Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TUGAS BESAR

ALAT INDUSTRI KIMIA


HEAT EXCHANGER

DISUSUN OLEH :
PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
TAHUN AJARAN 2017/2018

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
HEAT EXCHANGER

A. PENDAHULUAN
Bila dalam suatu sistem terdapat gradient suhu atau bila dua system yang
suhunya berbeda disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan energi. Proses yang
yang terjadi transport energi itu disebut dengan perpindahan panas. Perpindahan panas
tidak dapat diukur langsung tetapi pengaruhnya dapat diamati dan di ukur. Aliran
panas, seperti halnya pelaksanaan kerja atau usaha, adalah suatu proses dengan mana
energi dalam suatu system diubah. Perpindahan panas dapat didefinisikan sebagai
berpindahnya energi dari suatu daerah ke darah yang lain, sebagai akibat dari
perbedaan suhu di daerah-daerah tersebut. Karena beda suhu ada di sekitar alam kita
maka hal tersebut lumrah dan universal berkaitan dengan gravitasi. Perpindahan panas
mengenal tiga cara perpindahan panas yaitu konduksi (hantaran), radiasi, dan konveksi.

Setiap proses pengolahan dalam industri migas selalu menggunakan alat


penukar panas, baik itu berupa heat exchanger, kondensor, cooler, reboiler dan
sebagainya. Alat penukar panas ini sangat penting fungsinya dalam industri migas
karena efisiensi energi panas yang diproduksi dapat dimanfaatkan. Berbagai macam
alat penukar panas dibedakan berdasarkan fungsi dan penggunaannya antara lain
berdasarkan fungsinya adalah Heat Exchanger (Alat Penukar Panas) adalah suatu alat
yang digunakan untuk menukarkan energi panas dari suatu fluida ke fluida yang lain
dengan cara konduksi dan konveksi, baik face cair ke face cair ataupun dari fase uap ke
fase cair. Didalam industri perminyakan dan gas bumi alat ini sangat banyak digunakan
dengan maksud agar pemanfaatan energy panas lebih efisien.

Didalam makalah ini akan dijelaskan konsep dasar, jenis-jenis heat exchanger,
faktor-faktor yang mempengaruhi heat exchanger, bagian-bagian utama heat exchanger,
perhitungan mengenai heat exchanger.

B. PENGERTIAN
Heat exchanger (alat penukar panas) adalah suatu alat yang digunakan untk
menukarkan untuk menukarkan energi panas dari suatu fluida yang lain dengan cara
konduksi dan konveksi, baik face cair ke face cair ataupun dari face uap ke fase cair.
Didalam industri perrminyakan dan gas bumi alat ini sangat banyak digunakan
dengan maksud agar pemanfaatan eenergi panas lebih efisien. Dari berbagai jenis dan tipe
shell and heat exchanger karena perpindahan panasnya relatif cukup besar.

C. JENIS-JENIS HEAT EXCHANGER BERDASARKAN FUNGSINYA


Berdasarkan fungsinya alat ini diklasifikasikan sebagai berikut:
- Heat Exchanger
- Condensor
- Cooler
- Reboiler
- Heater
- Chiller
1. Heat Exchanger
Alat penukar panas ini digunakan untuk memindahkan energi panas dari fluida
yang lebih panas ke fluida yang lebih dingin, energi yang dipindahkan sama-sama
dimanfaatkan baik fluida yang melepaskan panas maupun yang menerima panas. Dalam
proses perpindahan panas ini tidak terjadi perubahan fase

2. Condensor
Condensor berfungsi untuk memindahkan panas, baik panas sensibel maupun
pana laten fluida yang berbetuk uap kepada media pendingin sehingga terjadi perubahan
fase uap menjadi cair, medi apendingin biasanya digunakan air atau udara. Condensor
biasanya dipasang padatop kolom fraksinasi, dikenal ada dua condensor yaitu:
- Total condensor
Kondensor yangg sesuai fungsi untuk mencairkan seluruh fluida yang
didinginkan
- Partial Condensor
Berfungsi untuk mendinginkan fluida samapi suhu jenuhnya dan sebagian
mencair.
3. Cooler
Cooler adalah alat penukar panas yang berfungsi sebagai pendingin tanpa terjadi
perubahan fase, fluida didinginkan adalah fluida produk panas sedangkan media
pendingin digunakan air atau udara.

4. Reboiler
Reboiler digunakan untuk menguapkan kembali sebagian cairan pada dasar kolam
(bottom) distilasi, sehingga fraksi ringan yang masih ada dapat teruapkan, media pemanas
yang digunakan biasanya adalah steam (uap), dalam proses pengolahan terdapat dua
macam reboiler:
- Natural circulation (thermosyphon) reboiler reboler yaitu: reboiler diman fluida
yang akan diuapkan mengalir secara alami dengan memperhatikan head yang
cukup berdasarkan ketinggian
- Forced Circulation Reboiler yaitu: Reboiler yang menggunakan pompa untuk
mengalirkan fluida yang akan diuapkan.

5. Heater/Pre Heater
Heater atau pre heater adalah Heat Exchanger yang biasa digunakan untuk
memanaskan fluida yang mempunyai viscositas tinggi baik bahan baku maupun fluida
yang mempunyai tinggi baik bahan baku maupun fluida proses dan biasanya
menggunakan steam sebagai pemanas:

6. Chiller
Chiller ialah suatu alat penukar panas yang digunakan untuk mendinginkan fluida
proses hingga mencapai temperatur tertentu. Media pendingin yang digunakan adalah
amoniak, propana, freon, udara atau air.

D. JENIS-JENIS HEAT EXCHANGER BERDASARKAN BENTUK FISIKNYA


Dilihat dari bentuk fisiknya Heat Echanger dapat divebadakan kedalam beberapa jenis:
- Shell and tube heat exchanger
- Double Pipe Heat Exchanger
- Box cooler
- Kattle Type Exchanger
- Open Tube Heat Exchanger
- Air Cooler Exchanger
- Plate and Frame Tube Heat Exchager

1. Shell and Tube Heat exchanger


Heat Exchanger jenis ini terdiri dari shell yang didalamnya terdapat rangkaian
pipa kecil yang disebut tube bundle. Perpindahan panas terjadi antara fluida yang
mengalir didalam tube dan fluida yang mengalir diluar tube (pada shell side). Exchanger
Shell-and-Tube, umumnya dibangun dari tabung bulat dipasang di shell silinder dengan
paralel tabung sumbu dengan yang shell. Salah satu cairan mengalir dalam tabung atau
sepanjang tabung. Komponen utama dari penukar ini adalah tabung (tabung bulat), shell,
kepala depan dan kepala belakang, baffle, dan tubesheets. Berbagai konstruksi internal
yang berbeda digunakan dalam shell and tube exchanger tergantung pada perpindahan
panas yang diinginkan dan kinerja penurunan tekanan dan metode yang digunakan untuk
mengurangi tekanan termal, untuk mencegah kebocoran, untuk menyediakan kemudahan
membersihkan, mengandung tekanan operasi dan suhu, untuk mengendalikan korosi,
untuk mengakomodasi dan mengalir dengan sangat asimetris, dan sebagainya.
Shell and tube exchanger yang diklasifikasikan dan dibangun sesuai dengan
TEMA banyak digunakan (Tubular Association Exchanger Manufacturers) standar
(TEMA, 1999), DIN dan standar lain di Eropa dan tempat lain, dan ASME (American
Society of Mechanical Engineers) boiler dan kode bejana tekan. TEMA telah
mengembangkan sistem notasi untuk menunjuk jenis utama dari hell and tube exchanger.
Dalam sistem ini, setiap penukar ditunjuk oleh tiga kombinasi, pada penukar pertama
yang menunjukkan jenis kepala depan, kedua jenis kepala shell, dan ketiga tipe kepala
belakang. Beberapa shell and tube exchanger umum adalah AES, BEM, AEP, CFU,
AKT, dan AJW. Perlu ditekankan bahwa ada jenis khusus lainnya dari shell and tube
exchanger yang tersedia secara komersial yang memiliki depan dan belakang kepala yang
berbeda (Ramesh, 2003).
Secara umum tema (Tubuler exchanger manufacturers assosiation) membagi
shell and tube Heat Exchanger dalam tiga kelas sesuai dengan penggunaannya:
- Kelas R dirancang untuk keperluan proses dengan tekanan tinggi.
- Kelas C dirancangan untuk keperluan proses dengan tekanan dan temperatur
menengah dan fluida yang tidak korosif.
- Kelas B dirancang untuk keperluan fluida atau zat yang korosif

Dilihat dari konstruksinya tipe Shell and Tube Heat Exchanger dibedakan atas:
a. Fix Tube Sheet
Adalah jenis shell and tube heat exchanger yang tediri dari tube bundle yang
dipasang sejajar dengan shell dan kedua tube sheet menyatu dengan shell. Kelemahan
pada tipe ini adalah kesulitan dalam pembersihan shell. Kelemahan pada tipe ini adalah
kesulitan dalam pembersihan shell . kelemahan pada tipe ini adalah kesulitan dalam
pembersihan shell dan penggantian tube.
Dengan demikian fluida yang mengalir pada shell side haruslah fluida yang
bersih. Pembersihan pada bagian dalam tube maupun channel yang bersih. Pembersihan
pada bagian dalam tube maupun channel head dan channel cover dapat dilakukan lebih
mudah.
b. Floating Tube Sheet
Adalah Heat Exchanger yang dirancang dengan salah satu tube sheet-nya
mengambang, sehingga tube bundle dapat bergerak didalam shell jika terjadi pemuaian
atau penyusutan karena perubahan temperatur. Tipe ini banyak digunakan di Industri
Migas karena pemeliharaannya lebih mudah dibanding Fix Tube Sheet Exchanger, karena
tube bundle-nya dapat dikeluarkan, dan dapat digunakan pada operai dngan perpedaan
temperatur antara shell dan tube side diatas 2000F
c. U tube / U bundle
Jenis ini hanya mempunyai satu buah tube sheet, dimana tubes dibuat berbetuk
“U” yang ujung-ujungnya disatukan pada tube sheet. Tube bundle dapat dikeluarkan dari
shell-nya setelah channel head-nya dilepas. Tipe ini dapat juga digunakan pada tekanan
tinggi dan perbedaan temperatur yang tinggi dan perbedaan temperatur yang tinggi,
masalah yang sering terjadi pada heat exchanger jenis “U” tube ini adalah terjadinya
erosi pada bagian dalam bengkokan tube yang diakibatkan oleh kecepatan aliran dan
tekanan didalam tube, untuk itu fluida yang mengalir dalam tube side haruslah fluida
yang tidak mengandung partikel-partikel padat.
2. Double Pipe Heat Exchanger
Penukar panas ini biasanya terdiri dari dua pipa konsentris dengan pipa bagian
dalam polos. Salah satu cairan mengalir dalam pipa dalam dan cairan lainnya mengalir di
anulus antara pipa di counter flow arah ini ideal untuk kinerja tertinggi, dan untuk luas
permukaan yang diberikan. Namun, jika aplikasi ini memerlukan temperatur dinding
hampir konstan, fluida dapat mengalir dalam arah aliran paralel. Ini adalah salah satu
contoh penukar panas sederhana. distribusi aliran ini tidak ada masalah, dan pembersihan
dilakukan sangat mudah dengan cara pembongkaran. konfigurasi ini juga cocok pada
kondisi salah satu atau kedua fluida pada tekanan yang sangat tinggi (Ramesh, 2003)
3. Box Cooler
Box cooler adalah alat penukar panas yang bergerak kotak dimana didalamnya
dipasang pipa yang dibelok-belokkan (pipa coil). Media pendingin yang digunakan
adalah air yang dialirkan kedalam box sedang fluida yang yang didinginkan dilewatkan
dalam pipa. Keuntungan alat ini adalah mudah diketahui bila terjadi kebocoran atau
kerusakan.
4. Kettle Type Heat Exchanger
Kontruksi ketlel type heat exchanger dimana bagian shell-nya diperbesar sebagian ini
dimaksudkan untuk ruang penampungan uap fluida yang dipanaskan. Tube bundle dari
tipe ini biasanya berbentuk “U” dan dapat dikeluarkan dari shell-nya.
5. Open Tube Heat Exchanger
Heat exchanger tipe ini terdiri dari susunan tube tersebut tidak dimaksukkan
dalam shell atau box akan tetapi berdiri sendiri, pendingin biasanya menggunakan air
yang diguyurkan dari atas secara langsung turun menyiram tube dibawahnya.
6. Air Cooled Exchanger/Fintan Cooler
Air Cooled exchanger / fintan cooler adalah heat exchanger yang terdiri dari tube
bundle. Dimana bundle tersebut berisi beberapa baris tube dan dilengkapi dengan kipas
atau fan yang berfungsi untuk mengalikan udara diantara sirip-sirip yang terdapat pada
bagian luar tube.
Heat exchanger ini terbagi atas dua tipe aliran udara:
- Induced draft fan: dirancang dengan fan yang dipasang pada bagian atas tube
bundle sehingga udara pendingin dihisap oleh fan melewati atas tube bundle
sehingga udara pendingin dihisap oleh fan melewati tube bundle.
- Forced draft fan: dirancang dengan fan yang dipasang dibagian bawah tube
bundle, udara pendingin melewati tube bundle dengan cara dihembuskan atau
ditekan.
7. Plate and Frame Exchanger
Jenis heat exchanger ini terdiri dari bingkai dan plat-plat yang disusun rapat,
permukaan plat mempunyai alur-alur yang berpasangan sehingga jika pemukaan plat
mempunyai alur-alur yang bepasangan sehingga jika dirangkai mempunyai dua aliran.
Heat exchanger ini digunakan untuk temperatur dan tekanan renndah sepeti
mendinginkan cooling water. Keuntungan heat exchanger jenis ini mudah dibersihkan
dan diperbaiki

E. ALAT PENUKAR PANAS BERDASARKAN ARAH ALIRAN


Dilihat dari sistem arah aliran penukar panas (Heat Exchanger) dapat digolongkan:
- CO-Current Flow: kedua fluida yang mengalir dalam heat exchanger mengailir
searah.
- Counter Flow: Kedua fluida yang mengalir didalam heat exchanger mengalir
secara berlawanan arah
- Cross Flow: kedua fluida yang mengalir didalam heat exchanger saling
memotong
Gambar 3.1 Shell and Tube Heat Exchanger

Gambar 3.2 Double Pipe Heat Exchanger


Gambar 3.3 Box Cooler

Gambar 3.4 Kettle Type Heat Exchanger


Gambar 3.5 Open Tube Heat Exchanger

Gambar 3.6 Air Cooled Exchanger/Fintan Cooler


Gambar 3.7 Plate and frame Exchanger

Gambar 3.8 Fix Tube Sheet and Tube Heat Exchanger


Gambar 3.9 U-Tube/U-Bundle

Heat exchanger ini terbagi atas dua type aliran udara:


- Induced draft fan: dirancang dengan fan yang dipasang pada bagian atas tube
bundle sehingga udara pendingin dihisap oleh fan melewati atas tube bundle
sehingga udara pendingin dihisap oleh fan melewati tube bundle.
- Forced draft fan: dirancang dengan fan yang dipasang dibagian bawah tube
bundle, uadar pendingin melewati tube bundle dengan cara dihembuskan atau
ditekan.
-
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERPINDAHAN PANAS
Kemampuan suatu Heat Exchange dalam pemindahkan panas dipengaruhi oleh bebrapa
faktor sebagi berikut:
- Faktor pengotoran (fouling factor)
- Koefisien perpindahan panas
- Luas permukaan perpindahan panas
- Beda suhu rata-rata
1. Faktor Pengotoran (Fouling factor)
Fouling faktor adalah merupakan angka yang menyatakan tingkat pengotoran
suatu heat exchanger.
Fouling faktor = fouling resistent x 1000
Fouling resistent adalah hambatan terhadap perpindahan panas yang disebabkan oleh
adanya deposit dalam perpindahan sehingga terbentuk kerak (scale).
Setelah periode operasi, permukaan perpindahan panas untuk penukar panas dapat
dilapisi dengan berbagai deposit yang ada dalam sistem aliran, atau permukaannya dapat
terkorosi akibat interaksi antara cairan dan bahan yang digunakan untuk konstruksi panas.
penukar. Dalam kedua peristiwa, lapisan ini merupakan resistansi tambahan terhadap
aliran panas, dan dengan demikian menghasilkan penurunan kinerja. Efek keseluruhan
biasanya ditunjukkan oleh faktor pengotoran, atau ketahanan fouling, yang harus
disertakan bersama dengan tahanan termal lainnya yang membentuk koefisien
perpindahan panas keseluruhan. Faktor pengotoran harus diperoleh secara eksperimental
dengan menentukan nilai U untuk kondisi bersih dan kotor pada penukar panas. Faktor
fouling didefinisikan sebagai
1 1
Rf = −
Ukotor Ubersih
Daftar disingkat nilai yang direkomendasikan dari faktor pengotoran untuk berbagai
cairan diberikan pada Tabel 10-2, dan perlakuan yang sangat lengkap terhadap subjek
tersedia dalam Referensi [9].
Tabel 10-2 | Tabel faktor fouling yang dipilih, menurut Reference 2.
Faktor fouling,
Jenis cairan h . ft2 . oF / Btu m2 . oC/W
Air laut, di bawah 125 oF 0.0005 0.00009
Di atas 125 oF 0.001 0.002
Air umpan boiler yang diolah diatas 0.001 0.00002
125 oF
Bahan bakar minyak 0.005 0.00009
Minyak quenching 0.004 0.00007
Uap alkohol 0.0005 0.00009
Uap, tanpa minyak 0.0005 0.00009
Udara Industri 0.002 0.0004
Pendingin cair 0.001 0.0002

Fouling resistent dipengaruhi dipengaruhi oleh:


a. Sifat Fluida
 Makin banyak kandungan impurities seperti seperti sulfur, garam atau
asam makin tinggi fouling resistennya.
 Makin rendah apI gravity makin tinggi harga fouling resistennya
b. Kecepatan Aliran Fluida
 Makin cepat fluida mengalir harga fouling resistennya semakin rendah
c. Temperatur Operasi
 Makin tinggi temperatur operai harga fouling resistennya semakin tinggi
terutama minyak bumi fraksi residu
d. Lama Operasi
 Semakin lama suatu heat exchanger beroperai harga fouling resistennya
semakin tinggi
2. Koefisien Perpindahan Panas.
Koefisien transfer (perpindahan panas) adalah angka yang menyatakan kemampuan
suatu sistem atau alat untuk memindahkan energi panas, semakin baik suatu sistem
semakin tinggi angka koefisien perpindahan panas yang dimiliki sistem tersebut.
3. Luas Permukaan Perpindahan Panas
Kemampuan heat exchanger memindahkan energi panas sangat dipengaruhi luas
permukaan perpindahan panas yang dimiliki oleh heat exchanger dimana dimana proses
perpindahan panas berlangsung. Semakin luas permukaan perpindahan panas semakin
besar panas yang dapat dipindahkan. Luas permukaan perpindahan panas tergantung pada
jenis tube, ukuran tube dan panjang tube serta baffle yang digunakan oleh suatu heat
exchanger.
4. Beda Suhu Rata-Rata
Temperatur fluida panas maupun fluida dingin yang masuk heat exchanger biasanya
selalu berubah-ubah hal ini disebabkan oleh berbagai faktor dan ini akan menyebabkan
perbedaan temperatur tersebut digunakan perbedaan temperatur rata-rata atau logaritmic
Mean temperature difference (LMTD).
LMTD digunakan dalam perhitungan-perhitungan heat exchanger, yang mennunjukkan
jumlah panas yang dipindahkan.

- LMTD CO Rurrent flow

T1 (Fluida panas masuk) T2 (Fluida panas Keluar)

t1 (Fluida dingin masuk) t2 (Fluida dingin keluar)

(T1 - t1 ) - (T2 - t2 )
LMTD =
(T1 - t1 )
LN
(T2 - t2 )

- LMTD COUNTER CURRENT FLOW

T1 (Fluida panas masuk) T2 (Fluida panas Keluar)

t1 (Fluida panas keluar) t2 (Fluida dingin masuk)

(T1 - t2 ) - (T2 - t1 )
LMTD =
(T1 - t2 )
LN
(T2 - t1 )

Perhatikan penukar panas pipa ganda yang ditunjukkan pada Gambar 10-2. Cairan
dapat mengalir baik dalam arus sejajar atau aliran balik, dan profil suhu untuk kedua
kasus ini ditunjukkan pada Gambar 10-7. Kami mengusulkan untuk menghitung
perpindahan panas dalam pengaturan pipa ganda ini
Gambar 10-6 | Profil suhu tipikal untuk cross-flow heat exchanger pada Gambar 10-5.
Aliran
gas

Suhu gas
inlet

Gambar 10-7 | Profil suhu untuk (a) arus sejajar dan (b) hambatan dalam penukar panas
pipa ganda.
dengan
q = UA ΔTm
dimana
U = koefisien perpindahan panas secara keseluruhan
A = luas permukaan untuk perpindahan panas sesuai dengan definisi U
ΔTm = perbedaan suhu rata-rata yang sesuai pada penukar panas
Pemeriksaan pada Gambar 10-7 menunjukkan bahwa perbedaan suhu antara fluida panas
dan dingin bervariasi antara inlet dan outlet, dan kita harus menentukan nilai rata-rata
untuk digunakan dalam Persamaan (10-5). Untuk penukar panas arus paralel yang
ditunjukkan pada Gambar 10-7, panas yang ditransfer melalui elemen daerah dA dapat
ditulis
𝑑𝑞 = −ṁℎ 𝑐ℎ 𝑑𝑇ℎ = ṁ𝑐 𝑐𝑐 𝑑𝑇𝑐
dimana subskrip h dan c masing-masing menunjuk fluida panas dan dingin. Perpindahan
panas juga bisa diungkapkan
𝑑𝑞 = 𝑈(𝑇ℎ − 𝑇ℎ )𝑑𝐴
Dari Persamaan (10-6)
−𝑑𝑞
𝑑𝑇ℎ =
ṁℎ 𝑐ℎ
−𝑑𝑞
𝑑𝑇𝑐 =
ṁ𝑐 𝑐𝑐
dimana ṁ mewakili laju aliran massa dan c adalah panas spesifik cairan. Demikian
1 1
𝑑𝑇ℎ − 𝑑𝑇𝑐 = 𝑑(𝑇ℎ − 𝑇𝑐 ) = −𝑑𝑞 ( + )
ṁℎ 𝑐ℎ ṁ𝑐 𝑐𝑐
Memecahkan untuk dq dari Persamaan (10-7) dan mengganti ke dalam Persamaan (10-8)
memberikan
𝑑(𝑇ℎ − 𝑇𝑐 ) 1 1
= −𝑈 ( + )
𝑇ℎ − 𝑇𝑐 ṁℎ 𝑐ℎ ṁ𝑐 𝑐𝑐
Persamaan diferensial ini sekarang dapat diintegrasikan antara kondisi 1 dan 2 seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 10-7. Hasilnya adalah
(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 ) 1 1
In = −𝑈𝐴 ( + )
(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 ) ṁℎ 𝑐ℎ ṁ𝑐 𝑐𝑐
Kembali ke Persamaan (10-6), produk ṁℎ 𝑐ℎ dan ṁ𝑐 𝑐𝑐 dapat dinyatakan dalam bentuk
total perpindahan panas q dan keseluruhan perbedaan suhu cairan panas dan dingin.
Demikian
𝑞
ṁℎ 𝑐ℎ =
𝑇ℎ1 − 𝑇ℎ2
𝑞
ṁ𝑐 𝑐𝑐 =
𝑇ℎ2 − 𝑇ℎ1
Dengan mensubstitusikan hubungan ini ke dalam Persamaan (10-10) diberikan
(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 ) − (𝑇ℎ1 − 𝑇𝑐1 )
𝑞 = 𝑈𝐴
In[(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 ) − (𝑇ℎ1 − 𝑇𝑐1 )]
Membandingkan Persamaan (10-11) dengan Persamaan (10-5), kita menemukan bahwa
perbedaan suhu rata-rata adalah pengelompokkan istilah dalam tanda kurung. Demikian
(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 ) − (𝑇ℎ1 − 𝑇𝑐1 )
∆𝑇𝑚 =
In[(𝑇ℎ2 − 𝑇𝑐2 ) − (𝑇ℎ1 − 𝑇𝑐1 )]
Gambar 10-8 | Koreksi-faktor plot untuk exchanger dengan satu shell pass dan dua,
empat, atau kelipatan dari melewati tabung.
Gambar 10-9 | Plot faktor koreksi untuk penukar dengan dua lintasan shell dan empat,
delapan, atau kelipatan tabung yang dilewati.

Gambar 10-10 | Koreksi-faktor plot untuk single-pass cross-flow exchanger, kedua


cairan tidak tercampur.
Perbedaan suhu ini disebut log mean temperature difference (LMTD). Dinyatakan
secara verbal, ini adalah perbedaan suhu pada salah satu ujung penukar panas dikurangi
perbedaan suhu di ujung lain dari penukar dibagi dengan logaritma alami dari
perbandingan kedua perbedaan suhu ini. Ini dibiarkan sebagai latihan bagi pembaca
untuk menunjukkan bahwa relasi ini juga dapat digunakan untuk menghitung LMTD
untuk kondisi hambatan.
Derivasi LMTD di atas melibatkan dua asumsi penting: (1) pemanasan spesifik
fluida tidak berbeda dengan suhu, dan (2) koefisien perpindahan panas konveksi konstan
selama penukar panas. Asumsi kedua biasanya lebih serius karena efek masuk, viskositas
cairan, dan perubahan konduktivitas termal, dll. Metode numerik biasanya dipekerjakan
untuk memperbaiki efek ini. Bagian 10-8 menjelaskan salah satu cara untuk melakukan
analisis variabel-sifat.
Jika penukar panas selain jenis pipa ganda digunakan, perpindahan panas dihitung
dengan menggunakan faktor koreksi yang diterapkan pada LMTD untuk pengaturan
pipa ganda berlawanan arah dengan suhu fluida panas dan dingin yang sama.
Persamaan transfer panas kemudian mengambil bentuknya
q = UAF∆Tm [10-13]
Nilai faktor koreksi F menurut Referensi 4 diplot pada Gambar 10-8 sampai 10-11 untuk
beberapa jenis penukar panas. Bila terjadi perubahan fasa, seperti
Gambar 10-10 | Koreksi-faktor plot untuk single-pass cross-flow exchanger, satu cairan
dicampur, yang lainnya tidak tercampur.
pada kondensasi atau pendidihan (penguapan), fluida pada dasarnya tetap pada suhu
konstan dan hubungan disederhanakan. Untuk kondisi ini, P atau R menjadi nol dan kita
dapatkan
F = 1.0 untuk mendidih atau kondensasi

G. BAGIAN-BAGIAN UTAMA HEAT EXCHANGER


Secara umum heat exchanger tersusun dari berbagai bagian atau komponen utama,
adapun bagian-bagian atau komponen utama heat exchanger tersebut adalah:
- Shell
- Tube
- Tube sheet
- Baffle
- Tie Rods
- Peralatan pelengkap (drain, Vent dll)

1. Shell
Shell pada heat exchanger adalah suatu silinder yang dilengkapi dengan inlet dan
outlet nozzle sebagai tempat masuk dan keluarnya fluida. Didalam shell ditempatkan tube
bundle, shell terbuat dari bahan carbon steel dan elloy dengan ketebalan yang cukup,
sehingga kuat menahan beban berat, takanan dan temperatur fluida dll.

2. Tube
Tube adalah bagian atau komponen yang sangat penting dalam proses perpindahan
panas pada suatu heta exchanger.
Ada dua jenis tube yang biasa digunakan pada Heat exchanger yaitu:
- Finned tube yaitu tube yang mempunyai sirip-sirip (fin) pada bagian luar tube
- Bare tube adalah tube dengan permukaan yang rata
Tube dibuat dengan ukuran standart, baik ketebalan, diameter maupun panjang tube.
Ketebalan dan diameter tube di standarisasikan oleh bwg (birmingham Wire Gage),
ketebalan tube ditentukan oleh nomor BWFnya, sedang diameternya sering disebut
nominal diameter yang merupakan outside diameter tube tersebut. Diameter yang biasa
digunakan adalah : ¼” , ½”, 5/8”, ¾”, 7/8”, 1”, 1 ¼”, 1 ½” , dan 2”. Sedangkan panjang
tube mengikuti standart TEMA (Tubular Exchanger manufactures assosiation) yaitu: 8,
10, 12, 16, dan 20 feet.
Panjang tube akan menentukan panjang nominal suatu heat exchanger. Susunan tube
pada heat exchanger mengikuti suatu pola tertentu yang disebut tube oattern atau tube
layout, adapun macam-macam, tube pattern yaitu: Triangular, Rotated Triangular,
Square dan Rotated Square. Tube pattern yang paling banyak dijumpai pada heat
exchanger adalah tringular (segi tiga) dan square (bujur), keuntungan meggunakan
triangular adalah tube dapat dipasang lebih banyak sehinga dapat memindahkan panas
lebih besar, sedang keuntungan menggunakan square adalah memperudah mempermudah
tube.

3. Tube Sheet
Tube sheet adalah tempat untuk merangkai ujung-ujung tube sehingga menjadi satu
yang disebut tube bundle, pada heat exchanger dengan tube lurus umumnya
menggunakan dua buah tube sheet.
Sedangkan pada tube “U” menggunakan satu buah tube sheet, tube sheet disamping
berfungsi untuk menyatukan tube-tube menjadi tube bundle juga dapat berfungsi sebagai
pemisah antara tube side dan shell side.
4. Baffle
Baffle berfungsi sebagai penyangga terhadap tube, menjaga jarak antar tube, menahan
vibrasi yang disebabkan aliran fluida dan mengatur aliran turbulen sehingga perpindahan
panas lebih sempurna.
a. Baffle melintang
 Segmental Baffle
 Dish and Dougtnut Baffle
 Orifice Baffle
b. Baffle memanjang
5. Tie Rods
Tie rods adalah batangan besi yang dipasang sejajar dengan tube dan ditempatkan
dibagian paling luar dari baffle, berfungsi sebagai penyangga agar jarak antara baffle
yang satu denga baffle yang lain tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, C. J. 1997. Transport Processes and Unit Operations. New Delhi: Prentice-
Hall of India.

Holman, J. P., 2010, Heat Transfer, Tenth Edition, McGraw-Hill. USA.


Ken Arnold, P. a. 1989. Surface Production Operation, Vol 2 : Design Of Gas-Handing,
System and Facilities. Houston, Texas: Gulf Publishing Company.

Kern, D.Q. 1965. Process Heat Transfer. New York: McGraw-Hill Book Company.
Shah, R. K and Sekulic,D.P,.1998.Fundamentals of Heat Exchanger Design, John Wiley
& Sons, Inc

Anda mungkin juga menyukai