Anda di halaman 1dari 9

Tanda-tanda anak hiperaktif adalah:

gerakannya terlalu Aktif tidak bertujuan tidak memuji Anda sepanjang hari bahkan waktu tidur ada yang
melakukan gerakan diluar kesadaran suka mengacau teman-teman sebayanya dalam bertindak hanya
menurutkan kata hatinya sendiri dan mudah tersinggung sulit memperhatikan dengan baik

Kesulitan berkonsentrasi

Perilaku impulsif

Berbicara yang tidak pada tempatnya

Berkata-kata tanpa berpikir

Memukul teman sekelas, kakak, atau adiknya

Hiperaktivitas dapat ditunjukkan dengan tanda-tanda seperti:

Terus bergerak secara berlebihan, seolah tidak pernah lelah

Agresif (bersikap atau berkata-kata kasar)

Impulsif (tak berpikir panjang sebelum bertindak), misalnya merusak mainan favoritnya sendiri baru
kemudian menyesal

Tidak bisa fokus, selalu ganti-ganti aktivitas dan susah diajak bicara

Panduan MengajarPanduan Mengajar

Your teaching inspiration!

Home Tips Bagaimana Cara Guru Mengatasi Anak Hiperaktif?

Bagaimana Cara Guru Mengatasi Anak Hiperaktif?

Bagaimana Cara Guru Mengatasi Anak Hiperaktif?


Masih menjadi persoalan sampai saat ini apakah anak hiperaktif boleh masuk di sekolah umum atau di
sekolah yang khusus menangani anak-anak berkebutuhan khusus.

Di satu sisi, aturan menyebutkan bahwa sekolah dilarang menolak siswa yang sudah memasuki usia
sekolah, selama kuota masih ada. Di sisi lain, sebagian besar guru tidak memiliki keahlian menangani
anak seperti ini.

. . .ini salah satu dilema terbesar guru.

Sekolah bisa saja mengarahkan orang tua agar memasukkan anaknya ke Sekolah Luar Biasa. Faktanya
lebih banyak orang tua yang tidak rela dan memohon agar anaknya diterima karena yakin jika anaknya
berkumpul dengan anak-anak normal, ia pun akan beradaptasi dan tumbuh sebagaimana anak pada
umumnya.

Nah, ada baiknya guru memiliki keahlian menangani anak-anak seperti ini.

Bukan keahlian sebenarnya. Tetapi hanya keterampilan dasar untuk menghadapi anak-anak yang terkenal
membuat orang lain jengkel dan kewalahan ini.

Sebelum kita melihat bagaimana mengatasi siswa hiperaktif, ada baiknya kita tahu dulu perbedaan siswa
aktif dan hiperaktif. Ini penting karena masih banyak yang belum tahu perbedaannya.

Sering kita melihat siswa yang selalu bergerak, seolah tak bisa diam. Lalu beberapa orang (mungkin
termasuk kita) melabelinya dengan sebutan anak hiperaktif.

Belum tentu.

Anak yang pola tingkah lakunya berlebihan dibanding temannya, suka jahil, gampang berbuat onar, tak
bisa diatur belum tentu masuk kategori hiperaktif. Bisa saja ia hanyalah tipe siswa aktif dalam arti
memiliki energi dan tenaga yang berlebih, sehingga perilakunya secara kuantitas lebih menonjol
dibanding lainnya.

Mereka itu anak normal, tanpa gangguan.

Berbeda dengan anak aktif, anak hiperaktif memiliki gangguan perkembangan otak, yang menyebabkan
tingkah lakunya menjadi tidak normal. Bukan itu saja, hiperaktif juga bisa disebabkan oleh gegar otak,
gangguan di kepala karena terjatuh, atau karena faktor bawaan sejak kecil.

Perbedaan Anak Aktif dan Hiperaktif

Untuk lebih jelasnya, inilah perbedaan antara keduanya:

Bagaimana saat ia diberikan tugas/aktivitas?

Anak aktif masih menunjukkan konsentrasi dan fokusnya, sedangkan anak hiperaktif cenderung tidak
fokus dan cepat merasa jenuh sebelum tugasnya selesai. Kadang-kadang ia sampai meluapkan
kemarahan di luar batas saat merasa tak mampu menyelesaikannya.

Bagaimana saat bergaul bersama temannya?

Anak aktif masih menunjukkan empati dan kepedulian untuk berbagi, sedangkan anak hiperaktif sulit
bergaul karena sangat agresif, gampang marah dan memberontak, bahkan merusak.

Dan ini yang lebih jelas…

Bagaimana saat ia merasa lelah?

Anak paling aktif sekalipun akan menyadari dirinya perlu beristirahat, sedangkan anak hiperaktif seperti
tak kenal kata lelah. Selalu saja ada hal-hal yang membuatnya berbuat sesuatu, dan kebanyakan adalah
aktivitas-aktivitas yang tidak perlu seperti mengangkat kedua tangan, menggerak-gerakkan kaki,
memukul meja, menaiki kursi, dan sebagainya.
Baiklah, setelah kita tahu perbedaan antara keduanya, kita bisa memberikan perlakuan. Sebenarnya
penanganan terhadap anak hiperaktif lebih baik jika diserahkan pada guru yang fokus di bidangnya, yakni
guru bimbingan dan konseling.

Tapi kita tahu tidak semua sekolah memilikinya. Apalagi di SD yang memang menugaskan guru kelas
untuk menjalankan fungsi psikiater ini.

Apa yang terjadi jika guru tidak punya kemampuan mengatasi anak hiperaktif?

Ketidakmampuan mengatasi anak hiperaktif akan berakibat pada hal-hal berikut:

* Kegiatan belajar mengajar akan terkendala

Mungkin saat ini anda tidak punya siswa berkebutuhan khusus ini. Tapi bisa saja saat-saat ke depan akan
menghadapinya. Nah jika kita punya modal trik yang bagus untuk mengatasinya, tentu kita akan siap jika
sewaktu-waktu diminta menganganinya.

* Menghambat perkembangan teman lainnya

Kita tahu bahwa yang paling dipikirkan guru saat ada anak hiperaktif adalah teman-temannya.
Bagaimana tidak, seisi kelas bisa-bisa gagal berkonsentrasi karena ulah berlebihan satu anak ini.

* Membahayakan anak hiperaktif itu sendiri

Akibat yang terakhir adalah keselamatan anak hiperaktif itu sendiri. Hal buruk bisa terjadi diluar
kesadaran anak jika guru tidak memiliki kemampuan menanganinya.

Tips Mengatasi Anak Hiperaktif

Baik, inilah cara yang bisa ditempuh guru untuk menenangkan anak hiperaktif.

1. Saat tingkah lakunya sudah tak terkendali, beri sentuhan atau pijatan lembut pada pundaknya.
Sentuhan lembut dan pijatan adalah salah satu gerakan ketenangan.
Yakinkan bahwa Anda lah orang yang bisa ia percaya. Sehingga ia harus bisa menenangkan diri saat
bersama anda.

2. Dampingi ia ketika ada gelagat marah yang berlebihan. Segeralah memintanya menarik napas yang
panjang, keluarkan perlahan.. Sampai ia menunjukkan sikap tenang.

3. Aturlah apa saja yang boleh ia konsumsi di sekolah. Hal ini tentu saja sudah dikonsultasikan dengan
orang tua.

Makanan yang mengandung banyak gula, bahan pengawet, pewarna, perasa, pengawet, dan minuman
dingin sangat tidak baik baik anak hiperaktif karena bisa mengakibatkan agitasi.

4. Jangan mengatakan anda akan memberi perlakuan yang berbeda dibanding teman lainnya. Ini salah
satu yang bisa memicu kemarahannya.

Biarkan ia melakukan aktivitas sebagaimana biasa, sehingga teman-temannya bisa mengerti apa yang
harus dilakukan untuk membantunya.

5. Beri pengertian teman satu kelas untuk tidak antipati terhadapnya. Bahkan mereka bisa berperan
membantu si anak hiperaktif agar bersikap normal kembali.

Berilah petunjuk yang jelas kapan harus mendekat dan mengajaknya bermain, dan kapan harus menjaga
jarak.

6. Dorong dia untuk aktif berolahraga tidak hanya saat pelajaran di sekolah namun juga di rumah.

Olahraga merupakan aktivitas yang membutuhkan energi ekstra, sehingga bila anak menyadarinya ia
akan tahu aktivitas apa yang bisa mengalihkannya dari rasa frustasi dan marah yang berlebih.
7. Gunakan ruangan tertentu yang tenang dan pencahayaan yang redup saat ia memerlukan ketenangan.

Kita tahu ruang kelas sering berisik oleh suara siswa-siswa. Jika memungkinan, gunakan satu ruang yang
tenang. Ini akan membantu mempercepat proses relaksasi yang dilakukannya.

8. Komunikasikan dengan orang tua tentang perubahan yang terjadi.

Segera sampaikan apa saja perubahan dalam diri anak. Guru tidak bisa menjamin anak hiperaktif bisa
tumbuh normal sebagaimana anak pada umumnya, namun hanya mengupayakannya.

Untuk itu jika kemampuan guru sudah mencapai batas, maka harus segera menghubungi orang tua
untuk membicarakan upaya-upaya selanjutnya

Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.
Individu tunalaras biasanya menunjukan perilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan
aturan yang berlaku di sekitarnya. Anak ini bertingkah laku menyimpang dari norma-norma dan adat
yang berlaku di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
internal dan eksternal.

Anak tunalaras, yang dimaksud disini adalah anak yang mengalami hambatan/kesulitan untuk
menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial, bertingkah laku menyimpang dari norma-norma yang
berlaku dan dalam kehidupan sehari-hari sering disebut anak nakal sehingga dapat meresahkan/
mengganggu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Pendekatan perilaku

Pendekatan perilaku ini dilakukan bertujuan untuk mengubah pola perilaku negatif anak menjadi
perilaku yang positif. Caranya dengan melakukan pendekatan baik oleh orang tua atau pun guru sekolah
dengan terus berusaha memberikan pengarahan yang tepat pada anak. Pendekatan perilaku ini juga bisa
terapkan pada cara mengatasi anak yang nakal.

Pendekatan pendidikan

Sekolah juga bisa menjadi lingkungan terapis pada anak agar bisa mendapat prestasi akademik seperti
anak lainnya. Untuk itu, penting sekali untuk menempatkan anak pada sekolah yang tepat. Sekolah yang
mampu memberikan suasana yang nyaman dan tenang sehingga bisa membantu anak untuk
berkonsentrasi.

Bantu anak berperilaku positif

Berikan contoh bagaimana berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari pada anak, tentu saja
dengan cara menjadi ibu teladan bagi anak.

Tunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada anak, karena umumnya anak berperilaku negatif karena
kurang merasa diperhatikan. Ini juga merupakan tindakan tepat yang bisa dilakukan sebagai cara
mengahadapi anak beranjak remaja yang rentan dengan kenakalan.

Berikan pengarahan yang jelas

Untuk cara mengatasi anak tunalaras ini, berikanlah pengarahan yang jelas. Pastikan anak memahami
dan tahu dengan pasti apa yang harus ia lakukan dalam menghadapi atau memecahkan suatu masalah
dengan memikirkan solusi yang tepat. Cara mengatasi anak keras kepala juga bisa dengan tindakan ini.

Hindari penyebab anak tunalaras

Hal yang paling penting dalam mengatasi anak tunalaras ini adalah dengan menganalisis perilaku negatif
anak. Sehingga dengan begitu kita bisa melakukan pencegahan dan penangan yang tepat pada anak
tunalaras. Begitu juga dengan cara mengatasi anak remaja yang susah di atur, harus lebih bisa
memahami faktor penyebabnya.
Gejala yang Ditunjukkan Anak Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar

Gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan belajar dapat diamati dalam berbagai bentuk. Ia dapat
muncul dalam bentuk perilaku yang menyimpang atau menurunnya hasil belajar. Perilaku yang
menyimpang juga muncul dalam berbagai bentuk, seperti: suka mengganggu teman, sukar memusatkan
perhatian, sering termenung, hiperaktif, sering membolos.

Menurunnya hasil belajar merupakan gejala kesulitan belajar yang paling jelas. Menurunnya hasil belajar
ini dapat dilihat dari rendahnya hasil latihan, baik latihan di kelas maupun pekerjaan rumah dan
menurunnya hasil ulangan harian/post test yang ditandai dengan diperolehnya nilai-nilai yang rendah.
Nilai-nilai rendah yang dicapai siswa inilah yang dapat dijadikan indikator yang kuat tentang adanya
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.[1]

Selain itu, beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar, misalnya:

1. Menunjukkan prestasi yang rendah/di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi
nilainya selalu rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam
segala hal.

4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura, dusta, dan lain-lain.

5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan.

Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan belajar
anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan mendidik siswanya.
Bimbingan yang harus dilakukan guru dalam menghadapi anak yang mengalami kesulitan membaca
antara lain :

1. Bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf

Langkah yang harus ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan kurang mengenali
huruf ini dapat berupa :

– Huruf dijadikan bahan nyanyian.

– Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya

huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).

2. Bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata


Langkah yang dilakuan guru untuk mengatsi anak yang mengalami kesulitan jenis ini adalah :

– Gunakanlah bacaan yang tingkat kesulitannya rendah.

– Anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras.

– Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu pengayaan kosakata.

– Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan anak membaca dan
putarlah hasil rekaman tersebut.

Anda mungkin juga menyukai