Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Auditing II

“Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Substantif


Terhadap Saldo Piutang Usaha”

Disusun oleh :

Nama : 1. Ani Susanti (1.22.17.0013)


2. Elsa Agustini (1.22.17.00)
Jurusan : Akuntansi

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS AKI SEMARANG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemampuan
kepada kami untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Audit Terhadap Siklus
Pendapatan : Pengujian Substantif Terhadap Saldo Piutang Usaha” dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Auditing II,
disamping itu kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari pembaca sehingga dalam
pembuatan makalah lainnya menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.

Semarang, 16 September 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................... i

DAFTAR ISI ……………………………………………………….. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................ 1

A. Latar Belakang ........................................................... 1


B. Rumusan Masalah ...................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................... 1
D. Manfaat ...................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................................. 3

A. Pengertian piutang usaha dan nonusaha ..................... 3


B. PABU dalam penyajian piutang usaha ....................... 4
C. Tujuan dari pengujian substantive .............................. 5
D. Prosedur dalam tahapan............................................... 7

BAB III PENUTUP ....................................................................... 12

A. Kesimpulan ............................................................... 12
B. Saran ......................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 13


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Audit terhadap siklus pendapatan mencakup dua pendekatan, yaitu pengujian
kepatuhan dan pengujian substansi. Pengujian kepatuhan bertujuan untuk memahami
struktur pengendalian intern terhadapsiklus penjualan, yang selanjutnya digunakan sebagai
dasar pengujian substansi. Pengujian substansi dimaksudkan untuk melakukan verifikasi
terhadap kelavakan jumlah rupiah serta kesesuaian penyajiannya dengan prinsip akuntansi
yang diterapkan di Indonesia. Kedua pendekatan ini sangat berbeda dalam
implementasinya, sehingga program audit untuk yang kedua pendekatan tersebut juga
sangat berbeda.
Sebelum membahas lebih lanjut siklus pendaptan ini, terlebih dahulu perlu dijelaskan
pengertian pendapatan dan penghasilan. Pendapatan merupakan terjemahan dari istilah
revenue yang merupakan pendekatan gross sedangkan penghasilan merupakan
penerjemahan istilah income yang merupakan pendekatan netto. Sehingga dengan
pengertian peristilahan tersebut istilah revenue cycle diterjemahkan dengan siklus
pendapatan.
Dalam pembahasan ini, system penjualan tidak dibahas mengingat keterbatasan runag
lingkup pembahasan. Dengan demikian kami disini akan membahas salah satu aspek
mengenai piutang usaha, yaitu Audit Terhadap Siklus Pendapatan : Pengujian Substantif
Terhadap Saldo Piutang Usaha.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan di atas, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan piutang usaha dan piutang nonusaha?
2. Apa saja PABU dalam penyajian piutang usaha di neraca?
3. Apa saja tujuan dari pengujian substantif terhadap piutang usaha?
4. Apa saja prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian substantif terhadap
piutang usaha?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Menjelaskan mengenai piutang usaha dan piutang nonusaha.
2. Memaparkan PABU dalam penyajian piutang usaha di neraca.
3. Memaparkan tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha.
4. Menjelaskan prosedur-prosedur dalam tahapan program pengujian substantif terhadap
piutang usaha.
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu:
1. Bagi Penulis. Memenuhi tugas dari mata kuliah Auditing II dan mendapatkan nilai yang
memuaskan dari tugas makalah ini, serta menambah wawasan baru.
2. Bagi Pembaca. Menambah wawasan, referensi, dan informasi bagi pembaca agar
mengetahui lebih lanjut mengenai permasalahan audit yang kita bahas dalam
pembahasan ini.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Piutang Usaha dan Nonusaha


Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang dan jasa yang dapat
diterima dalam jangka waktu satu tahun atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan.
Piutang umumnya dibagi dalam dua kelompok:
1. Piutang usaha
Piutang usaha adalah piutang yang timbul dari transaksi penjualan barang atau jasa
dalam kegiatan normal perusahaan. Piutang usaha ini umumnya merupakan jumlah
yang material di neraca bila dibandingkan dengan piutang nonusaha.
Contoh transaksi yang mempengaruhi piutang usaha:
a. Transaksi penjualan kredit barang dan jasa kepada customer.
Perusahaan Sadewa menjual barang dagang secara kredit kepada toko Melati
sebesar Rp 400.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Piutang Usaha Rp 400.000,00
Pendapatan penjualan Rp 400.000,00
b. Transaksi retur penjualan
Pada tanggal 1 oktober, CV Prakasa melakukan transaksi penrimaan kembali dari
Toko Alona seharga Rp 900.000,00 dikarenakan brang yang diterima dalam
keadaan rusak. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Retur Penjualan Rp 900.000,00
Piutang Usaha Rp 900.000,00
c. Transaksi penerimaan kas dari debitur
Pada tanggal 6 Oktober, diterima pelunasan piutang dari Toko Mutiara sebesar Rp
1.200.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah:
Kas Rp 1.200.000,00
Piutang Usaha Rp 1.200.000,00
d. Transaksi Penghapusan Piutang
Pada tanggal 8 Oktober 2013, dihapuskan piutang sebesar Rp 1.500.000,00. Jurnal
untuk mencatat transaksi ini adalah:
Cadangan Kerugian Piutang Rp 1.500.000,00
Piutang Usaha Rp 1.500.000,00
2. Piutang non usaha
Piutang nonusaha timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak
luar, seperti misalnya piutang kepada karyawan, piutang penjuala saham, piutang klaim
asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga.
B. Prinsip Akuntansi Berterima Umum dalam Penyajian Piutang Usaha di Neraca
Prinsip Akuntansi Berterima Umum Dalam Penyajian Piutang Usaha di Necara.
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu diketahui lebih dahulu
prinsip akuntansi berterima umum dalam penyajian piutang usaha di neraca berikut ini:
1. Piutang usaha harus disajikan di neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih
dari debitur pada tanggal neraca. Piutang usaha disajikan di neraca dalam jumlah bruto
dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang usaha, harus
dicantumkan pengungkapannya di negara bahwa saldo piutang usaha tersebut adalah
jumlah bersih (neto).
3. Jika piutang usaha bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di
neraca.
4. Piutang usaha yang bersaldo kredit pada tanggal neraca harus disajikan dalam
kelompok utang lancar.
5. Jika jumlahnya material, piutang non usaha harus disajikan terpisah dari piutang usaha.
C. Tujuan Pengujian Substantif terhadap Piutang Usaha
Tujuan pengujian substantif terhadap piutang usaha adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
piutang. Sebelum auditor melakukan pengujian mengenai kewajaran saldo piutang
yang dicantumkan di negara, ia harus memperoleh keyakinan mengenai ketelitian dan
keandalan catatan akuntansi yang mendukung informasi piutang yang disajikan di
neraca. Untuk itu auditor melakukan rekonsiliasi antara saldo piutang yang
dicantumkan di neraca dengan akun piutang di dalam buku besar.
2. Membuktikan asersi keberadaan atau keterjadian piutang usaha yang dicantumkan di
neraca. Dalam pengujian substantif terhadap aktiva pada umumnya, pengujian
ditujukan untuk membuktikan apakah aktiva yang dicantumkan di neraca sesuai dengan
aktiva yang sesungguhnya ada dan berasal dari transaksi yang benar-benar terjadi.
Untuk membuktikannya auditor melakukan berbagai pengujian substantif berikut ini:
a. Pengujian analitik.
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
c. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
d. Konfirmasi piutang usaha.
3. Membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha yang dicantumkan di neraca. Untuk
membuktikan bahwa piutang usaha yang dicantumkan di neraca mencakup semua
klaim klien kepada debitur pada tanggal neraca dan mencakup semua transaksi yang
berkaitan dengan piutang usaha dalam tahun yang diaudit. Auditor melakukan berbagai
pengujian substantif berikut ini:
a. Pengujian analitik.
b. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
c. Pemeriksaan pisah batas transaksi yang berkaitan dengan piutang.
d. Konfirmasi piutang usaha.
Salah satu pengujian substantif untuk membuktikan asersi kelengkapan piutang usaha
adalah pemeriksaan terhadap ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
piutang usaha.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas piutang yang dicantumkan di neraca.
Piutang usaha yang ada pada tanggal neraca belum tentu merupakan hak milik klien,
karena piutang tersebut telah dijual kepada perusahaan penagih atau digadaikan sebagai
jaminan penarikan utang. Auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
a. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
b. Konfirmasi piutang usaha.
5. Membuktikan asersi penilaian piutang usaha yang dicantumkan di neraca seperti
tersebut dalam prinsip akuntansi berterima umum, piutang usaha harus disajikan di
neraca pada nilai bersih yang dapat direalisasikan pada tanggal neraca atau dengan kata
lain sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca..
auditor melakukan pengujian substantif berikut ini:
a. Prosedur audit awal.
b. Pengujian anlitik.
c. Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan piutang usaha.
d. Konfirmasi piutang usaha.
e. Penilaian terahadap kecakupan akun Cadangan Kerugian Piutang.
f. Pembandingan penyajian piutang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan piutang usaha di neraca. Penyajian
dan pengungkapan unsur-unsur laporan keuangan yang harus didasarkan pada prinsip
akuntansi berterima umum. Pengujian substantif terhadap piutang usaha diarahkan
untuk mencapai salah satu tujuan membuktikan apakah unsur piutang usaha telah
disajikan dan diungkapkan oleh klien di neracanya sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum.
D. Prosedur-prosedur dalam Tahapan Program Pengujian Substantif terhadap Piutang Usaha
1. Prosedur audit awal
Sebelum membuktikan apakah saldo piutang yang dicantumkan oleh klien dalam
neracanya sesuai dengan saldo piutang usaha yang benar-benar ada pada tanggal
neraca, auditor menempuh prosedur audit awal dengan cara melakukan rekonsiliasi
antara informasi piutang usaha yang dicantumkan di neraca dengan catatan akuntansi
yang mendukungnya. Oleh karena itu, auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini
dalam melakukan rekonsiliasi informasi piutang usaha di neraca dengan catatan
akuntansi yang bersangkutan:
1. Usut saldo piutang usaha yang tercantum di neraca ke saldo akun piutang usaha
yang bersangkutan di dalam buku besar. Untuk memperoelh keyakinan bahwa saldo
piutang yang tercantum di neraca di dukung dengan catatan akuntansi yang andal
kebenaran mekanisme pencatatannya, maka saldo piutang yang dicantumkan di
neraca di usut ke akun buku besar berikut ini:
1) Piutang Usaha
2) Piutang NonUsaha
3) Cadangan Kerugian Piutang
4) Hitung kembali saldo akun piutang di dalam buku besar. Untuk memperoleh
keyakinan mengenai ketelitian perhitungan saldo akun piutang usaha, auditor
menghitung kembali saldo akun piutang dengan cara menambah saldo awal
dengan jumlah pendebetan dan menguranginya dengan jumlah pengkreditan
akun tersebut.
5) Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting
dalam akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha. akan
didapat keterangan dalam transaksi penjualan kredit dan transaksi yang
mengurangi piutang usaha dapat di temukan melalui review atas mutasi luar
biasa baik dalam jumlah maupun sumber posting dalam akun piutang usaha dan
akun Cadangan Kerugian Piutang.
6) Usut saldo awal akun piutang usaha dan akun cadangan kerugian piutang usaha
ke kertas kerja tahun lalu. Sebelum auditor melakukan pengujian terhadap
transaksi rinci yang menyangkut akun piutang usaha dan cadangan kerugian
piutang, ia perlu memperoleh keyakinan atas kebenaran saldo awal kedua akun
tersebut.
7) Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun piutang ke dalam jurnal yang
bersangkutan. Penerbitan di dalam akun piutang usaha diusut ke jurnal
penjualan dan pengkreditan ke akun tersebut di usut ke jurnal penerimaan kas
dan jurnal umum.
8) Lakukan rekonsiliasi akan kontrol piutang di dalam buku besar ke buku
pembantu piutang yang bersangkutan. Saldo akan kontrol piutang usaha di
dalam buku besar tersebut kemudian dicocokkan dengan jumlah saldo akun
pembantu piutang usaha untuk memperoleh keyakinan bahwa catatan akuntansi
klien yang bersangkutan dengan piutang usaha dapat dipercaya ketelitiannya.
2. Prosedur Analitik
Pada tahap awal pengujian subtantif terhadap piutang usaha, pengujian analitik
dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami bisnis klien dan dalam
menemukan bidang yang memerlukan audit lebih intensif. Untuk itu, auditor
melakukan perhitungan berbagai ratio berikut ini:
1) Ratio Formula adalah Tingkat perputaran piutang usaha Pendapatan penjualan
bersih : Rerata piutang usaha.
2) Ratio piutang usaha dengan aktiva lancar Saldo piutang usaha : Aktiva lancer.
3) Rate of return on net sales Laba bersih : Pendapatan penjualan bersih.
4) Ratio kerugian piutang usaha dengan Kerugian piutang usaha : Pendapatan
penjualan bersih.
5) Ratio kerugian piutang usaha Kerugian piutang usaha : Piutang dengan piutang
usaha yang sesungguhnya tidak tertagih.
6) Ratio yang telah dihitung tersebut kemudian dibandingkan dengan harapan
auditor, misalnya ratio tahun lalu, rerata ratio industri atau ratio yang
dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan:
(1) Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa,
(2) Perubahan akuntansi,
(3) Perubahan usaha,
(4) Fluktuasi acak, atau
(5) salah saji.
3. Prosedur Audit Terhadap Transaksi Rinci
Keandalan saldo piutang usaha sangat ditentukan oleh keterjadian transaksi berikut
ini yang didebit dan dikreditkan ke dalam akun piutang usaha:
a. Transaksi penjualan kredit
b. Transaksi retur penjualan
c. Transaksi penghapusan piutang usaha
d. Transaksi penerimaan kas dari piutang usaha
Di samping itu, keandalan saldo akun piutang usaha ditentukan pula oleh ketepatan
pisah batas yang digunakan untuk mencatat berbagai transaksi tersebut di atas. Oleh
karena itu, auditor melakukan pengujian subtantif terhadap transaksi rinci yang
mendebit dan mengkredit akun piutang usaha dan pengujian pisah batas yang
digunakan untuk mencatat transaksi yang berkaitan dengan akun tersebut.
1) Periksa sampel transaksi yang tercatat dalam akun piutang usaha ke dokumen
yang mendukung timbulnya transaksi tersebut. Prosedur audit ini dimulai oleh
auditor dari buku pembantu piutang usaha.
a) Periksa pendebetan akun piutang ke dokumen pendukung : Faktor
penjualan, laporan pengiriman barang dan order penjualan.
b) Periksa pengkreditan akun piutang ke dokumen pendukung : bukti kas
masuk, memo kredit untuk retur penjualan atau penghapusan piutang.
2) Lakukan verifikasi pisah batas (cut of) transaksi penjualan dan retur penjualan.
Verifikasi pisah batas dimaksudkan untuk membuktikan apakah klien
menggunakan pisah batas yang konsisten dalam memperhitungkan transaksi
penjualan yang termasuk dalam tahun yang diaudit dibanding dengan tahun
sebelumnya.
a) Periksa dokumen yang mendukung timbulnya piutang usaha dalam minggu
terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal neraca.
b) Periksa dokumen yang mendukung berkurangnya piutang usaha dalam
minggu terakhir tahun yang diaudit dan minggu pertama setelah tanggal
necara.
3) Lakukan verifikasi pisah batas (cut off) transaksi penerimaan kas. Untuk
membuktikan ketepatan pisah batas transaksi penerimaan kas, auditor
melakukan observasi terhadap semua kas yang diterima pada hari terahir tahun
yang diaudit untuk membuktikan apakah penerimaan kas tersebut telah
dimasukan kedalam kas dalam tahun berikutnya tidak dimasukkan sebagai
penerimaan kas tahun yang diaudit.
4. Prosedur Audit Terhadap Saldo Akun Rinci
Pengujian terhadap saldo akun rinci dalam siklus pendapatan difokuskan ke saldo
piutang usaha dan akan penilainya. Tujuan pengujian saldo akun piutang usaha rinci
adalah memverifikasi keberadaan, kelengkapan, hak kepemilikan dan penilaian atas
piutang usaha yang dicantumkan di neraca.
a. Lakukan konfirmasi piutang pada 3 tahap yang harus ditempuh oleh auditor
dalam mengirimkan surat konfirmasi kepada debitur.
1) Tentukan metode, saat dan luas konfirmasi yang akan dilaksanakan.
Tedapat dua metode konfirmasi piutang yang dapat digunakan oleh auditor.
(1) metode konfirmasi positif dan (2) metode konfirmasi negatif.
2) Pilih debitur yang akan dikirimi surat informasi. Metode konfirmasi positif
umumnya digunakan jika auditor menghadapi situasi : saldo piutang klien
kepada debitur secara individual berjumlah besar dan auditor mempunyai
dugaan bahwa terdapat banyak akun piutang usaha yang disengketakan
antara klien dengan debiturnya atau terdapat ketidaktelitian atau kecurangan
saldo akun piutang usaha. Sedangkan metode konfirmasi negatif umumnya
digunakan oleh auditor jika pengendalian intern terhadap piutang usaha
dinilai baik oleh auditor.
3) Kirimkan surat konfirmasi. Prosedur pengiriman surat konfirmasi kepada
debitur dan penerimaan jawaban surat konfirmasi, yaitu : (1) Auditor
meminta klien untuk mengirim surat konfirmasi kepada debitur. (2) Klien
mengirim surat konfirmasi kepada debitur. (3) Debitur mengirim langsung
jawaban atas surat konfirmasi kepada debitur.
b. Lakukan evaluasi terhadap kecukupan cadangan kerugian piutang usaha yang
dibuat oleh klien. Menurut prinsip akuntansi berterima umum, piutang usaha
disajikan dalam neraca pada nilai bersih yang dapat ditagih dari debitur pada
tanggal neraca. Oleh karena itu, verifikasi penilaian dimaksudkan untuk menilai
kewajaran penentuan jumlah cadangan kerugian piutang usaha yang dibentuk
oleh klien pada tanggal neraca.
5. Penyajian dan Pengungkapan Akun dalam Laporan Keuangan
Piutang usaha harus disajikan dalam neraca sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum. Auditor membandingkan penyajian dan pengungkapan piutang
usaha yang disajikan klien dalam neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Prosedur audit terhadap penyajian dan pengungkapan piutang usaha adalah : (1)
memerika klasifikasi piutang kedalam kelompok aktiva lancar dan aktiva tidak
lancar, (2) memeriksa klasifikasi piutang kedalam kelompok piutang usaha dan
piutang non usaha, (3) menentukan kecukupan pengungkapan dan akuntansi untuk
transaksi antar pihak yang memiliki hubungan istimewa.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengujian substantive terhadap saldo piutang usaha ditunjukkan untuk memperoleh
keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan piutang usaha.
Membuktikan keberadaan piutang usaha dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
piutang usaha yang dicantumkan dineraca. Membuktikan kelengkapan transaksi yang
dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo piutang usaha yang dicantumkan
dineraca. Membuktikan hak kepemilikan klien atas piutang usaha yang dicantumkan
dineraca. Membuktikan kewajaran penilaian piutang usaha yang dicantumkan dineraca.
B. Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan
kita semua tentang auditing. Khususnya tentang Audit Terhadap Siklus Pendapatan :
Pengujian Pengendalian.
Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/iamrabka/makalah-audit-terhadap-siklus-pendapatan-pengujian-
substantif-terhadap-saldo-piutang-usaha

http://piyoahmad.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai