasan dan kemampuan pengembangan kawasan. Pengembangan Kawasan Andalan dalam
pelaksanaannya tidak secara efektif dikembangkan. Program pengembangan wilayah telah banyak
dikembangkan, namun kurang optimal, karena menekankan pada sisi pengelolaan project oriented,
kurang terfokus pada kesinambungan program jangka panjang, serta terhadang masalah-masalah
lainnya.
3. paradigma baru teori pembangunan daerah
Tujuan kajian ini adalah mengembangkan model pengelolaan dan pengembangan keterkaitan program
dalam pengembangan ekonomi daerah berbasis kawasan andalan. Sasaran yang dituju dari kajian
adalah: (1) mengidentifikasi prinsip dasar pengembangan kawasan andalan;
(2) mengidentifikasi faktor kunci dalam pengembangan kawasan andalan sesuai dengan karakter
daerah;
(3) menyusun masukan bagi kebijakan dan strategi pengelolaan dan pengembangan kawasan andalan.

2. teori pertumbuhan dan pembangunan daerah


Pada tahap ini, analisis dilakukan untuk mengidentifikasi potensi, pengelolaan, faktor kunci dan pola
keterkaitan rantai nilai dalam pengembangan kawasan, dan program-program sektoral propinsi di tiap
kawasan andalan.
1 Kawasan Andalan Rengat Kuala Enok (Kawan RKE)
Sektor yang berperan penting adalah pertanian dan industri yang dikembangkan melalui sistem
keterpaduan. Dari sisi pengembangan, Kawan RKE lebih memperhatikan pada faktor kunci SDM, pasar
dan pengembangannya, akses terhadap modal dan infrstrutkur, kerjasama antarinstitusi, serta iklim
usaha. Faktor R&D sebagai tulang punggung kawasan belum diperhatikan. Keterkaitan agroindustri
sendiri, sebagai industri pendorong, lebih tercipta pada hulu-hilir produksi-industri-pasar. Program-
program sektoral sebagian besar berada di tingkat propinsi dan banyak terkait pada faktor akses
ketersediaan faktor produksi. Faktor kunci SDM, R&D, pasar, dan iklim usaha kurang diperhatikan.
Bahkan faktor kerjasama dan kemitraan tidak diperhatikan sama sekali. Keterkaitan program-program
sektoral itu sendiri lebih berada pada komponen penunjang, terutama infrastruktur, dibandingkan
dengan komponen utama. Aktivitas output tidak ada sama sekali.
2 Kawasan Andalan Priangan Timur (Kawan Priatim)

Kawan Priatim mempunyai empat sektor bisnis inti, yaitu agribisnis, kelautan, pariwisata, dan industri
kecil menengah, yang dalam pengelolaannya bermuara padaPembangunan ekonomi daerah di era
otonomi menghadapi berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan
dan iklim globalisasi. Yang disebut belakangan ini menuntut tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam
dan luar negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada propinsi dan kabupaten/kota, untuk
melaksanakan percepatan pembangunan ekonomi daerah secara terfokus melalui pengembangan
kawasan dan produk andalannya. Percepatan pembangunan ini bertujuan agar daerah tidak tertinggal
dalam persaingan pasar bebas, seraya tetap memperhatikan masalah pengurangan kesenjangan. Karena
itu seluruh pelaku memiliki peran mengisi pembangunan ekonomi daerah dan harus mampu
bekerjasama melalui bentuk pengelolaan keterkaitan antarsektor, antarprogram, antarpelaku, dan
antardaerah. Kawasan Andalan, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional1 adalah suatu kawasan
yang dikembangkan untuk mengurangi kesenjangan antardaerah melalui pengembangan kegiatan
ekonomi yang diandalkan sebagai motor penggerak pengembangan wilayah. Kawasan Andalah
diharapkan mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan di sekitarnya.
Kawasan andalah juga diharap mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Kemampuan bersaing ini lahir
melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di pasar domestik maupun global, yang
didukung sumber daya manusia (SDM) unggul, riset dan teknologi, informasi, serta keunggulan
pemasaran. Sementara itu dalam pelaksanaan di daerah, konsep pengembangan kawasan andalan tidak
secara efektif dikembangkan, sehingga tidak pernah dapat diukur keberhasilannya. Maka dibutuhkan
model–model pengembangan ekonomi daerah dengan pendekatan kawasan andalan, yang memiliki
konsep pengembangan yang terfokus dan terpadu, terutama berorientasi pada karakteristik potensi
kawasan dan kemampuan pengembangan kawasan. Pengembangan Kawasan Andalan dalam
pelaksanaannya tidak secara efektif dikembangkan. Program pengembangan wilayah telah banyak
dikembangkan, namun kurang optimal, karena menekankan pada sisi pengelolaan project oriented,
kurang terfokus pada kesinambungan program jangka panjang, serta terhadang masalah-masalah
lainnya.
3. paradigma baru teori pembangunan daerah
Tujuan kajian ini adalah mengembangkan model pengelolaan dan pengembangan keterkaitan program
dalam pengembangan ekonomi daerah berbasis kawasan andalan. Sasaran yang dituju dari kajian
adalah: (1) mengidentifikasi prinsip dasar pengembangan kawasan andalan;
(4) mengidentifikasi faktor kunci dalam pengembangan kawasan andalan sesuai dengan karakter
daerah;
(5) menyusun masukan bagi kebijakan

4. perencanaan pembangunan daerah


Adapun faktor-faktor kunci untuk mengembangkan kawasan andalan, meliputi:
(1) pengembangan SDM;
(2) penelitian dan pengembangan;
(3) pengembangan pasar,
(4) akses terhadap sumber input atau faktor produksi,
(5) adanya keterkaitan, kerjasama, dan kemitraan,
(6) iklim usaha yang kondusif.

5. Tahap-tahap perencanaan pembangunan daerah


Selanjutnya konsep pengembangan wilayah setidaknya didasarkan pada prinsip:
(1) berbasis pada sektor unggulan;
(2) dilakukan atas dasar karakteristik daerah;
(3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu;
(4) mempunyai keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang;
(5) dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi.

Pengembangan suatu wilayah harus berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal, sekaligus
mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor internal meliputi pola-pola pengembangan SDM,
informasi pasar, sumber daya modal dan investasi, kebijakan dalam investasi, pengembangan
infrastruktur, pengembangan kemampuan kelembagaan lokal dan kepemerintahan, serta berbagai
kerjasama dan kemitraan. Sedangkan faktor eksternal meliputi masalah kesenjangan wilayah dan
pengembangan kapasitas otonomi daerah, perdagangan bebas, serta otonomi daerah. Pengelolaan
pengembangan kawasan andalan pada dasarnya adalah
meningkatkan daya saing kawasan dan produk unggulannya. Idealnya pengelolaan kawasan dimulai
dengan menentukan visi dan misi pengembangan kawasan andalan. Kemudian disusun strategi
pengembangan, serta mengembangkan hubungan pemerintah dan dunia usaha.
Dalam hal ini diperlukan beberapa kebijakan, meliputi:
1) kebijakan investasi, yang terkait dengan produk unggulan kawasan, insentif, dan promosi;
2) kebijakan pengembangan kawasan, yang dilaksanakan melalui identifikasi faktor penentu
pengembangan industri, formulasi visi pengembangan industri daerah, dan identifikasi
strategi pendukung yang sesuai;
3) kebijakan perdagangan, yang mengatur hubungan perdagangan antardaerah dan antarsektor,
serta meminimalisasi hambatan-hambatannya;
4) kebijakan pengembangan infrastruktur fisik dan non fisik (SDM);
5) kebijakan pengembangan kelembagaan, yang mencakup mekanisme pengambilan keputusan
dilingkungan pemerintah, penciptaan regulasi, dan sosial dan budaya masyarakat.
6. Peran pemerintah dalam pembangunan daerah
Pengembangan wilayah merupakan berbagai upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan hidup di
wilayah tertentu, memperkecil kesenjangan pertumbuhan, dan ketimpangan kesejahteraan antar
wilayah. Berbagai konsep pengembangan wilayah yang pernah diterapkan adalah:
1. Konsep pengembangan wilayah berbasis karakter sumberdaya, yaitu:
(1)pengembangan wilayah berbasis sumberdaya;
(2) pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan;
(3) pengembangan wilayah berbasis efisiensi;
(4)pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan.

2. Konsep pengembangan wilayah berbasis penataan ruang, yang membagi wilayah ke


dalam:
(1) pusat pertumbuhan;
(2) integrasi fungsional;
(3) desentralisasi.
3. Konsep pengembangan wilayah terpadu. Konsep ini menekankan kerjasama
antarsektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan di daerah-daerah tertinggal.

4. Konsep pengembangan wilayah berdasarkan cluster. Konsep ini terfokus pada keterkaitan dan
ketergantungan antara pelaku dalam jaringan kerja produksi sampai jasa pelayanan, dan upaya-upaya
inovasi pengembangannya. Cluster yang berhasil adalah cluster yang terspesialisasi, memiliki daya saing
dan keunggulan komparatif, dan berorientasi eksternal. Rosenfeld (1997) mengidentifikasi karakteristik
cluster wilayah yang berhasil, yaitu adanya spesialisasi, jaringan lokal, akses yang baik pada permodalan,
institusi penelitian dan pengembangan dan serta pendidikan, mempunyai tenaga kerja yang berkualitas,
melakukan kerjasama yang baik antara
perusahaan dan lembaga lainnya, mengikuti perkembangan teknologi, dan adanya tingkat inovasi yang
tinggi. Untuk mengembangkan cluster, perlu dilakukan beberapa tindakan, yaitu:
(1)memahami kondisi dan standar ekonomi kawasan;
(2) menjalin kerjasama;
(3) mengelola dan meningkatkan pelayanan;
(4) mengembangkan tenaga ahli;
(5) mendorong inovasi dan kewirausahaan; dan
(6) mengembangkan pemasaran dan memberi label khas bagi kawasan.
BAB 12
HUTANG LUAR NEGERI DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN DI INDONESIA

1. Modal Asing dalam pembangunan


untuk mendorong lebih lanjut peningkatan investasi penanaman modal di Indonesia, perlu diciptakan
iklim investasi dan usaha yang lebih menarik. Iklim investasi yang positif dapat ditingkatkan melalui
upaya-upaya berkesinambungan yang dilakukan oleh para birokrat dan para pelaku ekonomi dilokalitas-
lokalitas tempat investasi.
Penanaman modal asing sangat berperan penting dalam proses pembangunan ekonomi negara-
negara maju dan berkembang. Lalu lintas modal asing antar negara dan antar lokalitas didunia tersebut
akan berlalu-lalang mengikuti dinamika perkembangan Perusahaan-perusahaan lintas nasional dan
Perusahaan global yang dipermudah dengan globalisasi dan temuan tekhnologi.
Bersama-sama dengan investasi domestik dan investasi masyarakat, penanaman modal asing masih
merupakan pilihan strategik untuk memanfaatkan momentum kebangkitan perekonomian Indonesia di
masa datang.

2. Motivasi negara pendonor


FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TIMBULNYA UTANG
 Motivasi negara pendonor :

1. kepentingan ekonomi dan strategis


2. tanggung jawab moral

 Negara penghutang :

1. Saving investment GAP


2. Foreign exchange GAP
3. Trade GAP

3. Sumber-sumber Pembiayaan Pembangunan Indonesia


 Ekpor
 Bantuan Luar Negeri
 Investasi Asing atau PMA
 Tabungan Domestik
Sumber:
• Investasi asing langsung
• Pinjaman multilateral(MLT) swasta
• Modal lainnya(bersih)
• Pinjaman MLT pememrintah, yaitu:
• IGGI/CGI
• Lainnya

4. struktur pembiayaan LN Pemerintah


Menurut jenis pinjaman :
1. Bilateral
2. Multilateral
3. FKE/ Eksport Credit Facility
4. LeasingKomersial
5. SBI
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
Untuk mengimplementasikan seluruh program pembangunan diperlukan dukungan dana dan kontribusi
dari semua pihak. Mengingat dana memegang peran yang sangat penting dalam pembangunan. maka
kebutuhannya perlu diperkirakan secara cermat. Selanjutnya perkiraan kebutuhan dana sangat
diperlukan untuk menyusun strategi dalam menghimpun maupun mengalokasikannya dana
pembangunan baik untuk pembangunan
1. Metode Menghitung Perkiraan Kebutuhan Investasi
Incremental Capital Ouput Ratio (ICOR) atau rasio kenaikan ouput akibat
kenaikan kapital adalah indikator ekonomi makro yang sering digunakan untuk
menilai kinerja investasi di suatu negara. Kegunaan lainnya adalah untuk
menghitung besarnya investasi yang dibutuhkan agar perekonomian tumbuh
dengan laju yang sudah ditetapkan. ICOR secara konsep dirumuskan
∆K
ICOR =
∆Y
dimana
ICOR = Incremental Capital Ouput Ratio, adalah besarnya penambahan kapital
yang dibutuhkan untuk menghasilkan tambahan output satu unit
∆K = perubahan nilai kapital atau nilai investasi
∆Y = perubahan nilai output
2. Perkembangan Angka ICOR (Incremental Capital Ouput Ratio)
3. Perkiraan Kebutuhan Investasi Propinsi DKI Jakarta
BAB 13
PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM KONSEP PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

1. Peranan lingkungan dalam perekonomian


Pembangunan sering kali menjadi semacam ideology of development. Kesadaran suatu bangsa yang
terbentuk melalui pengalamannya, baik pengalaman sukses maupun pengalaman kegagalan yang
dialami, amat menentukan interpretasi mereka tentang Pembangunan Ekonomi. Pembangunan
berlanjut atau Sustainable development merupakan proses perubahan dimana eksploitasi sumber alam,
arah investasi, orientasi perkembangan teknologi, perubahan kelembagaan konsisten dengan kebutuhan
pada saat sekarang dan saat yang akan datang. Pembangunan yang membawa peningkatan produksi,
konsumsi, kapital yang kemudian akan membawa kemajuan teknologi, ternyata memiliki segi negatif:
yaitu terjadinya pencemaran lingkungan, yang mesti dihindari karena akan mengganggu kelangsungan
hidup manusia dan makhluk lain. Sehingga pendekatan secara ekosistem dalam proses pembangunan
merupakan keharusan agar dapat menghindarkan dari segi negatif di atas. Perlu kita ketahui bahwa:
memang sulit untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan sekaligus melestarikan lingkungan untuk
kepentingan generasi mendatang.
Dalam penggalian sumber-sumber alam untuk keperluan pembangunan ekonomi, harus diusahakan
agar supaya: tidak merusak tata lingkungan manusia, dilaksanakan dengan kebijaksanaan yang
menyeluruh, dan memperhitungkan kebutuhan generasi yang akan datang. Demikian besar peranan
lingkungan dalam pembangunan ekonomi sehingga dikhawatirkan pembangunan itu sendiri akan
mengalami stagnasi, karena sumber daya alam sudah tidak ada lagi yang dapat digali atau karena kondisi
sumber daya alamnya sudah demikian buruk, karena menggebunya pembangunan yang dilaksanakan
atau karena pertumbuhan penduduk yang cepat sehingga tidak terpikirkan pelestarian dari sumber daya
alam itu sendiri
Pembangunan yang berwawasan lingkungan merupakan suatu usaha untuk mewujudkan peningkatan
kesejahteraan masyarakat/affluent society dengan memperhatikan dan memelihara sumber daya alam
atau planet bumi agar di kemudian hari tidak terjadi deteriorasi ekologis, soil depletion dan penyusunan
sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Masalahnya bagi negara yang sedang berkembang,
seperti negara kita Indonesia adalah bagaimana dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan bagi orang-
orang miskin melalui kegiatan pembangunan ekonomi dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan
Pengelolaan lingkungan termasuk pencegahan, penanggulangan kerusakan dan pencemaran serta
pemulihan kualitas lingkungan telah menuntut dikembangkannya berbagai perangkat kebijaksanaan dan
program serta kegiatan yang didukung oleh sistem pendukung pengelolaan lingkungan lainnya. Sistem
tersebut mencakup kemantapan kelembagaan,sumberdaya manusia dan kemitraan lingkungan,
disamping perangkat hukum dan perundangan,informasi serta pendanaan. Sifat keterkaitan
(interdependensi) dan keseluruhan (holistik) dari esensi lingkungan telah membawa konsekuensi bahwa
pengelolaan lingkungan, termasuk sistem pendukungnya tidak dapat berdiri sendiri, akan tetapi
terintegrasikan dan menjadi roh dan bersenyawa dengan seluruh pelaksanaan pembangunan sektor dan
daerah.

