Anda di halaman 1dari 13

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Masalah Matematika
Matematika berasal dari bahasa Latin mathein atau mathema yang
berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam Bahasa Belanda
disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan
penalaran (Departemen Pendidikan Nasional, 2003). Robert E. Reys (1998)
mengemukakan bahwa
“Mathematics is a study of patterns and relationships, Mathematics is a way of
thinking. It provide us with strategies for organizing, analizing, and synthesing
data, largely but not exclusively numerical, Mathematics is an art, characterized
by order and internal consistency, Mathematics is a language, using carefully
defined terms and symbols and Mathematics is a tool. Children can come to
appreciate why they are learning the facts, skills, and concept that the school
program involves”.
Paling (Wahyudi dan Inawati, 2011) juga mengungkapkan bahwa matematika
adalah suatu cara untuk menemukan suatu jawaban terhadap masalah yang
dihadapi manusia, suatu cara menggunakan pengetahuan tentang
menghitung dan yang paling penting adalah memikirkan hubungan-
hubungan. Berdasarkan pendapat Reys dan Paling, dapat diambil kesimpulan
bahwa matematika adalah salah satu ilmu yang mengasah seseorang untuk
berpikir dan memecahkan masalah serta merupakan bahasa yang dapat
menyatakan suatu definisi atau simbol.
Berangkat dari pengertian mengenai matematika maka dipaparkan pula
pengertian dari masalah. Beberapa ahli telah mengemukakan pendapatnya
mengenai arti dari masalah. Akhmad Guntar mengungkapkan bahwa
masalah adalah sebuah kesempatan untuk berkembang karena dengan
adanya masalah dapat memicu seseorang untuk berpikir lebih kreatif
(Akhmad Guntar, 2011). Disisi lain Cooney, et al (1975) mengungkapkan
pandangannya yang menyatakan bahwa masalah matematika adalah
“.. for a question to be a problem, it must present a challenge that cannot be
resolved by some routine procedur known to the student”.
Sejalan dengan Cooney, Arniati dan Asmi (2011) juga berpendapat bahwa
suatu masalah adalah sesuatu atau situasi yang mendorong siswa untuk
menyelesaikannya akan tetapi butuh waktu untuk berpikir untuk tahu apa
yang harus dilakukan untuk menyelesaikannya. Seorang siswa yang diberikan
suatu masalah dan siswa tersebut secara langsung mengetahui jawabannya
6
7

dengan benar, maka soal tersebut bukan merupakan suatu masalah.


Untuk memilih soal yang merupakan masalah, perlu dilakukan perbedaan
antara soal rutin dan tidak rutin. Soal rutin biasanya mencakup aplikasi suatu
prosedur matematika yang sama atau mirip dengan hal yang baru dipelajari,
sementara soal tidak rutin adalah soal yang memerlukan analisis dan proses
berpikir yang lebih mendalam untuk mencapai prosedur yang benar. Contoh
penerapan soal rutin dan non rutin yang dipakai pada jenjang Sekolah Dasar
adalah sebagai berikut:
Model A : 2000 + 3000 = 5000
Soal model ini bukan merupakan masalah ketika ia sudah menguasai materi
ini.
Model B :
Pada hari pertama sekolah ada 507 orang siswa yang mengunjungi kantin.
Pada hari kedua 460 siswa dan pada hari ke tiga 297 siswa. Berapakah jumlah
siswa yang mengunjungi kantin selama 3 hari pertama sekolah ?
Soal model ini memerlukan analisis sehingga siswa tidak secara langsung
mengetahui jawaban yang benar.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa masalah adalah suatu keadaan yang memerlukan penyelesaian yang
tidak dapat diraih secara langsung melalui prosedur rutin tapi menggunakan
pemikiran yang lebih sebagai suatu tantangan yag dapat melatih daya
kreatifitas seseorang. Sesuatu menjadi masalah merupakan hal yang relatif
karena tergantung kemampuan masing-masing individu. Berlatih
menyelesaikan masalah dengan benar akan membuat seseorang
berkembang dan memiliki banyak variasi dalam menyelesaikan masalah-
masalah.
Masalah yang baik harus memenuhi tiga kasus yaitu penerimaan
dimana individu menerima masalah, hambatan yaitu kebiasaaan dalam
memberikan tangapan dan pola pengerjaan dan eksplorasi yaitu memaksa
individu untuk mengeksplorasi metode baru dalam pengerjaan (Sutriyono,
2005).
Masalah dalam matematika menurut Ruseffendi bagi mahasiswa adalah
suatu persoalan atau soal yang dapat diselesaikan mahasiswa tanpa
menggunakan cara atau algoritma yang rutin dan mahasiswa memiliki
kemampuan untuk menyelesaikannya; suatu persoalan yang dapat
diselesaikan mahasiswa namun prosedur atau algoritma untuk
menyelesaikannya belum diketahui mereka (Ruseffendi, 2006). Kadir (2008)
8

juga mengungkapkan bahwa suatu masalah dapat disebut masalah


matematika bilamana masalah tersebut dapat dianalisis dan pemecahannya
dapat diperoleh dengan menggunakan metode atau prosedur matematika.
(Repository UPI, 2009)
Apabila kita menerapkan pengetahuan matematika, ketrampilan atau
pengalaman untuk memecahkan suatu dilema atau situasi yang baru atau yang
membingungkan, maka kita sedang memecahkan masalah (Departemen
Pendidikan, 1996).
Untuk menjadi seorang pemecah masalah yang baik, siswa membutuhkan
banyak kesempatan untuk menciptakan dan memecahkan masalah dalam
bidang matematika dan dalam konteks kehidupan nyata.
Permasalahan atau soal-soal dalam matematika dapat dikategorikan
menjadi dua macam. Yang pertama adalah masalah-masalah matematika
tertutup (closed problems) dan yang kedua adalah masalah-masalah
matematika terbuka (open problems). Soal matematika tertutup atau open
problems masih dibedakan menjadai dua macam yaitu open-ended problems
dan pure open problems. Soal matematika tertutup adalah soal yang
menggunakan prosedur baku dalam penyelesaiannya, sedangkan soal
matematika terbuka adalah soal yang penyelesaiannya menuntut seseorang
untuk lebih kreatif dan tidak menggunakan prosedur baku. (Wahyudi,
Inawati , 2011)
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa masalah
matematika adalah keadaan yang memerlukan penyelesaian menggunakan
metode matematika yang tidak dapat diraih secara langsung melalui
prosuder rutin tapi menggunakan pemikiran yang lebih sebagai suatu
tantangan dalam penyelesaiannya.

2. Pemecahan Masalah Matematika


Pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari pembelajaran matematika karena
sesungguhnya seseorang belajar menyelesaikan masalah ketika ia sedang
belajar matematika. Menggunakan pemecahan masalah dalam matematika
membuat siswa mengenal cara berpikir, kebiasaan untuk tekun dan
keingintahuan yang tinggi serta percaya diri dalam situasi yang tidak biasa
yang akan dihadapi baik di dalam maupun di luar kelas matematika. Proses
pemecahan masalah yang baik memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bersikeras dan memperluas apa yang mereka tahu dan dapat menstimulus
belajar matematika. (Wahyudi dan Inawati: 2011)
9

Polya (1985), mengemukakan pendapatnya bahwa pemecahan masalah


adalah suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai
suatu tujuan yang tidak begitu mudah dapat dicapai. Sejalan dengan itu
NCTM (2000), mengartikan pemecahan masalah sebagai aktivitas dalam
menyelesaikan suatu tugas (masalah) yang cara menyelesaikannya belum
diketahui dengan pasti. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa
ketika seseorang telah mampu menyelesaikan masalah, maka ia telah
mendapatkan kemampuan baru dan membantu mengasah kemampuannya
untuk memecahkan masalah yang lain.
Menurut Sutriyono, pemecahan masalah yang mengacu pada proses
perpindahan dari pernyataan yang diberikan untuk mendapatkan
penyelesaian suatu masalah. Hal ini berarti dengan mana seorang individu
menggunakan pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman yang telah
diperoleh sebelumnya untuk memenuhi tuntutan situasi yang asing. Para
siswa harus mensintesis apa yang telah dipelajarinya, dan belajar untuk
menghadapai situasi yang baru dan berbeda. Kemampuan untuk
menggunakan informasi dan fakta adalah bagian penting dari proses
pemecahan masalah. Kemampuan untuk menghadapi permasalahan-
permasalahan baik dalam permasalahan matematika maupun permasalahan
dalam kehidupan nyata merupakan kemampuan daya matematis atau
mathematical power dan menurut The Massachusets Mathematics
Framework 1996 (dalam Departemen of Education, 1996), pengembangan
daya matematis dapat dilakukan melalui pemecahan masalah (problem
solving), komunikasi (communication), penalaran (reasoning) dan koneksi
(connections). Berdasarkan hal tersebut secara tidak langsung nyata bahwa
untuk menghadapi permasalahan diperlukan kemampuan untuk
memecahkan masalah atau problem solving.

3. Strategi Pemecahan Masalah Matematika


Strategi berkaitan dengan pendekatan pembelajaran. Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya
mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)
10

pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru


(teacher centered approach), sementara itu, Kemp mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R
David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam strategi
pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. (Herdian; Ismail Bugis,
2011)
Berangkat dari pengertian strategi dan pendekatan maka selanjutnya
akan diungkapkan pengertian strategi pemecahan masalah. Wahyudi dan
Inawati (Wina Senjaya, 2008) mengungkapkan bahwa konsep dasar dan
strategi pemecahan masalah dapat diartikan sebagai rangkaian aktifitas
pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang
dihadapi secara ilmiah. Dalam hai ini terdapat tiga ciri utama yaitu: pertama
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, kedua, aktivitas pembelajaran
diarahkan untuk menyelesaikan masalah yang menempatkan masalah sebagi
kunci dari proses pembelajaran, ketiga pemecahan masalah menggunakan
pendekatan berfikir secara ilmiah.
Menurut Polya dalam pemecahan masalah terdapat empat langkah
yang harus dilakukan dalam memecahkan masalah, yaitu: (1) memahami
masalah, (2) merencanakan strategi pemecahan, (3) menyelesaikan masalah
sesuai rencana langkah ke dua (4) memeriksa kembali hasil yang diperoleh
(looking back).
Reys mengungkapkan langkah-langkah strategi pemecahan masalah
yaitu sebagai berikut :
a. Strategi Act It Out
Strategi ini membantu siswa dalam proses visualisasi masalah yang
tercakup dalam soal yang dihadapi dalam pelaksanaannya, strategi
ini dilakukan dengan menggunakan gerakan-gerakan fisik atau
dengan menggerakkan benda-benda kongkrit yang dapat
membantu atau mempermudah siswa dalam menemukan
hubungan antar komponen-komponen yang tercakup dalam suatu
masalah.
11

b. Membuat gambar atau diagram


Strategi ini dapat membantu siswa untuk mengungkapkan
informasi yang terkandung dalam masalah sehingga hubungan
antar komponen dalam masalah tersebut dapat terlihat dengan
jelas yang dapat dilakukan dengan menggunakan gambar atau
diagram.
c. Menemukan pola
Kegiatan matematika yang berkaitan dengan proses menemukan
suatu pola dari sejumlah data yang diberikan dapat mulai dilakukan
melalui sekumpulan gambar atau bilangan yang digunakan untuk
mengobservasi sifat-sifat yang dimiliki bersama oleh kumpulan
gambar atau bilangan yang tersedia.
d. Membuat tabel
Mengorganisasikan data ke dalam sebuah tabel dapat membantu
dalam mengungkapkan suatu pola tertentu serta dalam
mengidentifikasi informasi yang tidak lengkap.
e. Memperhatikan semua kemungkinan secara sistematik
Strategi ini biasanya digunakan bersamaan dengan strategi mencari
pola dan menggambar tabel. Dalam strategi ini tidak perlu
memperhatikan keseluruhan kemungkinan yang terjadi, tetapi
semua kemungkinan itu diperoleh dengan cara yang sistematik
(mengorganisasikan data ke dalam kategori tertentu).
f. Tebak dan periksa (Guess and Check)
Strategi menebak yang dimaksud disini adalah menebak yang
didasarkan pada alasan tertentu. Untuk dapat melakukan tebakan
dengan baik seseorang pelu memiliki pengalaman cukup yang
berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi.
g. Strategi kerja mundur
Suatu masalah kadang-kadang disajikan dalam suatu cara sehingga
yang diketahui itu sebenarnya merupakan hasil dari suatu proses
tertentu, sedangkan komponen yang ditanyakan merupakan
komponen yang seharusnya muncul lebih awal.
h. Menentukan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan
informasi yang diperlukan.
Strategi ini merupakan cara penyelesaian yang sangat terkenal
sehingga seringkali muncul dalam buku-buku matematika sekolah
dengan mengidentifikasi ketiga langkah tersebut.
12

i. Menggunakan kalimat terbuka


Strategi ini termasuk yang paling sering digunakan, tetapi masih
sering mengalami kesulitan, karena untuk sampai pada kalimat
terbuka yang dimaksud haru smenggunakan strategi yang lain agar
hubungan antar unsur yang terkandung di dalam masalah dapat
dilihat dengan jelas.
j. Menyelesaikan masalah yang mirip atau masalah yang lebih mudah
Adakalanya soal matematika itu sangat sulit untuk diselesaikan,
karena didalamnya terkandung permasalahan yang sangat
kompleks. Untuk itu dapat dilakukan dengan mengunakan analogi
melalui penyelesaian masalah yang mirip atau masalah yang lebih
mudah.
k. Mengubah strategi pandang
Strategi ini sering digunakan setelah gagal untuk menyelesaikan
masalah dengan menggunakan suatu straegi dan kemudian dicoba
dengan strategi lainnya. (Arniati dan Asmi, 2010)
Di Amerika Serikat, penyelidikan tentang pemecahan masalah telah
dilakukan beberapa puluh tahun yang lalu yang diantaranya dilakukan oleh
Dodson (1971), Hollander (1974). Menurut mereka kemampuan pemecahan
masalah yang harus ditumbuhkan adalah: (a) Kemampuan mengerti konsep
dan istilah matematika, (b) Kemampuan mencatat kesamaan, perbedaan,
dan analogi, (c) Kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan
memilih prosedur yang benar, (d) Kemampuan untuk mengetahui hal yang
tidak berkaitan, (e) Kemampuan untuk menaksir dan menganalisa, (f)
kemampuan untuk memvisualisasi dan mengimplementasi kuantitas atau
ruang, (g) Kemampuan untuk memperumum (generalisasi) berdasarkan
beberapa contoh, (h) Kemampuan untuk menganti metode yang telah
diketahui, (i) Mempunyai kepercayaan diri yang cukup dan merasa senang
terhadap materinya.
Selain kemampuan tersebut, siswa mempunyai keadaan yang tentu
untuk masa yang akan datang sehingga dengan percaya diri dapat
mengembangkan kemampuan tersebut. Untuk mengembangkan
kemampuan di atas, guru memberikan hal berikut: (a) Mengajari siswa
dengan berbagai strategi yang dapat digunakan untuk berbagai masalah, (b)
Memberikan waktu yang cukup untuk siswa mencoba masalah yang ada, (c)
Mengajak siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara lain, (d) Setelah
masalah terselesaikan, mengajak siswa untuk melihat kembali, melihat
13

kemungkinan lain, mengatakan dengan bahasa mereka sendiri, kemudian


ajaklah untuk mencari penyelesaian dengan cara yang lebih baik, (e) Jika
berhadapan dengan masalah yang sulit, tidak berarti harus menghindar.
Tetapi gunakan cukup waktu untuk mengulang dan mengerjakan masalah
yang lebih banyak, Mulailah dengan mengerjakan masalah serupa, dan
kemudian masalah-masalah yang menantang, (f) Fleksibelitas di dalam
pemecahan masalah merupakan perilaku belajar yang baik.
Menurut Jhon A. Van De Walle (2006) strategi yang sering digunakan
dalam memecahkan masalah matematika yaitu : (a) Membuat gambar,
menggunakan gambar dan menggunakan model, yaitu strategi yang
merupakan salah satu cara untuk berpikir dan memperluas model ke dalam
interpretasi nyata dari situasi soal, (b) Mencari pola yaitu inti dari tugas-tugas
yang berbasis soal khususnya dalam aljabar. Hal ini akan membantu siswa
dalam belajar dan menguasai fakta-fakta dasar, (c) Membuat tabel atau
diagram, diagram data, tabel fungsi, tabel operasi dan tabel tetntang rasio
atau pengukuran merupakan bentuk utama analisis dan komunikasi. (d) Coba
versi sederhana dari soal, dengan menyelesaikan soal yang lebih mudah
diharapkan dapat digunakan untuk menyelesaikan soal yang lebih kompleks.
(e) Menduga dan memeriksa, yaitu strategi dimana siswa mencoba-coba dan
memeriksa, dengan melakukan hal ini siswa dapat berlatih untuk
memecahkan soal dengan berbagai versi. (f) Buat daftar yang teratur,
strategi ini melibatkan secara sistematis perhitungan semua hasil yang
mungkin dalam situasi dengan tujuan untuk menemukan beberapa banyak
kemungkinan yang ada atau untuk memastikan bahwa semua hasil yang
mungkin telah dihitung.
Pendekatan dan strategi penelitian yang akan dipakai dalam penelitian
ini mengacu pendekatan dan strategi yang diungkapkan oleh Sutriyono
(2005) tentang rasio pada mahasiswa pendidikan matematika Universitas
Kristen Satya Wacana 2011 yang mengacu pada Dube (1990), namun
menggunakan strategi kognitif yang berbeda. Pendekatan yang digunakan
yaitu pendekatan holistik dan pendekatan analisis-sintetik yang selanjutnya
dalam pendekatan analisis-sintetik dibagi menjadi tiga strategi kognitif.
Alasan dari pemakaian strategi ini dikarenakan bentuknya yang sederhana
sehingga memudahkan dalam pengelompokan. Adapun analisis datanya
adalah sebagai berikut :
14

Masalah : Masalah

Keputusan : Pendekatan holistik atau analisis-sintetik?

Hasil : Benar atau salah.

Pendekatan holistik adalah pendekatan dimana persamaan yang


dituliskan merupakan hasil dari pandangan umum dari seluruh masalah.
Pendekatan holistik merupakan model pada tingkat makroskopik yang
menyoroti pentingnya keputusan yang dibuat oleh pemecah masalah pada
pendekatan yang digunakan. Pendekatan holistik adalah Pendekatan analisis-
sintetik adalah pendekatan dengan membagi masalah yang diberikan dan
yang tidak diketahui kemudian menuliskan persamaan sebenarnya setelah
menggunakan arti kata dan alasan matematika, manipulasi aljabar dan
kalkulasi aritmatika.
Setelah mendapatkan hasil benar dan salah dari pengerjaan siswa dalam
menyelesaikan soal, maka langkah selanjutnya adalan meneliti jawaban yang
menggunakan metode analitis-sintetik seperti berikut :

Pendekatan: Analisis-sintetik

Strategi Kognitif: Linguistik Additional Fungsional

Hasil: Persamaan Benar Persamaan Salah (I)


Sumber Kesalahan :
(I)=
Kesalahan dalam urutan kata, arti kata, arti fase, arti kalimat, penggunaan
variabel jika menggunakan strategi linguistik.

Kesalahan dalam perhitungan, manipulasi aljabar hubungan ekuivalen,


penggunaan variabel jika menggunakan strategi fungsional atau additional.
15

Pendekatan analisis-sintetik menganalisis cara untuk mendapatkan


penyelesaian, kemudian cara untuk mendapatkan penyelesaian tersebut
dikelompokkan dalam tiga strategi kognitif. Tiga strategi kognitif tersebut
adalah linguistik, additional dan fungsional. Strategi linguistik adalah
persamaan yang didapatkan dari makna kata-kata dalam masalah atau dari
susunan kata-kata dalam masalah. Pada strategi linguistik siswa
memecahkan masalah melalui apa yang didapatkan dari kata-kata yang ada
dalam soal dan menyelesaikan dengan menggunakan kata-kata yang ia
pahami. Strategi additional adalah persamaan yang didapatkan dari hasil
penggunaan pengetahuan tentang barisan dan deret dengan pengetahuan
mereka dalam memahami masalah dan secara operasional dilakukan dengan
penjumlahan. Strategi ini dapat dilihat dari jawaban siswa yang
menggunakan pengetahuan tentang barisan dan deret dan menjawab
dengan menjumlahkan. Strategi fungsional adalah persamaan yang didapat
dari hasil penggunaan formula matematika tentang barisan dan deret dalam
menyelesaikan masalah. Pada strategi ini siswa murni menggunakan rumus
dalam menyelesaikan soal.

4. Barisan dan Deret


Konsep barisan dan deret bilangan sangat penting peranannya dalam
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari.
Pemahaman yang baik mengenai materi ini juga akan membantu siswa
secara cepat dalam memecahkan masalah matematika dalam kehidupan
nyata. Sebagai contoh adalah soal berikut ini,
“Sebuah stadion olahraga yang baru dibangun mempunyai 100 tempat duduk
pada barisan paling depan di tribun barat dan timur, serta 60 tempat duduk
pada barisan paling depan di tribun utara dan selatan. Setiap baris tempat
duduk tersebut 4 kursi lebih banyak daripada baris di depannya. Berapa
kapasitas penonton dalam stadion tersebut jika terdapat 25 baris tempat
duduk?” (wahyudin dan Dwi: 2008)
Mengetahui manfaat yang dapat diambil dari materi barisan dan deret
menjadikan salah satu alasan untuk mempelajari materi ini, sedangkan bagi
guru dituntut untuk menyampaikan materi ini dengan baik agar dapat
dimengerti siswa. Materi barisan dan deret mengajak siswa untuk
memahami barisan dan deret bilangan serta penggunaannya dalam
pemecahan masalah dengan cara menentukan pola barisan bilangan
sederhana, menentukan suku ke-n barisan aritmetika dan barisan geometri,
16

menentukan jumlah n suku pertama deret aritmetika dan deret geometri,


serta memecahkan masalah yang berkaitan dengan barisan dan deret.
Untuk memahami mengenai materi ini, perlu diketahui terlebih dahulu
pengertian mengenai barisan dan deret. Barisan adalah bilangan-bilangan
yang diurutkan dengan aturan tertentu. Bilangan-bilangan dalam barisan
bilangan tersebut disebut dengan suku. Jika aturan suatu barisan telah
diketahui, maka suku berikutnya pun dapat ditentukan. Barisan bilangan
terbagi menjadi dua macam yaitu barisan aritmetika dan geometri. Barisan
aritmetika adalah barisan yang mempunyai selisih dua suku yang berurutan
(beda) yang tetap antar sukunya, sementara barisan geometri adalah barisan
yang mempunyai perbandingan yang sama antar suku yang berturutan, misal
Contoh dari barisan adalah seperti berikut:

a. 2, 6, 10, 14, . . .. contoh di samping adalah barisan aritmetika dimana


setiap suku mempunyai selisih antar suku atau beda yang sama yaitu +4.
b. 2, 4, 8, 16, 32, . . .. contoh di samping adalah barisan geometri dimana
antar suku mempunyai perbandingan yang sama yaitu 2.
Rumus yang dapat digunakan untuk mencari suku ke-n pada barisan
aritmetika juga berbeda dengan barisan geometri. Rumus suku ke-n pada
barisan dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. Rumus untuk barisan aritmetika adalah , dimana
.
b. Rumus untuk barisan geometri adalah , dimana
.

Setelah mengetahui pengertian barisan, selanjutnya adalah


pengertian dari deret. Deret adalah penjumlahan dari suku-suku barisan
bilangan yang tersusun secara berurutan. Sama seperti barisan, deret juga
terbagi menjadi deret aritmetika dan deret geometri. Bentuk dari deret
dapat dinyatakan sebagai berikut:
a. 2 + 6 + 10 + 14 + . . . + n, contoh di samping adalah deret aritmetika.
b. 2 + 4 + 8 + 16 + 32 + . . .+ n, contoh di samping adalah barisan geometri.
Deret juga dapat diartikan penjumlahan dari suku-suku pada barisan
bilangan secara berurutan. Rumus yang dapat digunakan untuk mencari
jumlah deret ke-n pada barisan aritmetika berbeda dengan barisan geometri.
Rumus jumlah deret ke-n pada barisan dapat dinyatakan sebagai berikut:
17

a. dengan adalah
jmlah suku ke-

b.

Grafik 1.
Peta Konsep Barisan dan deret Bilangan

Barisan dan Deret


Bilangan

Pola Bilangan
Bilangan
Barisan Deret
Bilangan Bilangan

Pola Bilangan
ganjil
Aritmetika
Aritmetika

Geometri

Geometri

Pola Bilangan
Barisan
Barisan

Deret
Deret

genap
Pola Bilangan
segitiga
Pola Bilangan
persegi
B. Penelitian yang Relevan
Pola Bilangan
Sutriyono, Ratih & Kriswandani (2011) menemukan bahwa mahasiswa
persegipanjang
pendidikan matematika UKSW melakukan pemecahan masalah perbandingan
dengan dua pendekatan yaitu holistik dan analitik-sintetik. Pendekatan analitik-
sintetik terbagi dalam tiga strategi kognitif. Strategi kognitif yang digunakan
siswa dalam menyelesaikan masalah dikategorikan sesuai dengan cara siswa
menyusun konsep yang dipelajari sebelumnya yaitu linguistik, proporsional dan
18

fungsional. Penelitian tersebut menemukan bahwa mahasiswa yang


menggunakan pendekatan holistik sebesar 18,49% dan mahasiswa yang
menggunakan pendekatan analisis sintetik sebesar 81,51%, dari pendekatan
analisis-sintetik yang dilakukan mahasiswa terbagi menjadi 81,01% mahasiswa
menggunakan strategi proporsional, 18,99% mahasiswa menggunakan strategi
linguistik dan tidak ada mahasiswa yang menggunakan strategi fungsional.
Joko dan Sulis dalam tulisannya Upaya Meningkatkan Aktivitas dan
Kreativitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar dengan
Metode Pemecahan Masalah, menemukan bahwa untuk dapat meningkatkan
aktivitas dan kreativitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika
disekolah dasar diperlukan metode pemecahan masalah. Karena dengan
metode pemecahan masalah aktivitas dan kreativitas belajar siswa dapat
terlihat dari proses pembelajaran yang memang mensyaratkan mereka untuk
terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan berfikir kreatif dalam
memecahkan masalah yang ada. (Joko dan Sulis, 2011)

Anda mungkin juga menyukai