Anda di halaman 1dari 12

AKHLAK

RINA KURNIA, S.Th.I, M,pd.

SJ 1B

Disusun oleh:
Kelompok IV
1. Avrillicia Tastaftia (201915500307)
2. Euis Amanah (201915500221)

Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial

TB. Simatupang, Jl. Nangka Raya No.58 C, RT.5/RW.5, Tj. Bar., Kec. Jagakarsa, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12530
Daftar Isi

Daftar Isi.................................................................................................. 1

BAB I Pendahuluan
Pendahuluan. ................................................................................ 2

BAB II Pembahasan
A. Pengertian Ahlak. ......................................................................... 2
B. Pembagian Ahlak. ......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup Ahlak. ................................................................. 5
D. Pembinaan Ahlak. ......................................................................... 7
E. Perbedaan Ahlak, Etika dan Susila. .............................................. 8

BAB III Kesimpulan. .............................................................................. 9


Daftar Pustaka. .......................................................................... 10
BAB I
Pendahuluan

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Agama.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen atas bimbingan,
dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah
sesuai yang kami harapkan.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang Ahlak
Manusia. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus
pengetahuan bagi kita semuanya. Aamiin.
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian Ahlak

Dalam bahasa Arab, kata “akhlak” seakar dengan kata “khalik” dan “makhluk”.
Akar ketiganya berasal dari kata “khalaqa – yakhluqu – khalqan” yang berarti
mencipta. Allah disebut dengan al-khalik karena dia adalah satu-satunya zat yang
dapat mencipatakan sesuatu. Oleh karena itu, kata khalik tidak dapat disandangkan
kepada selain Allah. Adapun seluruh alam raya beserta isinya, termasuk manusia
disebut dengan makhluk, karena ia merupakan ciptaan Allah. Selanjutnya kata
akhlak merupakan jamak dari “khuluqun” yang berarti perangai atau sifat-sifat yang
mencerminkan diri manusia.

Adapun pengertian ahlak secara istilah (terminologi) beberapa pakar


mengemukakan pendapatnya sebagai berikut:
1. Ibnu Maskawih
“Keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (lebih dulu).”

2. Imam Al-Ghazali
“Ahlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dulu).”

3. Dr. A. Rahman Ritonga


“Ahlak adalah potensi yang tertanam didala jiwa seseorang yang mampu
mendorongnya berbuat baik dan buruk tanpa didahului oleh pertimbangan
akal dan emosi.”

Beberapa pendapat diatas berbeda-beda katanya namun menjurus ke satu


maksud.
B. Pembagian Ahlak
Dari segi sifatnya, ahlak dibagi menjadi dua yaitu ahlak terpuji (al-ahlaq al-
mahmudah) dan ahlak tercela (al-ahlaq al-madzummah).
Jika perbuatannya itu sejalan dengan ajaran islam yang bersumber dari Al-
quran dan Al-hadits dan begitupun sebaliknya.

1. Ahlak Terpuji ( Al-ahlaq al-mahmudah)


Menurut imam Al-Ghazali, berahlak mulia atau terpuji artinya
menghilangkan adat kebiasaan yang tercela yang sudah digariskan dalam
ajaran agama islam serta menjauhkan diri dari perbuatan tercela tersebut,
kemudian membiasakan kebiasaan baik, melakukannya dan
mencintainya.
Ahlak terpuji dibagi menjadi dua bagian:
1. Taat lahir
Taat lahir berarti melakukan seluruh amal ibadah yang diwajibkan
Tuhan, termasuk berbuat baik kepada sesame manusia dan
lingkungan. Beberapa perbuatan yang dikategorikan taat lahir adalah:
a. Tobat, dikategorikan pada taat lahir karena sikap dan tingkah laku
seseorang namun sifat penyelesaiannya merupakan taat batin.
b. Amar makruf dan nahi munkar, perbuatan baik kepada sesama
manusia sebagai bentuk implementasi dari perintah Allah SWT.
c. Syukur, berterimakasih kepada segala nikmat yang telah Allah
limpahkan kepada kita selaku umatnya. Perbuatan ini termasuk
yang sedikit sekali dikerjakan oleh mahluk Allah sebagai mana
firmannya dalam QS Saba; 13.
2. Taat batin
Taat batin adalah segala sifat yang baik, yang terpuji yang dilakukan
oleh batin (hati)
a. Tawakkal, berserah diri sepenuhnya kepada Allah SWT.
b. Sabar, keyakinan bahwa semua yang dihadapi adalah cobaan dan
ujian dari Allah SWT.
c. Qanaah, merasa cukup dan dan rela dengan pemberian yang
dianugrahkan oleh Allah. Menurut Buya Hamka qanaah meliputi:
1. Menerima dengan rela apa yang ada
2. Memohon kepada Tuhan tambahan yang pantas dan berikhtiar
3. Menerima dan sabar akan ketentuan Tuhan
4. Bertawakkal kepada Allah
5. Tidak tertarik oleh tipu daya dunia.

2 . Ahlak Tercela
Menurut Imam Gazali, ahlak tercela ini mempunyai sifat muhlikat yang artinya
membinasakan yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya. Al
Gazali juga menerangkan 4 hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan
tercela, diantaranya :
1. Dunia dan isinya, yaitu beberapa hal yang bersifat material (harta, tahta)
yang ingin dimiliki sebagai kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya.
2. Manusia, selain mendatangkan kebaikan manusia juga dapat mengakibatkan
keburukan. Misalnya seseorang dapat membuat lalai pada perintah Allah.
3. Setan (Iblis), Syetan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda
manusia melalui batinnya agar melanggar perintah Tuhannya.
4. Nafsu, Nafsu adakalanya baik (muthmainah) adakalanya buruk (amarah)
akan tetapi nafsu lebih condong pada keburukan.

Kemudian pada dasarnya sifat tercela dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Maksiat lahir
Maksiat lahir dibagi lagi menjadi beberapa bagian:
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berkata kotor, mencaci maki dan
lain sebagainya.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan percakapan orang tanpa
permisi (menguping)
c. Maksiat mata, melihat aurat wanita yang bukan mukhrimnya dan
sebaliknya ataupun melihat hal-hal yang menjadi larangannya.
d. Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri,
menggunakan tangan untuk merampas hak milik oranglain dan tangan
untuk mengurangi timbangan.
2. Maksiat batin
Maksiat batin lebih berbahaya daripada maksiat lahir, karena tidak
terlihat, dan lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin belum
dilenyapkan maksiat lahir tidak akan bisa dihindari. Bahkan para sufi
menganggap maksiat batin sebagai najis maknawi. Yang karena adanya
najis tersebut, tidak memungkinkan mendekati Tuhan.
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakan oleh tabiat
hati, sedangkan hati mempunyai sifat yang tidak tetap, berbolak balik
sesuai keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinya. Beberapa contoh
penyakit batin adalah:
a. Marah (ghadab) dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam
didalam hati, sebagai salah satu godaan syaitan terhadap manusia.
Islam menganjurkan orang yang marah agar berwudhu (menyiram api
kemarahan dengan air).
b. Dongkol (hiqd) perasaan jengkel yang ada didalam hati atau buah
kemarahan yang tidak dapat tersalurkan.
c. Dengki (hasad) penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri, ambisi.
Islam melarang bersikap dengki sebagaimana sabda Rasulullah yang
berbunyi,”Jauhilah oleh mu akan dengki karena sesungguhnya dengki
dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu.” (HR Abu
Dawud)
d. Sombong dan angkuh, kedua kata tersebut mempunyai makna yang
sama yaitu berlebihan mengagumi diri sendiri dan merendahkan
oranglain.

C. Ruang Lingkup Ahlak


Ruang lingkup ahlak meliputi:
1. Ahlak kepada Allah
a. Mengabdi hanya kepada Allah SWT
Mengabdi dan bertakwa hanya kepada Allah, tidak akan
mempersekutukan Allah dengan apapun dalam bentuk apapun, serta
dalam situasi dan kondisi apapun. Sebagaimana firman Allah dalam
al-quran surah Adz-Dzariyat:56 yang artinya berbunyi, “dan Aku
(ALLAH) tidak menciptakan jin dan manusia, ,melainkan supaya
mereka menyembah kepada-Ku.”
b. Bersyukur kepada Allah SWT
Rasa syukur itu dinyatakan dengan mengetahui bahwa tiada pemberi
kenikmatan selain Allah. Sebagaimana firman Allah dalam surat
Ibrahim:6-7 yang artinya berbunyi, “Dan ingatlah tatkala Tuhan kamu
memberitahu jika kamu bersyukur niscahya aku tambah nikmat bagi
kamu, apabila tidak bersyukur maka azab-Ku sangat pedih.”
c. Tawakkal memfokuskan badan dan ibadah hanya kepada Allah.
“Yang apabila terjadi suatu kerusakan, mereka berkata: sesungguhnya
kami milik Allah, sesungguhnya kepadanyalah kami akan kembali.”
(QS Al-Baqarah: 15)
d. Tunduk dan patuh kepada Allah SWT
“Taatlah kepada perintah Allah dan Rasul-Nya supaya kalian
mendapat rahmat.” (QS Al-imran:132)
e. Ikhlas menerima keputusan Allah
“Dan alangkah baik jika mereka ridha dengan apa yang Allah dan
Rasul-Nya berikan kepada mereka, sambil mereka berkata :
“Cukuplah Allah bagi kami sesungguhnya, Allah dan Rasul-Nya akan
memberi kepada kamu karunia-Nya sesungguhnya kami mencintai
Allah.” (QS At-taubah:59)
f. Thadaru dan khusyuk
Thadaru artinya merendahkan diri kepada Allah, Maksudnya adalah
apabila beribadah, berdoa atau memohon kepada Allah hendaknya
merendahkan diri sepenuhnya kepada Allah, lebih-lebih disaat sujud
pada saat sholat. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al-
Mukminun: 1-2 yang berbunyi, “Beruntunglah orang-orang yang
beriman, mereka yang khusyu pada shalatnya.”
Khusyu artinya tekun sambil menundukan diri. Khusyu dalam
perkataan maksudnya dalam beribadah yang berpola perkataan, dibaca
khusus kepada Allah robbul ‘alamin dengan tekun sambil
menundukan diri. Terbitnya kekhusyuan itu dating dari dalam hati.
Sebagaimana firman Allah dalam QS Az-zumar:53 yang artinya
berbunyi, “Memohonlah kepada Tuhan kalian dengan rendah hati dan
dengan rahasia (suara hati). Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang melanggar batas.”
g. Husnudzon
“Janganlah mati salah seorang dari kalian, melainkan dalam keadaan
baik sangka kepada Allah.”(HR Muslim) artinya fikiran manusia
harus didasari akal yang sehat dan hati yang jernih.

D. Pembinaan Ahlak
Islam sudah menciptakan suatu kaidah untuk membina umatnya sehingga
dapat memelihara eksistensi mereka dan dapat mencapai keseimbangan
semua unsur kekuatan.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode pembinaan ahlak, diantaranya
adalah:
1. Memberi pelajaran atau nasihat
Ini metode yang cukup dikenal dalam pembinaan islam yang menyentuh
diri bagian dalam dan mendorong semangat penaihat untuk mengadakan
perbaikan, sehingga pesannya dapat diterima. Metode ini akan lebih
diterima apabila yang menerima nasihat percaya pada pemberi nasihat ,
sementara nasihat datangnya dari hati. Sebab apa apa yang dating dari
hati akan sampai ke hati pula.
2. Membiasakan ahlak yang baik
Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan
ahlak yang baik, maka semua yang baik itu diubah menjadi sebuah
kebiasaan. Metode pembiasaan yaitu melakukan hal tertentu secara
berulang-ulang sehingga menjadi bagian hidup dari manusia seperti
sholat dan puasa.
3. Memilih teman yang baik
Teman dalam hal ini sangat berperan penting karna sering kita saksikan
orang yang baik dapat jatuh tergelincir ke perbuatan tercela yang disebab
kan oleh temannya. Orang yang paling baik untuk dijadikan teman adalah
mereka yang berilmu serta shalih.
4. Memberi pahala dan sanksi
Jika pembinaan ahlak tak berhasil dengan metode keteladanan dan
pemberian ahlak maka beralihlah pada metode memberi pahala dan
sanksi. Sebab Allah SWT pun telah menciptakan surge dan neraka, dan
berjanji dengan surge-Nya dan mengancam dengan neraka-Nya. Disisi
lain manusia memerlukan metode ini, sehingga dua duanya ditetapkan
dalam islam yakni dalam kehidupan dan bidang pembiasaan.

Keteladanan memberi peran penting dalam pembinaan ahlak islami


terutama pada anak-anak. Sebab anak-anak itu suka meniru orang-orang
yang mereka lihat baik tindakannya maupun budi pekertinya. Karena itu
pembinaan ahlak islami melihat keteladanan yang baik adalah suatu
metode.
Umar bin Utbah pernah berkata pada guru anaknya, “langkah pertama
dalam membimbing anakku hendaklah membimbing dirimu, maka yang
baik pada mereka adalah yang kamu kerjakan dan yang buruk pada
mereka adalah yang kamu tinggalkan.”

E. Perbedaan Ahlak, Etika, Moral dan Susila


Disamping istilah ahlak, ada beberapa istilah yang sering disama artikan
dengan ahlak oleh banyak orang yaitu moral, etika dan susila.
Moral dari bahasa latin (mores) ialah prilaku yang sudah menjadi kebiasaan
seseorang dan baik buruknya prilaku itu diukur dengan norma yang berlaku
(hukum dan adat).
Etika dari bahasa Yunani yaitu (ethos) ialah prilaku yang sudah menjadi
kebiasaan seseorang. Untuk mengukur baik buruk atau kebiasaan itu adalah
dengan mempergunakan standar logika hukum yang sehat.
Susila dari bahasa sansekerta ( su=baik dan sila=prinsip) yaitu prilaku yang
sudah menjadi kebiasaan seseorang. Baik buruknya diukur dengan perasaan.
Susila seing juga disebut sopan santun atau tata karma.
BAB III
Kesimpulan

Akhlak merupakan sifat-sifat yang mencerminkan diri manusia. Akhlak dibagi


menjadi 2, yatu akhlak terpuji atau akhlak baik dan akhlak tercelak atau bisa disebut
akhlak yang tidak baik. Manusia di dunia ini adakalanya manusia tersebut
perbuatannya baik, berarti ia mempunyai akhlak yang baik, namun sebaliknya, jika
perbiatannya itu jelek maka ia mempunyai akhlak yang tidak baik atau akhlak
tercela.
Sebaiknya sebagai seorang muslim yang baik kita harus mempunyai akhlak yang
terpuji agar orang-orang lain dapat menghormati dan menghargai kita, dan juga
derajat dari orang tersebut akan diangkat oleh Allah SWT.
Daftar Pustaka
1. Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Miskawih , Tahdzib al-Akhlaq, Dar Al-
Kutub al-ilmiyyah. Beirut 1985.
2. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi, Ihya Ulum
Al-Din, Dar Al-Fikr, Beirut.
3. Zaki Mubarak, Al akhlaq ‘inda Al-Ghazali , Muasassah Al-Handawi li al
Ta’lim wa al-Tsaqafah, Mesir.
4. Prof. Dr. Ahmad Amin, Al-Akhlaq, Dar Al-Kutub Al-Mishriyyah, Cairo,
1936.

Anda mungkin juga menyukai