Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH SINDROM NEFROTIK

OLEH :

NAMA : AHMAD ADY AKBAR

NIM : 17.993

PROGRAM STUDY DIII KEPERAWATAN

PEMERINTAH KABUPATEN WAJO

TAHUN AJARAN 2018 / 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Salam
serta salawat tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad SAW, seorang nabi yang telah membawa kita dari jaman kegelapan
menuju jaman yang terang benderang seperti yang kita rasakan sepertti saat-saat
sekarang ini. Saya menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan
pengalaman yang saya miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah
membantu saya dengan menyediakan sumber informasi, memberikan masukan
pemikiran, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi saya dan orang banyak supaya mengetahui apa-apa yang
ada dalam pelajaran tentang SINDROM NEFROTIK.

Sengkang, 21 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ................................................................................................... 2

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4


B. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 6

A. Konsep dasar medik ..................................................................................... 6


1. Pengertian sindrom nefrotik ............................................................. 6
2. Etiologi sindrom nefrotik ................................................................. 6
3. Insiden sindrom nefrotik .................................................................. 7
4. Patofisiologi sindrom nefrotik ......................................................... 8
5. Manifestasi klinik sindrom nefrotik ................................................. 8
6. Pemeriksaan diagnostik sindrom nefrotik ........................................ 9
7. Penatalaksanaan medik sindrom nefrotik......................................... 10
B. Konsep dasar keperawatan ........................................................................... 10
1. Pengkajian ........................................................................................ 10
2. Penyimpangan KDM ........................................................................ 11
3. Diagnosa........................................................................................... 12
4. Intervensi .......................................................................................... 13

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 17

A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................. 18

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindroma nefrotik (SN) adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma yang ditandai
dengan edema anasarka, proteinuria masif, hipoalbuminemia,
hiperkolesterolemia, dan lipiduria (Prodjosudjadi, 2007). Penyebab primer
sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu sindroma nefrotik
kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling umum dari
sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun. Meskipun
sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun penyakit ini banyak
ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan
penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan anak
perempuan. (Gunawan, 2006) Angka kejadian pada anak tidak diketaui
pasti,namun laporan dari luar negeri diperkirakan pada anak usia dibawah 16
tahun berkisar antara 2 sampai 7 kasus per tahun pada setiap 100.000 anak
(Pardede, 2002).
Menurut Raja Syeh angka kejadian kasus sindroma nefrotik di Asia
tercatat 2 kasus setiap 10.000 penduduk (Republika, 2005). Sedangkan
kejadian di Indonesia pada sindroma nefrotik mencapai 6 kasus pertahun dari
100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun (Alatas, 2002). Untuk kejadiandi
Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung mulai dari tahun 2006. (Israr,
2008)

4
B. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian sindrom nefrotik


2. Untuk mengetahui etiologi sindrom nefrotik
3. Untuk mengetahui insiden sindrom nefrotik
4. Untuk mengetahui patofisiolgi sindrom nefrotik
5. Untuk mengetahui manifestasi klinik sindrom nefrotik
6. Untuk mengetahui test diagnostik sindrom nefrotik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medik sindrom nefrotik
8. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan sindrom nefrotik
9. Untuk mengetahui penyimpangan KDM sindrom nefrotik
10. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan sindrom nefrotik
11. Untuk mengetahui intervensi keperawatan sindrom nefrotik

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis


1. Pengertian Sindrom Nefrotik

Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan


glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(Betz & Sowden, 2009). Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema,
proteinuria, hipoalbuminemia, dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Nurarif & Kusuma, 2013).
Sindrom nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi proteinuria masif,
hipoalbuminemia, hiperlipemia dan edema (Wong, 2008).

Berdasarkan pengertian diatas, Sindrom nefrotik merupakan kumpulan


gejala yang terjadi dengan karakteristik proteinuria, hipoalbumininemia,
hiperlipidemia yang disertai edema.

2. Etiologi Sindrom Nefrotik

Menurut Nurarif & Kusuma (2013), Penyebab Sindrom nefrotik yang pasti
belum diketahui. Akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu
suatu reaksi antigen antibody. Umumnya etiologi dibagi menjadi:
1.Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi maternofetal.
Resisten terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah
dicoba pencangkokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk
dan biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.

6
2.Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh :
a.Malaria quartana atau parasit lainnya
b.Penyakit kolagen seperti SLE, purpura anafilaktoid
c.Glomerulonefritis akut atau glomerulonefritis kronis, trombosis vena renalis
d.Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam emas, sengatan
lebah, racun otak, air raksa.
e.Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis membraneproliferatif
hipokomplementemik.
3.Sindrom nefrotik idiopatik Adalah Sindrom nefrotik yang tidak
diketahui penyebabnya atau juga disebut sindrom nefrotik primer. Berdasarkan
histopatologis yang tampak pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi
biasa dan mikroskopi electron, Churg dkk membagi dalam 4 golongan yaitu
kelainan minimal, nefropati membranosa, glomerulonefritis proliferatif,
glomerulosklerosis fokal segmen

3. Insiden Sindrom Nefrotik

Penyebab primer sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi,


yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab
paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun.
Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa saja namun penyakit ini
banyak ditemukan pada anak- anak usia 1 sampai 5 tahun. Selain itu
kecenderungan penyakit ini menyerang anak laki-laki dua kali lebih besar
dibandingkan anak perempuan. (Gunawan, 2006)

7
4. Patofiologi sindrom nefrotik

Pada individu yang sehat, dinding kapiler glomerolus berfungsi sebagai


sawar untuk menyingkirkan protein agar tidak memasuki ruangan urinarius
melalui diskriminasi ukuran dan muatan listrik (Tisher, 1997, hal 37).
Dengan adanya gangguan pada glomerolus, ukuran dan muatan sawar
selektif dapat rusak sehingga terjadi peningkatan permeabilitas membran
glumerolus. Proses penyaringan pun menjadi terganggu molekul protein yang
seharusnya mampu tersaring oleh glumerolus, tidak dapat tersaring. Sehingga
urine mengandung protein (Tisher, 1997, hal 37)
Sebagian besar protein dalam urine adalah albimin. Dengan banyaknya
albimin yang keluar bersama urine, mengakibatkan kandungan albumin dalam
darah menjadi rendah yang di sebut hipoalbuminemia (Mansjoer, 1999, hal 526)
Rangkaian keadaan yang menunjukkan mulai dari proteunaria sampai
sindrom nefrotik tergantung pada perkembangan dari hipoalbuminemia.
Hipoalbuminemia mengurangi tekanan osmotik plasma, dan kemudian
mengakibatkan perpindahan cairan intravaskuler ke ruang interstitial. Perpindahan
cairan ini akan menjadikan volume cairan intravaskuler menurun, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke ginjal atau volume darah efektif menurun
(Soeparman, 1990, hal 286)
Ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan sekresi aldosteron yang kemudian mangkibatkan retensi natrium
dan air. Kejadian ini menimbulkan edema perifer, anasarka dan asites. Kondisi
hipoalbuminemia juga mempengaruhi respon imun seseorang faktor imun
menurun sehingga penferita sindrom nefrotik lebih peka terhadap semua macam
infeksi (Soeparman, 1990, hal 286)

5. Manifestasi klinik sindrom nefrotik

Menurut Hidayat (2006), Tanda dan gejala sindrom nefrotik adalah


sebagai berikut : terdapat adanya proteinuria, retensi cairan, edema, berat badan

8
meningkat, edema periorbital, edema fasial, asites, distensi abdomen, penurunan
jumlah urine, urine tampak berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun,
dan kepucatan

6. Test diagnostik sindrom nefrotik

Menurut Betz & Sowden (2009), Pemeriksaan penunjang sebagai


berikut:
1.Uji urine
a.Urinalisis : proteinuria (dapat mencapai lebih dari 2 g/m2/hari), bentuk
hialin dan granular, hematuria
b.Uji dipstick urine : hasil positif untuk protein dan darah
c.Berat jenis urine : meningkat palsu karena proteinuria
d.Osmolalitas urine : meningkat
2.Uji darah
a.Kadar albumin serum : menurun (kurang dari 2 g/dl)
b.Kadar kolesterol serum : meningkat (dapat mencapai 450 sampai 1000
mg/dl)
c.Kadar trigliserid serum : meningkat
d.Kadar hemoglobin dan hematokrit : meningkat
e.Hitung trombosit : meningkat (mencapai 500.000 sampai 1.000.000/ul)
f.Kadar elektrolit serum : bervariasi sesuai dengan keadaan penyakit
perorangan
3.Uji diagnostik
Biopsi ginjal (tidak dilakukan secara rutin)

9
7. Pentatalaksanaa medik sindrom nefrotik
Menurut Wong (2008), Penatalaksanaan medis untuk Sindrom nefrotik
mencakup :
1.Pemberian kortikosteroid (prednison atau prednisolon) untuk menginduksi
remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi. Kekambuhan
diatasi dengan kortikosteroid dosis tinggi untuk beberapa hari.
2.Penggantian protein (albumin dari makanan atau intravena)
3.Pengurangan edema
a.Terapi diuretik (diuretik hendaknya digunakaan secara cermat untuk
mencegah terjadinya penurunan volume intravaskular, pembentukan
trombus, dan atau ketidakseimbangan elektrolit)
b.Pembatasan natrium (mengurangi edema)
4.Mempertahankan keseimbangan elektrolit
5.Pengobatan nyeri (untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan dengan
edema dan terapi invasif)
6.Pemberian antibiotik (penisilin oral profilaktik atau agens lain)
7.Terapi imunosupresif (siklofosfamid, klorambusil, atau siklosporin) untuk anak
yang gagal berespons terhadap steroid.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan sindrom nefrotik

Menurut Wong, (2008), Pengkajian kasus Sindrom nefrotik sebagai


berikut :
a.Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema.
b.Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya
peningkatan berat badan dan kegagalan fungsi ginjal.
c.Observasi adanya manifestasi dari sindrom nefrotik : kenaikan berat badan,
edema, bengkak pada wajah (khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat
bangun pagi , berkurang di siang hari), pembengkakan abdomen (asites),

10
kesulitan nafas (efusi pleura), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada
urine (peningkatan volume, urine berbusa).
d.Pengkajian diagnostik meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah
merah, analisa darah untuk serum protein (total albumin/globulin ratio,
kolesterol) jumlah darah, serum sodium.

2. Penyimpangan KDM sindrom nefrotik

GLOMELURUNEFRITIS

PERMEABILITAS GLOMERULUS MENINGKAT

KENAIKAN FILTRASI PLASMA PROTEIN

PROTEINURIA

PENURUNAN HIPOALBUMINEMIA
RESPON IMUN

TEKANAN ONKOTIK PLASMA MENURUN


RESIKO INFEKSI

VOLUME DARAH EFEKTIF MENURUN

AKTIF RENIN ANGIOTENSIN ALDOSTERON

KELEBIHAN
RETENSI AIR DAN NATRIUM VOLUME
CAIRAN

11
EDEMA

KULIT MEREGANG TERASA PENUH EFEK DIURETIK


PADA ABDOMEN

KULIT TIPIS
RESIKO KEKURANGAN
DAN RAPUH
NAFSU MAKAN MENURUN VOLUME CAIRAN

RESIKO KERUSAKAN CADANGAN NUTRISI KURANG


INTEGRITAS KULIT ENERGI DIPAKAI DARI KEBUTUHAN

KELELAHAN

INTOLERANSI AKTIVITAS

3. Diagonosa keperawatan sindrom nefrotik

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan dengan mekanisme regulator


ginjal dengan retensi air dan natrium (Tucker, 1998, hal 578)
b. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, prosedur invasif
dan kateterisasi (Doengoes, 2000, hal 622)
c. Nutirisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia (Engram,
1999, hal 131)
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (Doengoes, 2000, hal 58)
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek deuretik
(Swearingen, 2001, hal 77)
f. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema (Carpenito,
2001, hal 304)

12
4. Itervensi keperawatan sindrom nefrotik

Diagnosa Keperawatan 1
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan mekanisme regulator ginjal
dengan retensi air dan natrium (Tucker, 1998, hal 578)
Kreteria hasil :
a. Menunjukkan keluaran urine tepat dengan hasil lab mendekati normal
b. BB stabil, TTV dalam batas normal, tidak ada edema
c. Keseimbangan masukan dan pengeluaran

Intervensi

1. Pantau keluaran urine, catat jumlah dan warna. Rasional : keluaran urine
mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi.
2. Pantau ke seimbangan pemasukan dan pengeluaran cairan selama 24 jam.
Rasional : terapi deuretik dapat di akibatkan oleh kehilangan cairan tiba-
tiba berlebihan meskipun edema masaih ada.
3. Ubah posisi dengan sering, tinggikan kaki bila duduk. Rasional :
pembentukan edema, nutrisi melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan
imobilsasi lama merupakan stressor yang mempengaruhi integritas kulit.
4. Kaji TTV terutama tekanan darah. Rasional : hipertensi menunjukkan
kelbihan natrium, serta dapat menunjukkan terjadinya kongesti paru-paru,
gagal jantung.
5. Pertahankan asupan cairan, pembatasan asupan natrium sesuai indikasi.
Rasional : asupan natrium yang terlalu tinggi memperberat kondisi edema.

Diagnosa Keperawatan 2

Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, prosedur


invasif dan kateterisasi (Doengoes, 2000, hal 622)

Kriteria hasil

a. Tak mengalami atau gejala infeksi

13
Intervensi

1. Tingkatkan cuci tangan yang baik pada pasien dan perawat. Rasional :
menurunkan resiko kontaminasi silang.
2. Lakukan perawatan kateter dan infus. Rasional : meningkatkan rasa
nyaman klien serta mencegah kontaminasi bakteri ke tubuh.
3. Kaji integritas kulit. Rasional : ekskorisi akibat gesekan dapat menjadi
infeksi sekunder.
4. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. Rasional : membantu
pemilihan pengobatan infeksi paling efektif.

Diagnosa Keperawatan 3

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia (Engram,


1999, hal 131)

Kreteria hasil

a. Mempertahankan atau meningkatkan berat badan seperti yang di


indikasikan oleh klien, bebas edema

Intervensi

1. Kaji atau catat pemasukan diet. Rasional : membantu dan mengidentifikasi


defisiensi dan kebutuhan diet.
2. Berikan makanan sedikit tapi sering. Rasional : meminimalkan anoreksia
dan mual sehubungan dengan status uremik.
3. Tawarkan perawatan mulut sebelum dan sesudah makan. Rasional :
meningkatkan nafsu makan.
4. Timbang BB tiap hari. Rasional : perubahan kelebihan 0,5 kg dapat
menunjukkan perpindahan keseimbangan cairan.
5. Berikan diet tinggi protein dan rendah garam. Rasional : memenuhi
kebutuhan protein, yang hilang bersama urine, mengurangi asupan garam
untuk mencegah edema bertambah.

14
Diagnosa Keperawatan 4

Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan (Doengoes, 2000, hal


58)

Kreteria hasil

a. Terjadi peningkatan mobilitas


b. Melaporkan perbaikan rasa berenergi

Intervensi

1. Kaji kemampuan klien melakukan aktivitas. Rasional : sebagai pengkajian


awal aktivitas klien
2. Tingkatan tirah baring atau duduk. Rasional : meningkatkan istirahat dan
ketenangan klien, posisi telentang meningkatkan filtrasi ginjal dan
menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis
3. Ubah posisi dengan sering. Rasional : pembentukan edema, nutrisi
melambat, gangguan pemasukan nutrisi dan imobilisasi lama merupakan
stressor yang mempengaruhi integritas kulit.
4. Berikan dorongan untuuk beraktivitas secara bertahap. Rasional : melatih
kekuatan otot sedikit demi sedikit.
5. Ajarkan teknik penghematan energi contoh duduk tidak berdiri. Rasional :
menurunkan kelelahan
6. Berikan perawatan diri sesuai kebutuhan klien. Rasional : memenuhi
kebutuhan perawatan diri klien selama intoleransi aktivitas.

Diagnosa Keperawatan 5

Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek deuretik.


(Sweringen, 2001, hal 77)

Kreteria hasil

a. Menunjukkan pemasukan dan pengeluaran mendekati seimbang.


b. Tugor kulit baik

15
c. Membran mukosa lembab

Intervensi

1. Kaji input dan output cairan. Rasional : membantu memperkirakan


kebutuhan cairan.
2. Pantau TTV. Rasional : perubahan tekanan darah dan nadi dapat
digunakan untuk perkiraan kadar kehilangan cairan, hipotensi postural
menunjukkan penurunan volume sirkulasi.
3. Anjurkan tirah baring atau istirahat. Rasional : aktivitas berlebih dapar
meningkatkan kebutuhan akan cairan.
4. Berikan cairan sesuai indikasi. Rasional : penggantian cairan tergantung
dari berapa banyaknya cairan yang hilang atau di keluarkan.

Diagnosa Keperawatan 6

Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema anasarka


(Carpenito, 2001, hal 304)

Kreteria hasil

a. Mempertahankan kulit utuh.


b. Menunjukkan perilaku untuk mencegah kerusakan kulit.

Intervensi

1. Inspeksi kulit terhadap penebalan, warna, turgor, vaskularisasi. Rasional :


menandakan area sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan pembentukan
dekubits
2. Inspeksi area tergantung terhadap edema. Rasional : jaringan edema
cenderung rusak
3. Berikan perawatan kulit. Rasional : memberikan rasa nyaman dan
mencegah terjadi komplikasi kulit
4. Ubah posisi dengan sering. Rasional : menurunkan tekanan pada edema
5. Pertahankan linen kering. Rasional : menurunkan iritasi dermal.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat di simpulkan
1. Pengertian dari sindrom nefrotik adalah Sindrom nefrotik adalah
keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan glomerulus karena ada
peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbulkan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema
(Betz & Sowden, 2009).
2. Etiologi dari sindrom nefrotik dibagi jadi 3 yaitu sindrom nefrotik
bawaan, sindrom nefrotik idiopatik, dan sindrom nefrotik sekunder
3. Inseiden dari sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi,
yaitu sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan
penyebab paling umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur
rata-rata 2,5 tahun. Meskipun sindrom nefrotik dapat menyerang siapa
saja namun penyakit ini banyak ditemukan pada anak- anak usia 1
sampai 5 tahun. Selain itu kecenderungan penyakit ini menyerang anak
laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan anak perempuan.
(Gunawan, 2006)
4. Patofiologi dari sindrom nefrotik Pada individu yang sehat, dinding
kapiler glomerolus berfungsi sebagai sawar untuk menyingkirkan
protein agar tidak memasuki ruangan urinarius melalui diskriminasi
ukuran dan muatan listrik (Tisher, 1997, hal 37).
5. Manifetasi klinik sindrom nefrotik terdapat adanya proteinuria, retensi
cairan, edema, berat badan meningkat, edema periorbital, edema fasial,
asites, distensi abdomen, penurunan jumlah urine, urine tampak
berbusa dan gelap, hematuria, nafsu makan menurun, dan kepucatan
6. Test dalam sindrom nefrotik yaitu tes urine, dan test darah
7. Penatalaksannan medik sindrom nefrotik

17
8. Pengkajian keperawatan sindrom nefrotik
9. Penyimpangan KDM sindrom nefrotik
10. Diagnosa keperawatan sindrom nefrotik
11. Intervensi keperwatan sindrom nefrotik

B. Saran

Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan


saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini.

18
DAFTAR PUSTAKA

 LINDA DWI MAHARANI BAB II.pdf


 http://bangsalsehat.blogspot.com/2018/06/laporan-pendahuluan-lp-
sindrom-nefrotik.html
 Soeparaman (1990). Ilmu Penyakit Dalam jilid II. Jakarta:Balai Penerbit
FKUI
 Swearingen. (2001). Pocket Guide to Medical-Surgical Nursing.
 Tisher, C. C, Wilcox, C. S. (1997). House Officer Series Nephrology
 Tucker, S. M, Canobbio, M. M, Paquette, E. V, Wells, M. F. (1998).
Patien Care Standars; Nursing Procces, Diagnosis, and Outcome, 3/V, 5/E.
 Mansjoer, A, Triyanti, K, Savitri, R, Wardani, W. I, Setiowulan, W.
(1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III.
 Engram, B. (1999). Medical-Surgical Nursing Care Plans.
 Gunawan, A, C. (2000). Nefrotik Sindrom: Patogenesis dan
Penatalaksanaan. (online): http://www.kalbefarma.com/files/cdk/files/(15
juni 2006)
 Doengoes, M. E, Moorhouse, M. F & Geissler, A. C. (2000). Nursing Care
Plan: Guidelines for Planning and Documenting Patien Care, 3/E.
 Carpenito, L. J. (2001). Handbook of Nursing Diagnosis, 8/E

19

Anda mungkin juga menyukai