PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(Prawiroharjo, 2002).
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan
hanya saja muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Aborsi juga
pengguguran kandungan tidak aman yang dilakukan tiap tahun, ditemukan 70 ribu
tenggara 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di antaranya 750.000 sampai
1
1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat aborsi tidak aman di wilayah
Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju hanya 1 dari 3700. Pada tahun
2002/2003 saja tercatat ada 2,6 juta aborsi, separuh atau 1,3 juta di antaranya
disengaja karena kehamilan tak diinginkan, lainnya akibat keguguran atau sakit
dalam status nikah. Istri yang melakukan abortus memiliki alasan kesehatan atau
biasa terjadi karena rasa takut pada orang tua dan masyarakat sekelilingnya, serta
Indonesia pada tahun 2006 di 10 kota besar dan enam Kabupaten di Indonesia
tahun lalu menyimpulkan bahwa angka kejadian abortus mencapai 2,5 juta
setahun. Ini berarti 37 abortus terjadi setiap 1000 wanita berusia 15–49 tahun,
atau 43 abortus per seratus kelahiran hidup, atau lebih dari 30% dari kehamilan.
berstatus kawin berjumlah 214 orang, yang mengalami abortus spontan sebesar
91,3% dan abortus provokatus 8,7%. Jumlah penderita yang berstatus tidak kawin
2
sebesar 16 kasus, yang mengalami abortus spontan sebesar 12,5% dan yang
bahwa penderita yang berstatus kawin lebih banyak mengalami abortus spontan
kejadian abortus di Sulawesi Selatan Pada tahun 2005, jumlah kasus abortus
sebesar 1794 kasus meningkat menjadi 1808 kasus pada tahun 2006, menjadi
2478 kasus pada tahun 2007 dan 2571 kasus pada tahun 2008 (Dinkes Sul-sel,
2008).
umur ibu yang terlalu muda ataupun terlalu tua dapat meningkatkan risiko
terjadinya abortus pada ibu hamil, Kedua, jarak kehamilan yang dekat (kurang
dari 2 tahun), dikarenakan belum siapnya rahim untuk menerima implantasi janin
kegagalan program Keluarga Berencana (KB). Data dari LBH Apik Jakarta
menyebutkan 27% pelaku abortus belum kawin dan 73% telah menikah. Alasan
mereka melakukan abortus, 37% karena gagal KB, 14% beralasan belum menikah
perlu diadakan konseling terhadap ibu hamil kelompok risiko tinggi (umur > 35
tahun, paritas > 4). juga konseling kontrasepsi terhadap akseptor KB. Upaya lain
3
ibu termasuk melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur untuk
Khusus kepada para remaja perlu pengenalan secara dini tentang pendidikan
seks dan peningkatan kualitas iman pada remaja puteri untuk menghindari
terjadinya seks bebas yang berakibat pada kehamilan yang tidak diinginkan.
Melihat banyak angka kejadian yang berkaitan dengan abortus maka penulis
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitan
1. Tujuan umum
Sawerigading Palopo
4
Tujuan khusus
ibu
ibu
kehamilan ibu
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat institusi
2. Manfaat ilmiah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bacaan bagi
3. Manfaat peneliti
5
BAB II
KONSEP MATERI
1. Pengertian Abortus
dengan abortus. Ada banyak pendapat mengenai hal ini. Menurut Mochtar,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan dengan berat badan kurang
mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai 500 gram
6
2. Etiologi Abortus
1) Kelainan kromosom
alkohol.
dapat berfungsi
c. Penyakit ibu
7
d. Kelainan saluran reproduksi
3. Klasifikasi abortus
1) Berdasarkan golongan :
1) Abortus spontan
2) Abortus provocatus
jiwa ibu.
8
2) Abortus inkompletus (Keguguran tidak lengkap)
4. Patofisiologi Abortus
kekurangan nutrisi dan O2. Bagian yang terlepas dianggap benda asing,
tersebut dapat terjadi spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal, yang
gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan, dan
meningkat, tekanan darah turun, tampak anemis, dan daerah ujung (akral)
9
kuretase diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah
5. Diagnosa Abortus
f. Pada pemeriksaan urine, planotest dapat memberi hasil masih positif atau
negatif.
1) Abortus immimiens:
10
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Diagnosa dapat ditentukan bila
mules atau tidak sama sekali, uterus membesar sesuai tuanya kehamilan,
2) Abortus Insipiens
11
Adalah kehamilan di mana seluruh hasil konsepsi telah di keluarkan
3) Abortus Inkomplite
4) Missed Abortion
tetapi tertahan di dalam rahim selama 2 bulan atau lebih setelah janin mati.
12
5) Abortus Habitualis
berturut-turut.
7. Komplikasi Abortus
a. Perdarahan
hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah, kematian karena
waktunya.
b. Perforasi
diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan
laparatomi. Laporan pada perforasi dan perlukaan uterus yang luas harus
c. Infeksi
dan antisepsis. Pada abortus septik virulensi bakteri tinggi, dan infeksi
13
menyebar ke miometrium, tuba, para metrium, dan peritoneum. Apabila
d. Syok
1. Pengertian
2. Gejala
terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap corpus
kontraksi. Tetapi kalau keadaan ini dibiarkan berlangsung lama, servix akan
menutup kembali.
14
Abortus yang dilakukan berdasarkan indikasi medis, dengan alasan bila
(incest). Dalam hal ini kriteria medis yang sama harus dilaksanakan
janin dapat hidup atas dasar permintaan wanita dan tidak karena kesehatan
masyarakat.
