PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indicator untuk melihat derajat
kesehatan perempuan. Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang telah
meningkatkan kesehatan ibu dimana target yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah
kemajuan. Dalam laporan tersebut telah dijelaskan bahwa di seluruh dunia, Angka
Kematian Ibu (AKI) menurun 47% selama dua dekade terakhir, dari 400 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup menjadi 210 antara 1990 dan 2010, sedangkan angka
kematian anak balita turun 41% dari 87 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1990
angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut SDKI terdapat
sebanyak 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup (SDKI, 2012). Penyebab
langsung kematian ibu di Indonesia, seperti halnya di negara lain adalah perdarahan,
infeksi, dan eklampsia (Saifuddin, 2009). Selain itu faktor penting lainnya yang
yang tidak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan
masyarakat dan politik. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia salah satunya juga
1
dikarenakan kurangnya perhatian dari laki – laki terhadap ibu hamil dan melahirkan
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian
besar negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting
untuk dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu
yaitu dilaksanakannnya praktik berdasarkan pada evidence based. Dimana bukti secara
ilmiah telah dibuktikan dan dapat digunakan sebagai dasar praktik terbaru yang lebih
memberikan pelayanan yang lebih bermutu dan menyeluruh dengan tujuan menurunkan
Bidan sebagai sumber asuhan pada ibu bersalin harus menguasai berbagai
kebutuhan dasar ibu bersalin, karena persalinan yang aman dan nyaman hanya akan
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin merupakan salah satu kompetensi utama
bidan, oleh karena itu seluruh bidan diharapkan dapat melaksanakan tugasnya secara
kebutuhan ibu dan bayi dengan menggunakan ilmu terkini dan tepat guna.
1.2. Tujuan
Mengetahui Asuhan Intrantal berdasakan evidence based dalam perspektif gender dan
2
2. Mengetahui pemeriksaan dalam secara aseptic, sesuai indikasi dengan
3. Mengetahui cara penggunaan partograf serta tanda bahaya kala I, II, III, dan IV
1.3. Manfaat
Sebagai bahan masukan atau informasi bagi tenaga bidan maupun tenaga kesehatan lainnya
untuk memberikan pelayanan kebidanan dengan berdasarkan evidence based serta dapat
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Berdasarkan tingginya angka kematian ibu dan perinatal yang dialami sebagian besar
negara berkembang, maka WHO menetapkan salah satu usaha yang sangat penting untuk
dapat mencapai peningkatan pelayanan kebidanan yang menyeluruh dan bermutu yaitu
dilaksanakannnya praktek berdasar pada evidence based. Evidence based artinya berdasarkan
bukti. Artinya tidak lagi berdasarkan pengalaman atau kebiasaan semata. Semua harus
berdasarkan bukti dan bukti inipun tidak sekedar bukti. Tapi bukti ilmiah terkini yang bisa
dipertanggungjawabkan.
Evidence Based Midwifery (EBM) adalah penggunaan mutakhir terbaik yang ada
secara bersungguh sungguh, eksplisit dan bijaksana untuk pengambilan keputusan dalam
penanganan pasien perseorangan (Sackett et al,1997). EBM secara resmi diluncurkan sebagai
sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM
Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). EBM ini sangat penting
peranannya pada dunia kebidanan karena dengan adanya EBM maka dapat mencegah
tindakan – tindakan yang tidak diperlukan/ tidak bermanfaat bahkan merugikan bagi pasien,
terutama pada proses persalinan yang diharapkan berjalan dengan lancar dan aman sehingga
2.2.1. Gender
a. Gender pada awalnya diambil dari kata dalam bahasa arab JINSIYYUN yang
tanggung jawab dan perilaku yang dibentuk oleh tata nilai social, budaya dan adat
c. Gender adalah peran dan tanggung jawab perempuan dan laki-laki yang ditentukan
secara social. Gender berhubungan dengan persepsi dan pemikiran serta tindakan yang
diharapkan sebagai perempuan dan laki-laki yang dibentuk masyarakat, bukan karena
berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksi secara social yang mencegah seseorang
Pelanggaran atau kurangnya perhatian terhadap hak asasi manusia berdampak buruk
). Oleh karena itu, bidan harus mendukung kebijakan dan program yang dapat meningkatkan
hak asasi manusia didalalm menyusun atau melaksanakannya (misal tidak ada diskriminasi,
otonomi individu, hak untuk berpartisipasi, pribadi dan informasi). Karena perempuan lebih
melindungi perempuan (misal terbebas dari diskriminasi berdasarkan ras, jenis kelamin,
Kode Etik Kebidanan (1993), Visi dan Strategi Global ICM (1996), definisi bidan yang
dikeluarkan oleh ICM/ FIGO/ WHO (1972), dan Deklarasi Universal PBB tentang Hak Asasi
Manusia (1948), yang menyatakan bahwa perempuan patut dihormati harkat dan martabatnya
sebagai manusia dalam segala situasi dan pada seluruh peran yang dilalui sepanjang hidupnya.
5
Konfederasi juga meyakini bahwa seluruh individu harus dilakukan dengan rasa
hormat atas dasar kemanusiaan, dimana setiap orang harus merujuk pada hak asasi manusia
dan bertanggung jawab atas konsekuensi atau tindakan untuk menegakkan hak tersebut.
Konfederasi juga meyakini bahwa salah satu peran terpenting dari bidan adalah untuk
Penerapan sebuah etika dan pendekatan hak asasi manusia pada pelayanan kesehatan
harus menghormati budaya, etnis/ ras, gender dan pilihan individu disetiap tingkatan dimana
tidak satupun dari hasil ini mebahayakan kesehatan dan kesejahteraan perempuan, anak dan
laki-laki. Ketika seseorang bidan menghadapi situasi yang berpotensi mebahayakan diri atau
orang lain, apakah dikarenakan ketiadaan hak asasi manusia, kekejaman atau kekerasan, atau
praktik budaya, mampunyai tugas etik untuk mengintervensi dengan perilaku yang tepat
untuk menghentikan bahaya dengan tetap memikirkan keselamatan dirinya dari bahaya
yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini di definisikan
sebagai pembukaan serviks yang progresif, dilatasi atau keduanya, akibat kontraksi rahim
teratur yang terjadi sekurang-kurangnya setiap 5 menit dan berlangsung sampai 60 detik.
(Pramita Herlina).
Definisi persalinan menurut Prof. Dr. I. B. Gde Manuaba, DSOG adalah proses
pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar
6
kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan (penolong) atau tanpa
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluiar dari uterus
ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan
(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir
dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak
pertolongan persalinan yang bersih dan amam dengan memperhatikan aspek saying
2. Menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu
dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga
3. Memberikan dukungan serta cepat berekasi terhadap kebutuhan ibu, pasangan, dan
1. Semua persalinan harus dihadiri dan dipantau oleh petugas kesehatan yang terlatih
7
2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani
terlatih.
- Menyapa ibu dengan ramah dan sopan, bersikap dan bertindak tenang dan berikan
- Jawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh ibu atau anggota keluarganya
- Anjurkan suami dan anggota keluarga ibu untuk hadir dan memberikan
dukungannya
- Waspadai gejala dan tanda penyulit selama proses persalinan dan lakukan tindakan
Dukung dan anjurkan suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi
ibu selama proses persalinan dan proses kelahiran bayinya. Anjurkan mereka untuk
berperan aktif dalam mendukung dan mengenali berbagai upaya yang mungkin
teman atau saudara yang secara khusus diminta untuk menemaninya.(Enkin, et al,
2000).
Anjurkan ibu untuk mencoba posisi-posisi yang nyaman selama persalinan dan
melahirkan bayi serta anjurkan suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu
berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring.
8
Posisi tegak seperti berjalan, berdiri, jongkok dapat membantu turunnya kepala bayi
dan sering kali memperpendek waktu persalinan. Bantu ibu untuk sering berganti
posisi dalam persalinan. Beritahu ibu untuk tidak berbaring terlentang > 10 menit.
Anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama
persalinan dan proses kelahiran bayi. Anjurkan agar anggota keluarga sesering
persalinan, ibu harus berkemih sedikitnya setiap 2 jam, atau lebih sering jika ibu
e. Pencegahan infeksi
persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayinya. Cuci tangan sesering
mungkin, gunakan peralatan steril atau desinfeksi tingkat tinggi dan gunakan
Di dalam asuhan persalinan terdapat lima aspek yang disebut juga sebagai lima benang
3. Pencegahan Infeksi
4. Pencatatan (Dokumentasi)
5. Rujukan
9
2.4. Dukungan Persalinan berdasarkan Evidence Based dalam perspektif gender dan
HAM
Dukungan persalinan adalah asuhan yang sifatnya mendukung yaitu asuhan yang
bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan selama persalinan merupakan suatu standar
pelayanan kebidanan, dimana ibu dibebaskan untuk memilih pendamping persalinan sesuai
keinginannya, misalnya suami, keluarga atau teman yang mengerti tentang dirinya. Idealnya
pendampingan ini dilaksanakan semenjak pra persalinan yang dapat membantu memutuskan
rencana tempat persalinan, pemakaian alat kontrasepsi dan kejadian lain yang tidak
diharapkan.
1. Field (2004). Diketahui bahwa ibu-ibu ynag mendapatkan massase dan pendampingan
mengalami penurunan kejadian depresi, kecemasan dan nyeri serta perasaan yang
positif. Pada kondisi ini ibu yang mendapatkan sentuhan berdampak signifikan
terhadap lama persalinan lebih pendek (yaitu 8 jam dibandingkan dengan ibu yang
2. Odent dalam Simpkin (2004). Jika wanita dibiarkan melahirkan “dengan cara
kesulitan. Secara alamiah mamalia akan mencari tempat yang privasi, nyaman dan
memungkinkan otak tengah dan batang otak lebih berperan dalam mengatur kerja
10
mengatakan bahwa lingkungan fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak familiar bagi
si ibu dimana banyak orang asing, banyaknya sejumlah pertanyaan, cahaya yang
4. Cochrane database. Suatu kajian ulang sistematik dari 14 percobaan yang melibatkan
selama persalinan dan kelahiran akan menghasilkan kelahiran dengan vakum dan
forseps serta sectio cesarea (SC) semakin sedikit, skor apgar < 7 lebih sedikit, lamanya
persalinan semakin memendek, dan kepuasan ibu yang semakin besar dalam
pengalaman melahirkan.
5. Ball (1987), Hidnett dan Osborn (1989). Riset yang dilakukan oleh Ball (1987) dan
Hidnett serta Osborn (1989), menyatakan bahwa kehadiran support pada ibu selama
persalinan akan menimbulkan kekuatan dan perasaan aman serta nyaman bagi ibu. Hal
persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun secara
fisiologis, sehingga persalinan dapat berlangsung secara aman. Menurut Lesser dan
Asuhan fisik dan psikologis bertujuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman
serta menghindari ibu dari infeksi. Asuhan fisik dan psikologis meliputi :
11
a. Personal hygiene
Membilas kemaluan dengan air bersih setelah BAK dan menggunakan sabun
setelah BAB, menjaga vagina dalam kondisi tetap bersih sangat penting karena
pengeluaran air ketuban dan lendir darah menimbulkan perasaan yang tidak
nyaman untuk ibu. Sehingga bila memungkinkan ibu dianjurkan untuk mandi
b. Perawatan mulut
Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya mempunyai nafas yang bau,
merupakan kebutuhan bagi ibu bersalin. Jika mulut ibu kering dan pecah-pecah
d. Memberikan asuhan dalam persalinan dan kelahiran hingga ibu merasa aman
tindakan yang diharapkan oleh semua ibu bersalin, sehingga mereka percaya
yang berbeda. Tanyakan padanya apabila ada tindakan yang dapat membantu
12
atau diharapkannya. Menurut Hodneff (2002) dalam Chapman (2003) Bidan
mereka adalah suatu bentuk analgesi terbaik dan sedikit kemungkinannya klien
f. Kontak fisik
Ibu mungkin tidak ingin bercakap-cakap, tetapi mungkin akan merasa nyaman
pendampingnya.
Bicara kepada ibu bersalin dengan nada dan cara yang dapat dimengerti olehnya
selama persalinan.
menghasilkan :
a. Kelahiran dengan bantuan vakum dan forcep semakin sedikit atau kecil
13
Riset yang dilakukan oleh Ball (1987) dan Hidnett serta Osborn (1989),
seseorang pilihan ibu. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk ditemani suami, anggota
keluarga atau teman yang ibu inginkan selama proses persalinan, menganjurkan
mereka (pendamping) untuk melakukan peran aktif dalam mendukung ibu dan
Metode pegurangan rasa sakit diberikan oleh pendamping persalinan dalam bentuk
dukungan dalam persalinan yang dilakukan secara terus menerus mempunya keuntungan :
a. Sederhana
b. Efektif
c. Biaya rendah
d. Resiko rendah
Menurut Varney’s Midwifery, pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa
2. Pengaturan posisi
14
4. Istirahat dan privasi
6. Asuhan diri
7. Sentuhan
Penerimaan akan tingkah laku dan sikap, juga kepercayaannya mengenai apapun yang
ibu lakukan merupakan hal terbaik yang mampu dilakukan pada saat itu. Biarkan sikap
dan tingkah lakunya, pada beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi da nada
pula yang berusaha untuk diam da nada juga yang menangis. Tugas bidan adalah
memberikan dukungan sebagai wujud penerimaan terhadap sikap ibu bersalin tersebut.
Asuhan yang diberikan adalah memberikan dukungan mental dan penjelasan kepada
ibu bahwa rasa sakit yang dialami selama persalinan merupakan suatu proses yang harus
Hak setiap ibu untuk mendapatkan informaasi yang jelas terhadap kemajuan persalinan
yang dihadapi. Dan bidan wajib menjelaskan semua informasi tentang ibu maupun janin
3. Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari rasa takut
4. Penjelasan prosedur.
15
2.5. Pemeriksaan dalam secara aseptic, sesuai indikasi dengan memperhatikan hak dan
privasi klien
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih mengalir, kemudian keringkan dengan handuk kering dan bersih. Minta ibu
untuk berkemih dan mencuci area genitalia (jika ibu belum melakukannya) dengan
sabun dan air. Jelaskan pada ibu setiap langkah yang akan dilakukan selama
pemeriksaan. Tenteramkan hati dan anjurkan ibu untuk rileks. Pastikan privasi ibu
2. Minta ibu berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
(mungkin akan membantu jika ibu menempelkan kedua telapak kakinya satu sama
lain).
4. Gunakan kasa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT/larutan
antiseptik. Basuh labia secara hati-hati, seka dari bagian depan ke belakang untuk
5. Periksa genitalia eksterna, perhatikan apakah ada luka atau massa (benjolan)
termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rektum, atau luka parut di perineum.
6. Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan per vaginam
atau mekonium :
b. Jika ketuban sudah pecah, lihat warna dan bau air ketuban. Jika terlihat
pewarnaan mekonium, nilai apakah kental atau encer dan periksa DJJ :
16
Jika mekonium encer dan DJJ normal, teruskan memantau DJJ dengan
seksama menurut petunjuk pada partograf. Jika ada tanda-tanda akan terjadi
7. Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari (gunakan
sarung tangan periksa). Masukan (hati-hati) jari telunjuk yang diikuti oleh jari
amniotomi (merobeknya).
10. Pastikan tali pusat dan/atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba
pada saat melakukan periksa dalam. Jika teraba maka ikuti langkah-langkah gawat
11. Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut telah
masuk ke dalam rongga panggul. Bandingkan tingkat penurunan kepala dari hasil
12. Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil,
ubun-ubun besar atau fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai
derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala
17
13. Jika pemeriksaan sudah lengkap, keluarkan kedua jari pemeriksaan (hati-hati),
sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dekontaminasi selama
10 menit.
14. Cuci kedua tangan dan segera keringkan dengan handuk yang bersih dan kering.
Penggunaan Partograf
peringatan pada petugas kesehatan bahwa suatu perssalinan berlangsung lama, adanya gawat
ibu dan janin, bahwa ibu mungkin perlu dirujuk. ( Saifuddin, 2009 : 104 ). Partograf adalah
alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu persalinan dan informasi untuk membuat
keputusan klinik. (APN, 2008 : 57). Partograf merupakan alat untuk mencatat informasi
berdasarkan observasi, anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan. (Rohani dkk,
2011: 100).
1. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks
2. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal. Dengan demikian juga
18
3. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi bayi, grafik
laboratorium, membuat keputusan klinik, dan asuhan atau tindakan yang diberikan
dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medic ibu bersalin
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf akan membantu penolong persalinan
untuk :
5. Menggunakan informasi yang tersedia untuk membuat keputusan klinik yang sesuai
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu perssalinan dan merupakan elemen
penting dari asuhan persalinan. Partograf harus digunakan untuk semua persalinan,
2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan
3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan persalinan
19
Halaman depan partograf menginstruksikan observasi yang dimulai pada fase aktif
persalinan dan menyediakan lajur serta kolom untuk mencatat hasil-hasil pemeriksaan
a) Nama, umur.
2) Kondisi Janin
(2) Catat DJJ dengan memberi tanda titik ( . ) pada garis yang sesuai dengan
(3) Hubungan titik yang satu dengan titik yang lainnya dengan garis tidak
terputus.
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala bayi dapat
20
Lambang-lambang penyusupan kepala janin :
dipisahkan.
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks
(2) Tanda (X) harus ditulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.
(3) Hubungan tanda (X) dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak
terputus).
(2) Hubungkan tanda ( O ) dari setiap pemeriksaan dengan garis tidak terputus.
Garis waspada dimulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik
pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
21
Dibagian bawawh partograf (pembukaan serviks dan penurunan) tertera kotak-kotak
yang diberi angka 1-12. Setiap kotak menyatakan 1 jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
Dibawah lajur kotak untuk waktu mulainya fase aktif, tertera kotak-kotak untuk
mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan 1 jam
penuh dan berkaitan dengan 2 kotak waktu 30 menit yang berhubungan dengan lajur
5) Kontraksi uterus
a) Oksitosin
(1) Catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.
(2) Catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan.
22
(3) Catat temperatur tubuh ibu (lebih sering jika meningkat, atau dianggap
adanya infeksi). Setiap 2 jam dan catat temperatur tubuh dalam kotak yang
sesuai.
Ukur dan catat jumlah produksi urin ibu sedikitnya setiap 2 jam (setiap kali ibu
Asuhan, pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia disisi
Halaman belakang partograf merupakan bagian untuk mencatat hal-hal yang terjadi selama
proses persalinan dan kelahiran bayi, serta tindkaan-tindakan yang dilakukan sejak kala I
hingga kala IV dan bayi baru lahir. Itulah sebabnya bagian ini disebut sebagai catatan
persalinan. Nilai dan catatkan asuhan yang diberikan kepada ibu selama masa nifas (terutama
penyulit dan membuat keputusan klinik yang sesuai. Dokumentasi ini sangat penting terutama
untuk membuat keputusan klinik. Selain itu catatan persalinan dapat digunakan untuk menilai
atau memantau sejauhmana pelaksanaan asuhan persalinan yang aman dan bersih telah
2. Kala I
3. Kala II
4. Kala III
23
6. Kala IV
Cara pengisian :
Berbeda dengan halaman depan yang harus diisi pada akhir setiap pemeriksaan, lembar
belakang partograf ini diisi setelah seluruh proses persalinan selesai. Adapaun cara pengisian
catatan persalinan pada lembar belakang partograf secara lebih terinci diuraikan menurut
1) Data dasar
Data dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat perssalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat rujukan dan pendamping pada saat merujuk. Isi data pada
masing-masing tempat yang telah disediakan, atau dengan cara memberi tanda pada kotak
2) Kala I
Kala I terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentangg partograf saat melewati garis waspada,
3) Kala II
Kala II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu,
4) Kala III
Kala III terdiri dari lama kala III, pemberian oksitosin, penegangan tali pusat terkendali,
pemijatan fundus, plasenta lahir lengkap, plasenta tidak lahir >30 menit, laserasi, atonia
uteri, jumlah perdarahan, masalah penyerta, penatalaksanaan dan hasilnya, isi jawaban
pada tempat yang disediakan dan beri tanda pada kotak disamping jawaban yang sesuai.
24
Informasi tentang bayi baru lahir terdiri dari berat dan panjang badan, jenis kelamin,
penilaian kondisi bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah penyerta, penatalaksanaan
terpilih dan hasilnya. Isi jawaban pada tempat yang disediakan serta beri tanda ada kotak
6) Kala IV
Kala IV berisi data tentang tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus,
kandung kemih dan perdarahan. Pemantauan pada kala IV ini sangat penting terutama
untuk menilai apakah terdapat risiko atau terjadi perdarahan pasca persalinan. Pengisian
pemantauan kala IV dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama setelah melahirkan,
dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya. Isi setiap kolom sesuai dengan hasil
pemeriksaan dan jawab pertanyaan mengenai masalah kala IV pada tempat yang telah
25
26
27
Tanda – Tanda Bahaya pada Persalinan
Saat memberikan asuhan kepada ibu yang sedang bersalin, penolong atau bidan harus selalu
waspada terhadap masalah penyulit yang mungkin terjadi. Selama anamnesis dan
pemeriksaan fisik, tetap waspada terhadap timbulnya tanda bahaya selama persalinan dan
lakukan tindakan segera. Lakukan langkah dan tindakan yang sesuai untuk memastikan proses
bedah sesar.
Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan
bedah sesar
28
Segera rujuk ibu ke fasilitaas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
Dengarkan DJJ
Dampingi ibu ke tempat rujukan dan bawa partus set, kateter, penghisap lendir
e. Ketuban pecah dan air ketuban bercampur dengan sedikit mekonium, disertsi tanda –
tanda gawat darurat dan ketuban pecah (lebih dari 24 jam) atau ketuban pecah pada
Dengarkan DJJ, jika ada tanda – tanda gawat janin laksanakan asuhan yang
sesuai
f. Infeksi
Temperatur >38oC
Menggil
29
Nyeri abdomen
dan berikan ringer laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125
cc/jam
g. Tekanan darah lebih dari 160/110 dan terdapat protein dalam urin (preeklamsia berat)
bedah sesar.
30
Dampingi ibu ketempat rujukan. Berikan dukungan dan semangat
i. DJJ kurang dari 100 atau lebih dari 180x/menit pada dua kali penilaian dengan jaraj 5
Baringkan ibu miring kekiri dan anjurkan untuk bernafas secara teratur
Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 18 atau 18) dan
berikan ringer laktat atau garam fisiologis (NS) dengan tetesan 125 cc/jam
j. Primipara dalam persalinan fase aktif dengan palpasi kepala janin masi 5/5
bedah sesar
belakang kepala)
vagina dan jauhkan kepala janin dari tali pusat yang menumbung. Tangan lain
mendorong bayi melalui dinding abdomen agar bagian terbawah janin tidak
Atau minta ibu untuk menganbil posisi bersujud dimana posisi bokong berada
jauh diatas kepala ibu dan memperthankan posisi ini hingga tiba ketempat
rujukan.
n. Syok
Pucat
Jika mungkin naikkan kedua kaki ibu untuk meningkatkan aliran darah ke
jantung
Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan
berikan ringr laktat atau garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter dalam waktu
p. Belum in partu
33
Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit dan lamanya kurang
dari 20 detik
Jika kontraksi berhenti atau tidak ada perubahan serviks, evaluasi DJJ, jika
tidak ada tanda – tanda kegawatan pada ibu dan janin, persilahkan ibu pulang
dengan nasehat untuk menjaga cukup makan dan minum, datang untuk
q. Partus lama
Frekuensi kontraksi kurang dari 2 kali dalam 10 menit, dan lamanya kurang
dari 40 detik.
35
Tekanan darah diastolik 3. Berikan dosis awal 4 G MgSO4
90 mmHg atau lebih 40% IV dengan kecepatan
dengan kejang 1G/menit.
Nyeri kepala 4. Berikan dosis pemeliharaan
Gangguan penglihatan MGSO4 40%, 6 G dalam 6 jam
Kejang (eklampsia) segera rujuk ke fasilitas yang
memiliki kemampuan
kegawatdaruratan obstetri dan
BBL.
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Kontraksi Tanda-tanda inersia uteri : 1. Anjurkan untuk mengubah
Kurang dari 3 kontraksi posisi dan berjalan-jalan.
dalam waktu 10 menit, 2. Anjurkan untuk minum.
lama kontraksi ≤ 40 detik 3. Jika selaput ketuban masih utuh
dan pembukaan diatas 6 cm
maka pecahkan (gunakan
setengah kocher DTT) selaput
ketuban.
4. Stimulasi puting susu
5. Anjurkan ibu untuk
mengosongkan kandug
kemihnya.
6. Jika bayi tidak lahir setelah 2
jam meneran (primigravida)
atau 1 jam (multigravida),
segera rujuk ke fasilitas
kesehatan rujukan.
7. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Denyut jantung Tanda gawat janin : 1. Baringkan miring ke kiri,
janin DJJ kurang dari 120 atau anjurkan ibu untuk menarik
lebih dari 160 x/mnt, nafas panjang perlahan-lahan
mulai waspada tanda awal dan berhenti meneran.
gawat janin. 2. Nilai ulang DJJ setelah 5 menit :
DJJ kurang dari 100 atau a. Jika DJJ normal, minta ibu
lebih dari 180 x/mnt. kembali meneran dan pantau
DJJ setelah setiap kontraksi.
Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran.
b. Jika DJJ abnormal, rujuk ibu
ke fasilitas yang memiliki
kemampuan penatalaksanaan
gawatdarurat obstetri dan
BBL.
c. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
Penurunan Kepala bayi tidak turun 1. Anjurkan untuk meneran sambil
kepala bayi jongkok atau berdiri.
36
2. Jika grafik penurunan kepala
pada partograf melewati garis
waspada sedangkan pembukaan
serviks dan kontraksi cukup
memuaskan maka segera rujuk
pasien ke fasilitas rujukan.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan
Lahirnya bahu Tanda-tanda distosia bahu : Lakukan tndakan dan upaya lanjut
Kepala bayi tidak (tergantung hasil tindakan yang
melakukan putaran paksi dilakukan) :
luar. 1. Perasat Mc Robert
Kepala bayi keluar 2. Prone Mc Robert (menungging)
kemudian tertarik ke 3. Anterior dysimpact
dalam vagina (kepala 4. Perasat Cork-screw dari wood
kura-kura) 5. Perasat Schwartz-Dixon
Bahu bayi tidak dapat
lahir
Cairan ketuban Tanda-tanda cairan ketuban 1. Nilai DJJ :
bercampur mekonium : a. Jika DJJ normal, minta ibu
Cairan ketuban berwarna kembali meneran dan pantau
hijau (mengandung DJJ setelah setiap kontraksi.
mekonium) Pastikan ibu tidak berbaring
terlentang dan tidak menahan
nafasnya saat meneran.
b. Jika DJJ tidak normal, tangani
sebagai gawat janin.
2. Setelah bayi lahir, lakukan
penilaian segera dan bila bayi
tidak bernafas maka hisap lendir
di mulut kemudian hidung bayi
dengan penghisap lendir Delee
(DTT/steril) atau bola karet
penghisap (baru dan bersih).
Lakukan tindakan lanjut sesuai
dengan hasil penilaian.
Tali pusat Tanda-tanda tali pusat 1. Nilai DJJ, jika ada :
menumbung : Segera rujuk ke fasilitas
Tali pusat teraba atau kesehatan rujukan.
terlihat saat periksa dalam Dampingi ibu ke tempat rujukan
Baringkan miring ke kiri dengan
pinggul agak naik. Dengan
memakai sarung tangan
DTT/steril, satu tangan di dalam
vagina untuk menahan kepala
bayi agar tidak menekan tali
pusat dan tangan lain di
abdomen untuk menahan bayi
pada posisinya (keluarga dapat
membantu melakukannya).
37
ATAU
Ganjal bokong ibu agar lebih
tinggi dari kepalanya. Dengan
mengenakan sarung tangan
DTT/steril, masukkan satu
tangan ke dalam vagina untuk
menahan kepala bayi agar tak
menekan tali pusat.
2. Jika DJJ tidak ada :
Beritahukan ibu dan keluarga.
Lahirkan bayi dengan cara yang
paling aman.
Tanda-tanda lilitan tali pusat 1. Jika tali pusat melilit longgar di
yaitu : leher bayi, lepaskan melewati
Tali pusat melilit leher kepala bayi.
bayi 2. Jika tali pusat melilit erat di
leher bayi, lakukan penjepitan
tali pusat dengan klem di dua
tempat kemudian potong
diantaranya, kemudian lahirkan
bayi dengan segera.
Untuk Kehamilan kembar tak 1. Nilai DJJ.
kehamilan terdeteksi 2. Jika bayi kedua dengan
kembar tak presentasi kepala dan kepala
terdeteksi segera turun, biarkan kelahiran
berlangsung seperti seperti bayi
pertama.
3. Jika kondisi-kondisi tersebut
tidak terpenuhi, baringkan ibu
miring ke kiri.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas
yang memiliki kemampuan
penatalaksanaan gawatdarurat
obstetri dan BBL.
5. Dampingi ibu ke tempat
rujukan.
(depkes, 2008)
- Perdarahan Tanda atau gejala atonia 1. Bersihkan semua gumpalan darah atau
pasca uteri: membran yang mungkin berada di dalam
persalinan Pendarahan mulut uterus atau di dalam uterus.
pascapersalinan 2. Segera mlai melakukan kompresi bimanual
Uterus lembek dan interna.
tidak berkontraksi 3. Jika uterus sudah mulai berkontraksi secara
perlahan di tarik tangan penolong. Jika
uterus sudah berkontraksi, lanjutkan
memantau ibu secara ketat.
4. Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5
menit, minta anggota keluarga melakukan
kompresi bimanual eksterna sementara
penolong memberikan metergin 0,2 mg IM
dan mulai memberikan IV (RL dengan 20
UI oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat)..
5. Jika uterus masih juga belum berkontraksi
mulai lagi kompresi bimanual interna
setelah anda memberikan injeksi metergin
dan sudah mulai IV.
6. Jika uterus masih juga belum berkontraksi
dalam 5-7 menit, bersiaplah untuk
melakukan rujukan dengan IV terpasang
pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat
rujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya
diinfuskan kemudian teruskan dengan laju
infus 125 cc/jam.
40
- pernafasan, lemah (110 3. Pasang infus dengan menggunakan jarum
- kesehatan kali/menit atau besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL
dan lebih) atau NS. Infuskan 1 L dalam 15 sampai 20
kenyamana Tekanan darah menit ; jika mungkin infuskan 2 L dalam
n secara rendah (sistolik waktu satu jam pertama, kemudian turunkan
keseluruha kurang dari 90 ke 125 cc/jam.
n, mmHg) 4. Segera rujuk kefasilitas yang memiliki
- urin Pucat kemampuan gawat darurat obstetri dan bayi
Berkeringat atau baru lahir.
dingin, kulit 5. Dampingi ibu ketempat rujukan.
lembab.
Nafas cepat
(lebih dari 30
kali/menit)
Cemas,
kesadaran
menurun atau
tidak sadar.
Produksi urin
sedikit (kurang
dari 30 cc/jam).
41
busuk
- Tekanan Tanda atau gejala 1. Nilai ulang darah setiap 15 menit ( pada saat
darah, preeklampsia ringan. : beristirahat diantara kontraksi dan meneran).
- urin 2. Jika tekanan darah 110 mmHg atau lebih,
Tekanan darah pasang infus menggunakan jarum besar
diastolik 90-110 (ukuran 16 atau 18) dan berikan RL atau NS
mmHg 125 cc/jam.
Proteinuria 3. Baringkan miring kekiri.
4. Lihat penatalaksanaan preeklampsia berat.
Depkes, 2008
1. Demam
2. Perdarahan aktif
5. Pusing
8. Nyeri panggul atau abdomen yang lebih dari kram uterus biasa
43
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Hasil SDKI terakhir menunjukkan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih
cukup tinggi yaitu sebanyak 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Selain
dipengaruhi oleh penyebab langsung kematian, seperti perdarahan, infeksi, dan eklampsia,
terdapat faktor penting lainnya yang berpengaruh terhadap kematian ibu melahirkan antara
lain yaitu gender dan HAM seperti pemberdayaan perempuan yang tidak begitu baik, latar
belakang pendidikan, sosial ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik . Tingginya
angka kematian ibu di Indonesia salah satunya juga dikarenakan kurangnya perhatian dari laki
Asuhan kebidanan pada ibu bersalin merupakan salah satu kompetensi utama bidan.
Bidan sebagai sumber asuhan pada ibu bersalin harus bisa memberikan asuhan persalinan
yang optimal, dengan ilmu pengetahuan serta keterampilan berdasarkan evidence based dan
3.2. Saran
kebidanan yang terus berkembang dan berdasarkan evidence based. Dan melakukan asuhan
kebidanan baik persalinan, kehamilan, nifas, dan sebagainya dengan tetap menghormati
44