Kebijakan Nasional dan Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.


Sesuai dengan Undang-undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 25 Tahun
2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom, dalam
bidang lingkungan hidup memberikan pengakuan politis melalui transfer otoritas dari pemerintah pusat
kepada daerah:
• Meletakkan daerah pada posisi penting dalam pengelolaan lingkungan hidup.
• Memerlukan prakarsa lokal dalam mendesain kebijakan.
• Membangun hubungan interdependensi antar daerah.
• Menetapkan pendekatan kewilayahan.
Dapat dikatakan bahwa konsekuensi pelaksanaan UU No. 32 Tahun 2004 dengan PP No. 25 Tahun 2000,
Pengelolaan Lingkungan Hidup titik tekannya ada di Daerah, maka kebijakan nasional dalam bidang
lingkungan hidup secara eksplisit PROPENAS merumuskan program yang disebut sebagai pembangunan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Program itu mencakup :
1. Program Pengembangaan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup.
Program ini bertujuan untuk memperoleh dan menyebarluaskan informasi yang lengkap mengenai
potensi dan produktivitas sumberdaya alam dan lingkungan hidup melalui inventarisasi dan evaluasi,
serta penguatan sistem informasi. Sasaran yang ingin dicapai melalui program ini adalah tersedia dan
teraksesnya informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup, baik berupa infrastruktur data spasial,
nilai dan neraca sumberdaya alam dan lingkungan hidup oleh masyarakat luas di setiap daerah.
2. Program Peningkatan Efektifitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam.
Tujuan dari program ini adalah menjaga keseimbangan pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam
dan lingkungan hidup hutan, laut, air udara dan mineral. Sasaran yang akan dicapai dalam program ini
adalah termanfaatkannya, sumber daya alam untuk mendukung kebutuhan bahan baku industri secara
efisien dan berkelanjutan. Sasaran lain di program adalah terlindunginya kawasan-kawasan konservasi
dari kerusakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang tidak terkendali dan eksploitatif
3. Program Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran Lingkungan Hidup.
Tujuan program ini adalah meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam upaya mencegah kerusakan
dan/atau pencemaran lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan yang rusak akibat pemanfaatan
sumberdaya alam yang berlebihan, serta kegiatan industri dan transportasi. Sasaran program ini adalah
tercapainya kualitas lingkungan hidup yang bersih dan sehat adalah tercapainya kualitas lingkungan
hidup yang bersih dan sehat sesuai dengan baku mutu lingkungan yang ditetapkan.
4. Program Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum, Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Pelestarian Lingkungan Hidup.
Program ini bertujuan untuk mengembangkan kelembagaan, menata sistem hukum, perangkat hukum
dan kebijakan, serta menegakkan hukum untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian lingkungan hidup yang efektif dan berkeadilan. Sasaran program ini adalah tersedianya
kelembagaan bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup yang kuat dengan didukung oleh
perangkat hukum dan perundangan serta terlaksannya upaya penegakan hukum secara adil dan
konsisten.
5. Progam Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya alam dan Pelestarian
fungsi Lingkungan Hidup.
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan peranan dan kepedulian pihak-pihak yang
berkepentingan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Sasaran
program ini adalah tersediaanya sarana bagi masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pelestarian fungsi lingkungan hidup sejak proses perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan,
perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan.

Kebijakan Nasional dan Daerah dalam Penegakan Hukum Lingkungan


Sisi lemah dalam pelaksanaan peraturan perundangan lingkungan hidup yang menonjol adalah
penegakan hukum, oleh sebab itu dalam bagian ini akan dikemukakan hal yang terkait dengan
penegakan hukum lingkungan. Dengan pesatnya pembangunan nasional ang dilaksanakan yang
tujuannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ada beberapa sisi lemah, yang menonjol antara lain
adalah tidak diimbangi ketaatan aturan oleh pelaku pembangunan atau sering mengabaikan landasan
aturan yang mestinya sebagai pegangan untuk dipedomani dalam melaksanakan dan mengelola usaha
dan atau kegiatannya, khususnya menyangkut bidang sosial dan lingkungan hidup, sehingga
menimbulkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu, sesuai dengan rencana Tindak Pembangunan
Berkelanjutan dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dilakukan meningkatkan kualitas
lingkungan melalui upaya pengembangan sistem hukum, instrumen hukum, penaatan dan penegakan
hukum termasuk instrumen alternatif, serta upaya rehabilitasi lingkungan. Kebijakan daerah dalam
mengatasi permasalahan lingkungan hidup khususnya permasalahan kebijakan dan penegakan hukum
yang merupakan salah satu permasalahan lingkungan hidup di daerah dapat meliputi :
• Regulasi Perda tentang Lingkungan.
• Penguatan Kelembagaan Lingkungan Hidup.
• Penerapan dokumen pengelolaan lingkungan hidup dalam proses perijinan
• Sosialisasi/pendidikan tentang peraturan perundangan dan pengetahuan lingkungan hidup.
• Meningkatkan kualitas dan kuantitas koordinasi dengan instansi terkait dan stakeholders
• Pengawasan terpadu tentang penegakan hukum lingkungan.
• Memformulasikan bentuk dan macam sanksi pelanggaran lingkungan hidup. Peningkatan kualitas
dan kuantitas sumberdaya manusia.
• Peningkatan pendanaan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi kebijakan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup, sedangkan yang dimaksud lingkungan hidup adalah
kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan
perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta
makhluk hidup lain. Kondisi lingkungan hidup dari waktu ke waktu ada kecenderungan terjadi
penurunan kualitasnya, penyebab utamanya yaitu karena pada tingkat pengambilan keputusan,
kepentingan pelestarian sering diabaikan sehingga menimbulkan adanya pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Dengan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan ternyata juga menimbulkan
konflik sosial maupun konflik lingkungan.
Dengan berbagai permasalahan tersebut diperlukan perangkat hukum perlindungan terhadap
lingkungan hidup, secara umum telah diatur dengan Undang-undang No.4 Tahun 1982.
Namun berdasarkan pengalaman dalam pelaksanaan berbagai ketentuan tentang penegakan hukum
sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Lingkungan Hidup, maka dalam Undang-Undang
Pengelolaan Lingkungan Hidup diadakan berbagai perubahan untuk memudahkan penerapan ketentuan
yang berkaitan dengan penegakan hukum lingkungan yaitu Undang-undang No 4 Tahun 1982 diganti
dengan Undang-undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan kemudian diatur
lebih lanjut dalam peraturan pelaksanaanya.Undang-undang ini merupakan salah satu alat yang kuat
dalam melindungi lingkungan hidup. Dalam penerapannya ditunjang dengan peraturan perundang-
undangan sektoral. Hal ini mengingat Pengelolaan Lingkungan hidup memerlukan koordinasi dan
keterpaduan secara sektoral dilakukan oleh departemen dan lembaga pemerintah non-departemen
sesuai dengan bidang tugas dan tanggungjawab masing-masing, seperti Undang-undang No. 22 Th 2001
tentang Gas dan Bumi, UU No. 41 Th 1999 tentang kehutanan, UU No. 24 Th 1992 tentang Penataan
Ruang dan diikuti pengaturan lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Gubernur.

2. INDUSATRI DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

pembangunanberkelanjutan di sektor industri pengolahan, pemerintah daerah harus mengambil


kebijakan pembangunan ekonomi yang lebih diarahkan pada peningkatan sektor sektor industri
pengolahan di luar sektor unggulan. Sektor-sektor tersebut adalah industri makanan; industri pakaian
jadi kecuali untuk alas kaki; industri semen; industri barang dari logam. Meskipun tingkat pertumbuhan
ekonomi menjadi relatif kecil namun tingkat pencemarannya dapat dikendalikan sehingga dalam jangka
panjang diharapkan perekonomian dapat berjalan secara stabil. Sementara, jika kebijakan pemerintah
daerah tetap diarahkan pada pembangunan sektor industri pengolahan unggulan maka harus ada
upaya-upaya pengendalian pencemaran secara tegas terhadap kegiatan produksi dari sektor industri
unggulan tersebut. Hal ini dapat dilakukan karena berdasarkan hasil analisis teridentifikasi bahwa sektor
industri pengolahan unggulan tersebut memiliki biaya pembersihan lingkungan relatif kecil.
3.INDUSTRI DAN EKSTERNALITAS DALAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai bentuk pembangunan yang tidak menurunkan
kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan pembangunan, meskipun terdapat penyusutan
cadangan sumber daya alam dan memburuknya lingkungan, akan tetapi keadaan tersebut dapat
digantikan oleh sumber daya lain, baik oleh sumber daya manusia ataupun, oleh sumber daya kapital.
Keberhasilan strategi industrialisasi akan nampak pada semakin besarnya kontribusi yang diberikan
pada pembangunan berkelanjutan melalui peningkatan pendapatan nasional (Pendapatan Domestik
Bruto) di samping juga adanya kegiatan luar biasa dari masyarakat di bidang: penemuan cara produksi
baru, penyesuaian teknologi, dan penerapan teknologi untuk kegiatan menghasilkan barang yang dijual
di pasar. Tahap industrialisasi berdasarkan tolok ukur kontribusi nilai tambah sektor manufaktur
terhadap PDB, dapat dibagi menjadi;
(1) tahap non- industrialisasi,
(2) tahap dalam proses menuju industrialisasi,
(3) tahap semi industri,
(4) tahap industrialisasi penuh.
Eksternalitas dalam pembangunan yang berkelanjutan dapat diartikan bahwa pembangunan yang
berkelanjutan yang dilaksanakan oleh setiap negara harus memperhitungkan adanya akibat positif dan
akibat negatif dari pembangunan melalui industrialisasi. Akibat negatif adalah semakin menipisnya,
berkurangnya dan semakin rusaknya sumber daya alam, baik yang dapat diperbaharui maupun yang
tidak diperbaharui, yang biasanya ini dianggap sebagai biota pembangunan. Sedangkan yang positif
adalah meningkatnya jumlah barang-barang dan jasa yang tersedia, semakin berkurangnya
pengangguran, meningkatnya pendapatan masyarakat dan meningkatnya kesejahteraan sebagai akibat
pembangunan melalui industrialisasi.
Kebijaksanaan pengelolaan, pemanfaatan, pengembangan dan pelestarian sumber daya alam dalam
melaksanakan pembangunan berkelanjutan menurut Hadi Prayitno dan Budi Santosa (1996, ha1147-
156), minimal haruslah memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: menghormati dan memelihara
komunitas kehidupan,memperbaiki kualitas hidup manusia, melestarikan daya hidup dan keragaman
bumi Menghindari pemborosan sumber-sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, berusaha tidak
melampaui kapasitas daya dukung bumi, mengubah sikap dan gaya hidup orang per orang dan
mendukung kreativitas masyarakat untuk memelihara lingkungan sendiri
Ringkasan materi
Mata kuliah ekonomi pembangunan

Anda mungkin juga menyukai