Artikel Jurnal
Disusun Oleh :
No.Absen : 01
2018
A. PENDAHULUAN
Teknologi saat ini berkembang secara pesat. Hal ini terjadi karena
penggunaan teknologi memengaruhi berbagai bidang kehidupan. Menurut Roger
(dalam Ananda, 2011: 3) teknologi adalah suatu rancangan untuk alat bantu
tindakan yang dapat mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat guna
mencapai suatu hal yang diinginkan. Berbagai macam aktivitas memerlukan
teknologi untuk mempermudah kegiatan sehari-hari, salah satunya yaitu pada
bidang pendidikan.
B. KAJIAN TEORI
1.Pemahaman Konsep
a) Hakikat Pemahaman Konsep
Dalam KBBI (depdiknas, 2008: 998) Pemahaman adalah proses
perbuatan memahami atau memahamkan. Sedangkan, konsep
menurut Dahar (dalam Priyambodo, 2016: 10) merupakan dasar
untuk berfikir, untuk belajar mengenai aturan sehingga dapat
menyelesaikan suatu permasalahan yang ada. Dari paparan teori
diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep adalah
proses memahami setiap dasar untuk bepikir guna
menyelesaikan suatu masalah.
b) Indikator Pencapaian Pemahaman Konsep
Menurut Wardhani (dalam Priyambodo, 2016: 12) indikator
yang menyatakan sesorang sudah memahami konsep adalah: (1)
Menyajikan ulang sebuah konsep; (2) Membedakan sebuah
objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya; (3)
Mempresentasikan konsep dalam berbagai bentuk representasi
matematis; dan (5) Mengembangkan syarat perlu atau syarat
cukup dari suatu konsep.
c) Pola Memahami Konsep
2.Bimbingan Belajar Online
a) Hakikat Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar adalah proses pemberian bantuan kepada
siswa dalam menyelesaikan masalah belajar yang dihadapi
siswa, sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan (Faizah
dalam Gideon, 2018: 170). Sedangkan menurut Safrudin (dalam
Gideon, 2018: 170) bimbingan belajar adalah suatu bantuan
kepada siswa dalam memecahkan kesulitan dalam belajar baik
di sekolah maupun di luar sekolah. Berdasarkan pengertian
bimbingan belajar diatas, dapat disimpulkan bahwa bimbingan
belajar adalah proses pemecahan masalah yang dihadapi siswa
dalam belajar guna mencapai tujuan belajar yang diinginkan.
b) Fungsi Bimbingan Belajar
Suherman (dalam Gideon, 2018: 171) menyatakan bahwa fungsi
bimbingan belajar adalah: (1) Fungsi pencegahan (preventive
function), yaitu bimbingan belajar berupaya untuk mencegah
kemungkinan timbulnya masalah pada siswa; (2) Fungsi
penyaluran (distributive function) yang berarti menyediakan
kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan bakat dan minat
sehingga mencapai hasil belajar yang sesuai dengan
kemampuannya; (3) Fungsi penyesuaian (adjustive function)
yaitu membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan; (4) Fungsi perbaikan (remedial function) melalui
pengajaran remedial; dan (5) Fungsi pemeliharaan
(maintenance and development function) dimana hasil belajar
siswa yang dipandang positif harus tetap dipertahankan, atau
bahkan harus ditingkatkan agar tidak mengalami kesulitan lagi.
c) Bimbingan Belajar Online
Dalam KBBI, online atau dalam jaringan dinyatakan sebagai
“terhubung melalui jaringan komputer, internet, dan
sebagainya; daring”. Jadi dapat kita simpulkan bahwa
bimbingan belajar online adalah proses pemecahan masalah
yang dihadapi siswa dalam belajar guna mencapai tujuan belajar
yang diinginkan melalui jaringan internet.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini mengkaji sejauh manakah tingkat pemahaman konsep pelajar terhadap
materi SBMPTN. Peneliti melakukan penelitian pada tanggal 1 November 2018,
melalui aplikasi google form. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan peneliti
dengan sampel murid XII MIPA 6 SMA Negeri 1 Surakarta, dapat dipaparkan data
sebagai berikut.
Untuk mengetahui jumlah pengguna bimbel online dapat dipaparkan melalui data
berikut ini:
yang susah dalam menahan nafsu. Pelecehan verbal dapat ditujukan kepada
siapapun dan oleh siapapun tanpa pandang bulu, terutama pada kaum remaja wanita.
Saat ini tindakan tersebut sering dilakukan di tempat-tempat umum bahkan di
keramaian. Di era modern ini, kegiatan pelecehan verbal semakin merajalela disertai
dengan kemajuan teknologi. Hal ini dikarenakan pelecehan verbal dapat dilakukan
melalui media-media sosial, seperti aplikasi instagram, line, whatsapp dan aplikasi
chatting lainnya.
Pelecehan verbal yang pada dasarnya merupakan kegiatan yang ditujukan
langsung pada individu dan dapat merendahkan harga diri seseorang adalah kegiatan
yang sangat tidak etis dalam segi kesopanan maupun agama. Peneliti melakukan
penelitian pada 31 Oktober 2018, melalui aplikasi google form. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan peneliti dengan sampel siswa XII Mipa 4 SMA Negeri 1 Surakarta,
dapat dipaparkan data sebagai berikut.
1. Intensitas Siswa dalam Mengalami Pelecehan Verbal
Untuk mengetahui pernah atau tidak responden dan tingkat keseringan dalam
mengalami pelecehan verbal, dapat dipaparkan melalui data berikut ini :
Diagram di atas menunjukkan bahwa, dari 14 responden, 100% atau seluruh
dari responden menyatakan bahwa dirinya pernah mengalami atau menjadi korban
tindakan pelecehan verbal. 1 orang responden mengalami 1 kali dan 3 responden
mengalami pelecehan verbal sebanyak 2 kali yang masuk ke dalam kategori jarang. 5
orang responden mengyatakan pernah mengalami 3 kali dalam menjadi korban
pelecehan verbal yang dikategorikan dalam kategori sedang. Sedangkan 3 orang
responden mengalami 5 kali tindak pelecehan verbal, hal tersebut dapat dikategorikan
sebagai kategori sering.
E. PENUTUP
F. Daftar Pustaka
Creswell, J. W. 1994. Research Design Qualitative and Quantitative
Approaches. Sage Publications. London.
Naisbitt. 2002. High tech high touch. Bandung. Mizan
Penulis. Tahun. Judul. Jurnal pendidikan.
Creswell, J. W. 2014. Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods
Approaches, 4 Edition. London: Sage
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan).