Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan reproduksi remaja menjadi kepedulian nasional karena disadari

bahwa remaja dalam hidupnya menghadapi berbagai masalah khususnya yang

membutuhkan perhatian yang khusus pula. Kebutuhan terhadap kesehatan

reproduksi remaja sebenarnya merupakan permasalahan dunia, akan tetapi di

negara kita hal ini tidak mendapatkan perhatian yang memadai. (Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia-PBKI, 2000).

Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu

remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan

reproduksi sehat dan bertanggung jawab. Kesehatan reproduksi ini tidak saja

bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial dari

alat, sistem, fungsi serta proses reproduksi. (BKKBN, 2001).

Kebiasaan menjaga kebersihan termasuk kebersihan organ-organ seksual

atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan. Pada saat

menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena infeksi, oleh

karena itu kebersihan daerah genitalia harus lebih dijaga karena kuman mudah

sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Salah

satu keluhan yang dirasakan pada saat menstruasi adalah rasa gatal yang

disebabkan oleh jamur kandida yang akan subur tumbuhnya pada saat haid.

1
Perawatan kesehatan dan kebersihan adalah hal yang banyak dibicarakan

didalam masyarakat. Biasanya hal ini diajarkan oleh orang tua kita sejak kecil,

tetapi karena orang tua seringkali tidak merasa nyaman membicarakan masalah

seksual, biasanya masalah kesehatan dan kebersihan yang dibicarakan hanya

menyangkut hal yang umum saja, sedangkan urusan kesehatan organ seksual

jarang kita dapatkan dari mereka. (Sarwono, 2006).

Peristiwa terpenting yang terjadi pada remaja putri adalah datangnya haid

yang pertama kali, biasanya pada umur 10-16 tahun. Oleh sebab-sebab tertentu

yang dikaitkan dengan keadaan gizi yang lebih baik, haid pertama menjadi

lebih awal. Di Inggris rata-rata haid pertama datang pada usia 13 tahun,

dibandingkan dengan keadaan di abad yang lalu, dimana haid pertama pada

umumnya datang pada umur 15 tahun. Nampaknya anak–anak gadis dari orang

tua yang berada, mengalami menarche lebih cepat dari pada mereka yang

mempunyai orang tua kurang berada. Tetapi rata-rata perbedaan itu tidak lebih

dari 6 sampai 9 bulan. Anggapan remaja di daerah tropis mengalami menarche

lebih awal dari remaja di daerah dingin tidak terbukti. Kedatangan haid yang

pertama lebih tergantung pada tingkat sosial ekonomi dari pada iklim tempat

tinggal (Jones, 2005).

Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai

sekitar 14 hari setelah ovulasi. Siklus menstruasi merupakan rangkaian

peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara

simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium.

2
Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila kehamilan

tidak terjadi, maka terjadi menstruasi (Bobak, 2004)

Pada saat menstruasi, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena

infeksi, karena itu kebersihan vagina harus dijaga karena kuman mudah sekali

masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi. Gejala

seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih,

biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut: Candida albican,

Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis. (Baradero, 2007).

Tahu adalah kemampuan mengingat suatu materi yang dipelajari

sebelumnya. Responden yang pengetahuannya baik tahu tentang kebersihan

alat genitalia pada saat menstruasi dan dampak-dampaknya sehingga responden

mampu mengerti tentang kebersihan. (Widayatun, 1999).

Orang yang telah paham tentang suatu objek atau materi harus dapat

menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan

sebagainya terhadap objek yang dipelajarinya. Remaja putri harus dapat

mengetahui pentingnya menjaga kebersihan alat genitalianya pada saat

menstruasi, agar mampu mengatasi secara dini resiko gangguan reproduksi.

(Irawati, 2011).

Pengetahuan remaja putri tentang kebersihan genitalia saat menstruasi

cenderung belum adekuat. Penanganan kebersihan diri yang tidak benar dan

tidak higienis dapat mengakibatkan tumbuhnya mikroorganisme secara

berlebihan dan pada akhirnya mengganggu fungsi reproduksi (Ariyani,2009).

3
Menurut World Health Organitation (WHO), perempuan sangat jarang

memperhatikan kebersihan pada organ genetalia eksternanya. Hal tersebut

dianggap sangat penting, karena jika tidak merawat dengan benar, dapat

merugikan diri sendiri misalnya terjadi infeksi pada daerah organ gentalia

eksterna. Infeksi pada vagina ini setiap tahunnya menyerang perempuan-

perempuan di seluruh dunia 10-15% dari 100 juta perempuan, contohnya

remaja yang mengalami keputihan menunjukkan sekitar 75% dan sekitar 45%

diantaranya bisa mengalaminya sebanyak dua kali atau lebih, dan sekitar 15%

terkena infeksi karena bakteri kandida. Kejadian tersebut dikarenakan remaja

tidak mengetahui permasalahan seputar organ reproduksinya.

Menurut Departemen Kesehatan, masalah reproduksi pada remaja perlu

mendapat penanganan serius, karena masalah tersebut paling banyak muncul

pada negara berkembang, seperti Indonesia karena kurang tersedianya akses

untuk mendapat informasi mengenai kebersihan reproduksi. Hal itu terbukti

dari banyak penelitian menyatakan rendahnya tingkat pengetahuan mengenai

kebersihan para remaja. Kurangnya pengetahuan remaja putri dan informasi

yang tepat tentang kebersihan organ reproduksi kemungkinan dapat

menimbulkan kurangnya memperhatikan kebersihan organ reproduksinya,

sehingga perlu adanya pemberian informasi yang lengkap pada remaja putri

untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran mereka akan pentingnya

menjaga kebersihan diri terutama organ reproduksi termasuk resiko bila tidak

dijaga (Depkes RI, 2003).

4
Berdasarkan hasil penelitian Indah (2010), pada remaja putri di Desa

Kembang Arum Mranggen didapatkan dari 15 remaja putri hanya 2 remaja

putri yang memiliki perilaku baik dalam menjaga kebersihan organ genetalia

eksterna wanita.

Berdasarkan penelitian Zuriati (2011) di SMA Negeri 1 Matur Kabupaten

Agam bahwa pemahaman siswi terhadap kesehatan reproduksi remaja masih

rendah. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan remaja yaitu

perkembangan fisik yang berhubungan dengan organ reproduksi pada siswi.

Berdasarkan hasil penelitian Prawono (2012), di SLTP Bogor yang

melakukan perawatan genitalia secara benar pada saat tidak menstruasi sebesar

49,6% dan 45,5% pada saat menstruasi dan di SLTP 27 Kota Semarang

diperoleh 41,01% yang melakukan perawatan organ reproduksi bagian luar

dengan benar.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti dengan

melakukan teknik wawancara kepada 10 siswi remaja putri di SMAN 1 Makale

pada tanggal 21 Mei 2016, didapatkan 3 orang remaja putri mampu

menyebutkan bagaimana cara merawat organ genetalia eksternanya selama

menstruasi yaitu mengganti pembalut setiap empat jam sekali dan 7 orang tidak

mampu menyebutkan bagaimana cara merawat organ genetalia eksternanya

selama menstruasi.

Mengingat pentingnya menjaga kebersihan genitalia maka dilakukanlah

penelitian mengenai perilaku merawat alat genitalia saat menstruasi yang

bertujuan mengubah pengetahuan belum sehat menjadi sehat, artinya

5
pengetahuan yang mendasarkan pada prinsip-prinsip sehat atau kesehatan.

Perilaku merawat alat genitalia saat menstruasi merupakan salah satu metode

untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap, dan

perilaku kehidupan yang sehat dan bertanggung jawab dalam perawatan alat

reproduksinya terutama saat menstruasi.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik melakukan penelitian

untuk mengetahui “Hubungan Pengetahuan Siswi SMA Tentang Kebersihan

Genitalia Dengan Perilaku Merawat Alat Genitalia Saat Menstruasi Di SMA

Negeri 1 Makale.”

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Pengetahuan Siswa

SMA Tentang Kebersihan Genitalia Dengan Perilaku Merawat Alat Genitalia

Saat Menstruasi di SMA Negeri 1 Makale?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mendapatkan informasi mengenai Hubungan Pengetahuan Siswa

SMA Tentang Kebersihan Genitalia dengan Perilaku Merawat Alat

Genitalia Saat Menstruasi di SMA Negeri 1 Makale.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mendapatkan gambaran pengetahuan tentang kebersihan saat

menstruasi.

6
b. Untuk mendapatkan gambaran mengenai perilaku kebersihan alat

genitalia saat menstruasi.

c. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan perilaku

kebersihan alat genitalia saat menstruasi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Profesi Keperawatan

Sebagai referensi bagi profesi keperawatan untuk meningkatkan

pengetahuan kepada remaja atau masyarakat sehingga mudah dalam

memberikan intervensi yang tepat.

2. Bagi Institusi Sekolah

Dapat memberikan informasi yang benar kepada pihak sekolah, mengenai

kebersihan menstruasi sehingga siswi dapat menjaga kebersihan

genitalianya terutama saat menstruasi.

3. Bagi Peneliti

Untuk memperdalam ilmu pengetahuan tentang kebersihan menstruasi dan

untuk mengetahui hubungan pengetahuan siswi SMA dengan kebersihan

genitalia dengan perilaku merawat alat genitalia saat menstruasi.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

orang mengadakan penginderan terhadap suatu objek tertentu sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo,

2003).

Pengetahuan adalah segala apa yang diketahui berdasarkan pengalaman

yang didapatkan oleh setiap manusia. Pada dasarnya pengetahuan akan terus

bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia. Oleh

karena itu pengetahuan dapat juga diartikan sebagai hasil dari mengingat,

termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara

sengaja maupun tidak disengaja dan terjadi setelah orang melakukan kontak

atau pengamatan terhadap suatu objek.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat

(Notoatmodjo, 2003) yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

8
mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,

tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dimana dapat

menginterpretasikan secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunakan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur

organsasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis yang dimaksud menunjuk pada suatu kemampuan untuk

melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi yang baru dari formulasi yang

ada.

9
f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilainan terhadap materi atau suatu objektif. Penilaian-penilaian

itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang

lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa

semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka

menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya

semakin banyak. Dan sebaliknya jika seseorang memilki pendidikan

yang rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang

tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru yang

diperkenalkan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak

langsung.

c. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan

aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar pertumbuhan

10
fisik terdiri atas empat kategori yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri lama, dan timbulnya ciri-ciri baru.

Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek

psikologis, taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

d. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap

sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni

suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih

mendalam.

e. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang

dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha

melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika pengalaman

tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan

kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan

seseorang.

f. Kebudayaan Lingkungan Sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap seseorang.

Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai

pengaruh besar terhadap terhadap pembentukan sikap kita. Apabila

dalam suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.

g. Informasi

11
Kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat mempercepat

seseorang memperoleh pengetahuan yang baru. Wier Hary A (1996)

mengatakan bahwa informasi akan memberikan pengetahuan meskipun

seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan

informasi dari bebagai media maka hal itu akan meningkatkan

pengetahuan seseorang.

B. Tinjauan Tentang Kebersihan Alat Genitalia

1. Pengertian

Kebersihan adalah seluruh kondisi atau tindakan untuk

meningkatkan kesehatan (a condition or practice which promotes good

health). Kebersihan adalah tindakan-tindakan pemeliharaan kesehatan (the

maintanance of healthfull practices). Pengertian kebersihan saat ini terkait

teknologi mengacu kepada kesehatan. Kebersihan juga mencakup usaha

perawatan kesehatan diri (higiene personal), yang mencakup juga

perlindungan kesehatan akibat pekerjaan. Sedangkan Genitalia adalah alat

reproduksi.

Dari pengertian tentang kebersihan dan genitalia diatas, maka dapat

ditarik kesimpulan, kebersihan genitalia merupakan pemeliharaan

kesehatan alat reproduksi.Kebersihan yang tepat sangat penting untuk

menjaga alat kelamin bersih dan bebas infeksi, sedangkan kebersihan yang

tidak benar dapat menyebabkan penyakit. Daerah vagina dapat

meninggalkan perasaan tidak nyaman pada wanita. Terutama selama dan

setelah periode menstruasi. Membuka atau mencuci vagina, bagaimanapun

12
dapat menyebabkan iritasi dan dalam beberapa kasus infeksi. Saat mencuci

vagina sangatlah penting, kuman yang berada pada rongga anus dapat

masuk ke vagina dan dapat menyebabkan infeksi bakteri.

Berikut beberapa saran perawatan yang bisa dilakukan terkait dengan

alat genitalia:

a. Upayakan untuk senantiasa menjaga kebersihan. Usahakan agar

senantiasa kering dan tidak lembab, karena keadaan basah

memudahkan berjangkitnya infeksi dari luar.

b. Selalu mencuci tangan sebelum menyentuh vagina.

c. Daerah di sekitar vagina harus dibersihkan dengan sabun.

Membersihkan organ intim wanita tidak perlu sampai kebagian

dalamnnya, cukup pada bagian luar permukaan vagina saja.

d. Mengeringkan daerah disekitar vagina sebelum berpakaian. Karena,

apabila tidak dikeringkan akan menyebabkan celana dalam yang

dipakai menjadi basah dan lembab. Selain tidak nyaman dipakai,

celana basah dan lembab berpotensi mengundang bakteri dan jamur.

e. Disediakan celana dalam ganti didalam tas kemanapun pergi, hal ini

menghindari kemungkinan celana dalam kita basah. Gantilah celana

dalam sekurang-kurangnya 2-3 kali sehari.

f. Selalu gunakan celana dalam yang bersih dan terbuat dari katun

(100%). Menghindari pemakaian celana dalam dari bahan lain

misalnya nylon, polyester ataupun bahan sintetik lainnya yang kecil

daya serapnya, justru menyebabkan organ intim menjadi panas dan

13
lembab. Kondisi ini sangat disukai bakteri dan jamur untuk

berkembang biak pada sistem reproduksi.

g. Ganti pembalut saat haid setiap mandi dan selesai BAB/BAK.

h. Dianjurkan untuk mengganti pembalut 4-5 kali sehari disaat darah haid

sedang banyak-banyaknya.

i. Penggunaan pentiliner sebaiknya digunakan antara 2-3 jam.

j. Praktekkan cara menyeka yang benar, (dengan handuk/tisu maupun air

sewaktu membersihkan), yaitu bagian daerah vagina terlebih dahulu

kemudian daerah anus, agar bibit penyakit yang kemungkinan besar

bersarang didubur tidak terbawa ke wilayah kemaluan atau sistem

reproduksi, yang akan menimbulkan infeksi, peradangan dan

rangsangan rasa gatal.

k. Memotong/mencukur rambut kemaluan sebelum panjang secara

teratur.

l. Memakai handuk khusus untuk mengeringkan daerah kemaluan,

(vagina).

m. Jangan menggunakan pembersih kimiawi karena akan merusak

keasaman vagina yang berfungsi menumbuhkan bakteri atau kuman

yang masuk.

Hal yang tidak kalah pentingnya dalam perawatan sistem reproduksi

bagi perempuan adalah :

a. Pada saat haid, pembuluh darah dalam rahim sangat mudah terkena

infeksi karena itu kebersihan vagina harus dijaga karena kuman

14
mudah sekali masuk dan dapat menimbulkan penyakit pada saluran

reproduksi.

b. Selama haid mungkin timbul rasa nyeri pada pinggang dan panggul

hal ini disebabkan adanya peregangan pada otot rahim.

c. Untuk menjaga kebersihan, dalam melakukan perawatan sistem

reproduksi pergunakan pembalut selama haid harus diganti secara

teratur 2-3 kali atau setelah mandi dan buang air kecil.

d. Jika pemakaian pembalut yang dibuang, sebaiknya dibungkus sebelum

dibuang ditempat sampah. Untuk pembalut lainnya, (dari kain)

sebaiknya sebelum dicuci, rendam terlebih dahulu memakai sabun

pada tempat tertutup.

2. Anatomi Fisiologi

a. Alat Genitalia Eksterna Perempuan

1) Mons pubis, adalah bantalan jaringan lemak dan kulit yang terletak

di atas simpisis pubis.

2) Labia mayora (bibir mayor), adalah dua lapisan kulit longitudinal

yang merentang kebawah dari mons pubis dan menyatu pada posisi

posterior perineum. Labium mayor analog dengan skrotum pada

alat kelamin pria.

3) Labia minora (bibir kecil) adalah lipatan kulit diantara labium

mayora, tetapi mengandung kelenjar sebasea dan beberapa kelenjar

keringat. Pertemuan lipatan-lipatan labia minora di bawah klitoris

15
disebut prepusium dan area lipatan di bawah klitoris disebut

frenulun.

4) Klitoris, homolog dengan penis pada laki-laki, tetapi lebih kecil

dan tidak memiliki mulut uretra. Klitoris terdiri dari dua krura

(akar), satu batang dan satu glans klitoris bundar yang banyak

mengandung banyak ujung syaraf dan sangat sensitif. Batang

klitoris banyak dua korpora kavernosum yang tersusun dari

jaringan erektil. Saat mengembung dengan darah selama eksitasi

seksual, bagian ini bertanggungjawab untuk ereksi klitoris.

5) Vestibula, adalah area yang dikelilingi oleh labia minora yang

menutupi mulut uretra, mulut vagina dan duktus kelenjar bartholini.

Kelenjar bartholini homolog dengan kelenjar bulbouretralpada laki-

laki. Kelenjar ini memproduksi beberapa tetes sekresi mukus untuk

membantu melumasi orifisium vaginal saat eksitasi vaginal seksual.

Bulbura vestibular adalah massa jaringan erektil dalam substansi

jaringan labial. Bagian ini sebandingan dengan korpora

spongiosum pekenenis.

6) Orifisium uretra, adalah jalur keluar urine dari kandung kemih, tepi

lateralnya mengandung duktus untuk kelenjar parauretral (skene)

yang dianggap homolog dengan kelenjar prostat pada laki-laki.

7) Mulut vagina, terletak bawah orifisium uretra.

8) Himen (selaput darah) adalah suatu membran yang bentuk dan

ukurannya bervariasi, melingkari mulut vagina.

16
9) Perineum, yaitu kulit antara pertemuan dua lipatan labia mayor dan

anus yang merupakan area berbentuk seperti intan yang terbentang

dari simpisis pubis di sisi anterior sampai ke koksiks disisi

posterior dan ketuberositas iskial disisi lateral.

Gambar 2.1: Alat Genitalia Eksterna

b. Alat Genitalia Interna

1) Ovarium, panjang 3-5 cm, lebar 2-3 cm dan tebal 1 cm, dengan

bentuk seperti kacang kenari. Masing-masing ovarium terletak

pada dinding samping rongga pelvis posterior dalam sebuah ceruk

dalam. Struktur ovarium dilapisi epitelium germinal (permukaan)

jaringan ovarium tersusun dari:

a) Medula ovarium, merupakan area terdalam yang mengandung

pembuluh darah dan limfatik, serabut syaraf, sel-sel otot polos

dan sel-sel jaringan ikat.

17
b) Korteks, merupajkan lapisan stroma luar yang rapat, yang

mengandung folikel ovarium (unit fungsional pada ovarium).

2) Dua tuba uterin (tuba fallopi), fungsi menerima dan mentransport

oosit ke uterus setelah ovulasi. Tuba fallopi panjang 10 cm dan

diameter 0,7 cm, yang ditopang ligamen besaruterus. Slah satu

ujungnya melekat pada uterus dan ujung lainnya membuka

kedalam rongga pelvis. Fertilisasi biasanya terjadi di 1/3 bagian

atas tuba fallopi.

Tuba fallopi terdiri dari :

a) Infundubulum, adalah ujung terbuka yang menyerupai corong

(ostium pasa tuba uterin). Bagian ini memiliki prosesus motil

menyerupai jaring (fimbria) yang merentang di atas permukaan

ovarium untuk membantu menyapu oosit terovulasi kedalam

tuba.

b) Ampula, merupakan bagian tengah segmen tuba.

c) Istimus, merupakan segmen terdekat dari uterus.

d) Uterus, merupakan organ tunggal muscular dan berongga

berbentuk seperti buah pir terbalik dengan ukuran saat tidak

hamil panjang 7 cm, lebar 5 cm dan diameter 2,3 cm. organ ini

terletak dalam rongga pelvis diantara rectum dan kandung

kemih. Bagian-bagian uterus:

e) Dinding uterus, terdiri dari bagian terluar serosa (perimetrum),

bagian tengah (meometrium) yang merupakan lapisan otot

18
polos dan bagian terdalam (endometrium), bagian inilah yang

menjalani perubahan siklus selama menstruasi dan membentuk

lokasi implantasi untuk ovum yang dibuahi.

f) Fundus uterus, yang merupakan bagian bundar yang letaknya

superior terhadap mulut tuba fallopi.

g) Badan uterus, merupakan luas berdinding tebal yang

membungkus rongga uterus.

h) Serviks, merupakan leher bawah uterus.

i) Portio vaginalis, merupakan bagian serviks yang menonjol

kedalam ujung bagian atas vagina.

Gambar 2.2 Alat Genitalia Interna

19
3) Vagina

Vagina adalah tuba fibromuskularis yang dapat berdistansi yang

merupakan jalan lahir bayi dan aliran menstrual yang fungsinya

sebagai organ kopulasi perempuan. Ukuran vagina bervariasi tetapi

panjang sekitar 8-10 cm. organ ini menghadap uterus pada sudut

sekitar 45 derajat. Vagina dilembabkan dan dilumasi oleh cairan

yang berasal dari kapiler pada dinding vaginal dan sekresi dari

kelenjar-kelenjar serviks.

C. Tinjauan Tentang Perilaku Kebersihan

1. Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari

manusia itu sendiri, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak

langsung. Menurut Robert Kwick, perilaku adalah tindakan atau

perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari

(Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku Kebersihan

Perilaku kebersihan pada hakikatnya adalah suatu respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku ini mempunyai

respon terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan

dan obat-obatan. Perilaku kebersihan dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

20
a. Perilaku pemeliharaan kebersihan

Perilaku pemeliharan kebersihan adalah usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kebersihan agar tidak sakit atau usaha untuk

penyembuhan bila sakit. Perilaku pemeliharaan kebersihan terdiri dari

tiga aspek, yaitu:

1) Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan bila sakit serta

pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

2) Perilaku peningkatan kebersihan

3) Perilaku gizi

b. Perilaku pencarian dan penanganan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan atau pencarian pengobatan

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

sakit atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self

treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

c. Perilaku kebersihan lingkungan

Perilaku kebersihan lingkungan adalah cara seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga

lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan. (Notoatmodjo,

2007).

21
3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kebersihan

Perilaku kebersihann dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya. Untuk berperilaku kebersihan,

diperlukan pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat perilaku

kebersihan tersebut. Disamping itu, kadang kepercayaan akan tradisi

masyarakat, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi juga dapat

menghambat atau mendorong seseorang untuk berperilaku. Faktor-

faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku

kebersihan, maka faktor ini disebut faktor pemudah.

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat. Untuk dapat berperilaku bersih,

masyarakat memerlukan sarana dan prasarana mendukung atau

fasilitas yang memungkinkan terwujudnya perilaku kebersihan,

maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau pemudah.

c. Faktor penguat (rainforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat

(toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas

kesehatan, termasuk juga undang-undang, peraturan yang terkait

dengan kesehatan. Untuk dapat berperilaku bersih positif dan

22
dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh

(acuan) dari tokoh masyarakat, tokoh agama dan para petugas

kesehatan. (Notoatmodjo, 2007).

4. Proses Perubahan Perilaku

Dalam penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadaptasi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest (merasa senang), yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus

atau obyek tersebut.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden baik.

d. Trial (mencoba), yaitu orang telah mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adaptation (menerima), yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2007).

D. Tinjauan Umum Tentang Menstruasi

1. Pengertian Menstruasi

Menstruasi adalah suatu kejadian perdarahan melalui vagina

seorang perempuan sehat, yang terjadi sejak usia belasan tahun dan

pertanda sudah memasuki aqil baliq. Haid berlangsung sejak datang

23
pertama kali (menarche) sampai pada masa menopause. Terjadi

menstruasi atau haid, merupakan perpaduan antara kesehatan genitalia

dan rangsangan hormonal yang kompleks yang berasal dari mata rantai

hipotalamus-hipofisis-ovarium. Oleh karena itu nyeri haid dapat terjadi

seperti hipermenorea, hipomenore, polimenore, oligomenore, amenorhea,

metroragia, dismenorhoe(Yatim, 2001).

Menstruasi mengacu pada pengeluaran secara periodik darah sel-

sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim. Menstruasi di

mulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk

mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor kesehatan lain dapat

membatasi keadaan ini. Menstruasi biasanya dimulai antara 12 dan 16

tahun, tergantung pada berbagai faktor termasuk kesehatan wanita,

nutrisi, berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Menstruasi merupakan

bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap

bulannya untuk kehamilan.

2. Siklus Menstruasi

Menstruasi yang berulang setiap bulannya akhirnya membentuk

siklus menstruasi. Siklus menstruasi dihitung dari hari pertama

menstruasi sampai tepat 1 hari sebelum menstruasi bulan berikutnya.

Siklus menstruasi berkisar antara 21-40 hari dan hanya sekitar 10-16%

wanita memiliki siklus 28 hari. Siklus menstruasi dibagi dalam 3 fase

antara lain :

24
a. Fase follikuler

b. Fase ovulatoir

c. Fase luteal

Siklus menstruasi dipengaruhi oleh serangkaian hormon yang

diproduksi oleh tubuh yaitu LH. (Luteinizing hormone), FSH (Folikel

Stimulation Hormone), dan estrogen.

Fisiologi haid dapat dijelaskan sebagai berikut yaitu pada setiap

siklus haid FSH, dikeluarkan oleh lobus anterior yang menimbulkan

beberapa folikel primer yang dapat berkembang dalam ovarium.

Umumnya satu folikel berkembang menjadi folikel degraaf yang

membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH sehingga lobus

anterior hipofisis dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua

yakni LH. Produksi kedua hormon gonadotropin tersebut adalah dibawah

pengaruh RH. (releasing hormone) yang disalurkan dari hipotalamus ke

hipofisis.

Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan

balik estrogen terhadap hipotalamus. Bila penyaluran RH normal berjalan

baik, maka produksi gonadotropin akan berjalan baik pula sehingga

folikel de graaf makin lama makin menjadi matang dan makin banyak

berisi likuor folikuli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai

pengaruh terhadap endometrium yang menyebabkan endometrium

tumbuh atau berproliferasi sehingga disebut masa proliferasi.

Dibawah pengaruh LH follikel degraaf menjadi lebih matang

25
mendekati permukaan ovarium dan kemudian terjadi ovulasi. Setelah

ovulasi terjadi, terbentuk korpus rubrum yang akan menjadi korpus

luteum dibawah pengaruh hormon-hormon LH. Korpus rubrum berwarna

merah sedangkan korpus luteum berwarna kuning. Korpus luteum

menghasilkan progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh

terhadap endometrium dan telah berpoliferasi dan menyebabkan kelenjar-

kelenjarnya berkeluk-keluk dan bersekresi. Bila tidak ada pembuahan,

korpus luteum berdegenerasi dan ini menyebabkan bahwa kadar estrogen

dan progesteron menurun.

Menurunnya kadar progesteron dan estrogen menimbulkan efek

pada arteri yang berkelok-kelok di endometrium. Tampak dilatasi dan

statis dengan hiperemia yang diikuti oleh spasme dan iskemia. Sesudah

itu terjadi degerasi serta peradangan dan pelepasan endometrium yang

nekrotik. Proses ini disebut menstruasi. (Wiknjosastro, 2002).

E. Tinjauan Umum Tentang Perawatan Alat Genitalia saat Menstruasi

1. Cara Perawatan Alat Genitalia

a. Penggunaan pakaian dalam

Pakaian dalam yang digunakan sebaiknya yang terbuat dari bahan

yang menyerap keringat, misalnya katun atau kaus. Kain yang tidak

menyerap keringat akan menimbulkan rasa panas dan lembab.

Kondisi ini akan menimbulkan ketidaknyamanan bagi pemakai, serta

sangat kondusif bagi pertumbuhan jamur. Pakaian dalam yang

dikenakan juga harus dalam keadaan bersih dan ukuran yang tepat.

26
Pakaian yang terlalu sempit atau penggunaan karet yang berlebihan

akan mengganggu kerja kulit dan menimbulkan rasa gatal (Depkes,

2010).

b. Penggunaan handuk

Masyarakat Indonesia masih menggunakan handuk sebagai

perlengkapan mandi yang dipakai secara berulang, bahkan ada yang

menggunakan satu handuk secara bersamaan dalam satu keluarga.

Penggunaan handuk secara berulang diperbolehkan, tetapi yang

perlu diperhatikan adalah handuk harus selalu dijemur setiap kali

selesai dipakai. Handuk dijemur agar terkena sinar matahari,

sehingga jasad renik yang ada pada handuk mati dan tidak

menimbulkan infeksi. Sebaiknya handuk tidak digunakan lebih dari

satu minggu atau bila sudah tidak nyaman digunakan. Namun,

walaupun dalam satu keluarga, penggunaan handuk secara

bersamaan hendaknya dihindari. Handuk yang digunakan secara

bersamaan bisa menjadi media penularan penyakit kulit dan kelamin,

misalnya scabies (Depkes, 2010).

c. Memotong bulu pubis

Alat kelamin perempuan ditumbuhi bulu, guna memelihara

kebersihan dan kerapian, bulu-bulu pubis sebaiknya dicukur. Bagi

pemeluk agama islam, disunahkan untuk mencukur habis bulu-bulu

pubis setiap 40 hari. Dengan mencukur bulu-bulu pubis akan selalu

terjaga, sehingga tidak menjadi media kehidupan kutu dan jasad

27
renik, serta aroma yang tidak sedap. Bulu pubis yang terlalu panjang

dan lebat akan selalu terpapar oleh urin saat buang air kecil (Depkes,

2010).

d. Kebersihan alat kelamin eksternal

Membiasakan diri untuk membersihkan vulva setiap selesai buang

air kecil atau buang air besar dan mengeringkan sampai benar-benar

kering sebelum mengenakan pakaian dalam adalah perilaku yang

benar. Teknik membersihkan vulva adalah dari arah depan

kebelakang. Jika perlu, gunakan air hangat. Bersihkan vulva dengan

tidak menggunakan cairan antiseptik secara berlebihan, karena akan

merusak flora normal, yaitu bakteri Doderlein. Kuman ini memecah

glikogen pada lendir vagina menjadi asam (pH ± 4,5) yang bersifat

bakterisida (membunuh kuman). Penggunaan antiseptik yang

berlebihan akan membunuh flora normal ini dan memberi

kesempatan bagi berkembang biaknya kuman patogenik, sehingga

tubuh akan rentan terhadap infeksi (Depkes, 2010).

e. Jangan menggunakan bedak pada vagina karena bedak yang terselip

di dalam vagina bisa menimbulkan jamur dan iritasi.

f. Tidak menggunakan air kotor untuk mencuci vagina.

28
2. Cara Perawatan Alat Genitalia Saat Menstruasi

a. Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari.

b. Membersihkan kotoran yang keluar dari alat kelamin dan anus

dengan air atau kertas pembersih (tissu), dengan cara membersihkan

dari daerah vagina ke arah anus untuk mencegah kotoran dari anus

masuk ke vagina.

c. Tidak menggunakan air kotor untuk mencuci vagina.

d. Penggunaan pembalut wanita

Pada saat haid, harus memakai pembalut yang bersih. Pilih

pembalut yang tidak berwarna dan tidak mengandung parfum

(pewangi) dan daya serapnya tinggi, sehingga tetap merasa nyaman

selama menggunakannya. Sebaiknya pilih pembalut yang tidak

mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat

menyebabkan iritasi dan menyebabkan timbulnya rasa gatal.

Pembalut selama menstruasi harus diganti secara teratur 4-5 kali atau

setiap setelah mandi dan buang air kecil. Penggantian pembalut yang

tepat adalah apabila di permukaan pembalut telah ada gumpalan

darah. Alasannya karena gumpalan darah yang terdapat dipermukaan

pembalut tersebut merupakan tempat yang sangat baik untuk

perkembangan bakteri dan jamur. Jika menggunakan pembalut sekali

pakai sebaiknya dibersihkan dulu sebelum dibungkus lalu dibuang

ke tempat sampah. Untuk pembalut tradisional (kain) sebaiknya

direndam memakai sabun ditempat tertutup terlebih dahulu sebelum

29
dicuci. Hal ini dilakukan untuk mengurangi paparan zat kimia pada

vulva. Setelah buang air kecil atau buang air besar, ganti pembalut

yang bersih (Malika, 2011).

e. Penggunaan pantyliner

Pantyliner digunakan apabila sedang mengalami keputihan atau

menstruasi yang tinggal sedikit. Tetapi sebaiknya tidak digunakan

setiap hari. Pantyliner justru dapat memicu kelembapan karena

bagian dasarnya terbuat dari plastik. Pilih pantyliner yang tidak

mengandung parfum, terutama buat mereka yang berkulit sensitif

(Malika, 2011).

3. Tujuan Perawatan Alat Genitalia

a. Menjaga kesehatan dan kebersihan vagina.

b. Membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada disekitar vulva di

luar vagina.

c. Mempertahankan Ph derajat keasaman vagina normal, yaitu 3,5

sampai 4,5.

d. Mencegah rangsangan tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa.

e. Mencegah munculnya keputihan dan virus (Siswono, 2001).

4. Manfaat Perawatan Alat Genitalia

Menurut Siswono (2001), perawatan vagina memiliki beberapa manfaat,

antara lain:

a. Menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap bersih dan nyaman.

b. Mencegah munculnya keputihan, bau tak sedap.

30
5. Dampak Perawatan Alat Genitalia Yang Tidak Benar

a. Keputihan patologis

Keputihan yang bersifat patologis dengan ciri khas cairan vagina

tidak normal. Jumlah cairan yang keluar sangat banyak atau

berlebihan, berbau amis atau apek, menyebabkan gatal dan nyeri di

sekitar daerah kelamin, serta berwarna putih susu, kuning tua,

cokelat, kehijauan, bahkan ada yang sampai berwarna merah dan

menimbulkan kelainan pada daerah kelamin luar, seperti benjolan.

b. Kanker serviks sebagai efek lanjut

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah

leher rahim yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang

merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim

(uterus) dengan liang senggama wanita (vagina).

31
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan

suatu pengertian oleh karena itu konsep tidak dapat diamati atau diukur, maka

konsep tersebut dapat dijabarkan kedalam variabel-variabel, dari variabel itulah

konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2005 : 45)

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan Siswa SMA


Tentang Kebersihan Perilaku Merawat Alat
Genitalia Genitalia Saat Menstruasi

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Hubungan

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

32
B. Hipotesis

Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan

kebenarannya melalui analisis dari terhadap bukti-bukti empiris (Danim.S,

2003:169). Hipotesis adalah jawaban sementara atau pertanyaan penelitian

yang harus diuji vadiliitasnya secara empiris (Sastroasmoro dan Ismail, edisi 3,

2008 : 39).

Dari kerangka konsep diatas maka hipotesis :

1. Ada hubungan antara pengetahuan siswi SMA tentang kebersihan genitalia

dengan perilaku merawat alat genitalia saat menstruasi.

33
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan

penelitian atau untuk menguji kesalahan hipotesis (Sastroasmoro dan Ismael,

2008: Hal 46).

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik dengan pendekatan

cross sectional. Pengukuran variabel dilakukan pada suatu saat tertentu. Kata

suatu saat bukan berarti semua subyek diamati tepat pada saat yang sama,

tetapi artinya tiap subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut

(Notoatmodjo, 2007).

34
B. Kerangka Kerja

Populasi : seluruh siswi Kelas X SMA Negeri 1 Makale

Purposive Sampling

Sampel : Sebagian siswi Kelas X SMA Negeri 1 Makale

Informed Consent

Pengumpulan data dan kuesioner

Pengolahan data

Editing

Coding

Tabulating

Analisa data : Bivarita dan UnivariatChi-


square

Penyajian data dan hasil

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1. Kerangka Kerja

35
C. Identifikasi Variabel

Variabel adalah konsep yang mempunyai variabilitas. Konsep merupakan

penggambaran / abstraksi dari suatu fenomena tertentu, sehingga pada akhirnya

variabel merupakan segala sesuatu yang bervariasi. Variabel merupakan ciri

atau sifat yang dikaji, suatu sifat yang dapat memiliki bermacam-macam nilai

(sesuatu yang bervariasi) (Saryono, 2008: 34).

1. Variabel Independen (variabel terikat)

Variabel Independen adalah variabel yang mempengaruhi atau dianggap

menentukan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang diteliti variabel

independennya adalah pengetahuan siswi SMA tentang kebersihan

genitalia.

2. Variabel Dependen (bebas)

Variabel Dependen adalah variabel yang berubah akibat variabel

independen (Notoatmojo, 2005). Dalam penelitian ini variabel

dependennya adalah Perilaku Merawat Alat Genitalia Saat Menstruasi.

36
D. Definisi Operasional

Mendefenisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik

yang di amati.

Tabel 4.1. Defenisi Operasional

Defenisi Kriteria Cara Skala


No Variabel
Operasional Objektif Ukur Ukur

1 Variabel Kuesioner Ordinal

Independen:

Pengetahuan

siswi SMA

tentang

kebersihan

genitalia

2 Variabel Sesuatu yang - Pengertian Kuesioner, Ordinal

dependen: diketahui oleh kebersihan

Perilaku siswi tentang alat genitalia

merawat alat perawatan alat - Anatomi alat

genitalia saat genitalia saat genitalia

menstruasi menstruasi - Cara

perawatan

alat genitalia

- Cara

perawatan

37
alat genitalia

saat

menstruasi

E. Sampling Desain

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh

peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya

(Sugiyono,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 1

Makale Kelas X.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam

penelitian ini adalah semua siswi SMA Negeri 1 Makale Kelas X yang

berjumlah ……. Orang yang memenuhi kriteria:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada

populasi target dan pada populasi terjangkau (Sastro Asmoro dan

Ismael, 2008). Kriteria inklusi yang akan digunakan adalah:

1) Siswi SMA Negeri 1 Makale Kelas X

2) Bersedia menjadi responden

3) Hadir saat dilakukan penelitian

38
b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah sebagian objek yang memenuhi kriteria inklusi

harus dikeluarkan karena berbagai sebab. Kriteria yang akan digunakan

adalah:

1) Tidak bersedia menjadi responden

2) Tidak hadir saat dilakukan penelitian

3) Siswi bukan SMA Negeri 1 Makale Kelas X

c. Besar Sampel

Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan biaya yang dimiliki

peneliti, maka tidak memungkinkan mengambil semua populasi. Oleh

karena itu, peneliti menentukan jumlah sampel minimal yang dapat

mewakili semua populasi dengan menggunakan rumus dan indeks

kepercayaan (𝑑 2 = 0,05) yaitu sebagai berikut:

Keterangan:

n = Sampel

N = Populasi

D = Tingkat Signifikan (0,5)

3. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlah sesuai

dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya dengan

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel

yang respresentative (Margono, 2009). Teknik sampling dalam penelitian

39
ini menggunakan purposive sampling, yaitu menetapkan sampel yang

sesuai dengan kriteria inklusi.

F. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 1 Makale. Penelitian akan

dilakukan pada bulan Juli 2016.

G. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan secara langsung yaitu

meliputi data karakteristik siswi (Pengetahuan Siswi SMA) dan sampel

adalah Perilaku Merawat Alat Genitalia Saat Menstruasi.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-

hal yang ia ketahui. Dari pengertian diatas dapat diketahui bahwa angket

adalah suatu cara pengumpulan informasi dengan menyampaikan suatu

daftar pertanyaan observasi tentang hal-hal yang diteliti.

40
I. Pengolahan Data

Data yang diperoleh diolah dengan tahapan berikut ini:

1. Editing

Editing dilakukan dengan memeriksa ketetapan dan kelengkapan

pertanyaan apabila ada data yang belum lengkap, maka dilakukan

wawancara ulang.

2. Coding

Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketetapan dan kelengkapannya

kemudian diberi kode penelitian yang dilakukan secara manual.

3. Tabulating

Data yang telah terkumpul ditabulasi dalam bentuk table distribusi

frekuensi.

4. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa Univariat yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

variabel yang akan diteliti yaitu variabel independen dan variabel

dependen.

b. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan penyediaan air

bersih, kebersihan perorangan, kepadatan hunian yang selanjutnya

dianalisa dengan menggunakan rumus Chi Square.

41
J. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti perlu mendapat adanya

rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan mengajukan permohonan ini

kepada institusi atau lembaga tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan

barulah melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang

meliputi:

1. Lembar Persetujuan (Informant Consent)

Lembar persetujuan diedarkan sebelum penelitian dilaksanakan agar

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta dampak yang

akan terjadi selama proses pengumpulan data. Jika responden bersedia

diteliti mereka harus menandatangani lembar persetujuan tersebut, jika

tidak peneliti harus menghormati hak-hak responden.

2. Tanpa Nama (Anonymity)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti.

42

Anda mungkin juga menyukai