Anda di halaman 1dari 2

Mudanya Ramah Setelah Tua Jadi Pemarah, Kenapa

Bisa Begitu?
Erninta Afryani Sinulingga - detikHealth

Jakarta - Mungkin idiom muda foya-foya tua kaya raya terlalu sulit
diwujudkan, sehingga banyak orang malah menerapkan muda ramah
tamah tua marah-marah. Agaknya asam garam kehidupan membuat
jiwa yang dulu bahagia kini hanya bisa bermuram durja. Ada apakah
gerangan?
Masa tua dilalui setiap orang dengan caranya masing-masing. Walau
ada banyak orang yang menjadi lebih bijak saat bertambah tua, tak
sedikit pula di antaranya yang justru berubah menjadi pemarah dan
penggerutu. Padahal dulunya ketika masih muda tak begitu.
“Bisa jadi karena banyak masalah yang belum selesai (unfinished
business). Sehingga saat masih muda pengendalian dirinya masih
kuat, tetapi saat sudah tua pengendalian dirinya sudah jebol jadi
mudah bete,” kata Ratih A. Ibrahim kepada detikHealth seperti ditulis
Rabu (24/7/2013).
Ratih yang merupakan psikolog sekaligus pendiri lembaga konseling
dan pengembangan diri 'Personal Growth' ini menjelaskan, mungkin
juga sifat pemarah yang muncul saat tua dikarenakan banyak yang hal
dilakukan saat masih muda hanya karena kewajiban, bukan dengan
keikhlasan.
Karena perubahan temperamennya bersifat relatif permanen, maka
bisa dikatakan perubahan yang dialami kakek-kakek pemarah ini
adalah perubahan kepribadian. Saat masih muda, kepribadian lebih
sulit berubah karena lebih bisa ditahan. Saat usianya sudah lanjut, jadi
berbeda urusannya.
“Apalagi kalau sudah usia lanjut sudah banyak tergantung sama
orang, sehingga semakin mudah uring-uringan. Bisa juga terjadi
karena tekanan dari keluarga. Basic karakternya tidak berubah, tetapi
tampilan perilakunya yang berubah. Dan ini bisa disebabkan oleh
faktor lingkungan juga,” terang Ratih.
Senada dengan penjelasan Ratih, psikiater dari RS Omni Alam Sutra
Tangerang, dr Andri, SpKJ menerangkan bahwa kebanyakan orang
yang berubah pemarah saat usianya sudah di atas 60 tahun. Secara
umum, orang yang bertambah tua namun tidak mampu beradaptasi
dengan lingkungan dan usia akan memicu depresi.
“Biasanya gejalanya muncul saat post-power syndrome, karena
tadinya banyak kerjaan tiba-tiba pensiun. Jadi merasa seperti putus
asa dan tidak ada harapan. Ini dapat memengaruhi dan menciptakan
depresi. Depresi pada usia lanjut dua kali lebih tinggi daripada usia
muda,” terang dr Andri.
Selain faktor usia dan maladaptasi, dr Andri menyebutkan berbagai
faktor lain yang membuat orang tua berubah menjadi pemarah, yaitu:
1. Kondisi medis yang menurun. 2. Faktor kehilangan, baik
kehilangan pekerjaan, istri, atau anak yang sudah mulai berkeluarga
sehingga tidak bersama-sama lagi. Ini disebut sindrom kekosongan
(emptiness). 3. Penyakit berat, biasanya stroke, lebih mudah membuat
orang gampang tersinggung dan uring-uringan.

JANGAN DISOBEK , DISOBEK SAYA PERBANYAK ! ! !

Anda mungkin juga menyukai