04 PEKANBARU
NOMOR : / /XI/2017
TENTANG
MENIMBANG :
a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan farmasi yang bermutu tinggi.
b. Bahwa agar pelayanan farmasi di rumah sakit dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Peraturan Direktur Rumah Sakit sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan farmasi di rumah sakit .
MENGINGAT :
1. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1963 tentang Farmasi.
3. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 58 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Rumah Sakit.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1197 tahun 2004, tentang Standar Pelayanan
Farmasi di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEBIJAKAN OBAT HIGH ALERT RUMAH SAKIT RUMAH SAKIT
TK IV 01.07.04
1. Obat High Alert ( HA ) adalah obat atau bahan obat yang mempunyai resiko tinggi
berakibat fatal pada pasien apabila terjadi kesalahan saat
pemesanan, penyiapan, administrasi, pemberian dan penyimpanan.
2. Obat-obat high alert di rumah sakit ditetapkan oleh Komite Farmasi Terapi Rumah
Sakit.
3. Informasi tentang obat-obat high alert dicantumkan di formularium rumah sakit.
4. Unit Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi / perbekalanFarmasi
yang beredar di rumah sakit termasuk obat high alert.
5. Penatalaksanaan, pengawasan penyelenggaraan pelayanan obat high alert dilaksanakan
oleh Kepala Instalasi Rumah Sakit
6. Pengadaan obat high alert pada distributor yang ditunjuk resmi oleh industri.
7. Penyiapan obat high alert di unit farmasi di lakukan oleh petugas yang di tunjuk.
8. Pengisian pada kartu stok setiap terjadi penambahan dan pengurangan stok obat yang
disertai tanda tangan dan nama terang petugas.
9. Pemberian label khusus pada obat high alert antara lain menggunakan huruf kombinasi
( huruf kecil dan besar = TALL-MAN ) Background label berwarna mencolok dan
ditempelkan.
10. Penyimpanan obat high alert di tempatkan pada tempat yang khusus dipisahkan dengan
obat yang lain.
11. Sebelum pemberian pada pasien harus dilakukan cek ulang dan double cek dengan
petugas yang berbeda (meliputi identitas pasien, identitas obat, kosentrasi obat yang
akan di berikan, aturan dan cara pakai obat).
12. Setiap perawat yang memberikan obat high alert pada pasien harus tanda tangan dan
nama terang pada lembar pemberian obat.
13. Pada obat high alert dengan kosentrasi tinggi harus dilakukan pengenceran/pelarutan
yang sempurna ( dengan cara di kocok ) sebelum digunakan.
14. Permintaan obat high alert dilakukan oleh DPJP.
15. Obat high alert tidak boleh di simpan di unit perawatan pasien.
16. Pengawasan lebih ketat oleh perawat kepada pasien yang di terapi dengan obat high
alert untuk menghindari hal yang tidak diinginkan.