Anda di halaman 1dari 8

PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN CANGKANG

UDANG PUTIH SEBAGAI PENJERNIH AIR PADA AIR SUNGAI CITARUM

Nurwanti Fatnah,Universitas Muhammadiyah Cirebon


nurwanti.fatnah@gmail.com

ABSTRAK

Salah satu kerusakan lingkungan yang terjadi akibat perilaku manusia yang kurang
sadar akan pentingnya menjaga lingkungan yaitu pada Sungai Citarum. Bagian hulu
sungai Citarum mengalami pencemaran lingkungan yang sudah parah, akibat dari
perilaku masyarakat dan bencana yang sering terjadi di daerah tersebut. Oleh karena itu,
perlu adanya suatu penelitian yang dapat mengatasi permasalahan pencemaran pada air
Sungai Citarum tersebut yaitu dengan menggunakan suatu bipolimer yang berasal dari
limbah cangkang udang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
efisiensi adsorpsi kitosan pada air Sungai Citarum. Metode yang digunakan yaitu
adsorpsi dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak. Efisiensi adsorpsi yang
diperoleh pada air sungai yang diadsorpsi oleh kitosan hasil deasetilasi kitin cangkang
udang putih yang paling tinggi adalah pada titik kedua yang dekat dengan lokasi
pemukiman yaitu sebesar 81,3%.

Kata kunci: Kitosan, Sungai Citarum dan adsorpsi

43
I. LATAR BELAKANG daerah konservasi lahan, padatnya
Bumi merupakan ciptaan Allah permukiman penduduk, pencemaran
SWT sebagai tempat tinggal seluruh sungai oleh limbah domestik dan
makhluk hidup, baik itu manusia, limbah industri menyebabkan banjir,
hewan maupun tumbuhan. Akan tetapi kekeringan dan longsor yang sering
manusia yang paling berperan di muka terjadi di daerah tersebut (Imansyah,
bumi ini, karena telah diberikan akal 2012).
oleh Allah SWT. Akal yang Saat ini Pemerintah sedang
membedakan manusia dengan makhluk mengupayakan berbagai solusi untuk
hidup lainnya, sehingga manusia mengatasi permasalahan yang ada di
dijadikan sebagai khalifah untuk Sungai Citarum, akan tetapi masih ada
mengelola, memelihara dan industri yang membuang limbah ke
memanfaatkan alam bagi kepentingan sungai tanpa pengolahan terlebih
dan kesejahteraan seluruh makhluk dahulu. Oleh karena itu, perlu adanya
yang ada di muka bumi ini. Meskipun suatu penelitian yang dapat mengatasi
demikian, sebagian besar manusia tidak permasalahan pencemaran pada air
dapat menjalankan peranan tersebut Sungai Citarum tersebut yaitu dengan
dengan baik, sehingga banyak menggunakan suatu bipolimer yang
kerusakan yang terjadi baik di darat berasal dari limbah. Salah satu limbah
maupun di perairan dan merugikan yang banyak dihasilkan di Indonesia
makhluk hidup lainnya. adalah limbah cangkang udang.
Salah satu kerusakan lingkungan Menurut Bayu (2007) udang
yang terjadi yaitu pada sungai Citarum. merupakan komoditi ekspor yang dapat
Sungai Citarum berada di Provinsi Jawa diandalkan dalam meningkatkan ekspor
Barat, memiliki bagian hulu sungai non-migas. Akan tetapi, produksi udang
yang bermula di Gunung Wayang yang semakin meningkat, maka limbah
hingga daerah waduk saguling. Bagian yang dihasilkan pun meningkat pula.
hulu sungai Citarum tersebut Dengan pemanfaatan limbah udang
mengalami pencemaran lingkungan menjadi biopolimer kitosan, maka
yang sudah parah, akibat dari perilaku limbah udang yang ada dapat berkurang
masyarakat dan bencana yang sering sehingga masalah pencemaran
terjadi di daerah tersebut. Berkurangnya lingkungan dapat ditanggulangi.

44
II. KAJIAN TEORI untuk hewan-hewan yang termasuk
1. Udang Putih golongan invertebrata. Kitin adalah
Udang putih merupakan salah salah satu karbohidrat yang termasuk ke
satu spesies yang berkembang di luar dalam golongan polisakarida kedua
habitat aslinya yaitu Perairan Amerika terbanyak di alam setelah selulosa
Tengah, akan tetapi saat ini sudah (Regina, 2009).
dibudidayakan di Indonesia. Beberapa Tabel 1. Persentase Kitin pada Berbagai
negara yang ada di Amerika Tengah dan Sumber
Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Sumber Kitin (%)
Fungi (jamur) 5-20
Panama, Brasil dan Meksiko sudah Cacing 3-20
lama membudidayakan jenis udang ini Gurita 30
Laba-laba 38
(Supono dan Wardiyanto, 2008). Kalajengking 38
Kecoa 35
Menurut Miswar (2012) udang putih Kumbang air 37
secara morfologi ditandai dengan badan Ulat sutra 44
Umang-umang 69
yang berwarna putih kekuningan, Kepiting 71
Udang 20-30
sedangka ujung ekor, kaki dan antenna
Sumber: Ajeng dan Dina (2010)
berwarna merah. Adapun taksonomi
Senyawa kitin banyak
udang putih yaitu sebagai berikut:
ditemukan pada cangkang dan kepala
Kingdom : Animalia
hewan invertebrata berkulit keras
Filum : Arthropoda
(crustacea). Pada umumnya bahan yang
Sub filum : Crustacea
digunakan dalam proses pembuatan
Kelas : Malacostraca
kitin adalah dari limbah udang
Ordo : Decapoda
khususnya cangkang udang karena
Famili : Penaeidae
kandungan kitin dapat mencapai 20%
Genus : Penaeus
dari berat kering tubuhnya, sedangkan
Spesies : Penaeus
pada kepalanya sekitar 13,5-17,5%
merguiensis
(Bayu, 2007).
2. Kitin
Kitin meruapakan senyawa yang
Kitin berasal dari bahasa Yunani
stabil terhadap reaksi kimia, tidak
yaitu “kiton” yang berarti baju rantai
beracun dan mudah terurai scara hayati
dari besi. Hal ini sesuai dengan
(bidegradable) (Ajeng dan Dina, 2010).
fungsinya yaitu sebagai jaket pelindung
Rumus kimia kitin apoli-(2-asetamida-
45
2-dioksi-β-(1,4)-D-glukopiranosa) dan Kitosan di beberapa negara maju,
rumus molekul (C8H13NO5)n (Regina, seperti di Amerika serikat tela lama
2009). Struktur kitin tersusun atas 2000- dimanfaatkan dalam bidang pertanian
3000 satuan monomer N-asetil-D- sebagai pelapis benih. Di Jepang,
glukosamin yang saling berikatan dimanfaatkan sebagai bahan tambahan
melalui ikatan β-glikosidik (Astuti, dalam pakan ayam petelur (Bayu,
2007). 2007). Kegunaan kitosan dalam
berbagai bidang secara rinci
ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Pemanfaatan kitosan pada
berbagai bidang
Industri Manfaat
- Industri Bahan koagulasi dan
pengolahan penghilangan ion-ion
limbah logam serta bahan
pencelup dari limbah
Gambar 1. Struktur kitin
cair
- Industri Pengawet, penstabil
makanan makanan dan penstabil
3. Kitosan warna
Kitosan merupakan biopolimer - Industri Mempercepat
kesehatan penyembuhan luka,
yang diperoleh dari deasetilasi kitin dan pengontrol kolesterol
darah dan penghambat
disebut juga poli-(1,4)-2-amina-2- plag gigi
deoksi-β-D-glukosa (Kartika dan - Industri Sebagai pupuk,
pertanian pelindung biji dan
Kurniasih, 2011). Kitosan tidak larut bahan antimikroba
- Industri Meningkatkan
dalam H2SO4, air, alkohol dan aseton. tekstil ketahanan warna
Kitosan larut pada kebanyakan larutan - Kosmetik Pelembab dan krim
wajah
asam organik pada pH tertentu (Savitri, - Bioteknologi Imobilisasi enzim dan
kromatografi
dkk. 2010).
penyembuh sel
- Industri sari Flokulan pektin/protein
buah
- Fotografi Melindungi film dari
kerusakan
- Penjernihan Koagulasi
air minum
- Penjernihan Flokulan mikroba
kolam renang

Gambar 2. Struktur kitosan Sunber: Siregar (2009) dan Meriatna (2008)

46
Untuk memperoleh kitin dari kovalen yang merupakan penggunaan
cangkang udang melibatkan proses pasangan elektron secara bersama atau
deproteinasi untuk menghilangkan ikatan ion (Mufrodi, dkk, 2008).
protein dan proses demineralisasi untuk
menghilangkan atau memisahkan III. RUMUSAN MASALAH
mineral-mineral. Sedangkan untuk Berdasarkan uraian latar
mendapatkan kitosan dilanjutkan belakang mengenai Sungai Citarum dan
dengan penghilangan gugus asetil mengkaji beberapa teori mengenai
melalui proses deasetilasi (Ratna dan kitosan, maka perlu dilakukan
Sugiyani, 2009). penelitian mengenai efisiensi adsorpsi
4. Adsorpsi kitosan pada air Sungai Citarum.
Adsorpsi merupakan peristiwa
terakumulasinya partikel pada IV. METODE
permukaan, dimana terjadi suatu ikatan Kitosan yang digunakan pada
kimia (kemisorpsi) atau fisika penelitian ini yaitu kitosan yang telah
(fisisorpsi) antara zat yang diproduksi pada penelitian Fatnah
mengadsorpsi atau adsorben dengan zat (2012) melalui tiga tahap yaitu
yang teradsorpsi atau adsorbat deproteinasi, demineralisasi dan
(Mufrodi, dkk, 2008). Adsorben deasetilasi. Selanjutnya pengambilan air
diantaranya adalah silika gel, alumina, sungai Citarum dilakukan pada tiga titik
platina halus, selulosa dan arang aktif. lokasi. Konsentrasi awal air sungai
Adsorbat dapat berupa zat padat, cair diukur setelah diatur pH-nya sampai pH
dan gas (Atkins, 1999). optimum yang diperoleh pada penelitian
Pada adsorpsi fisika melibatkan sebelumnya Fatnah (2012) yaitu dengan
gaya antara molekul adsorbat dan penambahan HCl 0,5 M. Sebanyak 50
adsorben yang bersifat lemah mg kitosan dimasukkan ke dalam 25
diantaranya yaitu gaya Van der Waals mL air sungai yang telah diatur pH-nya
dan ikatan hidrogen. Oleh karena itu, sampai pH optimum yaitu pada pH 2,
zat yang diadsorpsi bersifat reversible, kemudian diaduk dengan kecepatan 150
sehingga relative mudah dilepaskan dan rpm selama waktu pengadukan
memungkinkan terjadinya desorpsi. optimum yaitu 30 menit.
Pada adsorpsi kimia melibatkan ikatan

47
Filtrat yang diperoleh ditentukan pertama diambil dari lokasi dekat
konsentrasinya dengan menggunakan tumpukan sampah, sedangkan titik
spektrofotometer sinar tampak untuk kedua dan ketiga diambil dari lokasi
mengetahui konsentrasi yang tidak dekat pemukiman. Setelah dilakukan
teradsorpsi oleh kitosan. Konsentrasi air proses adsorpsi oleh kitosan hasil
sungai yang teradsorpsi oleh kitosan deasetilasi kitin cangkang udang putih
adalah selisih antara konsentrasi awal air sungai menjadi berwarna
dengan konsentrasi yang tidak kekuningan. Hasil dari ketiga titik
teradsorpsi oleh kitosan. lokasi tersebut tidak jauh berbeda, hal
ini ditunjukkan dengan Gambar 4.
V. HASIL DAN DISKUSI 7

Konsentrasi teradsorpsi
Kitosan yang telah diperoleh 6
5
pada penelitian Fatnah (2012) (ppm) 4
dimanfaatkan sebagai adsorben untuk 3
2
mengadsorpsi larutan zat warna
1
cibacron red yang diaplikasikan juga 0
terhadap air sungai Citarum Bandung. 1 2 3
Titik lokasi
Pengukuran konsentrasi awal dan akhir
pada air sungai dilakukan dengan Gambar 4. Kurva konsentrasi air sungai
menggunakan spektrofotometer sinar yang teradsorpsi
tampak. Dalam menentukan panjang Konsentrasi teradsorpsi yang
gelombang maksimum dari air sungai paling tinggi yaitu pada titik kedua
tersebut dilakukan pada rentang 498- sebesar 6,05 ppm dengan efisiensi
508 nm. Panjang gelombang maksimum adsorpsi 81,3%, karena pada titik ini
yang diperoleh adalah 502 nm. dekat dengan lokasi pemukiman yang
Sampel air sungai yang hanya menghasilkan limbah rumah
diperoleh berwarna abu-abu kehitaman tangga, sehingga tidak terlalu sulit
dengan bau yang cukup menyengat. untuk diadsorpsi oleh kitosan. Begitu
Sampel air sungai tersebut diambil dari pula pada titik ketiga dengan lokasi
tiga titik lokasi yang berbeda dengan dekat pemukiman yang berbeda, dimana
jarak masing-masing sekitar 30 meter konsentrasi teradsorpsinya yaitu 5,83
untuk dijadikan perbandingan. Titik ppm dengan efisiensi adsorpsinya

48
sebesar 79,5%. Konsentrasi yang dan Komposisi Kitosan dalam Zat
Pelarut terhadap Sifat Fisik
teradsorpsi pada titik pertama paling
Edible Film dari Kitosan. Skripsi.
kecil yaitu sebesar 4,61 ppm dengan Universitas indonesia, Depok.
Fatnah, Nurwanti (2012): Studi
efisiensi adsorpsinya sebesar 72,8%.
Optimasi Adsorpsi Zat Warna
Hal ini disebabkan oleh tercemarnya air Cibacron Red oleh Kitosan Hasil
Deasetilasi Kitin Cangkang
sungai dari tumpukan sampah dengan
Udang Putih (Penaeus
berbagai jenis sampah yang dibuang merguiensis). Skripsi. Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati
sembarangan di sekitar sungai, sehingga
Bandung, Bandung.
kitosan tidak mampu mengadsorpsi air Imansyah, F.M. (2012): Studi Umum
Permasalahan dan Solusi DAS
sungai tersebut secara optimum.
Citarum serta Analisis Kebijakan
Pemerintah. Jurnal
Sosioteknologi. 25 (11), Hal 18-
VI. KESIMPULAN
33.
Efisiensi adsorpsi yang diperoleh Kartika, D. dan Kurniasih, M. (2011):
Sintesis dan Karakterisasi Fisika-
pada air sungai yang diadsorpsi oleh
Kimia Kitosan. Jurnal Inovasi. 5
kitosan hasil deasetilasi kitin cangkang (1), Hal 42-48.
Meriatna (2008). Penggunaan
udang putih yang paling tinggi adalah
Membran Kitosan untuk
pada titik kedua yang dekat dengan Menurunkan Kadar Logam Krom
(Cr) dan Nikel (Ni) dalam Limbah
lokasi pemukiman yaitu sebesar 81,3%.
Cair Industri Pelapisan Logam.
Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
DAFTAR PUSTAKA
Miswar, B.M. (2012). Kajian
Ajeng, T. dan Dina, F. (2010). Studi Bioekologi Udang Putih (Penaeus
Kinetika Penjerapan Ion merguiensis) di Ekosistem
Khromium dan Ion Tembaga Mangrove Percut Sei Tuan Sumut.
menggunakan Kitosan Produk Tesis, Institut Pertanian Bogor,
dari Cangkang Kepiting, Skripsi. Bogor.
Universitas Diponegoro, Mufrodi, Z., dkk. (2008). Adsorpsi zat
Semarang. warna Tekstil dengan
Astuti, P. (2007). Adsorbsi Limbah Zat Menggunakan Abu Terbang (Fly
Warna Tekstil Jenis Procion Red Ash) untuk Variasi Massa
MX 8b oleh Kitosan dan Kitosan Adsorben dan Suhu Operasi,
sulfat Hasil Deasetilasi Kitin Prosiding Seminar Nasional
Cangkang Bekicot. Skripsi. Teknoin Bidang Teknik Kimia dan
Universitas Sebelas Maret, Tekstil. Yogyakarta.
Surakarta. Ratna, A.W. dan Sugiyani, S. (2009).
Atkins, P.W. (1999): Kimia Fisika Jilid Pembuatan Chitosan dari Kulit
II, Jakarta: Erlangga. Udang dan Aplikasinya untuk
Bayu, T.H. (2007). Pengaruh Pengawetan Bakso. Skripsi,
Konsentrasi Plasticizer Gliserol
49
Universitas Diponegoro,
Semarang.
Regina, D. (2009). Pembuatan
Membran Kalsium Alginat
Kitosan serta
PengujianPermeabilitasnya.
Skripsi, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Savitri, E., dkk. (2010). Sintesis
Kitosan, Poli(2-amino-2-deoksi-
D-Glukosa), Skala Pilot Project
dari Limbah Kulit Udang sebagai
Alternatif Pembuatan Bahan Baku
Biopolimer, Prosiding Seminar
Nasional Teknik Kimia
“Kejuangan” Pengembangan
Teknologi Kimia untuk
Pengolahan Sumber Daya Alam
Indonesia. Yogyakarta.
Siregar, M. (2009). Pengaruh Berat
Molekul Kitosan Nanopartikel
untuk Menurunkan Kadar Logam
Besi (Fe) dan Zat Warna pada
Limbah Industri Tekstil Jeans.
Tesis, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Supono dan Wardiyanto (2008).
Evaluasi Budidaya Udang Putih
(Litopenaeus Vannamei) dengan
Meningkatkan Kepadatan Tebar
di Tambak Intensif, Prosiding
Seminar Hasil Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat,
Lampung.

50

Anda mungkin juga menyukai