Anda di halaman 1dari 67

BAB IV

METODE DAN BAHAN

4.1 PEMERIKSAAN URINALISA

Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang
molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan
tubuh.

JENIS PEMERIKSAAN URINALISA :

1 URIN LENGKAP

2 NARKOBA

3 HCG

4.1.1URIN LENGKAP

Dalam melakukan pemeriksaan urin lengkap , di labolatoriumini kami menggunakan metode carik
celup atau tesurin strip karena pada dasarnya metode ini adalah salah satu jenis tes urin yang
dilakukan dengan cepat. Namun sebelum menggunakan carik celup kita lihat warna dan kejernihan,
setelah menggunakan carik celup kita bisa melihat sedimen pada mikroskop

Carikcelup

Prinsip : Strip khusus yang digunakan dalam tes akan dicelupkan ke dalam sampel urin selama
beberapa detik. Hasil warna indikator yang berbeda akan bisa dilihat dari perubahan. Semua jenis
tes ini bisa dilakukan dengan mudah dan pengambilan sampel urin juga harus dilakukan dengan
benar. Tes urin ini bisa dilakukan di rumah, rumah sakit, klinik, dan laboratorium.

Alat dan bahan :

1. Alat

- Wadah Carik celup sebagai standar warna


- Clinitex Status, Urisys 1100 / alat baca urin lainnya

2. Bahan

- Sampel urin

Cara Kerja

1. Dibasahi seluruh permukaan reagen carik dengan sampel urin dan tarik carik dengan segera,
Kelebihan urin diketukkan pada bagian bibir wadah urin

2. Kelebihan urin pada bagian belakang carik dihilangkan dengan cara menyimpan carik tersebut
pada kertas agar menyerap urin dibagian tersebut

3. Dipeganglah carik secara horizontal dan dibandingkan dengan standar warna yang terdapat pada
label wadah carik kemudian dicatat hasilnya dengan waktu seperti yang tertera pada standar carik
atau dibaca dengan alat Clinitex Status

pengamatan dan Interpretasi Hasil Pemeriksaan Carik Celup

Parameter NilaiNormal :

1. Leukosit : negative

2. Nitrit : negative

3. Urobilinogen : negatifatau 0,2 EU/dL

4. Protein : negative

5. PH : 5,0 – 8,5

6. Darah : negative

7. Beratjenis : 1.000-1.030

8. Keton : negative

9. Bilirubin : negative

10. Glukosa : negative


Sedimenurin

Sedimen urin adalah unsur yang tidak larut di dalam urin yang berasal dari darah, ginjal dan saluran
kemih, sehingga pemeriksaan sedimen urin sangat penting dalam membantu menegakkan diagnosa
dan mengiikuti perjalanan penyakit pada kelainan ginjal dan saluran kemih.

Prinsip : Sejumlah volume urine dipisahkan dari supernatan dan sedimennya melalui proses
sentifugasi dilanjutkan dengan pemeriksaan sedimen dengan menggunakan mikroskop

Alat dan Bahan :

1. Wadah penampung urin.

2. Tabung sentrifuge.

3. Sentrifuge.

4. Mikroskop.

5. Kaca objek dan kaca penutup.

6. Sampel urin sewaktu.

Cara kerja :

1. Dimasukkan sampel urin kedalam tabung sentrifuge, sentrifuge selama 2 menit pada 1500-2000
rpm.

2. Dibuang cairan dibagian atas tabung dengan cara menghentakkan secara tepat, sehingga volume
cairan dan sedimen tinggal 0.5-1 ml.

3. Dikocok tabung untuk tabung meresuspensikan sedimen.

4. Diletakkan 2 tetes sedimen tersebut diatas objek lalu ditutup dengan kaca penutup.

5. Diperiksa sedimen di bawah mikroskop dengan lensa objektif 10 x untuk lapangan pandang kecil
(LPK) untuk melaporkan jumlah rata-rata sedimen, serta lensa obyektif 40 x untuk laporan pandang
besar (LPB) untuk melaporkan jumlah rata-rata eritrosit dan leukosit.

6. Ditulis hasil yang diperoleh : Elemen organik yaitu jumlah sel eritrosit, lekosit, epitel, silinder,
bakteri, jamur, parasit, dan elemen anorganik berupa kristal, zat lemak.
Interpretasi hasil

Tes Sedimen

- Eritrosit : <5 /LPB

- Lekosit : <5 /LPB

- Torak : Negatif atau positif torak hialin.

- Bakteri : <2 /LPB atau <1000 /ml.

- Sel : Epitel pipih

- Sperma : Negatif.

- Lemak : Negatif.

- Kristal : Kalsium oksalat, asam urat,

4.1.2 PEMERIKSAAN NARKOBA

Pemeriksaan narkoba di labolatorium kami menggunakan metode immunochromatografi


kompetitif.Karena metode ini sangat cepat, tepat, danakurat

Tujuan :

Mengetahui ada tidaknya narkoba dalam urin pasien

Prinsip :

Pada strip tersebut mengandung konjungat drugs iGg anti narkoba, dimanasubstraturin yang
mengandung drugs akan bereaksi dengan konjungat dimana hasil positif ditandai dengan
terbentuknya garis merah pada test, negative pada kontrol

Alat dan bahan :

1. Strip tesnarkoba

2. Urinsewaktu

3. Wadahpenampungurin

Cara kerja :

1. Disimpan sampel pada suhu kamar , lalu dibuka bungkus strip digunakan sesegeramungkin

2. Dicelupkan secara vertical strip pada specimen urinselama 10-15 detik , jangan melebihi
batas urin
3. Ditunggu sampai terbentuknya garis dan kemudian dibacahasil pada waktu 5 menit , jangan
lebih

4. Timbul hasil pada strip

Interpretasihasil :

1. Positif : hanya terbentuk garis pink pada control (C)

2. Negatif : terbentuk dua garis pink pada control (C) dan pada test (T)

3. Invalid : tidak terbentuk garis pink pada control (C) danpada test (T). atau terbentuk garis
pink pada test (T) namun tidak pada control (C)

4.1.3 HCG (Human chorionic gonadotropin)

Pada pemeriksaan HCG untuk uji kehamilan di labolatorium kami menggunakan metode rapid test
(kaset) karena metode ini sangat cepat dan akurat

Tujuan :untuk mengetahui hormon hcg pada urin wanita

Alatdanbahan :

1 urin sewaktu

Masing-masing kemasan berisi:

1. Alat Test HCG

2. Pipet

PROSEDUR TES :

1. DiBawa alat test dan urine dalam suhu-kamar. dibuka kemasan dan dikeluarkan alat test cassette.

2. Di Tempatkan alat test di suatu permukaan yang kering dan bersih.Teteskan 0.2ml urine (sekitar 4
tetes) ke bagian daerah alat test.

3. Di Tunggu reaksi sekitar 40 detik dan amati hasilnya. Jangan menginterpretasikan hasil setelah 10
menit.
4. diBuang alat test setelah pengujian ke dalam container khusus.

Interpretasi hasil :

Negatif : Jika hanya satu garis warna yang muncul di dalam area kendali (control line) berarti tidak
ada hormon HCG dalam urine. Itu artinya anda tidak hamil atau menguji terlalu awal. Jika anda tidak
yakin, ulangi pengujian dalam 48 jam.

Positif : Jika dua garis warna muncul di control line dan test line. Lalu ini berarti ada kemungkinan
kuat bahwa anda hamil, HCG terdeteksi di dalam urine.

Invalid : Jika tidak ada garis yang muncul berarti tak

berlaku dan perlu mengulangi kembali menggunakan alat

test lain.

4.2 PEMERIKSAAN FESES

Feses adalah produk buangan saluran pencernaan hewan yang dikeluarkan melalui anus atau kloaka.
Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi (bergantung pada individu dan kondisi)
antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali dalam sehari.

JENIS PEMERIKSAAN FESES :

1. FESES LENGKAP

2. DARAH SAMAR

4.2.1 FESES LENGKAP

Feses adalah sisa makanan yang telah dicerna dan belum dicerna oleh usus yang dikeluarkan
oleh tubuh dalam bentuk benda padat. Pada manusia, proses pembuangan kotoran dapat terjadi
(bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap satu atau dua hari hingga beberapa kali
dalam sehari.Pada keadaan abnormal atau adanya kelainan di dalam saluran cerna, tinja dapat
menunjukkan perubahan bentuk serta hasil pemeriksaan yang abnormal. Pemeriksaan feses meliputi
pemeriksaan makroskopik, mikroskopik, darah samar dan pemeriksaan sisa pencernaan.

Pemeriksaan mikroskopik feses digunakan mikroskop cahaya untuk melihat unsur abnormal seperti
telur cacing, sisa makanan yaitu lemak, amilum, leukosit dan eritrosit bila ada perdarahan.
Perdarahan pada saluran cerna tidak selalu memberikan warna merah pada tinja khususnya pada
perdarahan saluran cerna bagian atas, darah akan diubah oleh asam lambung yang berubah menjadi
warna coklat kehitaman. Adanya darah dalam tinja dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium.

B. Macam – Macam Warna Feses

Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang juga
merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang dihasilkan
oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui empedu dan
dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu
warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta minuman yang
dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang
dikonsumsi. Beberapa warna feses yang sering ditemukan diantaranya :

1. Warna Kuning Kecoklatan

Feses berwarna kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya adalah warna ini.
Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna
orange-kuning yg disebut Bilirubin. Ketika Bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus maka
akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuninganTinja normal kuning coklat dan warna
ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna
tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang
dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin.

2. Warna Hitam

Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna hitam ke feses
kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna hitam (Licorice), timbal, pil yang mengandung besi,
pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal
dengan akar manis).

3. Warna Hijau

Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu pewarna
makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa menyebabkan feses
berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu cepat melewati usus
besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses berwarna hijau juga bisa
terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yang diproduksi hati dan disimpan
dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika
feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.Pada bayi
yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.

4. Warna Merah

Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan darah.
Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar adalah yang
menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat makanan umumnya
disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga
makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

5. Warna Abu-abu / Pucat

Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses pucat
pun menandakan pasien sedang dilanda sakit. Biasanya pasien sedang mengalami penyakit liver,
pankreas, atau empedu, maka pantat dari pasien akan berwarna abu-abu atau pucat.

6. Warna Coklat

Tinja berwarna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan
urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan
obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.

C. Bau Feses

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan senyawa
seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas hidrogen
sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau tinja. Di
pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau tinja.

E. Feses normal

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 gr feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman. Selebihnya
adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur unsur
lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras,
berwarna coklat dan berbau khas. Frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

F. Pengambilan Sampel Faces

1. Indikasi Pemeriksaan

a. Adanya diare dan konstipasi

b. Adanya ikterus
c. Adanya gangguan pencernaan

d. Adanya lendir dalam tinja

e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal

f. Adanya darah dalam tinja

2. Syarat pengumpulan feces

a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila
pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.

b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.

c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.

d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher.

e. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.

f. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.

g. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan lain yang
tidak dapat ditembus seperti plastik, bermulut lebar, bertutup ulir. Kalau konsistensi tinja keras,dos
karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.

h. Oleh karena unsur -unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negatif),(+),(++),(+++) saja.

i. Hal – hal yang perlu diperhatikan

ü Penyimpanan

Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang

Bila 1 jam atau lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun Pepton water

Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C

ü Pengiriman

Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang

Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media Tetra Thionate Broth

3. Waktu Pengambilan Feses

Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian
anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

4. Alat-alat Pengambilan Feses


ü Sarung tangan

ü Spatel steril

ü Lidi kapas steril

ü Pot tinja

ü Perlak pengalas

ü Tissue

5. Cara kerja

a. Prosedur pengambilan feses pada dewasa :

ü Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan

ü Menyiapkan alat yang diperlukan

ü Meminta pasien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine

ü Cuci tangan dan pakai sarung tangan

ü Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup
dan bungkus

ü Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel

ü Buang alat bekas mengambil feses dengan benar

ü Cuci tangan

ü Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium

ü Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

b. Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:

ü Mendekatkan alat

ü Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan

ü Mencuci tangan

ü Memasang perlak pengalas dan sampiran

ü Melepas pakaian bawah pasien

ü Mengatur posisi dorsal recumbent

ü Memakan hand scoon


ü Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian diputar kekiri
dan kekanan sampai teraba tinja

ü Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.

ü Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.

ü Melepas sarung tangan

ü Merapikan pasien

ü Mencuci tangan

c. Prosedur pengambilan feses pada bayi :

ü Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan pada
bayinya

ü Menyiapkan alat yang diperlukan

ü Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan urine

ü Cuci tangan dan pakai sarung tangan

ü Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen kemudian tutup
dan bungkus

ü Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada sampel

ü Buang alat dengan benar

ü Cuci tangan

ü Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium

ü Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

G. Jenis Pemeriksaan Feses

Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan
sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir
dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda
– (negative), +, ++ atau +++ saja.

1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas pemeriksaan
makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.

a. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir).
Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba
atau bakteri shigella.

Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara makroskopis dengan sampel
feses.

ü Pemeriksaan Warna

Pemeriksaan warna pada tinja bisa dilakukan langsung dengan mata telanjang dan berikut
interpretasi hasilnya :

• Kuning (Tinja Normal)

• Hijau

• Keabu– abuan

• Merah

• Coklat

ü Pemeriksaan Bau

Bau tinja disebabkan oleh indol, skatol dan asam butirat. Bau itu menjadi bau busuk jika dalam usus
terjadi pembusukan isinya, yaitu protein yang tidak dicernakan dan dirombak oleh kuman-kuman.
Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Ada kemungkinan juga tinja berbau asam,
keadaan itu disebabkan oleh peragian (fermentasi) zat-zat gula yang tidak dicerna karna umpamanya
diare. Reaksi tinja dalam hal itu menjadi asam. Bau tengik dalam tinja disebabkan oleh perombakan
zat lemak dengan pelepasan asam-asam lemak.

ü Pemeriksaan Konsistensi

Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi
sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada
konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas.
Konsistensi tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. Feses yang sangat besar dan
berminyak menunjukkan malabsorpsi usus.

ü Pemeriksaan Lendir

Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak
berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus.Lendir yang terdapat di bagian luar tinja,
lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan
tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa
didapatkan lendir saja tanpa tinja.Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan
spastik kolitis, mucous colitis pada anxietas.
Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta peradangan rektal anal.Tinja
dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya ulseratif kolitis, disentri basiler,
divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.

ü Pemeriksaan Darah.

Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin
terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Makin proksimal terjadinya
pendarahan, makin bercampurlah darah dengan tinja dan warna menjadi hitam. Jumlah darah yang
besar mungkin disebabkan oleh ulcus, varices dalam esophagus, carcinoma atau hemorrhoid.

ü Pemeriksaan Parasit

Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya yang mungkin
didapatkan dalam feses.

b. Pemeriksaan mikroskopik

Pada pemeriksaan mikroskopi usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan maksud
terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1 – 2% sebagai bahan pengencer
tinja atau juga larutan lugol 1 – 2 %. Selain itu larutan asam acetat 10 % dipakai untuk melihat
leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur – unsur lain larutan garam 0,9 % yang sebaiknya
dipakai untuk pemeriksaan rutin.

Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum,
telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba
tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.

ü Protozoa

Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru didapatkan bentuk trofozoit.

ü Telur cacing

Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator americanus, Enterobius
vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides stercoralis dan sebagainy

ü Leukosit

Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh sediaan.Pada disentri basiler,
kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin
ditemukan pada bagian tinja yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.

Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes
emulsi feces pada obyek glass.

ü Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus. Sedangkan bila lokalisasi
lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.

ü Sel Epitel

Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epite lyaitu yang berasal dari dinding usus
bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat karena sel ini biasanya
telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding
usus bagian distal.

ü Kristal

Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat kristal tripel fosfat,
kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat didapatkan setelah
memakan bayam atau strawberi, sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan
lemak.

Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal
hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan
amubiasis. Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

• Makrofag

Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri
selain eritrosit, lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.

• Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya jangan
dianggap kista amoeba

• Sisa Makanan

Hampir selalu dapat ditemukan juga, bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam keadaan
tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal. Sisa makanan itu sebagian berasal dari
makanan daun – daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti seart otot, serat
elastik, dan sebagainya.

Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol; pati (amilum) yang tidak
sempurna dicerna nampak seperti butir – butir biru atau merah. Larutan jenuh Sudan III atau Sudan
IV dalam alkohol 70 % juga dipakai: lemak netral menjadi tetes – tetes merah atau jingga.
• Jamur

Pemeriksaan KOH

Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan KOH (kalium
hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan
tinja yang biasa dilakukan dengan menggunakan lugol.

Untuk membedakan antara Candida dalam keadaan normal dengan Kandidiasis adalah pada
kandidiasis, selain gejala kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa
yang merupakan bentuk invasif dari Candida pada sediaan tinja.

Timbulnya kandidiasis juga dapat dipermudah dengan adanya faktor risiko seperti diabetes
melitus, AIDS, pengobatan antikanker, dan penggunaan antibiotika jangka panjang. Kalau memang
positif kandidiasisdan terdapat gejala kandidiasis, maka biasanya dapat sembuh total dengan obat
jamur seperti fluconazole, tetapi tentu saja bila ada faktor risiko juga harus diatasi.

Swap adalah mengusap mukosa atau selaput lendir atau pseudomembran kemudian hasil usapan
diperiksa secara mikroskopik, sedangkan biopsi adalah pengambilan jaringan atau sel untuk
dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik juga.

c. Pemeriksaan kimia

Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam
feses / tinja.

• Darah samar

Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap darah samar. Tes
terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui adanya perdarahan kecil yang tidak dapat
dinyatakan secara makroskopik atau mikroskopik.

Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 –
2 ml / hari. Pada keadaan abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari.

Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah guajac tes, orthotoluidine,
orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan penentuan aktivitas peroksidase / oksiperoksidase dari
eritrosit (Hb)

a. Metode benzidine basa

1. Buatlah emulsi tinja dengan air atau dengan larutan garam kira-kira 10 ml dan panasilah hingga
mendidih.

2. Saringlah emulsi yang masih panas itu dan biarkan filtrat sampai menjadi dingin kembali.
3. Ke dalam tabung reaksi lain dimasukkan benzidine basa sebanyak sepucuk pisau.

4. Tambahkan 3 ml asam acetat glacial, kocoklah sampai benzidine itu

5. Bubuhilah 2ml filtrate emulsi tinja, campur.

6. Berilah 1ml larutan hydrogen peroksida 3 %, campur.

7. Hasil dibaca dalam waktu 5 menit ( jangan lebih lama )

Catatan :

Hasil dinilai dengan cara :

Negative ( - ) tidak ada perubahan warna atau samar-samar hijau

Positif ( +) ( Hijau)

Positif(2+) biru bercampur hijau

Positif(3+) biru

Positif (4+) biru tua

b. Metode Benzidine Dihidrochlorida

Jika hendak memakai benzidine dihirochlorida sebagai pengganti benzidine basa dengan maksud
supaya test menjadi kurang peka dan mengurangi hasil positif palsu, maka caranya sama seperti
diterangkan diatas.

c. Cara Guajac

Prosedur Kerja :

1. Buatlah emulsi tinja sebanyak 5ml dalam tabung reaksi dan tambahkan 1ml asam acetat glacial,
campur.

2. Dalam tabung reaksi lain dimasukkan sepucuk pisau serbuk guajac dan 2ml alkohol 95 %, campur.

3. Tuang hati-hati isi tabung kedua dalam tabung yang berisi emulsi tinja sehingga kedua jenis
campuran tetap sebagai lapisan terpisah.

4. Hasil positif kelihatan dari warna biru yang terjadi pada batas kedua lapisan itu. Derajat
kepositifan dinilai dari warna itu.

Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara lain adalah preparat Fe, chlorofil,
extract daging, senyawa merkuri, Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil
negatif (-) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat dapat
menyebabkan positif (+) palsu

• Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif, pada
kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.

Prosedur kerja :

1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja

2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya

3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama 6-24
jam

4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

• Urobilinogen

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia
hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di
laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan urobilin urin.

• Bilirubin

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan
berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan
bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang diberikan
peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan tadi.Untuk
mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet.

Interpretasi Hasil Pemeriksaan Feses :

Makroskopi dan Mikroskopi

Interpretasi

Butir, kecil, keras, warna tua

Konstipasi

Volume besar, berbau dan mengambang

Malabsorbsi zat lemak atau protein


Rapuh dengan lendir tanpa darah

Sindroma usus besar yang mudah terangsang inflamasi dangkal dan difus, adenoma dengan
jonjot- jonjot

Rapuh dengan darah dan lendir (darah nyata)

Inflamasi usus besar, tifoid, shigella, amubiasis, tumor ganas

Hitam, mudah melekat seperti ter

Perdarahan saluran cerna bagian atas

Volume besar, cair, sisa padat sedikit

Infeksi non-invasif (kolera, E.coli keadaan toksik, kkeracunan makanan oleh stafilokokus, radang
selaput osmotic (defisiensi disakharida, makan berlebihan)

Rapuh mengandung nanah atau jaringan nekrotik

Divertikulitis atau abses lain, tumor nekrotik, parasit

Agak lunak, putih abu- abu sedikit

Obstruksi jaundice, alkoholik

Cair bercampur lendir dan eritrosit

Tifoid, kolera, amubiasis

Cair bercampur lendir dan leukosit

Kolitis ulseratif, enteritis, shigellosis, salmonellosis, TBC usus

Lendir dengan nanah dan darah

Kolitis ulseratif, disentri basiler, karsinoma ulseratif colon, diverticulitis akut, TBC

2. Pemeriksaan kultur feses

Pengambilan feses untuk pemeriksaan kultur dilakukan dengan teknik steril. Pelaksanaanya adalah
dengan cara toucher, namun alat-alat yang digunakan harus steril ( sarung tangan, kapas sublimat,
dan botol bertutup). Tujuan pemeriksaan kultur adalah mendapatkan spesimen feses yang
memenuhi persyaratan untuk pemeriksaan feses rutin
MIKROBIOLOGI

4.2 PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI

Pemeriksaan Mikrobiologi yang dilakukan di Lab Rs. Polri adalah Bakteri tahan asam (BTA). Bakteri
tahan asam merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8-95
dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang
ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Kuman bakteri tahan asam (BTA), dikenal ada 41
spesies yang telah diakui oleh ICSB (International Committee on Systematic Bacteriology)

Pada kelompok bakteri tersebut disebut dengan bakteri tahan asam (BTA), pada saat
pencucuian pertama dapat mempertahankan warnanya dengan pelarut pemucat. Golongan bakteri
ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalah Mycobacterium tuberculosis.

Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Pada bakteri
tersebut jika dilakukan reaksi pewarnaan akan menghasilkan warna merah, dengan kata lain bakteri
TBC memilki warna yang merah jika sudah dinyatakan postif.

Bakteri yang ada selain dapat menyerang manusia juga dapat menyerang hewan. Diantara hewan-
hewan tersebut seperti marmut dan kera. Penularan pada bekteri tersebut dapat melalui udara dan
masuk kesaluran pernafasan.

Dahak yang diambil adalah dahak yang kental kuning kehijauan dengan wakttu pengambilan sebagai
berikut :

1. Dahak sewaktu : penderita datang berobat dengan keluhan apa saja

ke klinik.

2. Dahak pagi : diambil pagi hari setelah bangun tidur.

3. Dahak sewaktu : diambil sewaktu penderita mengantar dahak pagi

METODE PEMERIKSAAN BAKTERI TAHAN ASAM (BTA) :

Ziehl neelsen

Test cepat molekuler (TCM)

Pewarnaan gram
4.2.1 ZIEHL NEELSEN

Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh permukaan sediaan,
kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap tetapi tidak sampai mendidih atau kering
selama 5 menit. Sediaan kemudian dibiarkan dingin atau dicuci kering anginkan selama 5-7 menit
lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan
asam alkohol 3% (hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2-4 menit
kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan dibuang. Larutan
methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan
dibuang dan dicuci dengan air mengalir.

PRINSIP :

Dinding sel bakteri tahan asam yng terdiri atas lapisan peptidoglikan dan senyawa lipida yang
mempunyai sifat mudah menyerap sehingga bila diwarnai dengan carbol fuchsin maka dinding sel
tersebut akan meresap zat warna dengan baik bila dipanaskan. Selanjutnya asam mycolat yang
terdapat di pori-pori dinding sel akan berikatan dengan fuchsin sehingga warna merah sulit
dilunturkan dengan asam alkohol. Sedangkan zat warna methylen blue merupakan counter stain
sebagai warna dasar. Salah satu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa adalah dahak atau
sputum. Dahak yang diperiksa minimal 3-5 cc.

CARA KERJA

1. Pembuatan preparat
a. Mengambil lidi sampel dahak pada bagian purulen

b. Menyebarkan secara spiral kecil-kecil dahak pada permukaan kaca sediaan dengan

ukuran 2x3 cm.

2. Pengeringan

a. Mengeringkan dahak yang ada pada kaca sediaan pada temperatur kamar.

b. Memasukkan lidi bekas kedalam wadah berisi disinfektan.

3. Fiksasi

a. Menjepit sediaan kaca menggunakan pinset dan fiksasi 2-3 kali melewati
api bunsen.

b. Memastikan apusan menghadap ke atas.

4. Pewarnaan

a. Meletakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak pengecatan dengan
jarak 1 jari antara satu sediaan dengan sediaan lainnya.

b. Menuanginya dengan carbol fuchsin 0,3 % melalui kertas saring sampai menutupi

seluruh permukaan sediaan.

c. Memanaskan dengan sulut api di bagian bawah sediaan sampai timbul uap (tidak
sampai mendidih).

d. Mendiamkannya selama 5 menit.

e. Membilas sediaan dengan air mengalir secara hati-hati.

f. Menggenangi sediaan dengan asam alkohol 3 % sampai semua warna merah

fuchsi luntur.

g. Membilas sediaan dengan air mengalir secara hati-hati.

h. Menggenangi sediaan dengan methylen blue 0,3 % selama 10-20 detik.

i. Membilas sediaan dengan air mengalir secara hati-hati.

j. Mengeringkan sediaan pada rak pengering.

k. Memeriksa sediaan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran objektif

100x.

5. Pembacaan hasil

Membaca hasil melalui pengamatan mikroskop yang dibaca mulai dari ujung kiri ke ujung kanan
minimal 100 lapangan pandang, pada garis horisontal terpanjang.

INTERPRETASI HASIL
Negatif : tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang pandang

Scanty : 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang (menuliskan jumlah BTA yang ditemukan)

1+ : 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang

2+ : 1-10 BTA setiap 1 lapang pandang

( memeriksa minimal 50 lapang pandang).

3+ : ≥ 10 BTA dalam 1 lapang pandang(memeriksa minimal 20 lapang pandang).

4.2.2 TEST CEPAT MOLEKULER (TCM)

Sistem GeneXpret MTB/RIF adalah sistem real-time PCR otomatis yang mendeteksi DNA
kompleks MTB pada sputum dengan hasil mikroskopis BTA positif dan negatif. Secara bersamaan
mengidentifikasi mutasi pada gen rpoB yang berhubungan dengan resistensi terhadap rifampicin
(1,2).

Sistem GeneXpret MTB/RIF terdiri dari mesin GeneXpret, komputer, barcode scanner dan memakai
catridge Xpret MTB/RIF tunggal, sekali pakai yang berisi reagen.Setelah melalui 3 tahap penyiapan
contoh uji, specimen dipindahkan ke dalamCatridge MTB/RIF dan dimasukkan ke dalam mesin
GeneXpret yang didukung oleh perangkat lunak secara otomatis pada seluruh tahapan termasuk
pengolahan contoh uji, amplifikasi asam nukleat, deteksi target sekuen dan interprestasi hasil.
Cepheid GeneXpert GXMTB/RIF-10. (Package Insert. 300-6252 Rev. D, 2011).

Singkatan :

• MDR – TB : Multidrug-resistant TB

• MTB : Mycobacterium tuberculosis

• PCR : Polymerase chain reaction

• QC : Quality Control

• RIF : Rifampicin

Prosedur Kerja

Metode : Deteksi DNA dengan real-time PCR

Tujuan :

Untuk mendektesi mycobacterium tuberculosis dan kepekaannya terhadap rifampicin dengan


menggunakan GeneXpert MTB/RIF.

Prinsip :

Bakteri dalam sputum dilisiskan dan DNA bakteri diisolasi. Fragmen DNA spesifikM.tb diamplifikasi
jutaan kali dengan Real Time Polymerase Chain Reaction. Primer dalam assai Xpert MTB/RIF
memperbanyak bagian dari gen rpoB yang mengandung 81 pasangan basa “core”. Probes dapat
membedakan conserved wild-type sequence dan mutasi pada core yang berhubungan dengan
resistensi terhadap RIF.

Hidupkan alat GeneXpert

• Di hidupkan komputer.
• Di hidupkan alat GeneXpert.

• Di pada tampilan komputer, klik 2 kali icon “shortcut GeneXpert Dx”.

• Di log in ke sistem perangkat lunak GeneXpert deangan mengunakan nama pengguna dan
kata sandi.

Uji dengan alat GeneXpert

1. Di lihat tampilan GeneXpert Dx System, klik “CREATE TEST”.

2. Di pindahi barcode pada catridge Xpret MTB/RIF.

3. Akan tampil Create Test Window.

4. Menggunakan informasi barcode, mesin secara otomatis akan mengisi kotak-kotak pada:
Select Assay, Reagent Lot ID, Catridge SN, and Expiration Date.

5. Di pindahi atau ketik identitas contoh uji. Pastikan identitas benar. Identitas contoh uji
berhubungan dengan hasil uji dan akan ditampilkan “View Result” window dan semua laporan.

6. Di klik “Start Test”.

7. Di ketik kata sandi.

8. Bila lampu hijau berkedip, buka pintu modul dan masukkan catridge.

9. Di tutup pintu.

10. Selama pengujian lampu hijau tetap menyala tanpa berkedip.

11. Apabila pengujian selesai lampu hijau akan padam.

12. Di tunggu sampai sistem membuka pintu pada akhir pengujian, kemudian buka pintu modul
dan keluarkan catridge.

Interprestasi Hasil
Membaca hasil pada perangkat lunak GeneXpert :

1. Di klik “VIEW RESULTS” tampak view result.

2. Apabila perangkat lunak melaporkan “Error” “Invalid” or “No result”,ulangi pengujian


dengan menggunakan contoh uji yang telah diolah dan catridge yang baru.

3. Di laporkan “tidak ditemukan MTB” atau “ditemukan MTB”.

4. Untuk uji resistensis rifampicin hasil dilaporkan “ditemukan resisten Rifampicin” atau “tidak
ditemukan resisten Rifampicin”.

5. Di print hasil

4.2.3 PEWARNAAN GRAM

Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan
luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah
terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol
(bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode
ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang
mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri
Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat
pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun
bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan
sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan
tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi
dinding selnya.

Tujuan

• Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pewarnaan bakteri

• Untuk mengetahui perbedaan gram positif dan gram negatif

• Untuk mengetahui jenis-jenis pewarnaan bakteri

• Untuk mengetahui larutan pewarna yang digunakan pada percobaan pewarnaan

Prinsip

Bakteri gram positif akan mengikat dengan kuat senyawa kristal violet iodine, sehingga pada
pelunturan dengan alkohol tidak akan luntur sedangkan bakteri gram Negatif akan luntur dan pada
pemberian cat Counterstain bakteri gram negatif yang tidak berwarna akan mengambil warna merah
dari air fuchsin

Alat dan Bahan

1. Kristal violet / Gentian violet


2. Lugol

3. Alkohol

4. Safranin / Karbol Fuksin

5. Air

6. Kaca Objek

7. Ose

8. Api Spirtus

Prosedur Kerja

1. Dengan menggunakan ose, buatlah sediaan kuman pada kaca objek.

2. Dibiarkan kering kemudian fiksasi dengan cara melewatkannya di atas api sebanyak 3x

3. Digenangi dengan zat warna primer (kristal violet) dan tunggu selama 1-2 menit

4. Dibilas dengan air mengalir, lalu genangi dengan lugol selama 1 menit

5. Dibilas dengan air mengalir lalu bersihkan dengan alkohol sampai zat warna pada sediaan
bersih

6. Dibilas dengan air mengalir kemudian genangi dengan safranin/carbol fuchsin selama 20-30
detik

7. Dibilas dengan air mengalis dan keringkan di udara

8. Diamati dibawah mikroskop perbesaran 10 x 100 dengan menggunakan minyak imersi


Interpretasi hasil

• Bakteri Gram Positif : warna ungu

• Bakteri Gram Negatif : warna merah

Contoh Bakteri

Gram Positif : Staphylococcus sp, Streptococcus sp, Actinomyces, Bacillus, Enterococcus,


Gardnerella, Lactobacillus, Listeria, Mycoplasma, Nocardia, dll.

Gram Negatif : Escherichia coli, Salmonella, Shigella, Enterobacteriaceae yang lainnya,


Pseudomonas, Moraxella, Helicobacter, Bdellovibrio, Acetic acid bacteria, dll.

SEROLOGI

4.3 Sebelum melakukan semua pemeriksaan di serologi,sampel plasma di centrifuge 4000rpm


selama 8 menit, setelah itu baru dilakukan pemeriksaan sesuai permintaan.

4.3.1 PEMERIKSAAN CRP (C-REATIF PROTEIN)


C-Reactive Protein (CRP) adalah suatu a-globulin yang timbul dalam serum apabila terjadi
inflamasi. Protein ini disebut demikian karena ia bereaksi dengan C-Polisakarida yang terdapat dalam
Pneumokokus. Semula, timbulnya protein ini diduga merupakan respons spesifik terhadap infeksi
Pneumokokus. Namun, belakangan diketahui bahwa protein ini merupakan sesuatu reaktan masa
akut, yaitu indikator non spesifik untuk inflamasi, sama halnya seperti LED.

Metode: Aglutinasi lateks

Tujuan :

1. Mendeteksi adanya peningkatan CRP yang berguna sebagai tanda

terjadinya radang, infeksi atau kerusakan jaringan

2. Untuk memantau keberhasilan terapi

Prinsip :

Partikel lateks yang dilapisi dengan antibodi anti-human CRP akan

bereaksi dengan CRP dalam darah sehingga menyebabkan aglutinasi

Sample : Serum

Reagensia : Kit CRP Reagent

Alat :

• Mikropipet 20 mikron

• Yellow tip

• Slide hitam

• Batang pengaduk

• Rotator

Cara kerja :

1. Disiapkan slide hitam yang bersih dan kering serta serum yang akan diperiksa

2. Diteteskan 1 tetes reagen CRP keatas slide

3. Ditambahkan 20 mikron serum pasien keatas slide tersebut ,homogenkan

Goyangkan diatas rotator selama 1 menit

4. Dilihat apakah terbentuk aglutinasi atau tidak

5. Dilaporkan hasil
Interpretasi hasil :

Reaktif : Terbentuk aglutinasi

Non reaktif : Tidak terbentuk aglutinasi

4.3.2 PEMERIKSAAN WIDAL

Metode: Aglutinasi lateks

Tujuan :

Untuk mendeteksi adanya antigen bakteri salmonella sp dalam

serum pasien yang dapat menyebabkan demam thypoid

Prinsip :

Terjadi reaksi aglutinasi antara antigen bakteri salmonella sp

yang terdapat dalam reagen dengan antibody yang terdapat

dalam serum pasien

Sampel : Serum

Reagensia :

• Antigen H golongan A, B, C dan D

• Antigen O golongan A, B, C dan D

• NaCl 0,9%

Alat :

• Slide putih (slide kaca)


• Tissue

• Batang pengaduk

• Rotator

Cara Kerja Kualitatif :

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Pada 8 circle slide (Plat Widal) dimasukan 20 mikron serum pasien

3. Pada masing-masing circle ditambahkan 1 tetes antigen H, AH, BH, CH, O, AO, BO, CO

4. Serum masing-masing antigen dihomogenkan menggunakan batang pengaduk

5. Dirotator selama 1 menit dan diamati terjadinya aglutinasi pada setiap circle.

Cara Kerja Kuantitatif (Cara Slide)

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Teteskan serum pada slide sebanyak 80, 40 ,20, 10, dan, 5 mikron dimana setara dengan
pengenceran (1/20, 1/40, 1/80, 1/60 dan 1/320)

3. Pada masing-masing circle ditambahkan 1 tetes antigen H, AH, BH, CH, O, AO, BO, CO

4. Serum masing-masing antigen dihomogenkan menggunakan batang pengaduk

5. Dirotator selama 1 menit dan diamati terjadinya aglutinasi pada setiap circle.

Interpretsi Hasil :

I. kualitatif

Negative : Tidak adanya aglutinasi

Positif : Adanya Aglutinasi

II. kuantitatif

Titer widal biasanya angka kelipatan :

1/20 ,1/40, 1/80, 1/160, 1/320.

*Peningkatan titer uji widal 4x

(selama 2-3minggu) : dinyatakan (+)

Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan titer. Jika ada, maka
dinyatakan (+)
4.3.3 PEMERIKSAAN VDRL (Veneral Disease Research Laboratory)

Tujuan : untuk mendeteksi adanya antibody non-Treponema dan Treponema

Prinsip : Ag-Carbon + antibody ------ Aglutinasi (flokulasi)

Sampel : Serum

Bahan : Ag – Carbon VDRL

Alat :

• Rotator

• VD Card Test

• Mikropipet

Cara kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Dimasukan serum sebanyak 20 mikron pada slide putih

3. Ditambahkan reagen Ag-VDRL Carbon pada sample sebanyak 1 tetes

4. Dirotator selama 8menit pada kecepatan 100rpm.

Interprestasi hasil:

• Positif:terjadi flokulasi merupakan indikasi adanya antibody nontreponema


• Negatif:tidak terjadi flokulasi menandakan tidak adanya antibody nontreponema

PEMERIKSAAN RF (Rheumatoid Factor)

Metode: Aglutinasi Lateks

Tujuan : Untuk mendeteksi factor- factor Rheumatoid

Prinsip : Serum yang mengandung factor Rheumatoid (anti Ig G)

direaksikan

Sample : Serum

Reagensia : Kit RF Reagen

Alat :

• Mikropipet

• Tabung Reaksi

• Slide Hitam

• Batang Pengaduk

• Tissue
• Rotator

Cara Kerja :

1. Disiapkan Slide hitam yang bersih dan kering serta serum yang diperiksa

2. Ditambahkan 1 tetes reagen RF ke atas Slide

3. Ditambahkan 25 serum pasien ke slide, homogenkan

4. Dirotator selama 3 menit

5. Dilihat aglutinasi yang terbentuk

Interprestasi Hasil :

Reaktif : Terbentuk Aglutinasi

Non Reaktif : Tidak terbentuk Aglutinasi

Pembahasan :

Rheumatoid Factor (RF) merupakan suatu antibody yang bereaksi dengan bagian atau
komponen antibody lainnya yang paling sering adalah kelompok IgG

Rheumathoid factor adalah immunoglobulin antibody yang dapat mengikat antibody


lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit auto imun dan salah satu penyebabnya adalah
rheumathoid arthritis, dimana sel T supresor tidak menekan pembentukan antibody dan terjadi
glikolisasi sehingga terbentuk antigen dan merespon antibody baru sehingga terjadi pengendapan
dan pengaktifan komponen dan kemudian memancing terjadinya enzim dan merusak tulang.
6.1.4 PEMERIKSAAN RAPID TEST

1. Pemeriksaan HbsAg

Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus dalam hepatitis B dalam serum

penderita

Prinsip : Imunokromatografi dengan prinsip serum/plasma yang diteteskan pada bantalan


sample bereaksi dengan partikel yang telah dilapis dengan anti HBs(antibody).campuran ini
selanjutnya akan bergerk sepnjng strip membrane untuk berikatan dengan antibody spesifik pada
daerah tes(T),sehingga akan menghasilkan garis warna.

Metode: imunokromatografi

Sample : serum
Alat : 1. Cassette test

2.Pipet tetes

Cara kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Cassette rapid test ditulis nomor sampel

3. Dipipet sampel sebanyak 3 tetes serum menggunakan pipet tetes

4. Tunggu hasilnya selama 15 menit

5. Catat hasilnya

Interpretatif hasil:

Hasil negatif : jika hanya muncul strip merah pada control dan pada blangko ditulis NR (Non
reaktif),jika

Hasil positif : muncul 2 strip merah pada stik dan pada blangko dituis R(Reaktif

Pemeriksaan HCV

Tujuan : Untuk mengetahui cara pemeriksaan rapid test anti-HCV .

Prinsip : Pada bagian membran penyaring mengndung campuran kombinasi antigen HCV
dimana sangat spesifik untuk mengidentifikasi anti HCV dengan sensitifitas yang tinggi.ada 2 bagian
yaitu bagian test dan control pada membran tes akan membentuk garis warna ungu pada bagian
membran tes jika sampel mengandung anti HCV.jika kadar anti HCV rendah atau tidak mengandung
anti HCV maka tidak aka ada garis warna ungu pada bagian tes.

Metode: imunokromatografi

Sample : serum

Reagen : Buffer HCV

Alat :1. Cassette test


2.Pipet tetes

Cara kerja :

1.Disiapkan alat dan bahan

2. Cassette rapid test ditulis nomor sampel

3. Dipipet sampel sebanyak 1 tetes serum menggunakan pipet tetes

4. Ditambahkan reagen buffer HCV sebanyak 2 tetes

5. Tunggu hasilnya selama 15 menit

Interprestasi hasil:

Hasil negatif : jika hanya muncul strip merah pad control dan pada blangko ditulis NR(Non
Reaktif),jika

Hasil positif : muncul 2 strip merah pada stik dan pada blangko ditulis R(reaktif)

3.Pemeriksaan HIV

Tujuan : Untuk mengetahui adanya human imuno defisiensi virus pada serum

pasien

Prinsip : Membran pada zona tes pertama mengandung antigen HIV-1 dan zona tes dua
mengandung antigen HIV-2.Antigen recombinant yang terkonjugasi dalam sampel berpindah ke
membran immunocromatography ke zona reksi dan terbentuk ikatan Ag-Ab-Ag.Apabila terbentuk
garis pada zona tes satu maka hasilnya positif HIV-2.Tetapi jika kedua garis terbentuk maka
penentunan hasil positif dilihat garis yang paling gelap.

Metode: imunokromatografi

Sample : serum

Reagen : Buffer HIV

Alat : 1.Cassette test

2.Pipet tetes
Cara kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan

2. Cassette rapid test ditulis nomor sampel

3. Dipipet sampel sebanyak 1 tetes serum menggunakan pipet tetes

4. Ditambahkan reagen buffer HIV sebanyak 1 tetes

5. Tunggu hasilnya selama 15 menit

Interpretasi hasil:

• Positif : Terdapat 2 garis sejajar , Yaitu pada Control (C) dan

Test (T)

• Negatif : Hanya terdapat 1 garis , Yaitu Pada Control (C)

• Invalid : Tidak terdapat garis, Yaitu pada Control (C) dan Test

(T)

6.1.5 PEMERIKSAAN ELEKTROLIT

Pemeriksaan elektrolit adalah pemeriksaan untuk memantau kesetimbangan cairan di dalam tubuh.
Air/ cairan elektrolit ini berperan penting dalam fungsi kerja saraf dan otot. Keabnormalan K dalam
serum atau plasma darah dapat mengindikasikan adanya gangguan kesehatan tubuh. Biasanya
pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan elektrolit darah yang lain seperti natrium
(Na), klorida (Cl), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg).

Tujuan : Mendiagnosa dan mengukur manajemen ginjal, endokrin, asam-basa,


keseimbangan air, dan kondisi lainnya.

Cara Kerja :

1. Diklik yes

2. Menu serum test

3. Diklik yes

4. Kemudian dimasukan tabung ke alat


5. Diklik yes

6. Dicabut sampelnya

7. Keluar hasil

6.1.6 PEMERIKSAAN AGD (ANALISA GAS DARAH)

Alat analisa gas darah (blood gas analyzer) yaitu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
parsial gas yang ada didalam darah seperti CO2 dan O2, mengetahui keseimbangan asam dan basa
(pH) dalam tubuh dan mengukur elektrolit seperti potasium, natrium, zat kapur serta klorida. Blood
gas analyzer disebut juga dengan ABG yaitu arterial blood gas karena sampel darah yang digunakan
untuk pemeriksaan adalah darah arteri. Pemeriksaan ini digunakan untuk menilai fungsi kerja paru-
paru dalam mengantarkan oksigen ke sirkulasi darah dan mengambil carbon dioksida dalam darah.

Tujuan : Untuk mengetahui keseimbangan asam dan basa

Cara Kerja :

1. Dihomogenkan darah yang ada di spuit

2. Dibuang darahnya sedikit supaya tidak ada bekuan

3. Diklik scan barcode

4. Discan yang ada di bungkus test cartridge

5. Dibuka bungkusnya

6. Dimasukkan sampel yang ada dispuit ke test cartridge

7. Dimasukan ke alat EDAN I 15

8. Diketik kode RM dan nama

9. Dimasukkan FO12

10. Diklik OK

11. Ditunggu keluar hasil


1. Pemeriksaan Hormon

Menggunakan alat : Standarisasi RT – 2100C MICROPLATE READER

Untuk standarisasi ini berlaku untuk pemeriksaan :

- T3 - Toxoplasma IgG

- T4 - Toxoplasma IgM

- FT4 - Rubella igG

- TSHS - Rubella IgM

- CEA - Hsv 2 IgG

- PSA - Hsv 2 IgM

- Ca125

Cara menyalakan alat :

1. Nyalakan tombol/off yang berada di belakang alat

2. Pilih menu “PROGRAM”

3. Pilih menu parameter yang akan di standarisasi

4. Pilih menu “EDIT”

Misalnya contoh daftar yang tertampil pada layar :

• CEA

Progrom : CEA
Full Name : CEA
First wavelength : 450
Second wavelength : 630
Mode : curve
Type : Val 1,Val 2, Val 3, Val 4,Val 5, Val 6
Next “ >>”
 Range of negative 0,000-3.500
Range of positive 0,000-3.500
Next “>>”
 Std number “6”
Unit ng/ml

#1 0.000
#2 3.000

#3 12.000

#4 30.000

#5 60.000

#6 120.000

Next “>>”
Qualitative “NO”
Negative < 1.000 ng/ml
Positive > 1.000 ng/ml
Klik “ FINISHED”

RUNNING SAMPLE
a. Nyalakan tombol/on yang berada di belakang alat
b. Pilih menu “ test “ ( waiting the lamp stable )
c. Select text parameter
 Plate direction 1-12
 Test mode “ continuous”
d. Mixer setting
 Mixer speed “ slow”
 Mixer time “ 30 S “
e. Ok
f. Klik “ new ” ( pilih menu yang di inginkan )
g. Klik menu “ STD “ yang terdapat di menu layar atas pada alat ( berlaku untuk
pemeriksaan T3,T4,FT4,TSHS, CEA,PSA,Ca125)
h. Klik menu “NC” , “PC” , “CR” di menu layar atas pada alat ( berlaku untuk
pemeriksaan Toxoplasma IgM,Rubella,IgM,Hsv2 IgG, Hsv IgM )
i. Klik kolom yang akan digunakan pada layar yang disesuaikan dengan posisi well
yang terdapat pada plate
j. Klik “ start”
1) TES 4
Nilai rujukan : 50-113 mg/L (4,5mg/dL)
Wanita hamil : pemberian kontrasepsi oral meningkat
Diatas : diatas 16,5 mg/dL
Anak-anak : diatas 15,5 mg/dL
Usia : menurun sesuai penurunan kadar protein
plasma
Interprestasi :

- Meningkat : hipertiroidisme,tiroiditis akut, kehamilan, penyakit hati kronik, penyakit


ginjal, diabetes militus, neonatus, obat-obatan : heroin, methadone, estrogen
- Menurun : hipotiroidisme, hipoproteinemia, obat-obatan seperti androgen,
kartikosteroid, antikonvuisan, antitiroid (propilitiouracil) dll

Cara Kerja T4

1. Buat reagen Working Conjugate, sebagai berikut :


a. Buat campuran reagent H RPO dan diluent Conjugate dengan pengenceran 11x
b. Missal untuk membuat 1 ml Working Conjugate, maka pipet 1ml diluent
conjugate
c. Tambahkan 100µ reagen H RPO
d. Homogenkan
2. Masukkan 25 µl sample pada well
3. Tambahkan 100 µl working conjugate, homogenkan selama 30”
4. Inkubasi pada suhu ruangan (18-250 C) dalam suasana gelap, selama 60”
5. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
6. Cuci dengan 400µl aquabidest, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
7. Tambahkan 100µl TMB, homgenkan 5”, lalu inkubasi selama pada suhu ruangan (18-
250C) dalam suasana gelap, selama 20”
8. Tambahkan 100ul stop solution, homogenkan 30”, baca dengan alat pada panjang
gelombang 450 nm

2) PROSEDUR TES 3

1. Buat reagen Working Conjugate, sebagai berikut :


a. Buat campuran reagent H RPO dan diluent Conjugate dengan pengenceran 11x
b. Missal untuk membuat 1 ml Working Conjugate, maka pipet 1ml diluent conjugate
c. Tambahkan 100µ reagen H RPO
d. Homogenkan
2. Masukkan 50ul sample
3. Tambahkan 50 ul T3 Antibody
4. Tambahkan 100ul working conjugate, homogenkan selama 30”
5. Inkubasi pada suhu ruangan (18-25oC) dalam suasana gelap 60”
6. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
7. Cuci dengan 400µl aquabidest, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
8. Tambahkan 100µl TMB, homgenkan 5”, lalu inkubasi selama pada suhu ruangan (18-
250C) dalam suasana gelap, selama 20”
9. Tambahkan 100ul stop solution, homogenkan 30”, baca dengan alat pada panjang
gelombang 450 nm

3) PROSEDUR PSA

1. Masukkan 50 ul sample
2. Tambahkan 50 ul zero buffer (hijau)
3. Homogenkan selama 30”
4. Inkubasi pada 18-250C selama 60”
5. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
6. Cuci dengan 400 ul aquabidesh, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
7. Tambahkan 100 ul enyme conjugate, homogenkanselama 10”
8. Inkubasi kembali pada suhu 18-250C selama 60”
9. Cuci dengan 400 ul aquabidesh, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
10. Tambahkan 100ul TMB, homogenkan selama 10”

4) PROSEDUR CEA

1. Masukkan standart & sample masing-masing 50 ul


2. Tambahkan 100ul enzyme conjugate (merah) homogenkan selama 30”
3. Inkubasi pada 18-250C selama 60”
4. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
5. Cuci dengan 400 ul aquabidesh, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
6. Tambahkan 100µl TMB, homgenkan 5”, lalu inkubasi selama pada suhu ruangan (18-
250C) dalam suasana gelap, selama 20”
7. Tambahkan 100ul stop solution, homogenkan 30”, baca dengan alat pada panjang
gelombang 450 nm

5) PROSEDUR CA 125

1. Buat reagen pencuci, sebagai berikut :


a. Buat campuran wash buffer dan diluent water dengan pengenceran 20x
b. Missal untuk membuat 1 ml pencuci, maka pipet 1ml aquabidest
c. Buang sebanyak 50 ul
d. Tambahkan 50 ul wash buffer
2. Masukkan 100 ul sample
3. Tambahkan 100ul enzyme conjugate
4. Homogenkan selama 30”, lalu inkubasi pada suhu kamar 370C, selama 90”
5. Buang kelebihan cairan, dengan menepuk-nepuk well
6. Cuci dengan 200 ul reagent pencuci, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
7. Tambahkan 100 ul TMB, homogenkan 10”, lalu inkubasi pada suhu 370C selama 20”
8. Tambahkan 100 ul stop solution, homogenkan 30” di dalam alat lalu baca .

6) PROSEDUR TOXOPLASMA Ig G

1. Buat reagen pencuci, sebagai berikut :


a. Buat campuran wash buffer dan diluent water dengan pengenceran 20x
b. Missal untuk membuat 1 ml pencuci, maka pipet 1ml aquabidest
c. Buang sebanyak 50 ul
d. Tambahkan 50 ul wash buffer
2. Buat pengenceran sample dan diluent sebesar 1 : 40 dalam sample cup, atau dengan
cara mencampur 200 ul sample diluent dengan 5 ul sample, lalu homogenkan
3. Masukkan 100 ul sample yang sudah diencerkan tadi ke dalam well, lalu inkubasi
pada suhu kamar 370C, selama 20”
4. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
5. Cuci dengan 200 ul reagent pencuci, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
6. Tambahkan 100 ul enzyme conjugate, homogenkan 10”, lalu inkubasi pada suhu 370C
selama 30”
7. Lakukan kembali prosedur no 4 dan 5
8. Tambahkan 100 ul TMB, homogenkan 10”, lalu inkubasi pada 370C selama 15”
9. Tambahkan 100 ul stop solution, homogenkan 30”, lalu baca hasil dengan alat

7) PROSEDUR IGM

1. Buat reagen pencuci, sebagai berikut :


a. Buat campuran wash buffer dan diluent water dengan pengenceran 20x
b. Missal untuk membuat 1 ml pencuci, maka pipet 1ml aquabidest
c. Buang sebanyak 50 ul
d. Tambahkan 50 ul wash buffer
2. Buat pengenceran sample dan diluent sebesar 1 : 40 dalam sample cup,lakukan juga
untuk control negative, control positif dan kalibator
3. Atau dengan cara berikut :
a. Siapkan 4 buah sample cup
b. Masukkan 200 ul diluent sample ke dalam tiap-tiap cup tersebut
c. Tambahkan dan homogenkan
 5 ul control negative pada cup 1
 5 ul control positif pada cup 2
 5 ul kalibrator pada cup 3
 5 ul sample pada cup 4
4. Masukkan 100 ul tiap-tiap bahan yang sudah diencerkan tadi ke dalam well, lalu
inkubasi pada suhu kamar 370C, selama 30”
5. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
6. Cuci dengan 200 ul reagent pencuci, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
7. Tambahkan 100 ul enzyme conjugate, homogenkan 10”, lalu inkubasi pada suhu 370C
selama 30”
8. Lakukan kembali prosedur no 4 dan 5
9. Tambahkan 100 ul TMB, homogenkan 10”, lalu inkubasi pada 370C selama 15”
10. Tambahkan 100 ul stop solution, homogenkan 30”, lalu baca hasil dengan alat
8) PROSEDUR TSHs

a. Masukkan 100 ul sample ke dalam well


b. Tambahkan 100ul enzyme conjugate (merah) homogenkan selama 30”
c. Inkubasi pada 18-250C selama 60” sambil di rotator 150-200 rpm, selama 120” (2jam)
d. Buang kelebihan cairan, dengan cara menepuk-nepuk well
e. Cuci dengan 400 ul aquabidesh, buang kelebihan cairan ( lakukan sebanyak 5x)
f. Tambahkan 100µl TMB, homgenkan 5”, lalu inkubasi selama pada suhu ruangan (18-
250C) dalam suasana gelap, selama 20”
g. Tambahkan 100ul stop solution, homogenkan 30”, baca dengan alat pada panjang
gelombang 450 nm

Alat SYSMEX HISCL -800

Cara Kerja :

1. Disiapkan alat dan bahan


2. Diperiksa terlebih dahulu reagen ,pembuangan limbah,serta kalibrasi
alat
3. Lalu klik “Ready” pada monitor
4. Kemudian klik “ Order Register”,lalu klik “Sample rack”
5. Isi lah nomer Rack , Sample No( Name/CM ) dan Patient(Name /CM)
6. Pilih pemeriksaan ( jika ada sample lebih dari 1 klik “next sample”)
7. Klik Oke
8. Letakkan racknya dan tunggu ± 20 menit
Lihat hasilnya di joblist

Interpretasi Hasil :

Merah : Reaktif

Putih : Non Reaktif

PEMERIKSAAN KIMIA DARAH

Pemeriksaan kimia darah menggunakan sampel berupa serum yang maaih segar dan berasal
dari darah yang tidak lisis. Untuk mendapatkan sampel, petugas mengambil darah vena
pasien kemudian dimasukkan kedalam tabung tanpa antikoagulan dan selanjutnya diputar
dengan kecepatan 4000rpm selama 8menit untuk menghasilkan serum yang baik

Pemeriksaan yang terkait dengan pemeriksaan kimia darah antara lain:

 RENAL FUNGSI TEST (RFT) PEMERIKSAAN FUNGSI GINJAL


1. Creatinin
2. Ureum
3. Asam urat
4. Creatinin Clereance Test
5. Urea Clereance Test
 LIVER FUNGSI TEST (LFT) PEMERIKSAAN FUNGSI HATI
1. Protein Total
2. Albumin
3. Globulin
4, Bilirubin Total
5. Bilirubin Direk
6. Bilirubin Indirek
7. SGOT
8. SGPT
9. Alkali Phospat
10. Gamma GT
 PEMERIKSAAN LEMAK LENGKAP
1. Cholesterol Total
2. Trigliserida
3. HDL
4. LDL
 PEMERIKSAAN GULA DARAH (GLUKOSA)
1. Gula darah sewaktu
2. Gula Darah Post Prandial
3. Gula Darah Nuchter
4. Gula Darah 1C

7.1.1 ALAT AUTO ANALYZER

Prinsip alat :

Melakukan prosedur pemeriksaan kimia klinik secara otomatis mulai dari pemipetan
sampel , penambahan reagen ,inkubasi, serta pembacaan serapan cahayanya .Kelebihan
autoanalyzer adalah bahwa tahapan analitik dapat dilakukan dengan cepat dan bisa digunakan
untuk memeriksa sampel dengan jumlah banyak secara bersamaan.

Cara kerja :

1. Dihubungkan alat dengan jalan-jalan PLN

2. Posisikan alat dalam kondisi ON

3. Sebelum menggunakan alat ini, lakukan kalibrasi internal

4. Setelah kalibrasi masuk ke control , semisal nilai kalibrasi sample glukosa bernilai 95

sama dengan yang di control. Maka alat ini berfungsi dengan baik.
5. Dimasukkan sample serum pada pasien. Ukur sesuai dengan kebutuhan

6. Diatur setting alatlah

7. Ditunggu hasil pengujian

8. Setelah pemakaian alat, lakukan membersihan pada alat dan selalu matikan alat jika

tidak terpakai.

Pemeliharaan pada auto analizer

 Suhu ruangan
 Lakukan control secara berkala
 Selalu cek reagen

PARAMETER ALAT AUTO ANALYSER


1. Pemeriksaan Fungsi Hati
Total Protein
Tujuan :
Untuk mengetahui kadar protein dalam darah dan mengetahui fungsi hati
Prinsip :
Protein akan membentuk komplek warna dengan ion Cu++ pada kondisi alkali
Nilai Normal : 6,0 – 8,7 mg/dl
Pembahasan :
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam amino
yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan ikatan
peptida. Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang memiliki
banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum protein berfungsi
dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan
keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai
antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus.

Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit mensintesis


fibrinogen, albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam protein yang memiliki ciri
globulin. Globulin-globulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi) yang dibuat oleh
sistem limforetikuler.
Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan albumin
atau globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan
pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya mengukur
nitrogen karena protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen.
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang
digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3 – 5 % karena pengaruh
fibrinogen dalam plasma.
1. Penurunan Kadar : malnutrisi berkepanjangan kelaparan, diet rendah protein,
penyakit hati yang berat gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, dan intoksikasi
air.
2. Peningkatan kadar : dehidrasi, muntah , diare, myeloma multiple, syndrome gawat
pernapasan , sarkoidosis.

Albumin
Tujuan :
Untuk mengetahui kadar albumin dalam darah dan mengetahui fungsi hati
Prinsip :
Albumin dalam serum akan membentuk kompleks warna dengan Brom Cressol Green
pada Ph 4,2
Nilai Normal : 3,5 – 5,2 mg/dl
Pembahasan :
Albumin adalah senyawa yang tergolong protein. Albumin dapat meningkatkan
tekanan osmotic yang penting untuk mempertahankan cairan vascular. Penurunan
albumin serum dapat menyebabkan cairan berpindah dari dalam pembuluh darah
menuju jaringan sehingga terjadi edema.
1. Penurunan Kadar : Sirosis hati, gagal ginjal akut, malabsorbsi dan masih banyak
lagi.
2. Pengaruh Obat : Penisilin, Sulfonamid, Aspirin, asam askorbat.
3. Peningkatan Kadar : Dehidrasi, muntah yang parah, diare berat.

Globulin
Tujuan :
Untuk mengetahui kadar globulin darah dan fungsi hati kadar globulin didapat dari
pengurangan kadar total protein dengan albumin
Perhitungan : Globulin = Total Protein – Albumin
Nilai normal : 2,0– 3,0 g/dl

Pembahasan :
Globulin adalah salah satu senyawa dari protein. Globulin adalah keluarga dari
protein globular yang memiliki berat molekul yang lebih tinggi dan nilai–nilai
kelarutan air dari albumin. Beberapa globulin diproduksi di hati, sementara yang lain
dibuat oleh system kekebalan tubuh. Globulin, albumin dan Fibrinogen adalah protein
darah utama.
Penurunan kadarnya berarti terdapat gangguan kekebalan tubuh. Peningkatan
kadar globulin terjadi pada infeksi, penyakit hati dan beberapa jenis keganasan.

Bilirubin Total
Tujuan : untuk mengetahui kadar bilirubin total darah dan fungsi hati.
Prinsip :Bilirubin total bereaksi dengan dichloro aniline pada suasana alkali
membentuk senyawa diazo yang berwarna biru hijau. Intensitas warna yang terbentuk
setara dengan konsentrasi bilirubin total dalam serum.
Nilai normal : 0,1 – 1,2 mg/dl
Pembahasan :
Bilirubin dalam darah adalah sebagai hasil pemecahan haem. Butir darah
merah yang sudah cukup umurnya akan mati dan diproses di limpa. Isi butir darah
merah, hemoglobin akan di pecah menjadi haem dan globin .haem akan di pecah lagi
menjadi zat besi dan bilirubin. Zat besi hasil pecahan ini akan digunakan lagi untuk
membentuk hemoglobin, sedangkan bilirubin akan ditranspor ke liver dan
dikumpulkan dalam empedu digunakan untuk mencerna lemak.
Bilirubin disaring dari darah oleh hati, dan dikeluarkan pada cairan empedu.
Bagaimana hati menjadi semakin rusak, bilirubin total akan meningkat. Bila bilirubin
total tinggi hal ini menunjukkan kerusakan pada hati atau pada saluran cairan empedu
dalam hati.

Bilirubin Direct
Tujuan : mengetahui kadar bilirubin Direct darah dan fungsi hati.
Prinsip : Bilirubin direct bereaksi dengan dichloro aniline pada suasana asam
membentuk senyawa diazo yang berwarna merah.
Nilai Normal : 0,1 – 0,2 mg/dl
Pembahasan :
Bilirubin terkonjugasi masuk ke saluran empedu dan dieksresikan ke usus.
Selanjutnya, flora usus akan mengubahnya menjadi urobilinogen dan di buang
melalui feses serta sebagian kecil melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat
dengan asam sulfanilat yang terdiazotasi membentuk azobilirubin
Karena itu sering dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.
Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan pada hati
atau saluran empedu bilirubin terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju
usus sehingga akan masuk kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah.

Bilirubin indirect
Tujuan :
Mengetahui kadar bilirubin Indirect darah dan fungsi hati kadar bilirubin
indirect diperoleh dari pengurangan kadar bilirubin total dengan bilirubin direct.
Perhitungan : Bilirubin Indirect = Bilirubin Total – Bilirubin direct
Nilai Normal : 0,2 – 0,7 mg/l
Pembahasan :
Bilirubin tak terkonjugasi yang merupakan bilirubin bebas yang terkait albumin harus
lebih dahulu dicampur dengan pelarut lain sebelum dapat bereaksi , karena itu
dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin tidak langsung.
Peningkatan kadar bilirubin Indirek sering di kaitkan dengan penigkatan
destruksi eritrosit (hemolisis) seperti pada penyakit hemolitik oleh auto imun,
transfuse atau eritroblas fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi dengan
kecepatan konjugasi dan eksresi Ke saluran empedu sehingga terjadi peningkatan
kadar bilirubin indirek.

SGOT
Tujuan :Untuk mengetahui fungsi hati

Metode :Kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)

Prinsip : Aminotransferasi ( AST ) mengkatalis transaminasi dari L aspartate dan a –


kataglutarate membentuk L – glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate direduksi menjadi
malate oleh enzym malate oleh enzym malate dehydrogenase ( MDH ) dan niconamide
adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang
teroksidasi, berbanding langsung dengan aktivitas AST dan diukur secara fotometrik dengan
panjang gelombang 340 nm.

Nilai normal :
Perempuan : < 31 U/L
Laki-laki : < 35 U/L
Pembahasan :
SGOT atau juga dinamakan AST merupakan enzim yang dijumpai dalam otot jantung
dan hati, sementara dalam enzim yang di jumpai dalam otot jantung dan hati, sementara
dalam konsentrasi sedang dijumpai pada otot rangka, ginjal dan pancreas. Konsentrasi rendah
dijumpai dalam darah, kecuali jika terjadi cedera seluler, kemudian dalam jumlah banyak
dilepaskan ke dalam sirkulasi.
Pada infrak jantung, SGOT akan meningkat setelah 10 jam dan mencapai puncaknya
24 – 48 jam setelah terjadinya infrak. SGOT/AST akan normal kembali setelah 4-6 hari jika
tidak terjadi infrak tambahan.

SGPT
Tujuan :Untuk Mengetahui Fungsi Hati
Metode : Kinetik – IFCC (tanpa pyridoxal-5-phosphate)

Prinsip :
Alanine aminotransferase ( ALT ) mengkatalis transiminasi dari L–alanine dan
a–kataglutarate membentuk l–glutamate dan pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi
menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase ( LDH ) dan nicotinamide adenine
dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil
penurunan serapan
(absobance) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur secara fotometrik dengan
panjang gelombang 340 nm.

Nilai normal :

Perempuan : < 31 U/L

Laki-laki : < 41 U/L

Pembahasan :

SGPT atau juga dinamakan ALT merupakan enzim yang banyak ditemukan pada sel hati
serta efektif untuk mendiagnosis destruksi hepatoseluler. Enzim ini dalam jumlah yang kecil
dijumpai pada otot jantung, ginjal dan otot rangka. Pada umumnya nilai tes SGPT/ALT lebih
tinggi dari pada SGOT/AST pada kerusakan parenkim hati akut, sedangkan pada proses
Kronis didapat sebaliknya.

Lemak lengkap

Tujuan : Untuk mengetahui kadar kolesterol dalam darah

Prinsip : Kolesterol ester = Kolesterol acid + fatty


Kolesterol + O2 = Kolesterol – 3 –one +H2O

Nilai Normal : ≤200 mg/dl

Pembahasan :
Kolesterol total merupakan kadar keseluruhan kolesterol yang Beredar dalam tubuh
manusia. Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen structural esensial pada
membrane plasma.
Sekitar separuh kolesterol tubuh berasal dari proses sintesis di dalam tubuh dan
sisanya diperoleh dari makanan. Hati dan usus masing – masing menghasilkan sekitar 10 %
dari sintesis total pada manusia. Dan hampir semua jaringan yang mengandung sel berinti
mampu membentuk kolestrol, yang berlangsung di reticulum endoplasma sitosol.

Cholesterol HDL
Tujuan :
Untuk mengetahui kadar HDL dalam darah untuk mengetahui adanya kelainan fungsi lemak
dari organ jantung.

Prinsip :
Kolesterol yang didapat di dalam serum merupakan kolesterol total. Apabila yang akan di
ukur hanyalah fraksi HDL saja. Maka harus dilakukan pemisahan terlebih dahulu. Cara
memisahkan HDL adalah dengan menambahkan precipitator hingga terjadilah pengendapan
dari kilomikron VLDL dan LDL. Sedangkan HDL akan ada pada supernata. HDL yang
terlarut dapat diukur kadarnya dengan reaksi enzimatik. Sebagaimana untuk reaksi total
kolesterol.

Nilai Normal : Laki – laki : 35 – 55 mg/dl


Perempuan : 45 – 65 mg/dl

Pembahasan :
HDL Kolesterol singkatan dari High Density Lipoprotein Cholesterol atau Kolesterol
Lipoprotein berkepadatan tinggi, juga dikenal sebagai kolesterol baik. Peranan kolesterol
HDL adalah membawa kembali kolesterol buruk ke organ hati untuk pemrosesan lebih lanjut.
Penyebab kolesterol HDL yang rendah adalah kurang gerak badan, terlalu gemuk,
serta kebiasaan merokok. Selain itu hormone testosterone pada laki – laki, steroid anabolic,
dan progesterone bisa menurunkan kolesterol HL, sedangkan hormone estrogen perempuan
menaikkan HDL.

Cholesterol LDL
Tujuan :
Untuk mengetahui kadar HDL dalam darah, untuk mengetahui adanya kelainan fungsi lemak
dari organ jantung
Perhitungan : Kolesterol total – kolesterol HDL – (Trigleserida/5)

Nilai Normal : < 150 mg/dl

Pembahasan :

LDL kolesterol singkatan dari LOW Desity Lipoprotein Cholesterol atau Kolesterol
Lipoprotein Berkepadatan rendah. Kolesterol LDL adalah lemak yang jahat karena bisa
menimbun pada dinding dalam dari pembuluh darah, terutama pembuluh darah kecil yang
menyuplai makanan ke jantung dan otak. Timbunan lemak itu semakin lama semakin tebal
dan keras, yang dinamakan artekiosklerosis, dan akhirnya menyumbat aliran darah.
Arteriosklerosis merupakan proses penyumbatan pembuluh darah oleh karat lemak
yang diciptakan oleh LDL. Proses ini biasanya berlangsung selama bertahun –tahun dan
terjadi di seluruh pembuluh darah di tubuh kita. Sumbatan oleh karat lemak inilah yang bisa
menciptakan berbagai macam penyakit. Bagian yang paling sering terserang oleh
penyumbatan karat lemak ini adalah otak, jantung, mata, serta ginjal.

Trigliserida
Tujuan : Untuk mengetehui Kadar Trigliserid dalam darah

Prinsip : Trigliserida = Gliserol + Asam Lemak


Gliserol + ATP = Gliserol – 3 – Fosfat + ADP
Gliserol – 3 – Fosfat + O2 = Dihidroksiaseton Fosfat + H2O2
H2O2 + Aminoantypirine = Quinoneimine + HCL + H2O + 4-klorofenol

Nilai Normal : < 200 mg/dl

Pembahasan :

Trigliserida adalah bentuk lemak lain yang bisa berasal dari makanan atau di bentuk
sendiri oleh tubuh. Memiliki trigliserida yang tinggi sering diikuti juga oleh kolesterol total
dan LDL yang tinggi, serta kolesterol HDL yang rendah. Trigliserida adalah salah satu jenis
lemak dalam darah yang dibutuhkan tubuh untuk diubah menjadi energy, namun trigliserida
dalam jumlah yang berlebih dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit jantung atau
sebagai indikasi terhadap sindrom metabolic.
Sindrom metabolic merupakan kombinasi dari tekanan darah tinggi, glukosa darah
yang tidak terkontrol terlalu banyak lemak didaerah pinggang, HDL kolesterol rendah, dan
trigliserida tinggi. Sindrom metabolic dapat menigkatkan resiko terhadap jantung, diabetes
mellitus dan Stroke.

2 . PEMERIKSAAN TES FUNGSI GINJAL

Pemeriksaan Ureum
Tujuan : Untuk mengetahui ureum dalam darah

Prinsip : Ureum + H2O Urease = 2 L Glutamat + 2 NAD + 2H2O

Nilai Normal : 10 – 50 mg/dl

Pembahasan :
Ureum adalah suatu molekul kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel,
tetapi pada akhirnya dipekatkan dalam urin dan diekskresikan. Jika keseimbangan nitrogen
dalam keadaan mantap ekskresi ureum kira-kira 25 mg per hari (Widman, 1995). Ureum juga
merupakan produk akhir dari metabolisme nitrogen yang penting pada manusia, yang
disintesis dari ammonia, karbon dioksida dan nitrogen amida aspartat Definisi lain dari ureum
adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah
ammonia nya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari.
Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg~ 40 mg setiap 100 cc darah, tetapi hal ini
tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan fungsi hati dalam pembentukan
ureum.

Berikut merupakan kelainan-kelainan yang terjadi berdasarkan kadar urea plasma :

Urea Plasma yang tinggi (Azotemia)


Urea plasma yang tinggi merupakan salah satu gambaran abnormal yang utama dan
penyebabnya diklasifikasikan sebagai berikut : Pemecahan protein darah yang berlebihan
pada leukemia, pelepasan protein leukosit menyokong urea plasma yang tinggi. Penyakit
ginjal yang disertai dengan penurunan laju filtrasi glomerulus yang menyebabkan urea
plasma menjadi tinggi.
Obstruksi saluran keluar urin menyebabkan urea plasma menjadi tinggi

Urea plasma yang rendah (Uremia)


Uremia kadang-kadang terlihat pada kehamilan, bisa karena peningkatan filtrasi glomelurus,
diversi nitrogen ke foetus atau karena retensi air. Pada nekrosis hepatic akut, sering urea
plasma rendah karena asam-asam amino tak dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis,
urea plasma yang rendah sebagian disebabkan oleh kecepatan anabolisme protein yang tinggi,
bisa timbul selama pengobatan dengan androgen yang intensif, juga pada malnutrisi protein
jangka panjang.

1. Creatinin
Tujuan : untuk mengetahui Kadar creatinin dalam darah.

Prinsip :
Creatinin membentuk komplek warna dengan picrat dalam suasana alkali solution formasi
komplek diukur dengan fotomoter.

Nilai Normal : Laki – Laki : 0,6 – 1,1 mg/dl


Perempuan : 0,5 – 0,9 mg/dl

Pembahasan :

Kreatinin merupakan produk penguraian keratin.Kreatin disintesis di hati dan terdapat


dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dengan dalam bentuk kreatin fosfat (creatin
phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi.Dalam sintesis ATP (adenosine
triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah menjadi kreatin
dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK).Seiring dengan pemakaian energi,
sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin, yang selanjutnya difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Kreatinin darah meningkat jika fungsi ginjal menurun. Oleh karena itu kreatinin
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator khusus pada penyakit ginjal dibandingkan
uji dengan kadar nitrogen urea darah (BUN).
Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar kreatinin adalah : gagal ginjal
akut dan kronis, nekrosis tubular akut, glomerulonefritis, nefropati diabetik, pielonefritis,
eklampsia, pre-eklampsia, hipertensi esensial, dehidrasi, penurunan aliran darah ke ginjal
(syok berkepanjangan, gagal jantung kongestif), rhabdomiolisis, lupus nefritis.

2. Asam Urat
Tujuan : Untuk mengetahui Fungsi ginjal

Prinsip :
Asam urat + O2 + 2H2O = Allantoin + CO2 +H2O2 3,5 – dichloro – 2
Hydroxybenzenesulfonic acid – 4 – Aminophenazoneperoxidse = N (-4 – Antipyril) – 3
chloro 5 – sulfonate –p-benzon + quinoneimine (merah)

Nilai Normal : Laki – laki : 3,4 – 7,0 mg/dl


Perempuan : 2,4 – 5,7 mg/dl

Pembahasan :

Asam Urat adalah produk akhir metabolisme purin (adenine dan guanine) yang
merupakan konstituen asam nukleat. Asam urat terutama disintesis dalam hati yang
dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk
difiltrasi, direabsorbsi sebagain, dan dieksresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan
melalui urin. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum (hiperuresemia) bergantung
kepada fungsi ginjal, kecepatan metabolisme purin, dan asupan diet makanan yang
mengandung purin.

Asam urat dapat mengkristal dalam saluran kemih pada kondisi urin yang bersifat
asam dan dapat berpotensi menimbulkan kencing batu; oleh sebab itu fungsi ginjal yang
efektif dan kondisi urin yang alkalis diperlukan bila terjadi hiperuresemia. Masalah yang
banyak terjadi berkaitan dengan hiperuresemia adalah gout. Kadar asam urat sering berubah
dari hari ke hari sehingga pemeriksaan kadar asam urat perlu diulang kembali setelah
beberapa hari atau beberapa minggu.

Kadar asam urat meningkat dijumpai pada : gout, leukemia (limfositik, mielositik,
monositik), kanker metastatik, mieloma multipel, eklampsia berat, alkoholisme,
hiperlipoproteinemia,diabetes mellitus (berat), gagal ginjal, glomerulonefritis, gagal jantung
kongestif, anemia hemolitik, limfoma, polisitemia, stress, keracunan timbale,
pajanan sinar-X (berlebih),latihanfisik berlebihan, diet penurunan berat badan-tinggi
protein.

3. Karbohidrat

Glukosa
Tujuan :
Untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah dan mengetahui fungsi ginjal.

Prinsip :
Glukosa dalam specimen akan terhidrolisasi oleh enzyme glukosa oksidase (GOD).
Kemudian bereaksi dengan para Amino Penazon (PAP) dengan dikatalis enzyme Peroksidase
sehingga membentuk kompleks warna merah.Dengan Panjang gelombang 546 nm.

Nilai Normal : Glukosa Puasa : 70 – 110 mg/dl


Glukosa Post Prandial : <140 mg/dl
Glukosa Sewaktu : <200 mg/dl

Pembahasan :
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormone yang
dihasilkan oleh kelenjar pancreas. Hormone – hormone itu adalah : Insulin, glucagon, dan
somatostatin.
Insulin dihasilkan oleh sel –sel β, mendominasi gambaran metabolic. Hormone ini
mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan glukosa
dan kalium ke dalam sebagian besar sel, merangsang sintesis glikogen di hati dan otot
mendorong perubahan glukosa menjadi asam – asam lemak dan trigliserida dan
menigkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara
keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energy dan
meningkatkan pemakaian glukosa
4.4.2 PEMERIKSAAN KIMIA DARAH DENGAN ALAT SYSMEX JEOL JCA –
BM 6010

Tujuan : Untuk pemeriksaan kimia klinik lengkap untuk rawat Inap dan pemeriksaan cito.
Prinsip alat :

Melakukan prosedur pemeriksaan kimia klinik seacara otomatis mulai dari pemipetan sampel
, penambahan reagen, inkubasi ,serta pembacaan serapan cahayanya.

Maintenance sebelum menyalakan BM Jeol:

1. Di cek RO2 ,pastikan posisi jarum diagram air berada diantara >20-40

2. Di pastikan volume Bath Oil Kuvet wash dan conditioner wash K , wash 1,wash2,RO2
,cukup untuk running sampel(minimal 25% dari volume botol )

3.Pastikan volume Coolant Lamp ,Masih berada pada tanda batas tabung

 Menyalakan BM Jeol
1. Tekan tombol on pada CPU dan monitor
2. Tekan power “on”pada bagian belakang alat (tombol putih)
3. Putar tombol PC Control yang berada di bagian depan alat kearah tengah
4. Pilih menu “New Start”,lalu klik OK
5. Pilih “Initialize”,tunggu hingga alat berada pada posisi “Ready”
6. Pilih menu “Prime”, lalu klik “Prime I”, lanjutkan klik “Execute”, tunggu hingga
“ready”.
7. Pilih menu “wash” , lalu klik “wash 3”, lalu klik “Execute”, biarkan alat mencuci
secara otomatis selama 30 menit .
 Order Control
1. Klik menu “test selection”
2. Klik pada posisi ditempatkan bahan control
3. Klik”sample category”, lalu pilih menu “QC sample”
4. Pilih jenis QC yang digunakan
- Trulab N untuk control normal
- Trulab P untuk control patologis
5. Lik “save”
6. Klik menu “run Monitor “, lalu klik “star”

 Kalibrasi
1. Klik menu “Test Selection”
2. Klik pada posisi ditempatkannya kalibrator
- Posisi 1 diisi blanko aquabidest
- Posisi 2 diisi kalibrator
3. Klik “save”
4. Klik menu “Run Monitor” , lalu klik “star”

 Running Pasien
1. Klik menu “test Selection “
2. Sesuai posisi sample dengan posisi pada tray sample
3. Pada menu “sample category”, pilih ”normal”
4. Klik “PID” ,untuk mengisi identitas pasien
5. Pilih parameter pemeriksaan yang akan dilakukan , lalu klik “save”
6. Pilih menu “Run Monitor”,lalu klik “stat”

Alat ini digunakan untuk memeriksa kimia lengkap khusus untuk pasien Rawat Inap
ICU dan pemeriksaan cito (cepat). Alat ini juga menampung 84 botol sampel sekali
Running sampel.

Alat ini memeriksa LFT (Liver Fungsi Test) meliputi albumin , SGOT, SGPT,
Globulin, Bilirubin direct, Bilirubin indirect dan Protein .
Lemak lengkap (HDL,LDL,Trigliserida,kolesterol) dan RFT (Renal Fungsi Test)
meliputi Ureum, Kreatinin, dan asam urat. Serta pemeriksaan glukosa darah meliputi
glukosa puasa, glukosa 2 jam setelah makan, dan glukosa toleransi.
1. Bersihkan probe sample dan probe reagent dengan alcohol swab
2. Pastikan volume Bath Oil,Kuvet , Wash dan Conditioner Wash K, Wash 1,
wash 2 , RO2,cukup untuk running sampel(minimal 50% dari volume
botol )
3. Kosongkan wastel tank .

HEMATOLOGI
Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis
pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat
bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering
dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu
penyakit infeksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu
1. Hemoglobin
2. Hematokrit
3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)
4. Trombosit (platelet)
5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)
6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)
8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)
9. Platelet Disribution Width (PDW)
10. Red Cell Distribution Width (RDW)
Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu
Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar
nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan
tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang
dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai media
transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa karbondioksida dari
jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin membuat
darah berwarna merah.

Dalam menentukan normal atau tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus
memperhatikan faktor umur, walaupun hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu
:
 Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl
 Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
 Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
 Anak anak : 11-13 gram/dl
 Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
 Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
 Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
 Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl
Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada banyak
penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang gizi, gangguan
sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik (kanker, lupus,dll).
Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada orang yang tinggal di daerah
dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti radang paru paru, tumor, preeklampsi,
hemokonsentrasi, dll.

Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah merah
dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal hematokrit untuk pria
berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar 36,1% - 44,3%.
Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding lurus dengan kadar
hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit terjadi pada penyakit-penyakit
yang sama.
Leukosit (White Blood Cell / WBC)

Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi


yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll.

Nilai normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah.


Penurunan kadar leukosit bisa ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit
sumsum tulang, dll, sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri,
penyakit inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll

Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam proses
pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam morfologi
trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping (trombosit
bergerombol).
Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000 sel/ul darah.
Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang biasanya tidak ada keluhan.
Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa ditemukan pada kasus demam
berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura (ITP), supresi sumsum tulang, dll.

Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)


Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak, dan
berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh
tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai normal eritrosit
pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta -
5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan pada kasus hemokonsentrasi, PPOK
(penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung kongestif, perokok, preeklamsi, dll,
sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit
sistemik seperti kanker dan lupus, dll
Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)
Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu kondisi di mana
ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya dipakai antara lain :
MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER), yaitu
volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl

MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER),


yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram (pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg

MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi


Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt per
eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah “gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit

Nilai normal = 32-37 %

Laju Endap Darah

Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan sedimentasi
eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji
yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi
stress fisiologis (misalnya kehamilan).
International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk
menggunakan metode Westergreen dalam pemeriksaan LED, hal ini dikarenakan panjang
pipet Westergreen bisa dua kali panjang pipet Wintrobe sehingga hasil LED yang sangat
tinggi masih terdeteksi.
Nilai normal LED pada metode Westergreen : Laki-laki : 0 – 15 mm/jam
Perempuan : 0 – 20 mm/jam

Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat
lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan
patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung
jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses
penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis
sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%)
dikalikan jumlah leukosit total dan hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%
Platelet Disribution Width (PDW)
PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat ditemukan
pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang rendah dapat
menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.
Red Cell Distribution Width (RDW)
RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat
mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada anemia
defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan jika didapat hasil
RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang
mempunyai ukuran variasi yang kecil.

I. ALAT & BAHAN


a) Alat
 SYSMEX XN-1000
b) Bahan
 Darah EDTA (Tabung tutupUngu)
II. CARA KERJA
A. Persiapan alat
1. Menyalakan UPS
2. Nyalakan computer dan priter
3. Pastikan tombol on/off pada alat (bukan cover depan ) dan sampler ( bagian dari
belakang sampler ) dalam posisi on
4. Masukkan logo name Lab password dikosongkan saja kemudian tekan Ok
5. Tunggu ± 10 menit alat akan melakukan pengecekan secara otomatis hingga
instrument READY
B. Penanganan sampel
1. Sampler Mode (Tanpa barcode)
 Cek status indicator LED pada alat dan sampler dalam kondisi READY
 Lakukan order terlebih dahulu pada Worklist , klik Regist , input data sampel
no, Rack no, Tube pos Discrate ,Patient ID, Last name, Fist name, Birtday,
Sex, Ward name, Doctor name, Pahent coment, kemudian klik OK
 Klik tombol warna abu – abu tombol gambar tabung pada tampilan bawah
layar monitor input sampel no ( no harus sesuai dengan worklist ) tekan OK
 Letakkan sampel kedalam rak yang terlebih dahulu dicampur lalu tempatkan
sampler dalam sampler unit.
2. Sampler Mode (dengan barcode )
 Cek status indicator LED pada alat dan sampler dalam kondisi READY
 Letakkan sample kedalam rak Lalu tempatkan rak sampler dalam samler unit
3. Manual Mode (Tanpa barcode)
 Tekan tombol warna abu – abu pada alat untuk mengganti mode analisa ke
mode manual
 Lakukan order terlebih dahulu
 Klik tombol gambar tabung pada tampilan bawah layar monitor pilih Whole
Blood sample dengan volume minimal 1 mL atau pilih Lowbc untuk sample
dengan leukosit rendah dan hasil DIFF tidak keluar atau pilih pre-Dilution
untuk sample dengan volume minimal <160 µl kemudian klik OK
 Klik tombol pada gambar pegang tabung
 Homogenkan sampler
 Letakkan sample pada tube holder
 Tekan tombol start warna biru pada alat
C. Mengganti Reagen
1. Mengganti Cellpack dan Lysercell
 Siapkan Reagen baru
 Klik tombol gambar tabung pada bagian bawah layar monitor
 Klik jenis reagent yang habis pilih ( √ ) Replace The Reagent scan reagent
barcode pada reagent yang baru
 Klik Ok
 Klik execute
2. Mengganti Fluorocell
 Siapkan reagent baru
 Klik tombol gambar tabung pada tambilan bawah layar monitor
 Buka cover alat
 Geser keatas cover dari reagent yang sudah habis
 Ambil cartridge reagent yang lama
 Pasang cartridge yang baru ID reagent akan dibaca oleh alat dan secara
otomatis informasi mengenai reagent akan teregistrasi
 Geser cover reagent ke bawah sampai terdengar bunyi klik
 Tutup cover alat
D. Mematikan Alat
 Klik tombol tabung pada tampilan bawah layar monitor
 Klik Shutdown
 Letakkaan 4ml cellclean kedalam tabung kosong
 Letakkan tabung yang berisi 4ml cellclean pada tube holder
 Tekan tombol start warna biru pada alat
 Tunggu 15 menit hingga prose 100%
 Komputer akan mati secara otomatis
 Tekan tombol off pada alat
Cara kerja alat dymind dh76

1. Nyalakan UPS ,computer dan priter


2. Setelah itu klik system kemudian login
3. Masukkan nama pengguna dan kata sandi
sebagai pelanggan tunggu sampai halaman
beranda terbuka
4. Beri nomer pada tabung sampel dan letakkan di rak lalu lakukan order
5. Klik pengaturan MODE & ID input data Sampel ID ,Position rak ,Mode , Jenis
pemeriksaan
6. Homogenkan tabung lalu letakkan rak tabung di alat dan klik start yang terdapat
di halaman beranda untuk memulai menganalisis sampel . Sampel di analisis
sekitar 10 detik kemudian bsa lihat hasil
7. Input data pasien di “Patient Info “ masukkan first name , med rec.no,last name ,
department
8. Setelah selesai klik save dan klik print untuk mencetak hasil

Cara kerja manual

1. Beri nomer pada tabung sampel dan letakkan di rak lalu lakukan order
2. Klik pengaturan MODE & ID input data Sampel ID ,Position rak ,Mode , Jenis
pemeriksaan
3. Homogenkan tabung setelah itu buka tutup lalu arahkan tabung ke jarum pengisap
lalu tekan tombol pengujian dan tunggu sekitar 10 menit kemudian keluar hasil
4. Input data pasien di “Patient Info “ masukkan first name , med rec.no,last name ,
department
5. Setelah selesai klik save dan klik print untuk mencetak hasil

Cara kerja vesmatic led


1. Nyalakan UPS dengan menekan tombol power
2. Nyalakan alat Vesmatic Easy dekan menekan tombol
“On”,
3. Memilih menu pemeriksaan dengan menekan tombol
“UP” atau “DOWN”.
4. Petugas memilih menu “ESR I RANDOM” atau
“ESR II RANDOM” untuk pemeriksaan LED 1 jam
dan 2 jam dengan urutan tabung acak tekan tombol
“OK”
5. Letakkan tabung LED pada hole/lubang yang pada
layarnya tertera huruh “F” atau Free Position
6. Layar monitor menunjukkan secara berturut-turut
angka “1” dan “2”
7. Layar monitor menunjukkan huruf “A” artinya alat sedang membaca hasil LED 1
jam.
8. Hasil pemeriksaan akan didapat secara otomatis ketika layar menunjukkan huruf
“W” dan hasil akan keluar

Anda mungkin juga menyukai