Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CLOSE FRACTUR CRURIS PROXIMAL
SINISTRA DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan Ortopedi Di
RSOP Dr. R. Soeharso Surakarta

Disusun Oleh :
1. Arinda Sinta D (P27220017127)
2. Erlin Indah K (P27220017138)
3. Firdiya Yuliana (P27220017100)
4. Nurul Umiati (P27220017116)
5. Rivaldo Ageng H (P27220017119)
6. Silmi Nur Aini (P27220017121)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Di dalam makalah ini kami sudah berupaya
semampunya, namun apabila ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi maupun bahasanya,
kami mengharapkan adanya masukan maupun saran perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
Dalam hal ini kami mengambil judul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan
Diagnosa Medis Close Fractur Cruris Proximal Sinistra Di Ruang Instalasi Gawat Darurat RSOP
Dr. R. Soeharso Surakarta“.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami tidak lepas dari bantuan, bimbingan, baik moral
maupun material dan dukungan dari berbagai pihak, maka dengan ini kami mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Klinik yang telah memberikan
bimbingan kepada kami dalam penyusunan makalah ini.
Akhirnya kami berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, semoga ilmu yang diperoleh
dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 9 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi ....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ..................................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................................
C. Tujuan ..............................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Pengertian .........................................................................................................
B. Klasifikasi............................................................................................
C. Etiologi................................................................................................
D. Manifestasi Klinis ............................................................................................
E. Komplikasi...........................................................................................
F. Patofisiologi .....................................................................................................
G. Pathway ............................................................................................................
H. Pemeriksaan Penunjang.........................................................................
I. Penatalaksanaan ...............................................................................................
J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ................................................................
BAB III PEMBAHASAN KASUS
A. Pengkajian ........................................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan.....................................................................................
C. Intervensi ..........................................................................................................
D. Implementasi.........................................................................................
E. Evaluasi................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B. Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang (Yasmara Deni dkk., 2016). Jenis fraktur
:
1. Fraktur tertutup : jika jaringan kulit dan otot masih tertutup.
2. Fraktur terbuka : jika terdapat luka terbuka yang berhubungan langsung pada daerah
fraktur.
3. Fraktur compound : memiliki risiko gangguan neurovascular, kehilangan darah, dan
infeksi yang lebih tinggi. Penanganan terdiri dari debridement, irigasi, dan perbaikan
jaringan lunak.
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang menjadi negara industri sehingga
akan mempengaruhi peningkatan mobiliasi masyarakat. Mobilitas masyarakat yang
meningkat secara otomatis terjadi peningkatana penggunaan alat-alat transportasi/kendaraan
bermotor baik pedesaan maupun bagi masyarakat yang tinggal diperkotaan. Meningkatnya
penggunaan kendaraan bermotor akan memicu terjadinya berbagai ketidakaturan dalam
berlalu lintas. Mobilitas manusia yang ingin serba cepat dapat menimbulkan masalah yang
cukup serius yaitu umlah kepadatan lalu lintas terus bertambah, hal ini dapat mengakibatkan
meningkatnya kecalakaan lalu lintas.
Angka kecelakaan Diprovinsi jawa Tengah saat ini tergolong tinggi"Jumlah korban
meninggal, kami prihatin karena mencapai 4.048 orang dibandingkan tahun 2015 sebanyak
3.922 orang. Berarti dalam sehari, delapan hingga 10 korban meninggal di jalan," jelasnya.
Dalam menekan angka kecelakaan, jajaran kepolisian melakukan tindakan secara preemtif
melalui sosialisasi dan imbauan ke komunitas otomotif serta pelajar."Laka lantas paling
banyak didominasi sopir angkutan umum. Ada lima daerah dengan jumlah laka lantas
tertinggi, yaitu Polrestabes Semarang 972 kejadian, Polres Banyumas 962 kejadian, Polres
Pati 947 kejadian, Polres Karanganyar 918 kejadian, dan Polres Sukoharjo 794 kejadian,"
ujar Kabid Humas Polda Jateng Kombes Djarod Padakova, Senin (19/12/2016). Berdasarkan
data kecelakaan tersebut sering kali myebabkan cidera tulang atau disebut fraktur. Hal ini
disebabkan ketika terdapat suatu gaya atau kekuatan yang melampui kekuatan menahan 2
kompresi atau regangan(kemampuan tulang untuk menyatu menjadi satu aringan yang utuh)
maka terjadi fraktur tulang (kowalak, 2011)
Dampak Fraktur, Fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan
ekstremitas, krepitasi, pembengkakan lokal dan perubahan warna (Smeltzer, 2005).
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat sampai fragmen tulang diimobilisasi.
2. Pergeseran fragmen tulang menyebabkan deformitas tulang yang bisa diketahui dengan
membandingkan dengan bagian yang normal.
3. Pemendekan tulang yang disebabkan karena kontraksi otot yang melekat diatas maupun
dibawah tempat fraktur.
4. Pada pemeriksaan palpasi ditemukan adanya krepitasi akibat gesekan antara fragmen
satu dengan yang lainnya. 5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal kulit terjadi
sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari fraktur cruris?
2. Bagaimana klasifikasi fraktur?
3. Bagaimana etiologi dari fraktur?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari fraktur?
5. Apa saja komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur?
6. Bagaimana patofisiologi dari fraktur cruris?
7. Bagaimana pathway dari fraktur cruris?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang untuk fraktur cruris?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari fraktur cruris?
10. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan untuk fraktur cruris?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari fraktur cruris
2. Menjelaskan klasifikasi dari fraktur cruris
3. Menjelaskan etiologi dari fraktur
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari fraktur
5. Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi pada fraktur
6. Menjelaskan patofisiologi dari fraktur cruris
7. Menjelaskan pathway dari fraktur cruris
8. Menjelaskan pemeriksaan penunjang untuk fraktur cruris
9. Menjelaskan penatalaksanaan untuk fraktur cruris
10. Menjelaskan konsep dasar asuhan keperawatan dari fraktur cruris
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya jika
tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya
(Smeltzer, 2011).
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang
lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya (Brunner & Suddart, 2010).

B. Kasifikasi
Jenis-Jenis Fraktur menurut Noor Zairin (2016):
1. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami
pergeseran.
2. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
3. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
4. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan
tulang.
5. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
6. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
7. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
8. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
9. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
10. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah
perlekatannnya.

C. Etiologi
1. Trauma
Jika kekuatan langsung mengenai tulang maka dapat terjadi patah pada tempat
yang terkena, hal ini juga mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak disekitarnya.
jika kekuatan tidak langsung mengenai tulang maka dapat terjadi fraktur pada tempat
yang jauh dari tempat yang terkena dan kerusakan jaringan lunak ditempat fraktur
mungkin tidak ada. Fraktur karena trauma dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Trauma langsung. Benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut.
b. Trauma tidak langsung. Titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan.
2. Fraktur Patologis
Fraktur patologis adalah suatu fraktur yang secara primer terjadi karena adanya proses
pelemahan tulang akibat suatu proses penyakit atau kanker yang bermetastase atau
osteoporosis.
3. Fraktur akibat kecelakaan atau tekanan
Tulang juga bisa mengalami otot-otot yang berada disekitar tulang tersebut tidak mampu
mengabsorpsi energi atau kekuatan yang menimpanya.
4. Spontan . Terjadi tarikan otot yang sangat kuat seperti olah raga.
5. Fraktur tibia dan fibula yang terjadi akibat pukulan langsung, jatuh dengan kaki dalam
posisi fleksi atau gerakan memuntir yang keras.
6. Fraktur tibia dan fibula secara umum akibat dari pemutaran pergelangan kaki yang kuat
dan sering dikait dengan gangguan kesejajaran.

D. Manisfestasi Klinis menurut Noor Zairin (2016)


1. Terlihat adanya luka terbuka pada tungkai bawah.
2. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi,
hematoma, dan edema. Serta keluhan luka terbuka pada tungkai.
3. Memar atau suatu luka pada daerah yang cedera. Lutut terlihat bengkak disertai rasa
sakit.
4. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah.
5. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat diatas
dan dibawah tempat fraktur.
6. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
7. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit.
8. Kehilangan sensasi (mati rasa mungkin terjadi dari rusaknya saraf atau perdarahan).
9. Tendernes / nyeri tekan pada area lutut atau area proksimal tibia.
10. Ketidakmampuan dalam melakukan gerakan lutut.

E. Komplikasi
1. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya
2. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang
lebih lambat dari keadaan normal
3. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

F. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya
kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga
medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan
vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fraktur:


1. Faktor Ekstrinsik
Adanya tekanan dari luar yang bereaksi pada tulang yang tergantung terhadap besar,
waktu, dan arah tekanan yang dapat menyebabkan fraktur.
2. Faktor Intrinsik
Beberapa sifat yang terpenting dari tulang yang menentukan daya tahan untuk timbulnya
fraktur seperti kapasitas absorbsi dari tekanan, elastisitas, kelelahan, dan kepadatan atau
kekerasan tulang.

G. Pathway
(Zairin, Noor Helmi. 2016)

H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : Untuk mengetahui lokasi, tipe fraktur dan garis
fraktur secara langsung. Biasanya diambil sebelum dan sesudah dilakukan operasi dan
selama proses penyembuhan secara periodik
2. Pemeriksaan jumlah darah lengkap. Hitung darah lengkap HT mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau menrurun. Peningkatan jumlah SDP adalah respon stres normal
setelah trauma.
3. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
4. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

I. Penatalaksanaan
1. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang
yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.
2. Imobilisasi fraktur. Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
a. Reduksi Tertutup/ORIF (Open Reduction Internal Fixation)
b. Reduksi Terbuka/OREF (Open Reduction Eksternal Fixation)
3. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
a. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
b. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri dan pemberian ATS (antitetanus
serum).
c. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
d. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse
dan meningkatkan peredaran darah
4. Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk
meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester
langsung pada kulit dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera
pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins atau
kawat ke dalam tulang.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Aktivitas/istirahat
1) Kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
2) Keterbatasan mobilitas
b. Sirkulasi
1) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
2) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
3) Tachikardi
4) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
5) Capilary refil melambat
6) Pucat pada bagian yang terkena
7) Masa hematoma pada sisi cedera
c. Neurosensori
1) Kesemutan
2) Deformitas, krepitasi, pemendekan
3) Kelemahan
d. Kenyamanan
1) Nyeri tiba-tiba saat cidera
2) Spasme/ kram otot
e. Keamanan
1) Laserasi kulit
2) Perdarahan
3) Perubahan warna
4) Pembengkakan local
B. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan patah tulang, spasme otot, edema dan kerusakan jaringan
lunak.
2. Risiko tinggi terjadinya perubahan neurovaskuler perifer berhubungan dengan
menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema berlebihan,
pembentukan trombus, hipovolemia.
3. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer:
kerusakan kulit, trauma jaringan, kerusakan pada jaringan lunak.
4. Kecemasan berhubungan dengan nyeri, ketidakmampuan dan gangguan mobilisasi.
5. Regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai
penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya.
Post Operasi:
1. Nyeri berhubungan dengan pemasangan pen, sekrup, drain dan adanya luka operasi.
2. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.
3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi fraktur, pemasangan traksi,
gips dan fiksasi.
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bertambahnya
metabolisme untuk penyembuhan tulang dan jaringan.
5. Risiko tinggi terjadinya komplikasi post operasi b.d. imobilisasi.
6. Regimen terapeutik in efektif berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit,
tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya.

C. Intervensi
Pre Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan patah tulang, spasme otot, edema dan kerusakan jaringan
lunak.
Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan:
klien mengatakan nyeri berkurang/hilang, ekspresi wajah santai, dapat menikmati waktu
istirahat dengan tepat, dan mampu melakukan teknik relaksasi dan aktivitas sesuai
dengan kondisinya.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri klien
Rasional : Mengetahui rentang respon klien tentang nyeri.
b. Tinggikan dan sokong ekstremitas yang sakit.
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena, menurunkan edema dan mengurangi
rasa nyeri.
c. Pertahankan bidai pada posisi yang sudah ditetapkan.
Rasional : Mengurangi kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.
d. Mempertahankan tirah baring sampai tindakan operasi.
Rasonal : Mempertahankan kerusakan yang lebih parah pada daerah fraktur.
e. Dengarkan keluhan klien.
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri klien.
f. Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri (latihan nafas dalam).
Rasional : Meningkatkan kemampuan koping dalam menangani nyeri.
g. Kolaborasikan dengan dokter mengenai masalah nyeri.
Rasional : Intervensi tepat mengatasi nyeri.

2. Risiko tinggi terjadinya perubahan neurovaskuler perifer berhubungan dengan


menurunnya aliran darah akibat cidera vaskuler langsung, edema berlebihan,
pembentukan trombus, hipovolemia.
Tujuan:Perfusi jaringan perifer memadai ditandai dengan terabanya
nadi, kulithangat/kering, sensasi dan sensori normal, TTV dalam batas normal dalam
waktu 2-3 hari.
Intervensi:
a. Observasi TTV tiap 3-4 jam.
Rasional : Ketidakefektifan volume sirkulasi mempengaruhi tanda-tanda vital.
b. Kaji aliran kapiler, warna kulit, dan kehangatan bagian distal fraktur.
Rasional : Warna kulit pucat merupakan tanda gangguan sirkulasi.
c. Lakukan pengkajian neuromuskuler, perhatikan perubahan fungsi motorik/sensorik.
Rasional : Rasa baal, kesemutan, peningkatan nyeri dapat terjadi bila sirkulasi pada
saraf tidak adekuat atau syaraf rusak.
d. Identifikasi tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba.
Rasional : Dislokasi fraktur dapat menyebabkan kerusakan arteri yang berdekatan.
e. Monitor hasil laboratorium melalui kolaborasi dengan dokter (mppp, Hb, Ht).
Rasional : Mengidentifikasi tanda-tanda kelainan darah.
f. Lepaskan perhiasan dari ekstremitas yang sakit.
Rasional : Dapat membendung sirkulasi bila terjadi edema.
g. Kolaborasi dengan dokter untuk menyiapkan klien intervensi pembedahan.
Rasional : Intervensi tepat dan cepat dapat mencegah kerusakan yang lebih parah.

3. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan


primer: kerusakan kulit, trauma jaringan, kerusakan pada jaringan lunak.
Tujuan: Tidak terjadi infeksi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan tanda-tanda vital
dalam batas normal dan pemeriksaan laboratorium normal.
Intervensi:
a. Kaji tanda-tanda vital tiap 3-4 jam.
Rasional : Infeksi yang terjadi dapat meningkatkan suhu tubuh.
b. Monitor hasil laboratorium (leukosit).
Rasional : Mengidentifikasi tanda-tanda infeksi.
c. Rawat luka secara steril.
Rasional : Mengurangi risiko terjadinya infeksi.
d. Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein.
Rasional : Makanan yang bergizi akan membantu meningkatkan pertahanan tubuh.
e. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
Rasional : Mengidentifikasi supaya infeksi tidak terjadi.

4. Kecemasan berhubungan dengan nyeri, ketidakmampuan dan gangguan mobilisasi.


Tujuan: Kecemasan tidak terjadi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan klien tidak
mengeluh nyeri, mampu melakukan aktivitas sebagaimana mestinya, dan
mengungkapkan perasaan lebih santai, ekspresi wajah rileks.
Intervensi:
a. Kaji tingkat kecemasan klien.
Rasional : Menentukan intervensi yang tepat.
b. Beri dan luangkan waktu bagi klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan klien dan memenuhi kebutuhan untuk
didengarkan.
c. Ajarkan dan bantu klien untuk melakukan teknik-teknik mengatasi kecemasan.
Rasional : Mengurangi kecemasan klien.
d. Kaji perilaku koping yang ada dan anjurkan penggunaan perilaku yang telah berhasil
digunakan untuk mengatasi kecemasan yang lain.
Rasional : Klien tampak lebih rileks dan tidak terlalu memikirkan hal-hal yang
menimbulkan kecemasan.
e. Berikan dukungan kepada klien untuk berinteraksi dengan keluarga, orang tua
terdekat.
Rasional : Orang terdekat merupakan pemberi support sistem yang paling tepat.
f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi untuk mengurangi kecemasan
klien.
Rasional : dapat memulihkan klien ke tingkat awal.

5. Regimen terapeutik tidak efektif berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai


penyakit, tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya.
Tujuan: Klien dapat mengetahui tentang penyakit, penyebab, tanda gejala,
pengobatan, pencegahan serta tindakan operasi dalam waktu 2-3 hari.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai penyakitnya, penyebab, tanda gejala,
pengobatan, pencegahan dan prosedur operasi.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien mengenai penyakit yang sedang
dialaminya.
b. Jalin hubungan saling percaya.
Rasional : Mempercepat proses penerimaan diri.
c. Jelaskan tentang rencana operasi dan post operasi.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan klien.
d. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan dan kerjasama klien.
e. Dorong pasien untuk melanjutkan latihan aktif untuk sendi di atas dan di bawah
fraktur.
Rasional : Mencegah kekakuan sendi, kontraktur, dan kelemahan otot,
meningkatkan kembalinya aktivitas sehari-hari.
f. Anjurkan penggunaan back pack.
Rasional : Untuk memanipulasi kruk atau dapat mencegah kelelahan otot yang tidak
perlu bila satu tangan digips.
g. Kaji ulang perawatan pen/luka yang tepat.
Rasional : Menurunkan risiko trauma tulang/jaringan dan infeksi yang dapat
berlanjut melalui osteomielitis.

Post Operasi
1. Nyeri berhubungan dengan pemasangan pen, sekrup, drain dan adanya luka operasi.
Tujuan: Nyeri berkurang sampai dengan hilang dalam waktu 2-3 hari ditandai
dengan: ekspresi wajah tenang, klien mengungkapkan nyeri berkurang.
Intervensi:
a. Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional : Peningkatan tanda-tanda vital menunjukkan adanya nyeri.
b. Kaji keluhan, lokasi, intensitas dan karakteristik nyeri.
Rasional : Menentukan tindakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan pasien.
c. Anjurkan teknik relaksasi napas dalam.
Rasional : Napas dalam dapat mengendorkan ketegangan, sehingga dapat
mengurangi rasa nyeri.
d. Berikan posisi yang nyaman pada tulang yang fraktur sesuai anatominya.
Rasional : Posisi anatomi memberikan rasa nyaman, melancarkan sirkulasi darah.
e. Berikan terapi analgetik sesuai dengan program medik.
Rasional : Analgesik akan menghambat dan menekan rangsang nyeri ke otak.

2. Risiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi.


Tujuan: Tidak terjadi infeksi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan kulit bersih,
pasien tidak mengalami infeksi tulang.
Intervensi:
a. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
Rasional : Peningkatan TTV dapat menunjukkan adanya infeksi.
b. Rawat luka operasi dengan baik dengan tehnik antiseptik.
Rasional : Mencegah dan menghambat berkembangnya bakteri.
c. Tutup luka operasi dengan kasa steril.
Rasional : Kasa steril dapat menghambat masuknya kuman ke dalam luka.
d. Jaga daerah luka tetap bersih dan kering.
Rasional : Luka yang kotor dan basah menjadi media yang baik bagi
perkembangbiakan bakteri.
e. Berikan terapi antibiotik sesuai dengan program medik.
Rasional : Antibiotik akan menghambat hidup dan berkembangnya bakteri.

3. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri dan terapi fraktur, pemasangan
traksi, gips dan fiksasi.
Tujuan: Klien dapat mobilisasi seperti biasanya dalam waktu 2-3 hari ditandai
dengan klien dapat mobilisasi sendiri, dapat melakukan aktivitas sendiri tanpa
bantuan orang lain.
Intervensi:
a. Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional : Sebagai data dasar untuk menentukan tindakan keperawatan.
b. Kaji tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas, mobilisasi secara mandiri.
Rasional : Menentukan tingkat keperawatan sesuai kondisi pasien.
c. Bantu pasien dalam pemenuhan higiene, nutrisi, eliminasi yang tidak dapat
dilakukan sendiri.
Rasional : Kerjasama antara perawat dengan pasien yang baik mengefektifkan
pencapaian hasil dari tindakan keperawatan yang dilakukan.
d. Dekatkan alat-alat dan bel yang dibutuhkan klien.
Rasional : Klien dapat segera memenuhi kebutuhan yang dapat dilakukan.
e. Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhan pasien.
Rasional : Kerjasama antara perawat dan keluarga akan membantu dalam mencapai
tujuan yang diinginkan.
f. Anjurkan dan bantu klien untuk mobilisasi fisik secara bertahap sesuai kemampuan
pasien dan sesuai program medik.
Rasional : Mobilisasi dini secara bertahap membantu dalam proses penyembuhan.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan bertambahnya


metabolisme untuk penyembuhan tulang dan jaringan.
Tujuan: Perubahan nutrisi tidak terjadi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan
penyembuhan tulang dan jaringan dapat kembali secara bertahap sempurna seperti
normalnya.
Intervensi:
a. Kaji abdomen, catat adanya bising usus, distensi abdomen dan keluhan mual.
Rasional : Distensi abdomen dan atoni usus sering terjadi, mengakibatkan
penurunan tak adanya bising usus untuk mencerna makanan.
b. Berikan perawatan oral.
Rasional : Menurunkan rangsangan muntah dan inflamasi/iritasi, mukosa membran
kering.
c. Bantu pasien dalam pemilihan makanan/cairan yang memenuhi kebutuhan nutrisi
tinggi kalsium.
Rasional : Kebiasaan diet sebelumnya mungkin tidak memuaskan pada pemenuhan
kebutuhan saat ini untuk regenerasi jaringan dan penyembuhan.
d. Kaji adanya peningkatan haus dan berkemih atau perubahan mental dan ketajaman
visual.
Rasional : Mewaspadai terjadinya hiperglikemia karena peningkatan pengeluaran
glukagon dan penurunan pengeluaran insulin.
e. Menganjurkan klien untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran.
Rasional : Konsumsi buah dan sayur-sayuran dapat meningkatkan proses
penyembuhan tulang.
f. Kolaborasi dengan ahli diet.
Rasional : Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

5. Risiko tinggi terjadinya komplikasi post operasi b.d. imobilisasi.


Tujuan : Tidak terjadi komplikasi post operasi dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan
tidak ada perasaan nyeri, sesak, mati rasa dll.
Intervensi:
a. Kaji keluhan pasien.
Rasional : Mengetahui masalah pasien.
b. Observasi TTV tiap 4 jam.
Rasional : Untuk mendeteksi adanya tanda-tanda awal dari komplikasi.
c. Anjurkan dan ajarkan latihan aktif dan pasif.
Rasional : Meningkatkan pergerakan sehingga dapat melancarkan aliran darah.
d. Kolaborasi dengan dokter.
Rasional : Mengetahui dan mendapatkan penanganan yang tepat.

6. Regimen terapeutik in efektif berhubungan dengan kurang informasi mengenai penyakit,


tanda dan gejala, pengobatan dan pencegahannya dan prosedur pembedahan.
Tujuan: Regimen terapeutik menjadi efektif dalam waktu 2-3 hari ditandai dengan
klien dapat mengetahui penyakit, tanda dan gejala, pengobatan, pencegahan dan
prosedur operasi.
Intervensi:
a. Kaji tingkat pengetahuan pasien mengenai penyakit, tanda gejala, pengobatan,
pencegahan dan prosedur operasi.
Rasional : Untuk mengukur sejauh mana pengetahuan pasien tentang penyakit.
b. Ajarkan dan anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif secara teratur.
Rasional : Dengan latihan aktif dan pasif diharapkan dapat mencegah terjadinya
kontraktur pada tulang.
c. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya.
Rasional : Hal kurang jelas dapat diklarifikasi kembali.
d. Anjurkan pasien untuk menaati terapi dan kontrol tepat waktu.
Rasional : Mencegah keadaan yang dapat memperburuk keadaan fraktur.
e. Anjurkan pasien untuk tidak mengangkat beban berat pada tangan yang fraktur.
Rasional : Mencegah stres pada tulang.

D. Discharge Planning menurut Ahmad Ramali (2011).


1. Anjurkan pasien untuk meneruskan latihan aktif dan pasif yang telah diperoleh selama
pasien dirawat di RS.
2. Anjurkan pasien menaati terapi pengobatan dan kontrol tepat waktu.
3. Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein), tinggi
kalsium, tinggi vitamin untuk penyembuhan tulang.
4. Minum 2-3 liter per hari bila tidak ada kontraindikasi.
5. Lakukan latihan aktivitas secara bertahap.
6. Kenali tanda-tanda komplikasi seperti nyeri pada keadaan istirahat, denyut nadi hilang,
lemah, pucat, parastesia, jika tanda-tanda ini muncul cepat hubungi tenaga kesehatan.
7. Cegah adanya komplikasi dengan mobilisasi secara bertahap dll.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa medis Close Fractur Cruris Proximal Sinistra
di IGD RSOP Dr. R. Soeharso Surakarta.
A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 8 Oktober 2019 pukul 23.58 WIB di Ruang Instalasi
Gawat Darurat RSOP Dr R Soeharso Surakarta, sumber data diperoleh melalui wawancara
langsung dengan pasien , keluarga dan observasi.
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tanggal lahir : 3 November 1957
Umur : 61 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Sudah menikah
Alamat : Tanjung RT 4/1
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
No RM : 336xxx
Tanggal Masuk : 8 Oktober 2019
Diagnosa Medis : Close fraktur cruris proximal sinistra
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. N
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Tanjung RT 4/1
Hubungan dengan pasien : Anak kandung

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri pada lutut kaki kiri akibat terjatuh dari sepeda motor pukul
16.00 WIB.
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD tanggal 8 Oktober 2019 pukul 23.58 WIB bersama keluarga
dengan keluhan nyeri pada lutut kaki kiri akibat terjatuh dari sepeda motor pukul
16.00 WIB didapatkan data keadaan umum pasien sedang, kesadaran
composmentis, TD 176/113 mmHg, nadi 86 x/menit, respirasi 20x/menit, dan suhu
36,3ºC.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi dan kolesterol.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan ayah pasien mempunyai riwayat hipertensi.
3. Pengkajian Fungsional (Gordon)
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan bahwa sakitnya ini mengganggu kelancaran aktivitas sehari-
hari.
b. Pola nutrisi – metabolik
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan biasa makan 3 kali sehari dengan kualitas dan kuantitas
cukup, seperti nasi, sayur, dan lauk sebanyak satu porsi makan penuh. Pasien
mengatakan minum air putih 6-8 gelas sehari
2) Saat sakit
Pasien mengatakan tidak nafsu makan dan hanya sedikit minum air putih sekitar
1-2 gelas.
c. Pola eliminasi
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan BAB 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna kuning
kecoklatan, bau khas feses, BAK 6-7 kali sehari dengan warna kekuningan , bau
khas urine.
2) Saat sakit
Pasien mengatakan belum BAB selama dirawat di IGD, BAK 1-2 kali
menggunakan pampers/popok.
d. Pola istirahat tidur
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan bisa tidur dengan normal 8 jam sehari dari jam 21.00-05.00.
Pasien mengatakan dapat tidur dengan nyenyak dan mengatakan merasa puas
dengan tidurnya.
2) Saat sakit
Pasien mengatakan bisa tidur 2 jam setelah diberikan terapi analgetik.
e. Pola personal hygiene
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari
2) Saat sakit
Pasien belum mandi selama di IGD
f. Pola aktivitas
1) Sebelum sakit
Pasien mengatkan dapat melakukan aktivitas sehari – hari seperti mandi, makan,
mengganti baju, BAK, BAB secara mandiri
2) Saat sakit
ADL 0 1 2 3 4
Toiletting √
Fooding √
Bathing √
Dressing √
Activity √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu dengan alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu dengan alat dan orang lain
4 : tergantung
Kesimpulan : saat sakit aktivitas pasien dibantu keluarga dan menggunakan alat
bantu (skala 3)
g. Pola kognisi dan perseptual
1) Sebelum sakit
Pasien menngatakan mampu melihat, merasa, membau dengan baik. Pasien
mampu menjawab pertanyaan orang lain dengan baik.
2) Saat sakit
Pasien mampu menjawab pertanyaan dari orang lain
h. Pola peran dan tanggung jawab
Pasien dan keluarga pasien mengatakan bahwa hubungan pasien dengan keluarga
baik dan harmonis. Hubungan dengan masyarakat juga baik. Pasien berperan
sebagai seorang ibu di keluarganya.
i. Pola toleransi koping dan stres
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan tidak ada gangguan stres saat tidak ada gangguan dalam
tubuhnya
2) Saat sakit
Pasien mengatakan sedikit cemas saat dibawa ke rumah sakit
j. Pola sistem nilai dan keyakinan
1) Sebelum sakit
Pasien mengatakan rutin melaksanakan ibadah
2) Saat sakit
Pasien mengatakan tidak melakukan ibadah selama di IGD
k. Pola seksual dan seksualitas
Pasien mengatakan mempuyai 5 orang anak
l. Pola konsep diri
1) Identitas diri
Pasien mengatakan dia adalah seorang wanita yang sedang sakit dan dirawat di
ruang IGD
2) Gambaran diri / cipta diri
Pasien mengatakan tidak malu dengan penyakitnya
3) Ideal diri
Pasein berharap bisa cepat sembuh dan kembali beraktivitas secara normal dan
mandiri
4) Peran diri
Pasien mengatakan bersedih karena tidak bisa membantu keluarganya untuk
mencari nafkah
5) Harga diri
Pasien adalah seorang yang sangat dicintai keluarganya
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : Sedang
Kesadaran umum : Composmentis
GCS verbal : 5 psikomotor : 4 mata : 6
b. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : 176/113 mmHg
Nadi : 86 x/menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 36 °C
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Kulit kepala bersih, tidak ada ketombe, rambut hitam, tidak ada benjolan , tidak
ada nyeri tekan
2) Mata
Mata simetris, sklera putih , konjungtiva tidak anemis, pupil ishokor, tampak
kantung mata , pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan
3) Hidung
Bentuk hidung simetris, tampak bersih , tidak terdapat sekret
4) Telinga
Simetris, tampak bersih, pendengaran normal

5) Mulut
Mulit bersih, mukosa bibir lembab, bibir pucat
6) Integumen
Warna kulit sawo matang
7) Leher
Tidak terjadi pembesaran kelenjar tyroid , kulit leher bersih
8) Ekstremitas
Atas : Tangan kanan terpasang infus RL 20 tpm , kuku bersih, tidak
terdapat edema
Bawah : kaki kiri tampak memar pada bagian tibia proximal sulit
digerakkan
9) Thoraks
a) Paru-paru :I : simetrik, normochest
P : tidak terdapat nyeri tekan
P : sonor
A : tidak ada bunyi nafas tambahan
b) Jantung :I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak terlihat
P : hypersonor
A : tidak ada suara tambahan gallop atau mur-mur
10) Abdomen
I : warna kulit sawo matang merata, tidak ada jejas, bentuk simetri
A : bising usus 18x/menit
P : tidak ada nyeri tekan
P : tympani
11) Genetalia
Terdapat abses di anus , tidak ada nyeri tekan , tidak terpasang DC,
menggunakan pampers

5. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal


a. Look : terdapat memar pada tibia proximal sinistra
b. Feel : pasien mengeluh nyeri pada kaki kiri
P : nyeri jika digerakkan
Q : tertusuk – tusuk
R : kaki kiri
S : skala 7
T : hilang timbul
c. Move : jari-jari kaki kiri dapat digerakkan, dapat mengangkat kaki kiri namun lemah
dan mengeluh sakit.
d. Kekuatan otot
Kanan 5 5 Kiri

4 2
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan lab dilakukan pada tanggal 9 Oktober 2019 pukul 01:22 WIB
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN HARGA
NORMAL
HEMATOLOGI
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 12,1 g/dl 11,5-15
Lekosit 10.700 /Ul 4.000-10.000
Trombosit 365.000 /uL 150.000-500.000
Eritrosit 4,5 juta/uL 3,50-5,50
Golongan darah A
HEMOSTATIS
Protumbin 15,2 Detik 10-14
INR 1,25
APTT 29,9 Detik 16-36
KIMIA KLINIK
Ureum 38 mg/dl 13-43
Creatinin 1,61 mg/dl 0,6-1,1
SGOT 17 U/L 6-31
SGPT 19 U/L 4-31
GDS 118 mg/dL <120
IMUNOSEROLOGI
HBSAG Non Reaktif Non Reaktif
b. Pemeriksaan radiologi cruris plus knee left
Hasil rontgen : close fraktur cruris proximal sinistra
c. Pemeriksaan Electro Cardio Graphy (ECG)
7. Progam Terapi
a. Infus RL 20 tpm
b. Injeksi IV ketorolac 30mg
c. Pemasangan spaleg

8. Analisa Data
NO DATA FOKUS PROBLEM ETOLOGI
1. Nyeri akut Agen injury
Data Subyektif:
fisik
- Pasien mengatakan nyeri pada lutut
sebelah kiri akibat terjatuh dari motor
- P: Pasien mengatakan nyeri bertambah
bila digerakkan
- Q: Pasien mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk
- R: Pasien mengatakan nyeri pada lutut
sebelah kiri
- S: Pasien mengatakan rentang nyerinya
pada skala 7
- T: Pasien mengatakan nyeri hilang timbul
Data Obyektif:
- Pasien tampak kesakitan menahan nyeri
- TTV:
- TD: 179/ 113 mmHg
- Nadi: 86 x/menit
- RR: 20 x/ menit
- Suhu: 36 C
- Tampak memar dan deformitas pada tibia
proksimal sinistra
2. Data Subyektif: Hambatan Kerusakan
- Pasien mengatakan kaki kiri sulit mobilitas fisik kontinuitas
digerakkan jaringan tulang
- Pasien mengatakan semua aktivitasnya
dibantu orang lain dan dengan bantuan
alat seperti berpindah, toileting (BAK),
makan minum, dan berpakaian.
Data Obyektif:
- Pasien lebih banyak bedrest dan
beraktivitas hanya di tempat tidur/
brankar
Activity 0 1 2 3 4
Fooding √
Dressing √
Toileting √
Bathing √
Mobilitas √
- Kekuatan otot
Kanan 5 5 Kiri

4 2

3. S: Kurang Kurang
- Pasien mengatakan tidak mengetahui pengetahuan terpajan
tentang sakit yang dialaminya dan informasi
tindakan apa yang akan dilakukan mengenai
O: penyakitnya
- Pasien tampak cemas dan bingung
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kontinuitas jaringan tulang
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi mengenai
penyakitnya

C. INTERVENSI
No Dx Tujuan dan KH Intervensi Rasional
1 Setelah dilakukan 1. Observsi TTV 1. Mengetahui keadaan
tindakan keperawatan 2. Kaji status nyeri umum dan TTV pasien
selama 1 x 6 jam 3. Ajarkan teknik 2. Mengetahui frekuensi,
diharapkan nyeri pasien relaksasi napas dalam kuantitas, kualitas,
dapat berkurang, dengan 4. Berikan posisi penyebab, dan skala
kriteria hasil: nyaman nyeri pasien
1. TTV dalam rentang 5. Lakukan imobilisasi 3. Mengurangi dan
normal berupa pembidaian mengontrol nyeri
2. Skala nyeri berkurang 6. Kolaborasi dengan 4. Agar pasien merasa
(0-3) dokter dalam lebih nyaman
3. Posisi pasien rileks pemberian obat dan 5. Mengurangi nyeri,
4. Mampu mengontrol tindakan medis mencegah keperahan
nyeri cedera,
mengimobilisasi.
6. Mengurangi nyeri
dengan farmakologi
2 Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
tindakan keperawatan kemampuan mobilitas kemampuan pasien
selama 1 x 6 jam fisik pasien dalam mobilitas
diharapkan pasien dapat 2. Bantu pasien dalam 2. Meningkatkan
mempertahankan melakukan ADL kemampuan aktivitas
sesuai keadaan
mobilitas, dengan kriteria 3. Ajarkan pasien 3. Meningkatkan sirkulasi
hasil: melakukan gerak darah muskuloskeletal,
1. ADL terpenuhi ROM pasif aktif mencegah kekakuan
dengan bantuan 4. Ajarkan keluarga sendi dan otot
keluarga atau perawat untuk membantu ADL 4. Membantu memenuhi
2. Mampu melakukan kebutuhan ADL pasien
gerak ROM aktif pada
ekstremitas yang sehat
3 Setelah dilakukan 1. Kaji kesiapan pasien 1. Efektivitas proses
tindakan keperawatan untuk menerima edukasi dipengaruhi
berupa edukasi selama 1 x edukasi yang akan kesiapan fisik dan
15 menit diharapkan diberikan mental pasien untuk
pasien akan menunjukkan 2. Berikan edukasi mengikujti program
peningkatan tentang persiapan edukasi
pengetahuan, dengan pasien untuk 2. Upaya pembedahan
kriteria hasil: mengikuti terapi mungkin diperlukan
Pasien mengerti dan pembedahan untuk mengatasi
memahami tentang 3. Kolaborasi dengan masalah sesaui kondisi
penyakitnya. dokter dalam pasien
pemberian edukasi 3. Memberikan
tentang penyakit pengetahuan kepada
pasien dan program pasien tentang
terapi penyakitnya dan
program terapi yang
akan diberikan
D. IMPLEMENTASI
Tgl/jam No Dx Implementasi Respon TTD
Selasa, 1 Mengobservasi vital sign dan DS: Pasien mengatakan bersedia
8/10/19 keadaan umum pasien dilakukan pemeriksaan
23.58 DO: keadaan umum sedang,
WIB kesadaran komposmentis, GCS
E4/V5/ M6, TD: 179/113 mmHg,
nadi 86 x/ menit, RR: 20x/ menit,
suhu 36 C
Rabu, 1 Mengkaji status nyeri pasien DS: Pasien mengatakan masih
09/10/ merasa nyeri pada kaki sebelah kiri
19 - P: nyeri jika digerakkan
00.03 - Q: nteri seperti tertusuk-
WIB tusuk dan terasa panas
- R: nyeri pada kaki kiri
- S: skala nyeri 7
- T: Hilang timbul
DO: Pasien tampak meringis
kesakitan, tampak memar dan
deformitas pada tibia proksimal
sinistra
00.05 1 Memberikan triage sesuai DS: -
WIB kondisi pasien DO: Pasien masuk triage prioritas
2
00.07 1 Mengajarkan teknik relaksasi DS: pasien mengatakan merasa
WIB napas dalam lebih tenang dan mampu
mengontrol rasa nyarinya
DO: Pasien kooperatif, pasien
tampak lebih rileks
00.08 2 Mengkaji kemampuan DS: Pasien mengatakan
WIB mobilitas fisik pasien ekstremitas atas dan kaki kanan
tidak mengalami hambatan
maupun rasa sakit saat digerakkan,
kaki kanan terasa sakit dan sulit
jika digerakkan
DO: Kekuatan otot
- Ekstremitas atas: 5
- Kaki kanan: 4
- Kaki kiri: 2
00.10 3 Berkolaborasi dengan dokter DS:
WIB dalam pemberian edukasi - Pasien mengatakan paham
tentang kondisi pasien dan tentang informasi yang
program terapi yang akan diberikan
diberikan - Pasien mengatakan
menyetujui tindakan yang
akan dilakukan
- Pasien mengatakan merasa
lebih tenang setelah
terpajan informasi
DO:
- Telah diberikan informasi
dan edukasi kepada pasien
dan keluarga pasien
- Pasien tampak paham dan
kooperatif
00.20 1 Kolaborasi dengan unit DS: Pasien mengatakan bersedia
WIB radiology dalam dan setuju untuk dilakukan
pengambilan foto rontgen rontgen
Cruris + knee Left
DO: Pasien kooperatif, hasil
rontgen: Close fraktur cruris
proksimal sinistra
00.25 1, 2 Melakukan imobilisasi pada DS: Pasien mengatakan bersedia
WIB kaki kiri berupa pemibidaian dilakukan pembidaian, pasien
mengeluh sakit saat pemasangan
bidai
DO: Pasien kooperatif, bidai telah
terpasang di kaki kiri dengan
prinsip mengunci dua sendi
00.30 1, 2 Kolaborasi dengan dokter DS: Pasien mengatakan bersedia
WIB dalam pemberian cairan dipasang infus
intravena RL 20 tpm DO: Telah terpasang cairan
Dan pengambilan sample intravena RL 20 tpm di tangan
darah untuk uji laboratorium kanan pasien
Telah terambil sample darah
sesuai kebutuhan
00.35 1 Berkolaborasi dengan dokter DS: Pasien mengatakan bersedia
WIB dalam pemberian injeksi diinjeksi antinyeri
intra vena ketorolac 30 mg DO: Telah masuk injeksi ketorolac
30 mg melalui intravena
00.38 1 Melakukan tindakan EKG DS: Pasien mengatakan bersedia
WIB di EKG
DO: Pasien kooperatif, tindakan
berhansil dilakukan
02.00 2 Membantu pasien dalam DS: Pasien mengatakan ingin
WIB melakukan ADL (BAK) BAK dengan dibantu keluarganya
DO: Pasien BAK dibantu keluarga
menggunakan pampers, dilakukan
di tempat tidur
03.00 1, 3 Memberikan edukasi tentang DS: pasien dan keluarga pasien
WIB persiapan pasien untuk mengatakan paham tentang
mengikuti terapi informasi yang diberikan
pembedahan dan Pasien mengatakan bersedia untuk
menganjurkan untuk melakukan puasa
berpuasa DO: Pasien puasa pre op mulai
pukul 03.00 WIB
05.00 2 Mengajarkan pasien DS: Pasien mengatakan mampu
WIB melakukan gerak ROM pasif menggerakkan ekstremitas yang
aktif pada ekstremitas yang sehat tanpa sakit dan hambatan
sehat DO: Pasien kooperatif

05.30 1 Mengobservasi ulang vital DS: Pasien mengatakan bersedia


WIB sign pasien diperiksa
DO: Keadaan umum sedang,
kesadaran komposmentis, TD:
150/100 mmHg, nadi 86x/ menit,
RR: 20x/ menit, suhu 36C
05.35 1 Mengkaji ulang status nyeri DS:
WIB pasien Pasien mengatakan masih merasa
nyeri pada kaki sebelah kiri
- P: nyeri jika digerakkan
- Q: nteri seperti tertusuk-
tusuk dan terasa panas
- R: nyeri pada kaki kiri
- S: skala nyeri 4
- T: Hilang timbul
DO: Pasien masih tampak
menahan nyeri
05.37 1 Menganjurkan pasien DS: Pasien mengatakan bersedia
WIB melakukan teknik relaksasi DO: Pasien kooperatif, pasien
napas dalam untuk tampak mampu mengontrol nyeri
mengontrol dan mengurangi
rasa nyeri
06.00 1, 2 Mengantarkan pasien DO: Pasien dan keluarga pasien
WIB menuju bangsal Anggrek 1 bersedia dipindah ke ruang
Anggrek 1 sebelum dilakukan
terapi pembedahan
DO: Pasien telah dipindah ke
ruang Anggrek 1 menggunakan
brankar dan ambulance.

E. EVALUASI
Tgl/jam No Dx Evaluasi TTD
Rabu, 1 S:
09/10/ - Pasien mengatakan masih merasa nyeri pada kaki sebelah
19 kiri
05.45 - P: nyeri jika digerakkan
WIB - Q: nteri seperti tertusuk-tusuk dan terasa panas
- R: nyeri pada kaki kiri
- S: skala nyeri 4
- T: Hilang timbul
O:
- Keadaan umum sedang
- Kesadaran komposmentis
- GCS : E4/V5/M6
- TTV:
- TD: 150/100 mmHg
- Nadi: 86x/ menit
- RR: 20x/ menit
- Suhu: 36 C
- Pasien tampak menahan nyeri
- Pasien tampak mampu mengontrol nyeri
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi di bangsal
- Pertahankan cairan intravena
- Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
- Pertahankan pembidaian
Discharger planning:
- Tindakan: triage, pemasangan infus, injeksi IV ketorolac
30 mg, EKG, pembidaian.
- Saran: puasa pre operasi dan inform consent pihak
keluarga pasien telah disetujui dan ditandatangani pada
tanggal 9/10/2019, pelaksanaan operasi pada tanggal
9/10/2019.
05.45 2 S:
WIB - Pasien mengatakan ektremitas atas dan kaki kanan tidak
mengalami hambatan untuk bergerak
- Pasien mengatakan kaki kiri sulit dan sakit bila digerakkan
O:
- Pasien bedrest
- Tampak aktivitas pasien dilakukan di tempat tidur dengan
bantuan orang lain
- Pasien tampak lemah dan menahan nyeri
- Kekuatan otot:
Ekstremitas atas: 5
Kaki kanan: 4
Kaki kiri: 2
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi di bangsal
- Lakukan gerak ROM aktif pasief pada ekstremitas yang
sehat
- Pertahankan program imobilisasi pada kaki yang
mengalami fraktur
- Bantu pasien dalam melakukan aktivitasnya
Discharger planning:
- Tindakan: pembidaian, gerak ROM pasif aktif
- Saran: maksimalkan gerak pada ekstremitas sehat,
pertahankan imobilisasi pada kaki kiri
05.45 3 S:
WIB - Pasien mengatakan paham tentang informasi yang
diberikan
- Pasien mengatakan menyetujui tindakan yang akan
dilakukan
- Pasien mengatakan merasa lebih tenang setelah terpajan
informasi
O:
- Telah diberikan informasi dan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien
- Pasien tampak paham dan kooperatif
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya,
terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar
dari yang dapat diabsorbsinya. Penatalaksanaan fraktur cruris dengan mereduksi fraktur
terbuka atau tertutup, imobilisasi fraktur, mempertahankan dan mengembalikan fungsi dan
mentraksi. Jika fracture tersebut tidak segera diatasi maka akan menimbulkan komplikasi
diantaranya Malunion, Delayed union dan Non union.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah asuhan keperawatan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Ramali. 2011. Kamus Kedokteran. Jakarta : PT. Djambata.

Brunner & Suddart . 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Gustillo. 2010. Management off Fracture. Florida : Gainesville.

Nanda International. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta: Buku Kedokteran
ECG.

Nanda NIC NOC. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jogja: Mediaction

Smeltzer. 2011. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah . Jakarta : PT.Rineka Cipta

Zairin, Noor Helmi. 2012. Buku Ajar Aplikasi Asuhan Keperawatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Zairin, Noor Helmi. 2012. Buku Saku Kegawatdaruratan di Bidang Bedah Ortopedi. Jakarta
Selatan : Salemba Medika.

Zairin, Noor Helmi. 2016. Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta Selatan : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai