TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN RSU ADELLA SLAWI KABUPATEN TEGAL
MEMUTUSKAN
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RSU ADELLA SLAWI KABUPATEN
TEGAL TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN RSU ADELLA
2
SLAWI KABUPATEN TEGAL.
Pasal 1
3
1. Definisi Mutu RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal adalah derajat kesempurnaan
pelayanan RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia.
2. Pelayanan di RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal harus selalu berorientasi pada
program kerja komite mutu dan keselamatan pasien.
3. Indikator mutu:
a. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk menilai suatu
perubahan.
b. RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal mempunyai indikator yang terdiri dari :
1) Indikator Mutu Klinis
2) Indikator Mutu Manajemen
3) Indikator Sasaran keselamatan pasien (Patient Safety Goals)
c. Pelaporan Indikator Mutu dari masing-masing unit dilaporkan secara rutin
setiap bulan kepada Direktur melalui Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
(KMKP) .
d. Pelaporan Indikator Mutu Utama yang terdiri dari Indikator Mutu Klinis,
Indikator Mutu Manajemen, Indikator Sasaran Keselamatan Pasien dan
Indikator JCI Library Measures dari masing-masing unit dilaporkan secara
rutin setiap bulan kepada Komite Mutu dan Keselamatan Pasien (KMKP).
e. Setiap Insiden Keselamatan Pasien harus dilaporkan kepada Komite Mutu dan
Keselamatan Pasien RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal dalam waktu 2x24 jam
menggunakan form pelaporan insiden keselamatan pasien (untuk KNC, KTD,
KTC) dan untuk sentinel 1x24 jam.
4. Clinical Pathway
a. Clinical Pathway (CP) adalah suatu konsep perencanaan pelayanan terpadu
yang merangkum setiap langkah yang diberikan kepada pasien berdasarkan
standar pelayanan medis dan asuhan keperawatan yang berbasis bukti
dengan hasil yang terukur dan dalam jangka waktu tertentu selama dirumah
sakit.
b. Tujuan Implementasi Clinical Pathway adalah untuk :
1) Menstandarisasi proses Asuhan Klinis.
2) Mengurangi risiko yang muncul dalam proses perawatan, klinis secara
tepat waktu dan efektif dengan sumber daya yang muncul dalam proses
perawatan.
3) Menyediakan perawatan klinis secara tepat waktu dan efektif dengan
sumber daya yang ada secara efisien.
4) Menyediakan perawatan bermutu dengan menggunakan praktik-praktik
yang sudah terbukti.
c. Setiap tahun rumah sakit menetapkan setidaknya 5 (lima) area klinis.
5. Rumah Sakit memfasilitasi ketersediaan pelatihan tentang mutu dan
keselamatan pasien bagi pimpinan/pengelola dan staf rumah sakit.
PELAYANAN INSTALASI
4
Pasal 2
5
7. Pada pasien “death on arrival” (DOA) tidak dilakukan resusitasi
kecuali atas permintaan keluarga dan harus diberi nomor Rekam Medis.
8. Karena tidak tersedianya ruang transit khusus Jenazah, Pemindahan
pasien meninggal di IGD dan pasien DOA ke kamar jenazah dilakukan kurang
dari 2 jam post mortem.
9. Pasien-pasien yang terindikasi menular maupun infeksius dapat
diterima di IGD dan ditempatkan secara terpisah dari pasien lainnya ( di ruang
khusus ).
10. Dokter Umum yang bertugas di IGD harus memiliki sertifikat PPGD /
BLS / ATLS / ACLS yang masih berlaku.
11. Pada setiap shift jaga, salah satu perawat yang bertugas harus
memilliki sertifikat Emergency Nursing yang masih berlaku sebagai Penanggung
Jawab Shift.
12. Obat dan alat kesehatan sesuai standar yang berlaku harus selalu
tersedia.
13. Setiap pasien yang datang ke IGD dilakukan skrining / triage untuk
mendapatkan pelayanan yang tepat dan sesuai dengan kondisi pasien.
14. Skrining/triage pasien Obstetri Neonatal Emergency di lakukan di
ruang Triage IGD, pengelolaan selanjutnya di lakukan di ruang PONEK
15. Observasi di IGD maksimal 6 jam.
16. Triage di IGD dilakukan oleh dokter jaga IGD atau perawat IGD.
17. Setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan diagnostik / terapi /
spesimen dan tindakan medis yang tidak tersedia di Rumah Sakit dapat
dilakukan rujukan ke Rumah Sakit lain, termasuk juga bagi pasien yang
memerlukan rujukan rawat inap yang diindikasikan karena penyakitnya.
18. Apabila tempat tidur rumah sakit penuh, pasien dapat di rujuk ke
rumah sakit lain sesuai prosedur yang berlaku.
19. Bila terjadi bencana, baik yang terjadi di dalam atau di luar Rumah
Sakit, IGD siap untuk melakukan penanggulangan bencana.
20. Setiap petugas/ staf IGD wajib mengikuti pelatihan yang sudah
diprogramkan.
21. Setiap tindakan medis yang mempunyai risiko tinggi harus mendapat
persetujuan tertulis dari pasien atau keluarganya / penanggung jawabnya,
kecuali pada kondisi gawat darurat yang mengancam kehidupannya, dapat
dilakukan tindakan tanpa persetujuan pasien dan keluarga.
6
1. Setiap pasien RSU ADELLA Slawi Kabupaten Tegal hanya memiliki satu nomor
rekam medis (Unit Numbering System), baik pelayanan rawat jalan, rawat inap
maupun penunjang.
2. Setiap pasien yang akan mendapatkan pelayanan medis dan penunjang medis
harus terdaftar di pendaftaran pasien.
3. Acuan pendaftaran menggunakan KTP.
4. Penyimpanan rekam medis pasien rawat jalan dan rawat inap disimpan dalam
satu tempat (sentralisasi).
5. Sistem Penjajaran Dokumen rekam medis menggunakan Digit Filing yaitu
dengan mensejajarkan dan mengurutkan nomor rekam medis pada 2 angka
pertama.
6. Setiap pasien yang keluar rawat inap dibuatkan ringkasan rekam medis
(resume medis).
7. Pencatatan data pelayanan rumah sakit dilaksanakan dengan system
komputerisasi.
8. Semua profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien
diwajibkan menulis seluruh hasil pelayanan yang diberikan pada lembar rekam
medis yang sudah ditentukan, dilengkapi tanggal, tanda tangan/paraf dan
initial.
9. Jika ada singkatan atau symbol harus sesuai dengan buku Singkatan yang
berlaku.
10. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib disertakan pada
Dokumen rekam medis yang ditetapkan.
11. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pendistribusian Dokumen rekam
medis, Sedangkan pengembalian oleh instalasi terkait.
12. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas penyimpanan Dokumen rekam
medis in aktif, termasuk rekam medis pasien meninggal dunia.
13. Pendistribusian Dokumen rekam medis rawat jalan paling lambat 10 menit
setelah pasien mendaftar sampai ke poliklinik yang dituju.
14. Seluruh pelayanan dokumen rekam medis dilakukan oleh petugas rekam
medis.
15. Permintaan Dokumen rekam medis hanya bisa diberikan untuk kepentingan
pengobatan pasien dan untuk kepentingan lain harus sesuai aturan dan
peminjam menggunakan tracer atau bon peminjaman.
16. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume atau
ringkasan rekam medis sesuai dengan peraturan perundang undangan yang
berlaku
17. Pemberian informasi data medis pasien hanya diberikan kepada pasien sendiri,
orang/badan yang mendapat kuasa.
18. Orang/badan yang mendapat surat kuasa harus menunjukkan identitas yang
sah, sebelum diijinkan meneliti/melihat isi Rekam Medis.
19. Penanggung jawab unit kerja pelayanan bertanggung jawab terhadap
pengembalian Dokumen rekam medis dalam waktu pelayanan rawat inap tidak
lebih dari 2 x 24 jam, rawat jalan 1 x 24 jam setelah selesai pelayanan.
20. Bagian Rekam Medis bertanggung jawab terhadap koding dan indeksing dari
diagnosis dan tindakan pasien baik pasien rawat jalan, gawat darurat, rawat
inap dan pemeriksaan penunjang.
7
21. Untuk kode diagnosis pasien menggunakan ICD 10 (Internasional Classification
of Desease revition 10), Untuk Kode Tindakan menggunakan ICD 9 CM
(Internasional Classification of Desease revition 9 Clinical Medicine).
22. Bagian Rekam Medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah
ditetapkan, baik untuk kepentingan internal maupun eksternal RSU ADELLA
Slawi Kabupaten Tegal.
23. Pasien tidak diperkenankan membawa Dokumen rekam medisnya.
24. Penggunaan rekam medis untuk kepentingan riset yang bukan dari staf medis
RSU ADELLA Slawi Kabupaten Tegal harus memperoleh persetujuan dari
Direktur RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal.
25. Dokumen rekam medis yang kembali dari unit pelayanan harus dilakukan
analisa kelengkapan (kuantitatif/kualitatif).
26. Pemusnahan Dokumen rekam medis in aktif dilakukan oleh Panitia yang
dibentuk oleh menajeman RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal (tidak dilakukan
oleh Instalasi Rekam Medis sendiri)
27. Setiap pasien yang akan mendapat pelayanan rawat inap, tindakan medis dan
pasien gawat darurat dipasang gelang identitas.
28. Yang berkepentingan akses ke bagian rekam medis pasien RSU Adella Slawi
Kabupaten Tegal adalah tenaga kesehatan yang berhak membuat/mengisi
Rekam Medis, diantaranya :
a. Dokter, dokter gigi, dokter spesialis yang melayanai pasien di RSU Adella
Slawi Kabupaten Tegal
b. Dokter tamu yang merawat pasien di RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal
c. Tenaga para medis perawat dan non perawat yang terlibat dalam
pelayanan (perawat, perawat gigi, bidan, tenaga laboratorium klinis, gizi,
anastesi, peñata rongent/Radiografer, fisioterapis, perekam medis dan
seluruh karyawan RSU ADELLA Slawi Kabupaten Tegal yang pernah
disumpah tentang menjaga kerahasiaan isi dan dokumen rekam medis)
d. Verifikator klaim BPJS internal dan external RSU Adella Slawi Kabupaten
Tegal. (tim verifikasi telah disumpah simpan rahasia kedokteran)
29. Instalasi Rekam Medis wajib mereview untuk menjamin komunikasi dan
informasi yang terakhir.
IDENTIFIKASI
Pasal 6
8
a. Setiap pasien yang masuk rawat inap dipasangkan gelang identitas pasien.
b. Prosedur identifikasi menggunakan NAMA, TANGGAL LAHIR, dan NO REKAM
MEDIK, diesesuaikan dengan tanda pengenal resmi pasien.
c. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah,
sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium
klinis, serta sebelum tindakan / prosedur.
d. Rumah sakit menggunakan gelang identifikasi berwarna Pink untuk pasien
perempuan,warna biru untuk laki laki, gelang penanda/warna kuning untuk
pasien beresiko jatuh, gelang penanda/warna merah untuk pasien dengan
alergi, dan warna /penanda ungu untuk pasien DNR.
e. Pengecualian prosedur identifikasi dapat dilakukan pada kondisi
kegawatdaruratan pasien di IGD, ICU, dan kamar operasi dengan tetap
memperhatikan data pada gelang identitas pasien.
PENUNDAAN PELAYANAN
Pasal 9
9
HAMBATAN DALAM PELAYANAN
PASAL 10
Rumah sakit berusaha mengurangi kendala fisik, bahasa dan budaya serta
penghalang lainnya dalam memberikan pelayanan.
PEMULANGAN PASIEN
Pasal 11
TRANSPORTASI
Pasal 13
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan
yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
pasien.
c. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi, baik kontrak maupun
milik rumah sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan
medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
11
- Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.
- Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
- Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi
perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.
6. DNR (Do Not Resusitation)
- Rumah Sakit memiliki proses untuk menanggapi dan menghormati
permintaan mengenai keputusan pasien untuk tidak dilakukan resusitasi
jantung paru apabila kondisi pasien memburuk dan memerlukan resusitasi
jantung paru.
- Keputusan dilakukannya DNR dipastikan oleh 3 dokter yang ditunjuk oleh
Rumah Sakit.
7. Perlindungan Harta Benda
- Rumah Sakit tidak menganjurkan pasien, keluarga, dan pengunjung
membawa harta benda berharga selama masih berada dalan lingkungan
Rumah Sakit.
- Harta benda yang dilindungi adalah harta benda milik pasien kondisi khusus
yang tidak dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri.
8. Second opinion
Rumah sakit menghormati keputusan pasien dan keluarganya tentang hak
mereka untuk mencari informasi mengenai alternatif pelayanan dan pengobatan
lainnya atau second opinion diluar lingkungan Rumah Sakit.
9. Tahap Terminal
- Rumah sakit memberikan dan mengatur pelayanan akhir kehidupan.
- Asuhan pasien dalam proses kematian harus meningkatkan kenyamanan
atau mempertahankan kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal.
10. Managemen Nyeri
Rumah Sakit memiliki proses untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mengoptimalkan kemampuan pasien untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.
12
e. Posisi rumah sakit sesuai norma agama dan budaya masyarakat, serta
persyaratan hukum dan peraturan.
ASESMEN PASIEN
Pasal 17
13
terdiri dari status pasien medikal, status pasien surgikal, status pasien
kebidanan kandungan dan status pasien anak.
h. Dalam melakukan asesmen pasien setiap dokter wajib mengikuti panduan
pelayanan klinis yang ditetapkan oleh rumah sakit berdasarkan konsensus staf
medis yang dikoordinasi oleh komite medik.
i. Setiap pasien gawat darurat asesmen medis dan keperawatan dilakukan secara
cepat dan tepat sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien dan sesegra
mungkin diberikan pelayanan. Khusus pasien operasi darurat asesmen pasien
harus ada catatan ringkas termasuk diagnosa pre operasi.
j. Asesmen medis awal dan asesmen keperawatan harus dilengkapi dalam waktu
kurang dari 24 jam dari saat pasien masuk rumah sakit. Khusus pasien gawat
darurat harus dilengkapi lebih cepat dari 24 jam.
k. Asesmen awal pasien rawat jalan kuraang dari 15 menit
l. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit akut/ non kronis, asesmen
awal diperbarui setelah 1 (satu) bulan.
m. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 3 (tiga) bulan.
n. Asesmen medis awal dan asesmen keperawatan harus dilengkapi dalam waktu
kurang dari 24 jam dari saat pasien masuk rumah sakit. Khusus pasien gawat
darurat harus dilengkapi lebih cepat dari 24 jam.
o. Asesmen awal rawat inap selesai dalam waktu 24 jam atau lebih cepat dengan
bukti pencatatan tanggal dan jam
p. Asesmen awal medis yang berasal dari praktek dokter atau diluar rumah sakit
masih diberlakukan bila kurang dari 30 hari, tetapi bila lebih dari 30 hari maka
harus dilakukan asesmen ulang. Khusus pasien yang kondisinya berubah secara
signifikan walaupun kurang dari 30 hari harus dilakukan asesmen ulang dan
dicatat dalam rekam medis.
q. Asesmen medis dan perawatan tambahan yang ditemukan seperti asesmen pra
operasi dan pra anestesi harus dicatat dalam rekam medis sebelum operasi
dilakukan dan mudah diakses.
r. Setiap pasien yang dalam hasil skrining perlu dilakukan asesmen gizi,
fungsional dan resiko jatuh dilakukan oleh seorang perawat yang kompeten dan
berkualifikasi dan hasilnya diintervensi oleh ahli gizi atau ahli rehabilitasi medik
dan dicatat dalam rekam medis.
s. Setiap pasien dengan keluhan nyeri harus dilakukan asesmen nyeri secara
mendalam oleh perawat yang kompeten dan diintervensi oleh dokter yang
kompeten serta dicatat dalam rekam medis. Dan bila diperlukan maka harus
dilakukan asesmen ulang.
t. Setiap pasien dengan karakteristik khusus seperti anak-anak, dewasa muda,
lanjut usia lemah, sakit terminal, nyeri kronis intens, inpartu, terminasi
kehamilan, kelainan emosional atau gangguan jiwa, diduga ketergantungan obat
atau alkohol, korban kekerasan atau terlantar, infeksi atau penyakit menular,
penyakit keganasan dengan kemoterapi atau radiasi, harus dilakukan asesmen
khusus dan dicatat dalam rekam medis.
u. Setiap pasien yang akan meninggal harus dilakukan asesmen ulang sesuai
kondisi pasien dan ditangani segera mungkin sesuai temuan yang diperoleh dan
dicatat dalam rekam medis.
14
v. Bila pada asesmen awal pasien ditemukan kebutuhan khusus seperti gigi, tht,
mata, kulit kelamin, jiwa dan lainnya maka harus dikonsultasikan dengan
dokter bidang terkait untuk dilakukan asesmen khusus tersebut dan dicatat
dalam rekam medis.
w. Setiap pasien yang pemulangannya kritis harus dilakukan identifikasi mulai saat
dia masuk rawat inap sampai pulang dengan kriteria khusus dan direncanakan
dengan sebaik-baiknya.
x. Setiap pasien yang dirawat harus dilakukan asesmen ulang minimal sekali
dalam sehari dalam 7 hari dan dicatat dalam rakam medis.
y. Asesmen dan asesmen ulang dilaksanakan oleh dokter dan perawat baik di
emergensi, rawat jalan dan rawat inap dilakukan oleh mereka yang profesional
dibidangnya, kompeten dengan bukti sertifikasi serta memiliki surat izin
praktek.
z. Untuk pasien kompleks harus dilakukan klinikal meeting semua yang terlibat
pelayanan pasien tersebut dan menginformasikan kepada keluarga serta tercatat
dalam rekam medis.
aa. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien
(discharge)
bb. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas dasar
kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap pengobatan dan
untuk merencanakan pengobatan atau untuk pemulangan pasien.
cc. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diintegrasikan.
dd. Penanganan kebutuhan pasien berdasarkan skala prioritas.
MANAJEMEN OBAT
Pasal 18
1. Pelayanan farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan
rumah sakit yang komprehensif dan berorientasi kepada pelayanan pasien,
penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang
terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
2. Perbekalan farmasi adalah sediaan farmasi yang meliputi obat, bahan obat, alat
kesehatan, reagensia, radio farmasi serta gas medis. Pengelolaan perbekalan
farmasi menggunakan sistem manajemen satu pintu.
3. Pengelolaan sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah suatu proses yang
berkesinambungan yang dimulai dari pemilihan, perencanaan. Penganggaran,
pengadaan, penerimaan, produksi, penyimpanan. distribusi, peracikan.
pengendalian, pengembalian, pemusnahan, pencatatan dan pelaporan.
4. Pemilihan atau seleksi perbekalan farmasi Instalasi Farmasi berkoordinasi
dengan Panitia Farmasi dan Terapi serta Ketua Kelompok Staf Medis untuk
menetapkan obat yang digunakan di rumah sakit dan menyusunnya dalam
suatu formularium rumah sakit.
5. Formularium Rumah Sakit disusun berdasarkan usulan dari masing-masing
kelompok staf medis fungsional yang diputuskan dalam rapat panitia farmasi
dan terapi. Revisi dilakukan sekurang-kurangnya selama 1 tahun.
15
6. Perencanaan perbekalan farmasi dalam jumlah besar dibuat sekali dalam satu
tahun dan melibatkan Panitia Farmasi dan Terapi, Instalasi Farmasi, Pengendali
kegiatan dan pihak lain yang terkait.
7. Pengadaan Perbekalan Farmasi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku dan peraturan yang ada di RSU Adella Slawi Kabupaten Tegal.
8. Penyimpanan Perbekalan Farmasi memperhatikan sifat bahan dengan sistem
first in first out (FIFO) dan fisrt expired first out (FEFO) dan di kelompokan antara
obat jadi, bahan baku obat, sediaan nutrisi parenteral, alat kesehatan dan
reagensia, radiofarmasi.
9. Distribusi untuk pasien rawat jalan dengan sistem resep perseorangan dan
untuk pasien rawat inap dengan sistem unit dosis untuk pemakaian satu hari.
untuk pasien di instalasi bedah sentral dengan sistem paket operasi.
10. Obat high alert disimpan di gudang dan depo farmasi serta di unit pelayanan
yang membutuhkan secara klinis. Elektrolit konsentrat yang disimpan di unit
pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara yang
membatasi akses (restrict access).
11. Elektrolit konsentrat tidak berada di unit pelayanan pasien kecuali jika
dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
tidak sengaja di area tersebut,bila diperkenankan kebijakan.
12. Penarikan kembali (recall) dapat dilakukan atas permintaan produsen atau
instruksi instansi pemerintah yang berwenang. Tindakan penarikan kembali
dilakukan segera (2x24 jam) setelah diumumkannya instruksi untuk penarikan
kembali.
13. Peresepan
Dokter yang berhak menulis resep ditetapkan oleh rumah sakit sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku.
Penulisan resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan mengacu
pada formularium rumah sakit
Informasi spesifik untuk telaah resep sekurang kurangnya terdapat identitas
pasien yang tercetak dan ditempel pada lembar, berat badan, tinggi badan serta
informasi alergi.
14. Rekonsiliasi obat pertama kali dilakukan oleh petugas farmasi di ruang
perawatan ketika mendapatkan laporan dari perawat ruangan dimana pasien
dirawat. Rekonsiliasi obat selanjutnya dilakukan selama pasien dirawat di
rumah sakit. Obat yang dibawa pasien disimpan oleh pasien.
MANAJEMEN NUTRISI
Pasal 19
a. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi
dan melibatkan pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda.
b. Menggunakan suatu checklist untuk melakukan verifikasi praoperasi tepat-
lokasi, tepat-prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan
yang diperlukan tersedia, tepat/benar, dan fungsional.
c. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/mendokumentasikan
prosedur “sebelum insisi / time-out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur /
tindakan pembedahan.
HAND HYGIENE
Pasal 21
17
a. Semua staf harus mampu melakukan cuci tangan sesuai panduan yang
berlaku.
b. Cuci tangan ada 2 teknik, dengan hand rub atau hand wash
c. Cuci tangan dilakukan dalam 5 moment
RISIKO JATUH
Pasal 22
a. Penerapan asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang
terhadap pasien bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan.
b. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang
pada hasil asesmen dianggap berisiko.
c. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan
cedera akibat jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja.
Pelayanan sedasi ringan yang dilaksanakan oleh tenaga medis yang kompeten yaitu
dokter dan menjadi tanggung jawab masing-masing.
18
3. Terwujudnya bangunan gedung sesuai fungsi yang ditetapkan dan yang
memenuhi persyaratan teknis : keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan
kemudahan serta kelestarian lingkungan.
4. Setiap pengadaan Bahan B3 harus mengupayakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja dengan menyertakan lembar MSDS dalam pengirimannya dan rumah
sakit menyediakan ruang atau tempat penyimpanan khusus B3.
5. Setiap pengendalian B3 harus mengupayakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja serta pencegahan pencemaran lingkungan hidup.
6. Setiap penanggulangan B3 harus mengupayakan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja serta pencegahan pencemaran lingkungan hidup.
7. Setiap pekerja / operator sarana, prasarana, dan peralatan, serta yang bekerja
di area beresiko harus dilakukan pemeriksaan secara berkala.
8. Terlaksananya pelaporan Kejadian Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja
9. Penanganan kecelakaan bahan kimia sesuai dengan prosedur bahan.
10. Terlaksananya penyehatan lingkungan meliputi : penyehatan ruang dan
bangunan, penyehatan makanan dan minuman, penyehatan air, penanganan
limbah, penyehatan tempat pencucian umum termasuk laundry, pengendalian
serangga, tikus dan binatang penganggu, lain, pemantauan sterilisasi dan
desinfeksi, perlindungan radiasi dan upaya promosi kesehatan lingkungan.
11. Pihak eksternal / independen yang berada dan melakukan usaha di Rumah
Sakit harus mematuhi ketentuan Manajemen Fasilitas Keselamatan antara
lain :
- Menyediakan peralatan pemadam api (APAR)
- Selalu mensosialisasikan kepada semua anggotanya tentang pencegahan
kecelakaan dan bencana termasuk kebakaran.
12. Apabila terjadi bencana kebakaran, untuk gedung yang tidak memiliki fire
alarm sebagai tanda peringatan, maka dapat menggunakan lonceng.
13. Apabila terjadi bencana untuk gedung bertingkat yang tidak mempunyai Ram
maka proses evakuasi pasien yang tidak dapat berjalan sendiri diangkat
menggunakan tandu atau kain 2 lapis (sprei dan boven laken), evakuasi menuju
titik berkumpul
14. Sosialisasi prosedur evakuasi kejadian bencana dilaksanakan pada waktu apel,
pada waktu pelatihan K3 dan saat simulasi kejadian bencana yang
dilaksanakan minimal 1 tahun sekali.
15. Memastikan sarana dan prasarana RS diperiksa dan dikalibrasi secara berkala
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PELAYANAN PASIEN
Pasal 26
19
b) Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, yang diberikan oleh
praktisi yang kompeten tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau
waktu tertentu.
c) Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien menentukan alokasi sumber
daya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
d) Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan
anestesia) sama di seluruh rumah sakit.
e) Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima
asuhan keperawatan yang setingkat di seluruh rumah sakit.
f) Asuhan pasien yang seragam menghasilkan penggunaan sumber daya
yang efisien dan sehingga mendapatkan evaluasi hasil (outcome) yang
sama untuk asuhan di seluruh rumah sakit
f. Asuhan medis dan keperawatan bagi pasien risiko tinggi dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
5. Manajemen Nutrisi
a. Setiap pasien baru di skrining status gizinya dan dicatat dalam rekam medik.
b. Jika dalam penilaian tersebut terindikasi kurang gizi atau lebih gizi, maka
akan dilanjutkan penanganan gizinya oleh Tim Gizi RSU ADELLA Slawi
Kabupaten Tegal.
c. Makanan atau nutrisi yang sesuai untuk pasien, tersedia secara regular.
d. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
e. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi risiko
kontaminasi dan pembusukan
21
f. Semua makanan pasien yang bukan dari Instalasi Gizi, baik yang dibawa
keluarga pasien dari rumah maupun yang dikelola pihak ke-3 mendapatkan
pengawasan dan edukasi tentang batasan diet pasien dari instalasi Gizi RSU
ADELLA Slawi Kabupaten Tegal.
g. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor dan dicatat dalam rekam medis.
h. Kerjasama antara DPJP Primer, Perawat Penanggung Jawab Asuhan
Keperawatan dan ahli gizi dalam merencanakan, memberikan dan memonitor
terapi gizi.
i. Penyiapan makanan, penanganan, penyimpanan dan distribusinya, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku.
j. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.
6. Manajemen Nyeri
a. Semua pasien rawat darurat, rawat inap dan rawat jalan harus dilakukan
skrining untuk nyeri, dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyeri dengan
menggunakan skala yang baku.
b. Asesmen ulang nyeri dilakukan dalam interval tertentu setelah dilakukan
terapi untuk mengatasi nyeri tersebut.
c. Apabila nyerinya ≥ 4, DPJP berkewajiban melakukan manajemen nyeri.
d. Apabila skala rasa nyerinya ≥ 7 dan tidak bisa ditangani oleh DPJP, maka
DPJP bisa melaporkan ke Tim Manajemen Nyeri RSU ADELLA Slawi
Kabupaten Tegal untuk mendapatkan saran terapi.
e. Pasien dan keluarga akan dikomunikasikan dan diberi pendidikan tentang
pengelolaan nyeri oleh DPJP atau Perawat Penanggung Jawab Pelayanan.
Ditetapkan di Slawi
pada tanggal
23