15
4. Penanganan
a. Tentukan besar uterus ( taksir usia gestasi, kenali dan atasi setiap
hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum.
bagian-bagian janin)
c. Bila tidak ada tanda infeksi, beri antibiotika propilaksis (ampicilin 500
jam.
e. Bila terjadi perdarahan hebat atau usia gestasi dibawah 16 minggu, segera
f. Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg per hari selama
16
g. Jika kehamilan lebih dari 16 minggu
konsepsi.
a. Pastikan tidak ada komplikasi yang berat seperti sepsis, perforasi uterus
b. Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding
c. Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (
setelah 4 minggu.
17
C. Tinjauan Umum Tentang Faktor - Faktor Yang Berhubungan dengan
Abortus Provokatus
maupun resiko tinggi. Banyaknya faktor yang erat kaitannya dengan resiko
1. Umur
Diperkirakan seluruh dunia setiap tahun terjadi 40-70 aborsi per 1000 wanita
usia produktif. Umur ibu merupakan salah satu faktor resiko terjadinya
abortus. Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dalam
mencari pelayanan aborsi ditiga klinik pada tahun 1996 – 1997 menunjukkan
usia klien saat melakukan abortus terbesar adalah 31-35 tahun (29,7%), 21-25
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 pada 1.563 perempuan usia subur
18
berupaya mengakhiri kehamilannya, baik dengan cara tradisional maupun
medis.
demikian, soal menangani kehamilan remaja menjadi suatu aspek sulit dari
permasalahan aborsi.
Disamping itu, usia yang terlalu mudah tubuhnya belum siap untuk
menjadi ibu. Kehamilan dan persalinan pada usia semuda itu, dapat merugikan
2. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang dilahirkan seorang ibu baik lahir hidup
maupun mati. Pada indeks kahamilan risiko tinggi menurut Fotney A dan .W.
lagi. Namun 50-70% dari jumlah itu ternyata tidak menggunakan salah satu
tidak diinginkan masih cukup besar, dengan alasan sosial belum siap memiliki
anak karena tidak sanggup lagi membiayai anak-anaknya atau kuatir masa
19
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa wanita dengan lima orang anak
atau lebih, angka kejadian abortus dua kali lebih besar dibandingkan wanita
dengan satu anak. Dimana dalam sebuah survei ditemukan 20% abortus
terjadi pada wanita yang mempunyai satu atau empat anak, dan 41% lebih dari
lima anak.
3. Jarak Kehamilan
Jarak kelahiran anak kurang dari dua tahun merupakan suatu keadaan
yang berisiko bila dibandingkan dengan ibu hamil yang normal. Ibu hamil
dengan risiko tinggi dapat menimbulkan bayi lahir belum cukup bulan, bayi
lahir dengan berat lahir rendah, keguguran (abortus) dan persalinan tidak
lancer.
sampai tiga tahun agar dapat pulih dari suatu kehamilan atau persalinan dan
dan psikis seorang wanita belum siap menerima kehamilan akibat trauma dari
persalinan sebelumnya.
20
Ketidaksuburan lapisan dalam rahim atau endometrium yang merupakan
salah satu penyebab terjadinya abortus yang disebabkan oleh jarak kehamilan
yang terlalu dekat. Selain itu, jarak kehamilan kurang dari dua tahun
kematian ibu. Kehamilan yang terjadi dalam waktu tiga bulan dari kehamilan
dan psikis seorang wanita belum siap menerima kehamilan akibat trauma dari
persalinan sebelumnya.
jarak kehamilan < 2 tahun mempunyai risiko mengalami abortus 5,09 kali
4. Penyakit Penyerta
keadaan aborsi ini dilakukan kemungkinan besar nyawa ibu tersebut dapat
Dalam hal ini telah diadakan bantuan khusus dimana bantuan khusus ini
janin dan dapat dirasakan atau dilihat oleh beberapa orang yang mengetahui
21
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel independen dan
1. Umur
seorang untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Kehamilan dan
komplikasi dan kematian ibu disebabkan kareana pada umur wanita yang
terlalu muda belum siap menghadapi proses kehamilan baik secara fisik
2. Paritas
22
dipengaruhi oleh jumlah paritas yang tinggi. Kerusakan pada pembuluh
terjadinya abortus.
3. Jarak kehamilan
kehamilan yang terlalu dekat yaitu kurang dari atau sama dengan satu
jarak kehamilan 2-3 tahun atau lebih. Mereka lebih suka menggunakan
Umur
Paritas
Kejadian
Jarak Kehamilan
Abortus Provokatus
Penyakit Penyerta
23
Keterangan :
: Variabel dependen
: Variabel independen
Kriteria objektif :
diagnose dokter.
diagnose dokter.
2. Umur ibu adalah lama hidup ibu yang dihitung berdasarkan ulang tahun
Kriteria objektif :
Resiko Tinggi : jika umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun
24
3. Paritas adalah jumlah persalinan yang sudah dialami oleh ibu baik dalam
keadaan hidup atau mati dengan umur kehamilan > 28 minggu sesuai yang
4. Jarak Kehamilan
dalam tahun sebagaimana yang tercantum dalam rekam medik rumah sakit.
Kriteria Objektif :
Risiko tinggi : Bila jarak kehamilan ibu yang tercantum dalam rekam
Risiko rendah : Bila jarak kehamilan ibu yang tercantum dalam rekam
D. Hipotesis
Diduga kejadian abortus provokatus di pengaruhi oleh faktor umur, paritas, dan
25
BAB IV
MEDOTE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Sawerigading Palopo
1.Lokasi Penelitian
2.Waktu penelitian
palopo
26
yaitu umur,paritas,jarak kehamilan,yang sudah di ketahui sebelumnya yaitu
E. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yang berasal dari buku
register pasien yang terdiagnosa abortus provokatus yang pernah dirawat dan
melihat status pasien yang tersimpan di ruangan rekam medik RSU sawerigading
Palopo
G. Analisa data
f
P x100%
n
27