Anda di halaman 1dari 1

BAKSOS ANGKATAN '87 FK UNAIR, PELATIHAN RESUSITASI GRATIS

(10/11/2018) Sejak pagi sekitar pukul 07.30 banyak angkatan ‘87 Fakultas Kedokteran Unair
berkumpul di Stasiun Gubeng Lama. Dalam rangka memperingati Diesnatalis Fakultas Kedokteran
Universitas Negeri Airlangga yang ke-105, angkatan ‘87 mengadakan Bakti sosial atau biasa disebut
dengan baksos. Baksos yang diadakan ini adalah memberi pelatihan resusitasi gratis kepada para
penumpang kereta api di Stasiun Gubeng.

Banyak para penumpang sambil menunggu kereta yang akan ditumpanginya datang dengan antusias
ke acara baksos yang diadakan. Bahkan banyak yang ikut serta untuk berlatih resusitas yang dipandu
oleh Dr. Margono Gatot Suwandi, Sp. J dan 2 orang perawat. Beliau mengatakan bahwa bekal untuk
keterampilan resusitas itu penting, karena jika 1 menit jantung dibiarkan, maka 10% kerja jantung
akan hilang.

“Jika ada orang disekitar anda pingsan, hal pertama yang dilakukan adalah mencoba membangunkan
terlebih dahulu, lalu cek nadi di leher kanan atau kiri (3 jari setelah tenggorokan), setelah itu meminta
perhatian orang disekitar agar tahu jika ada yang pingsan. Setelah itu lakukan resusitasi dengan
tangan, diletakkan berjarak 2 jari diatas tulang dada paling bawah, lalu tekan dengan irama kira-kira
100 kali per menit dengan kedalaman tekanan 5-6 cm. Lakukan resusitasi selama 30 kali tekan lalu
berikan 2 kali nafas buatan (1 siklus). Lakukan sampai 5 siklus lalu cek denyut nadi. Jika sudah terasa
denyut nadi maka resusitasi dapat dihentikan, jika belum terasa (denyut nadi) maka resusitasi dapat
dilanjutkan kembali “. Ujar Dr. Margono Gatot Suwandi, Sp. J kemarin yang merupakan salah satu
angkatan ’87 Universitas Negeri Airlangga.

Dalam membantu resusitasi, terdapat alat yang bernama defibrilator yang dapat memberikan shock
listirk pada jantung setelah dilakukan resusitasi dan membantu irama resusitasi. Hal ini sangat penting
untuk dilatihkan kepada masyarakat apalagi pada tempat umum seperti stasiun kereta api, karena
angka kejadian serangan jantung sangat tinggi dan keselamatan korban hanya ditentukan dalam
hitungan detik. Ungkap Dr. Etty HK., SpPA (K) kemarin yang juga salah satu angkatan ’87 Universitas
Negeri Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai