Anda di halaman 1dari 40

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN ASI DINI (KOLOSTRUM) UNTUK MENCEGAH IKTERUS


NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI BPM ENI SETYO SUSILOWATI, AMBAL
KABUPATEN KEBUMEN

Di ajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan


Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :
PANGESTUTI DWI UTAMI
B1501302

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2018

STIKES Muhammadiyah Gombong


KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN ASI DINI (KOLOSTRUM) UNTUK MENCEGAH IKTERUS
NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI BPM ENI SETYO SUSILOWATI, AMBAL
KABUPATEN KEBUMEN

Di ajukan Untuk Memenuhi Jenjang Pendidikan


Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :
PANGESTUTI DWI UTAMI
B1501302

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2018

i STIKES Muhammadiyah Gombong


ii STIKES Muhammadiyah Gombong
iii STIES Muhammadiyah Gombong
iv STIKES Muhammadiyah Gombong
KARYA TULIS ILMIAH
PEMBERIAN ASI DINI (KOLOSTRUM) UNTUK MENCEGAH IKTERUS
NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR FISIOLOGIS
DI PMB ENI SETYO SUSILOWATI, AMBAL
KABUPATEN KEBUMEN1
Pangestuti Dwi Utami2, Juni Sofiana, M. Keb3

INTISARI

Latar Belakang:Angka Kematian Neonatus yang terjadi di Indonesia masih


sangat tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup, sekitar 57% kematian tersebut
terjadi pada umur di bawah 1 bulan atau saat neonates. Salah satu penyebabnya
Ikterus neoterum apabila ikterus neonaterum atau hiperbilirubinemia tidak di
kelola dengan baik, ini dapat menyebabkan kerusakan otak pada bayi. Kandungan
tinggi sel darah putih dalam kolostrum berfungsi sebagai purpugatif ringan yang
merangsang mortalitas usus utuk mempercepat pengeluaran mekonium sehingga
billirubin dapat terkonjugasi dan menekan kejadian ikterus neonatorum. Tanda
kerusakan otak diawali dengan alergi, layuh dan malas minum. Setelah beberapa
hari akan menjadi opistotonus, tangisan melengking dan kejang hingga
menyebabkan kematian bayi. Tindakan yang relativ murah dan mudah untuk
mencegah ikterus neonatorum adalah pemberian ASI awal segera setelah lahir .
Tujuan: Untuk mengetahui tindakan pemberian ASI awal pada bayi baru lahir
untuk mencegah ikterus neonatorum di PBM Eni Styo Susilowati Ambal,
Kabupaten Kebumen.
Metode: Penelitian ini adalah deskriptif analitik, dengan pendekatan study kasus
(case study), data diperoleh dengan wawancara dan observasi, partisipan adalah 5
bayi baru lahir fisiologis yang memennuhi kriteria inklusi, dan di lakukan
observasi sampai bayi hari ke tujuh.
Hasil :Setelah dilakukan pemberikan ASI dini pada bayi baru lahir, semua
partisipan tidak mengalami Ikterus Nonatorum dan mereka dalam keadan sehat
tidak mengami ikerus dan bayi aktif menyusu.

Kata kunci: Neonatus, ASI dini, Ikterus neonatorum


Kepustakaan: 51 Pustaka (2008-2017)
Jumlah Halaman: xiii+85 Halaman+7 Lampiran

1
Judul
2
Mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
3
Dosen STIKES Muhammadiyah Gombong

v STIKES Muhammadiyah Gombong


SCIENTIFIC PAPER
GIVING EARLY BREASTMILK (COLOSTRUM) TO PREVENT
NEONATAL JAUNDICE OF PHYSIOLOGICAL NEW-BORN BABIES IN
INDEPENDENT MIDWIFERY CLINIC OF MIDWIFE ENI SETYO
SUSILOWATIAMBAL, KEBUMAN1
Pangestuti Dwi Utami2, Juni Sofiana, M. Keb3

ABSTRACT

Background: Neonatal mortality rate in Indonesia is still very high, 34 of 1000


live births and about 57% of mortality rate happens to under 1 month babies or
when neonatus. One of the causes is neonatal jaundice. Unless jaundice
(hyperbillirubinemia) is managed properly, it may damage the baby's brain. High
content of white blood cells in colostrum serves as a mild purposive. Then it will
stimulate intestinal mortality to accelerate the release of meconium. Consequently,
billirubin can be conjugated and the colostrum will suppress the incidence of
neonatal jaundice. Signs of brain damage begin with allergies, lethargy and lazy
drinking. After a few days it will be opistotonus, loud crying, and spasms to cause
babies die. Midwifery care which is relatively cheap and easy to prevent the
neonatal jaundice is giving early breastmilk soon after the birth.
Objective: To know midwifery care of giving early breastmik to physiological
new-born babies in preventing neonatal jaundice in Independent Midwifery Clinic
of Midwife Eni Setyo Susilowati.
Method: The research is an analytical descriptive with a case study approach.
Data were obtained through intervews and observation. The participants were 5
physiological new-born babies.
Result: After being given early breastmilk, all participants had no neonatal
jaundice anymore and they were healthy.

Keywords: Neonatus, early breastmilk, jaundice


Literature: 51 Library (2008-2017)
Number of Pages: xiii + 84 Pages + 7 appendices

1
Title
2
Student of DIII Program of Midwifery Department
3
Lecturer of Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong

vi STIKES Muhammadiyah Gombong


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang senantiasa melimpahkan taufiq dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul ” Pemberian ASI Dini (Kolostrum)
Untuk Mencegah Ikterus Neonatorum Pada Bayi Baru Lahir Fisiologis di BPM
Eni Setyo Susilowati, Ambal Kabupaten Kebumen”. KTI ini disusun sebagai
syarat memperoleh gelar ahli madya kebidanan.
Dalam Penyusunan proposal KTI ini penulis mendapat bimbingan,
dukungan, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Herniyatun, M.Kep.,Sp.Mat, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadiyah Gombong.
2. Eka Novyriana, S.ST.,MPH, selaku Ketua Program Studi Diploma III Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong.
3. Juni Sofiana, S.ST.M.Keb, selaku pembimbing penyusunan karya tulis Ilmiah
(KTI) yang banyak memberikan masukan dan dukungan serta bimbingan
dalam penyusunan KTI.
4. Eni Setyo Susilowati Amd., Keb, selaku pembimbing lahan tempat penelitian
yang nantinya akan di lakukan yang memberi dukungan dan arahan.
5. Orang tua dan Keluarga yang telah memberikan dukungan, motivasi serta do’a
yang tidak henti-hentinya untuk mendo’akan penulis.
6. Teman - teman semua yang telah memberi dukungan serta saran dalam
penyusunan KTI
7. Semua pihak yang telah membantu menyusun KTI ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari dalam penulisan KTI ini masih jauh dari sempurna
maka saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga KTI ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Amin ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Warakhmatullahi Wabarakatuh

Gombong, Agustus 2018

Penulis

vii STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iii
PERNYATAAN ORSINALITAS ................................................................ iv
INTISARI ..................................................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan ................................................................................................. 6
D. Manfaat ............................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Tinjauan Teori ..................................................................................... 9
BAB III HASIL
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 50
B. Partisipan ............................................................................................. 51
C. Tempat danWaktu................................................................................ 52
D. Pengambilan Data ................................................................................ 52
E. Instrument ........................................................................................... 54
F. Etika Penelitian .................................................................................... 56
BAB IV MANAJEMEN KASUS, HASIL, DAN PEMBAHASAN
A. Manajemen Kasus ................................................................................ 58
B. Hasil .................................................................................................... 74
C. Pembahasan ............................................................... ......................... 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.......................................................................................... 82
B. Saran ................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rumus Kreamer ............................. ..................... ............. 24


Tabel 2. Manajmen Kasus Pada Partisipan ke Satu ........... ............. 59
Tabel 3. Manajmen Kasus Pada Partisipan ke Dua ............ ............. 64
Tabel 4. Manajmen Kasus Pada Partisipan ke Tiga ............. ............. 68
Tabel 5. Manajmen Kasus Pada Partisipan Ke Empat......... ............. 72
Tabel 6. Manajmen Kasus Pada Partisipan Ke Lima .......... ............. 77
Tabel 7. Penerapan pemberian ASI dini untuk mencegah ikterus ...... 82
Tabel 8. Hasil penerapan pemberian ASI dini pada BBL .... ............. 83
Table 9. Identifikasi lamanya IMD pada BBL .................... ............. 60

ix STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Batas Derajat Ikterus...................................................... hal 24

x STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Jadwal Penelitian


Lampiran 2: Lembar Informed Consent
Lampiran 3: Standar Prosedur Operasional (SPO)
Lampiran 4: Lembar Observasi
Lampiran 5: Lembar Rekapitulasi
Lampiran 6 : Dokumentasi Penerapan Asuhan
Lampiran 7 : Lembar Konsultasi

xi STIKES Muhammadiyah Gombong


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kematian neonatus sampai saat ini merupakan angka kematian tertinggi,

terdapat dua pertiga dari seluruh kematian bayi terjadi di usia kurang dari 1

bulan. Dari kematian bayi yang berusia kurang dari satu bulan tersebut, dua

pertiganya merupakan kematian bayi dengan usia kurang dari satu minggu,

sedangkan dua pertiga dari jumlah bayi yang meninggal pada usia kurang dari

1 minggu tersebut, meninggal pada 24 jam pertama kehidupan (Kosim, 2012).

Angka kematian neonatus yang terjadi di Indonesia masih sangat tinggi,

yaitu 34 per 1000 kelahiran hidupdansekitar 57% kematian tersebut terjadi

pada umur dibawah 1 bulan atau saat neonatus (Departemen Kesehatan RI,

2009) . Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother

2007 (data tahun 2000-2003). Menurut (Riskesdas, 2010), penyebab

kematiann bayi baru lahir 0-8 hari di Indonesia adalah gangguan pernafasan

(36,9%,), prematuritas (32,4%), sepsis (12%), hipotermi (6,8%), ikterus (

6,6%) dan lain-ain.

Angka kematian neonatal di Jawa Tengah tahun 2015 sebesar 7,2 per

1.000 kelahiran hidup. Kabupaten/kota dengan AKN tertinggi adalah

Grobogan yaitu 13,6 per 1.000 kelahiran hidup, di ikuti Kota Magelang 11,9

per 1.000 kelahiran hidup, dan Temanggung 11,1 per 1.000 kelahiran hidup.

Kabupaten/kotadengan AKN paling rendah adalah Kota Surakarta 2,1 per

1 STIKES Muhammadiyah Gombong


2

1.000 kelahiran hidup, diikuti Magelang 4,7 per 1.000 kelahiran hidup, Jepara

4,7 per 1.000 kelahiran hidup.

Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Rskesdas, 2013), menunjukkan

angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,47%, di

Sumatra Barat 47,3% dengan factor penyebabnya antara lain Asfiksia 51%,

BBLR 42,9%, Sectio Cesaria 18,9%, Prematur 33,3%, kelainan kongenital

2,8%, sepsis 12%.

Berdasarkan penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu dalam

kandungan dan luar kandungan. Kematian bayi dalam kandungan adalah

kematian bayi yang dibawa oleh bayi sejak lahir seperti asfiksia. Sedangkan

kematian bayi luar kandungan atau kematian post neonatal disebabkan oleh

faktor-faktor yang berkaitan dengan pengaruh dari luar (Vivian, 2014).

Salah satu penyebab kematian bayi luar kandungan adalah

hiperbilirubin, dimana hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis

yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu pertama

dalam kehidupannya. Insiden hiperbilirubinemia di Amerika 65%, Malaysia

75%, Indonesia 51,47 % (Putri, 2014).

Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana terjadi peningkatan kadar

bilirubin dalamdarah >5mg/dL, yang secara klinis ditandai adanya ikterus,

dengan factor penyebab fisiologis dan non fisiologis (Sukadi, 2008).

Ikterus apabila tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan kerusakan

pada otak bayi. Tanda kerusakan otak diawali dengan alregi, layuh dan malas

minum, setelah beberapa hari akan menjadi opistotonus, tangisan melengking

STIKES Muhammadiyah Gombong


3

dan dapat kejang kemudian dapat menyebabkan kematian bayi

(Prawirohardjo, 2009).

Menurut (Gusliham, 2009), menyebutkan penanganan ikterus pada bayi

diantaranya yaitu dengan memberikan ASI yang cukup 8 sampai 12 kali

sehari, sinar matahari dapat membantu memecah billirubin sehingga lebih

mudah diproses oleh hati, tempatkan bayi dekat dengan jendela terbuka untuk

mendapatkan matahari pagi antara jam 7 sampai jam 8 pagi agar bayi tidak

kepanasan, atur posisi kepala agar wajah tidak menghadap matahari langsung,

lakaukan penyinaran selama 30 menit, 15 menit terlentang dan 15 menit

tengkurap, usahakan kontak sinar dengan kulit seluas mungkin, oleh karena itu

bayi tidak memakai pakaian atau terlanjang tetapi hati-hati jangan sampai

kedinginan.

Salah satu program pelayanan kesehatan neonatal adalah pemantauan

kejadian ikterus neonatorum. Fokus tindakan pada program ini adalah

melakukan deteksi dini dengan melihat munculnya warna kuning pada kulit

bayi dan mendorong untuk terus memberikkan ASI ((MTBS), Buku Bagan

Manajemen Terpadu Balita Sakit, 2008)

Ikterus neonatorum atau biasa dikenal dengan bayi kuning adalah suatu

kondisi dimana terjadinya warna kuning kulit dan sklera pada bayi baru lahir,

akibat penumpukan bilirubin pada kulit dan membran mukosa. Hal ini

berhubungan dengan peningkatan level bilirubin pada sirkulasi atau suatu

kondisi yang di kenal dengan nama hiperbilirubinemia (Excellence, National

Institute for Health and Clinical, 2010).

STIKES Muhammadiyah Gombong


4

Terjadinya kuning pada bayi baru lahir, merupakan keadaan yang relatif

tidak berbahaya, tetapi pada kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik

dan berbahaya terhadap sistim saraf pusat bayi. Hiperbilirubin dengan

konsentrasi bilirubin yang tinggi, yang serumnya mungkin menjurus kearah

terjadinya kern ikterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Kern ikterus

adalah ensefalopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan

dengan hiperbilirubin berat (bilirubin indirek lebih dari 20 mg%), disertai

penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada

otak (Alkhadar, 2010).

Beberapa tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk

meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah

satunya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir. Hal ini

didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa

sebanyak 30.000 kematian bayi di indonesia dan 10 juta kematian anak balita

di dunia pada tiap tahunnya bisa dicegah melalui pemberian ASI secara

eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya tanpa harus

memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi (UNICEF, 2013).

Hasil dari penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya menyatakan

kejadiaan ikterus neonatorum lebih tinggi pada kelompok yang tidak

mendapaytan IMD (Inisiasi Menysu Dini). Terdapat huungan pemberian IMD

dengan kejadian ikerus neonatorum.

Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan intervensi yang paling efektif

dan murah untuk mencegah kematian anak. Anak-anak yang mendapat ASI

STIKES Muhammadiyah Gombong


5

eksklusif 14 kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam enambulan

pertama kehidupan dibandingkan anak yang tidak diberikan ASI. Mulai

menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi risiko kematian

baru lahir hingga 45%. Meskipun manfaat-manfaat dari ASI eksklusif telah

direkomendasikan di seluruh dunia, namun hanya 39% bayi dibawah enam

bulan di seluruh dunia mendapatkan ASI eksklusif pada tahun 2012. Angka

global ini hanya meningkat dengan sangat perlahan selama beberapa decade

terakhir (UNICEF, 2013).

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi dan memiliki keseimbangan

nutrisi yang tepat, tersedia secara biologis, mudah di cerna, melindungi bayi

dari penyakit dan memiliki sifat anti-inflamasi (Mihrashahi S, 2008). ASI

mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi, pemberian ASI

secara optimal dapat mencegah 1,4 juta kematian balita di seluruh dunia setiap

tahunnya (Merkuria, 2015).

Pemberian ASI dini yang tidak memadai dikaitkan dengan pengurangan

kalori, penurunan berat badan yang berlebihan dan peningkatan bilirubin

serum yang tinggi dalam hari pertama kehidupan. Kurangnya asupan kalori

meningkatkan sirkulasi enterophepatik dan mekanisme menyusui yang

memadai di perkirakan mengurangi intensitas kenaikan bilirubin di kehidupan

awal adalah karena pengeluaran mekonium dari saluran pencernaan sehingga

mencegah resirkulasi bilirubin dari saluran pencernaan melalui portal system

ke sirkulasi sistemik (Maya, 2017).

STIKES Muhammadiyah Gombong


6

Data yang diperoleh di BPM Eni Setyo Susilowati Ambal, angka

kejadian ikterus neonatorum pada 3 bulan terahir sebanyak 5 kasus yang

terjadi akibat beberapa faktor penyebab salah satunya yaitu karena ASI ibu

yang tidak keluar, pemberian ASI tidak adekuat ataupun karena kelainan

bawaan atau karena proses persalinan. Kejadian ikterus fisiologis sebanyak 3

kejadian yang terjadi pada ibu dengan primipara yang disebabkan pengeluaran

ASI yang terlambat dan tidak adekuat dalam pemberiannya. Sedangkan

kejadian ikterus patologis sebanyak 2 kasus yang disebabkan karena

persalinan secara Seksio Cesarea dan karena keadaan ibu yang lemah.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

berjudul penerapan ASI dini terhadap pencegahan ikterus neonatorum pada

bayi baru lahir.

B. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melakukan penerapan ASI sedini mungkin pada Bayi

Baru Lahir untuk mencegah ikterus neonatorum.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian ikterus neonatorum pada Bayi Baru Lahir

dengan pemberian ASI sedini mungkin (Kolostrum).

b. Mengidentifikasi lama bayi di lakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

STIKES Muhammadiyah Gombong


7

C. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi Peneliti

1) Mengembangkan pengetahuan peneliti dalam mengaplikasikan

pengetahuan peneliti dalam mengaplikasikan pengetahuan tentang

metode penelitian berdasarkan fenomena yang ada dalam

masyarakat.

b. Bagi Institusi

Sebagai bahan tambahan untuk pengetahuan dan informasi di bidang

ilmu pengetahuan dan informasi di bidang ilmu kebidanan tentang

pemberian ASI Sedini mungkin untuk mencegah ikterus neonatorum

pada Bayi Baru Lahir.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Tempat Penelitian

1) Dapat digunakan sebagai referensi dalam meningkatkan pelayanan

pada Bayi Baru Lahir sebagai upaya mengurangi angka kejadian

ikterus neonatorum.

2) Mengetahui pengaruh pemberian ASI dini (Kolostrum) terhadap

Bayi Baru lahir.

b. Bagi Responden

Dapat meningkatkan pengetahuan ibu mengenai pentingnya

memberikan ASI sedini mungkin pada bayinya selain memenuhi

nutrisi juga sangat banyak manfaatnya yang salah satunya adalah

STIKES Muhammadiyah Gombong


8

mencegah ikterus neonatorum atau penyakit kuning pada bayi baru

lahir.

c. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan kepada

bidan dan tenaga kesehatan lain bahwa pemberian ASI sedini mungkin

dapat digunakan sebagai upaya pencegahan ikterus neonatorum pada

Bayi Baru Lahir.

STIKES Muhammadiyah Gombong


DAFATAR PUSTAKA

Alkhadar. (2010). Koreasi niai APGAR menit kelima dengan kadar transminase
serum pada bayi baru lahir .

Astutik., R. Y. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Bahiyatun. (2009). Buku Aja Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Bahiyatun, M. (2009). Buku ajar Asuhan Kbidanan Nifas Normal. Jakarta:


EGGC.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:


Deartemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dewi. (2010). Asuhan Neonatus bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.

Dewi, V. N. (2011). Asuhan Neeonatus Bayidan anak Balita. Jakarta: Salemba


Medika.

Excellence, National Institute for Health and Clinical. (2010). Neonatall Jaundice.

Gusliham. (2009). Dasa Tjipta kuning pada bayi baru lahir. medan.

Hidayat, A. (2010). Metode enelitian Kesehatan Pradigma Kuantitatif. Jakarta:


Heats Book.

IDAI. (2008). Bedah ASI. Jakata: Balai Penerbit FKUI.

Idrus. (2009). Metode penelitian Ilmu Sosial. Yogykarta: PT Gelora Aksara


Pratama.

Karyuni. (2009). Asuhan Kebidanann Neonatusbayi dann Anak Balita. Jakarta:


Salemba medika.

Kemenkes RI. (2010). Panduaan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Berbassis Perlindungan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Kementrian Kesehatan RI. (2010). Panduan Pelayanan Kesehatan Bay Baru


Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.

Kosim, M. S. (2012). Buku Ajar Neonatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia.


Jakarta.

STIKES Muhammadiyah Gombong


Lavanya. (2011). Predictors of significant jaundice in late preterm infants. Indian
Pediatrics.

Marmi. (2015). Asuan Neonatus bayi daan Anak Prasekolah. Yogyakatra: Pustaka
pelajaar.

Maryunani, A. (2010). Ilmu keshatan anak. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Maya, H. Y. (2017). Pengauh Pembrian ASI awal terhadap Kejadian Ikrus


Neonatorum Paa bayi Baru lahir. Pengauh Pembrian ASI awal terhadap
Kejadian Ikrus Neonatorum Paa bayi Baru lahir, 3.

Merkuria. (2015). Exclusive breasfeeding and associated factors ammong mother


in Debre Maros. Exclusive breasfeeding and associated factors ammong
mother in Debre Maros, eutopia.

(MTBS), Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit. (2008). Buku Bagan
Manajemen Terpadu Balita Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Muslihatum, N. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Baita. Yogyakarta:


Fitramaya.

Notoatmodjo. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan.


jakarta: Salemba Medika.

Perinasia. (2011). Bahan bacaan Manajemen Laktasi. Jakarta.

Prawirohardjo. (2009). Buku Acuan Pelayanan esehatan Maternal dan Neonatal.


Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

Proverawati. (2010). Kapita dan Selakta ASI dan Menyusui. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Purwanti. (2009). Konsep penerapan ASI ekskuif Buku saku Unttuk Bidan.
Yogyakarta : Nuha Medika.

Putri, M. D. (2014). Faktor biilliubin pada neonatus.

Ramos. (2017). Kesehatan Ibu dan Bayi Baru lahir. Jakarta: Erlangga.

Ridha. (2014). Buku Ajar Keperwatan Anak. Yoggyakkarta: Pustaka Pelajar.

Riordan. (2010). Breasfeeding and human lactation. Yogyakarta.

STIKES Muhammadiyah Gombong


Riskesdas. (2010). Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Keehatan
Kementrian Kesehatan RI.

Roseli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI eksklusif. Jakarta: Pustaka
Bunda.

Rskesdas. (2013). Laporan Hasil riset kesetan dasar (Rskedas) nasionl . 2013:
Kementrian Kesehatan RI.

Saifudin. (2009). Panduan prakts Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal .


Jakarea: EGC.

Saleha, S. (2009). asuan Kebidnan Pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Sugiyono. (2009). Metode Peneitian Kuanntitatif , kualtatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sukadi. (2008). Buku Ajar Neonatologi. jakrta.

Sunar. (2009). Buku pintar ASI eksklusif. Jogjakarta: DIVA press.

Swarjana. (2015). Metodologi penelitian kesehatan. Ygyakarta: Andi offset.

UNICEF. (2013). ASI adalah penyelamathidu paling murah dan efektif di dunia.
Jakarta.

Varney (2008). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Vivian. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta: Salemba
Medika.

Vivian. (2014). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidana. Jakarta: Salemba Medika.

Widuri, H. (2013). Cara mengelola ASI eksklusif bagi ibu bekerja. Yogyakarta:
Gosy Publising.

Wong. (2009). Buku ajar keeperawatan pedriatik. Jakarta: EGC.

STIKES Muhammadiyah Gombong


LAMPIRAN
JADWAL PENELITIAN

NO REALISASI JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS


KONSULTASI
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi
Judul
2 BAB 1
3 BAB II
4 BAB III
5 ACC Proposal
6 Ujian proposal
7 ACC Proposal
Post Sidang
8 Penerapan
9 Konsultasi
Hasil
10 ACC Hasil
11 Ujian Hasil
12 Refisi Post
Ujian Hasil
13 ACC KTI post
sidang
INISIASI MENYUSU DINI

Nomor Dokumen Nomer Revisi Halaman

PENGER Prinsip pemberian ASI adalah di mulai sedini mungkin, eksklusif selama 6
TIAN bulan di teruskan sampai 2 tahun dengan makanan pendamping ASI.
TUJUAN a. Meningkatkan ikatan kasih saying (ASIH)
b. Memberikan nutriasi terbaik (ASUH)
c. Melatih reflex dan motoric bayi (ASAH)
KEBIJAK Bayi Baru Lahir yang memiliki kriteria inklusi :
AN a. Bayi baru lahir fisiologis

b. Bayi yang di beri ASI awal

c. Bayi yang hanya mendapat susui bidan tidak di beri makanan atau

minuman tambahan apapun

PETUGA Bidan
S
PERALA Lembar Observasi
TAN
PERSIAP a. Inform concent dengan ibu dan keluarga tentang pemberian ASI awal
AN pada bayi baru lahir
PASIEN b. Menyiapkan kondisi ibu dan bayi baru lahir, bayi dipastikan kering dan
tidak kedinginan
CARA Penatalaksanaan :
KERJA
1. Langkah 1: lahirkan lakukan penilaian pada bayi, keringkan: saat bayi
lahir catat waktu kelahiran
a. Sambil meletakan bayi di perut ibu, ibu melakukan penilaian apakah
bayi perlu resusuitasi atau tidak
b. Jika stabil baik tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi,
mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut
tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu
menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah di keringkan,
selimut bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum
tali pusat di klen.
c. Hindari mengeringkan punggung tangan bayi, bau cairan amnion
pada tangan bayi membantu bayi mencari putting ibunya yang
berbau sama.
d. Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus
(hamil tunggal) kemudian suntikan oxytosin 10 IU intramuskuler.
2. Langkah II: lakukan kontak kulit dengan kulit bayi selama paling
sedikit 1 jam
a. Setelah tal pusat di potong dan di ikat, letakan bayi tengkurep di
dada ibu. Luruskan bahu sehingga bayi menempel bayi di dada ibu.
Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tetapi lebih rendah
dari putting.
b. Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan topi kepala bayi.
c. Lakukan kontak kulit bayi kekulit ibu di dada ibu paling sedikit 1
jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai anaknya, jik perlu
letakan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak
visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu
d. Selama kontak kulit bayi kekulit ibu tersebut, lakukan manajmen
aktif kala III persalinan.
3. Biarkan bayi mencari dan menemukan putting ibu dan mulai menyusu
a. Biarkan bayi mencari, menemukan putting ibu dan mulai menyusu.
b. Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu
misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara yang
lain. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit.
Bayi cukup menyusu dari satupa yudara. Sebagian besar bayi akan
berhasil menemukan putting ibu dalam waktu 30-60 menit tapi tetap
biarkan kontak kulit bayi dengan ibu setidaknya 1 jam walaupun
bayi sudah menemukan putting kurang dari 1 jam.

REFERE JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. 2008


NSI
Responden Ke Empat

Anda mungkin juga menyukai