SJ 1B
Disusun oleh:
Kelompok IV
1. Avrillicia Tastaftia (201915500307)
2. Euis Amanah (201915500221)
TB. Simatupang, Jl. Nangka Raya No.58 C, RT.5/RW.5, Tj. Bar., Kec. Jagakarsa, Kota
Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12530
Daftar Isi
Daftar Isi.................................................................................................. 1
BAB I Pendahuluan
Pendahuluan. ................................................................................ 2
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Ahlak. ......................................................................... 2
B. Pembagian Ahlak. ......................................................................... 3
C. Ruang Lingkup Ahlak. ................................................................. 5
D. Pembinaan Ahlak. ......................................................................... 7
E. Perbedaan Ahlak, Etika dan Susila. .............................................. 8
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan
rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
ini sebagai tugas mata kuliah Agama.
Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal
mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar
lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Dosen atas bimbingan,
dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat
menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insyaAllah
sesuai yang kami harapkan.
Pada dasarnya makalah yang kami sajikan ini khusus mengupas tentang Ahlak
Manusia. Untuk lebih jelas simak pembahasannya dalam makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus
pengetahuan bagi kita semuanya. Aamiin.
BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Ahlak
Dalam bahasa Arab, kata “akhlak” seakar dengan kata “khalik” dan “makhluk”.
Akar ketiganya berasal dari kata “khalaqa – yakhluqu – khalqan” yang berarti
mencipta. Allah disebut dengan al-khalik karena dia adalah satu-satunya zat yang
dapat mencipatakan sesuatu. Oleh karena itu, kata khalik tidak dapat disandangkan
kepada selain Allah. Adapun seluruh alam raya beserta isinya, termasuk manusia
disebut dengan makhluk, karena ia merupakan ciptaan Allah. Selanjutnya kata
akhlak merupakan jamak dari “khuluqun” yang berarti perangai atau sifat-sifat yang
mencerminkan diri manusia.
2. Imam Al-Ghazali
“Ahlak ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan
pikiran (lebih dulu).”
2 . Ahlak Tercela
Menurut Imam Gazali, ahlak tercela ini mempunyai sifat muhlikat yang artinya
membinasakan yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya
kebinasaan dan kehancuran diri yang tentu saja bertentangan dengan fitrahnya. Al
Gazali juga menerangkan 4 hal yang mendorong manusia melakukan perbuatan
tercela, diantaranya :
1. Dunia dan isinya, yaitu beberapa hal yang bersifat material (harta, tahta)
yang ingin dimiliki sebagai kebutuhan untuk keberlangsungan hidupnya.
2. Manusia, selain mendatangkan kebaikan manusia juga dapat mengakibatkan
keburukan. Misalnya seseorang dapat membuat lalai pada perintah Allah.
3. Setan (Iblis), Syetan adalah musuh manusia yang paling nyata, ia menggoda
manusia melalui batinnya agar melanggar perintah Tuhannya.
4. Nafsu, Nafsu adakalanya baik (muthmainah) adakalanya buruk (amarah)
akan tetapi nafsu lebih condong pada keburukan.
Kemudian pada dasarnya sifat tercela dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Maksiat lahir
Maksiat lahir dibagi lagi menjadi beberapa bagian:
a. Maksiat lisan, seperti berkata-kata yang tidak memberikan manfaat,
berlebih-lebihan dalam percakapan, berkata kotor, mencaci maki dan
lain sebagainya.
b. Maksiat telinga, seperti mendengarkan percakapan orang tanpa
permisi (menguping)
c. Maksiat mata, melihat aurat wanita yang bukan mukhrimnya dan
sebaliknya ataupun melihat hal-hal yang menjadi larangannya.
d. Maksiat tangan, seperti menggunakan tangan untuk mencuri,
menggunakan tangan untuk merampas hak milik oranglain dan tangan
untuk mengurangi timbangan.
2. Maksiat batin
Maksiat batin lebih berbahaya daripada maksiat lahir, karena tidak
terlihat, dan lebih sukar dihilangkan. Selama maksiat batin belum
dilenyapkan maksiat lahir tidak akan bisa dihindari. Bahkan para sufi
menganggap maksiat batin sebagai najis maknawi. Yang karena adanya
najis tersebut, tidak memungkinkan mendekati Tuhan.
Maksiat batin berasal dari dalam hati manusia atau digerakan oleh tabiat
hati, sedangkan hati mempunyai sifat yang tidak tetap, berbolak balik
sesuai keadaan atau sesuatu yang mempengaruhinya. Beberapa contoh
penyakit batin adalah:
a. Marah (ghadab) dapat dikatakan seperti nyala api yang terpendam
didalam hati, sebagai salah satu godaan syaitan terhadap manusia.
Islam menganjurkan orang yang marah agar berwudhu (menyiram api
kemarahan dengan air).
b. Dongkol (hiqd) perasaan jengkel yang ada didalam hati atau buah
kemarahan yang tidak dapat tersalurkan.
c. Dengki (hasad) penyakit hati yang ditimbulkan kebencian, iri, ambisi.
Islam melarang bersikap dengki sebagaimana sabda Rasulullah yang
berbunyi,”Jauhilah oleh mu akan dengki karena sesungguhnya dengki
dapat memakan kebaikan seperti api memakan kayu.” (HR Abu
Dawud)
d. Sombong dan angkuh, kedua kata tersebut mempunyai makna yang
sama yaitu berlebihan mengagumi diri sendiri dan merendahkan
oranglain.
D. Pembinaan Ahlak
Islam sudah menciptakan suatu kaidah untuk membina umatnya sehingga
dapat memelihara eksistensi mereka dan dapat mencapai keseimbangan
semua unsur kekuatan.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode pembinaan ahlak, diantaranya
adalah:
1. Memberi pelajaran atau nasihat
Ini metode yang cukup dikenal dalam pembinaan islam yang menyentuh
diri bagian dalam dan mendorong semangat penaihat untuk mengadakan
perbaikan, sehingga pesannya dapat diterima. Metode ini akan lebih
diterima apabila yang menerima nasihat percaya pada pemberi nasihat ,
sementara nasihat datangnya dari hati. Sebab apa apa yang dating dari
hati akan sampai ke hati pula.
2. Membiasakan ahlak yang baik
Kebiasaan itu mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia.
Islam memanfaatkan kebiasaan sebagai salah satu metode pembinaan
ahlak yang baik, maka semua yang baik itu diubah menjadi sebuah
kebiasaan. Metode pembiasaan yaitu melakukan hal tertentu secara
berulang-ulang sehingga menjadi bagian hidup dari manusia seperti
sholat dan puasa.
3. Memilih teman yang baik
Teman dalam hal ini sangat berperan penting karna sering kita saksikan
orang yang baik dapat jatuh tergelincir ke perbuatan tercela yang disebab
kan oleh temannya. Orang yang paling baik untuk dijadikan teman adalah
mereka yang berilmu serta shalih.
4. Memberi pahala dan sanksi
Jika pembinaan ahlak tak berhasil dengan metode keteladanan dan
pemberian ahlak maka beralihlah pada metode memberi pahala dan
sanksi. Sebab Allah SWT pun telah menciptakan surge dan neraka, dan
berjanji dengan surge-Nya dan mengancam dengan neraka-Nya. Disisi
lain manusia memerlukan metode ini, sehingga dua duanya ditetapkan
dalam islam yakni dalam kehidupan dan bidang pembiasaan.