A.I Kucing
A.I Kucing
ABSTRACT
The aim of this study is to detect the presence of Avian Influenza virus
subtype H5 on stray cats (Felis silvestris catus) in Bandung. Trachea and nasal
swab of stray cats (Felis silvestris catus) samples were collected from several part
like RSHS, Ciroyom Traditional Market, Bandung Zoo, District of Padasuka and
Subdistrict of Cicadas. Samples for HA test were isolated from trachea and nasal
swab of stray cats (Felis silvestris catus). Swab samples were inoculated in SPF
(Specific Pathogen Free) 9-11 days embryoned chicken eggs, then were incubated
at 37 0C for 4 days. At fourth day, the isolate were harvested. The positive result
of HA test was continued for HI test. HI test was positive when inhibition of
hemagglutination was shown, that was signed by unagglutinated, sedimented
erythrocytes on the base of microplate’s wells.The result showed that from 34
samples, there was one sample (Ciroyom Traditional Market) had Avian Influenza
virus subtype H5
Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Sampel swab hidung
dan trakhea diambil langsung dari lapangan, dibawa serta dianalisis di
laboratorium. Pengambilan sampel dilakukan di kota Bandung berdasarkan daerah
yang memiliki resiko tinggi terhadap virus Avian Influenza.
Penentuan daerah pengambilan sampel dikoordinasikan dengan Dinas
Peternakan Propinsi Jawa Barat. Daerah tersebut antara lain Pasar Ciroyom
Bandung, RS.Hasan Sadikin Bandung, Kebun Binatang Bandung, Kelurahan
Cicadas dan Kecamatan Padasuka. Pemeriksaan sampel yang dilakukan di
laboratorium Avian Influenza Tropical Disease Centre Universitas Airlangga
Surabaya.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung venoject,
spuit+needle, Media Transport 199, rak tabung reaksi, tabung sentrifugase,
sentrifuse, inkubator, alat untuk candling, ice box, tabung conical dan EDTA,
yellow tip dan blue tip, microplate ” V ”, micropipet 50μl, 100μl dan 1000μl,
multichanel pipet, eppendoof, cottonbud, sarung tangan (glove). Bahan yang
digunakan adalah swab hidung dan trakhea kucing, TAB umur 9-11 hari bersifat
SPF (Medion), antiserum Avian Influenza subtipe H5N1 (Balitvet), eritrosit ayam
0,5%, Phospat Buffer Saline (PBS), alkohol 70%, aquades steril.
Sampel yang digunakan adalah swab hidung dan trakhea kucing, Swab
hidung dan trakhea dilakukan dengan menggunakan cottonbud steril. Swab
tersebut kemudian dimasukkan dalam medium transport 199. Hasil swab tersebut
dimasukkan dalam cooler yang berisi es yang selanjutnya di simpan dalam lemari
es dengan suhu -80 0C sebelum diinokulasikan pada telur ayam bertunas (TAB).
Sebelum hasil swab hidung dan trakhea diinokulasikan pada telur ayam
bertunas (TAB) berumur 9-11 hari yang bersifat SPF (Spesific Pathogenic Free)
maka hasil swab tersebut di vortex terlebih dahulu kemudian dilakukan sentrifuse.
Hasil dari sentrifuse diinokulasikan pada TAB berumur 9-11 hari yang bersifat
SPF kemudian TAB diinkubasi pada inkubator 37oC selama empat hari. Telur
ayam bertunas ini diamati untuk dicandling embrionya. Bagi embrio yang mati
sebelum empat hari, dikeluarkan kemudian disimpan pada lemari es dengan suhu
4oC. Setelah 24 jam TAB yang berada di lemari es, cairan alantoisnya dipanen.
Cairan alantois selanjutnya diuji dengan uji hemaglutinasi (uji HA). Apabila hasil
uji HA menunjukkan hasil positif maka dilanjutkan dengan uji hambatan
hemaglutinasi (uji HI) (Pusat Veterinaria Farma, 2006).
Pengujian HA mikroteknik dan HI mikroteknik memerlukan suspensi
eritrosit dengan konsentrasi 0,5 %. Cara mendapatkan suspensi eritrosit dengan
konsentrasi 0,5 % adalah sebagai berikut : darah ayam diambil melalui vena
brachialis dengan menggunakan spuit dan needle diambil sebanyak 3 ml
kemudian dimasukkan dalam tabung venoject yang telah diisi dengan anti-
koagulan EDTA. Darah tersebut disentrifuse selama 5 menit dengan kecepatan
2500 rpm. Supernatan dibuangdan sisa endapannya dicuci dengan menambahkan
PBS, kemudian disentrifuse lagi selama 5 menit.
Setelah terjadi endapan kembali, supernatannya dibuang. Pencucian
tersebut diulang sampai tiga kali dengan cara yang sama hingga didapatkan
suspensi eritrosit 100%. Suspensi eritrosit dengan konsentrasi 0,5 % didapatkan
dengan menambahkan PBS hingga konsentrasi eritrosit 0,5 %. Uji hemaglutinasi
(uji HA) dapat digunakan untuk mendeteksi virus yang memiliki hemaglutinin.
Adanya hemaglutinin akan dapat mengaglutinasi eritrosit dari beberapa spesies,
seperti unggas, mamalia maupun manusia. Selain dapat mendeteksi adanya virus
yang memiliki hemaglutinin, uji HA juga biasa digunakan untuk mengukur titer
antigen.
Uji HA mikrotiter (mikroteknik) pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui titer isolat dan juga digunakan untuk retritasi. Pada uji ini digunakan
microplate” V ”.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengisi lubang microplate
dengan PBS sebanyak 0,05 ml mulai dari lubang no 2-12 pada baris A sampai
baris H. Lubang microplate pada baris H digunakan sebagai kontrol eritrosit.
Lubang microplate no 1 pada baris A sampai G diisi dengan cairan alantois
TAB 0,1 ml kemudian cairan alantois TAB pada lubang no 1 pada baris A sampai
baris G diambil 0,05 ml dan dilakukan pengenceran. Cairan alantois TAB yang
telah diambil dari lubang no 1 pada baris A sebanyak 0,05 ml dicampur dengan
PBS pada lubang kedua, setelah dilakukan pencampuran hingga rata diambil 0,05
ml dan dipindahkan pada lubang berikutnya, demikian seterusnya hingga lubang
no 12 dan pada lubang microplate no 12 tersebut diambil 0,05 ml untuk dibuang.
Perlakuan tersebut juga dilakukan pada baris B,C,D,E,F dan G. Langkah
berikutnya adalah mengisi semua lubang microplate dengan eritrosit ayam 0,5%
sebanyak 0,05 ml, kemudian diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit lalu
dibaca titernya. Pada uji HI, antigen yang diperlukan adalah antigen yang
memiliki titer 8 HAU/0,05 ml berdasarkan Pusat Veterinaria Farma (2006).
Reaksi hambatan hemaglutinasi ini dapat digunakan untuk membantu
diagnosis laboratorium dalam melakukan identifikasi virus. Selain itu juga dapat
menentukan status kekebalan setelah vaksinasi atau sembuh dari penyakit dengan
mengetahui titer antibodi atau antiserum.
Langkah-langkah dalam uji HI mikroteknik hasil isolasi adalah sebagai
berikut : Lubang microplate diisi PBS 0,025 ml dari lubang no 1-12 pada baris B
sampai baris H. Masukkan antiserum H5N1 sebanyak 0,05 ml pada lubang no 1-
12 pada baris A, kemudian dibuat pengenceran serial dengan cara mengambil
0,025 ml antiserum H5N1 dari lubang no 1-12 pada baris A kemudian
dipindahkan ke lubang no 1-12 pada baris B dan campur hingga rata, dari lubang
no 1-12 pada baris B diambil 0,025 ml dan dipindahkan ke lubang no 1-12 pada
baris C demikian seterusnya. Lubang no 1- 12 pada baris H ditambahkan dengan
antiserum H5N1 sebanyak 0,025 ml sebagai kontrol antiserum H5N1. Semua
lubang ditambahkan dengan isolat 4 HA unit/0,025 ml sebanyak 0,025 ml, kecuali
lubang no 1-12 pada baris H. Setelah penambahan isolat 4 HA unit/0,025 ml,
microplate diletakkan di mechanical vibrator hingga antiserum dan antigen
tercampur rata, kemudian diinkubasi pada suhu 220C – 250C selam 30 menit.
Setelah diinkubasi semua lubang ditambahkan eritrosit ayam 0,5% sebanyak 0,05
ml. Pembacaan hasil pengujian dilakukan setelah diinkubasi selama 30 menit.
Hasil uji HI positif ditandai dengan adanya pengendapan eritrosit berbentuk titik
di tengah sumuran (Pusat VeterinariaFarma, 2006).
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mulai bulan September 2006
sampai Maret 2007, dapat ditarik kesimpulan bahwa Avian Influenza subtipe H5
dapat di isolasi dari satu ekor kucing jalanan (Felis silvestris catus) di wilayah
kota Bandung khususnya Pasar Ciroyom.
Daftar Pustaka
Akoso, B. T. 2006. “Waspada Flu Burung” Penyakit Menular Pada Hewan dan
Manusia. Kanisius.
Yogyakarta.
CDC-Avian Influenza (Bird flu). 2006. Question and Answer About Avian
Influenza (Bird flu) and Avian
Influenza A (H5N1) Virus. http://www.cdc.gov/flu/avian/geu-info/fact.htm [4
Februari 2007]
Depkes R.I. 2007. Kasus Flu Burung Indonesia Paling banyak Di Dunia
http://www.itjen.depkes.go.id/index.php?=news&task=viewarticle&Sid= 2552
[April 2007]
Direktorat Jenderal Peternakan. 2007. Gejala dan Cara Pencegahan Flu Burung
(Avian Influenza).
Direktorat Budidaya Ternak Non Ruminansia. Direktorat Jenderal Peternakan.
Jakarta.
Ernawati, R., A. P. Rahardjo., N. Sianita., J. Rahmahani., F. A. Rantam., W.
Tjahjaningsih dan Suwarno.
2004. Petunjuk Praktikum Pemeriksaan Virologik dan Serologik. Laboratorium
Virologi dan
Imunologi Bagian Mikrobiologi Veteriner. Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Airlangga.
Surabaya.
FAO Animal Production and Health Division. 2006. H5N1 in Cats. In: Animal
Health Special Report.
www.fao.org/AG/AGAINFO/SUBJECT/en/health/disease-cards/avian_cats.html-
29k
[ 4 Februari 2007 ]
Fenner, F. J., E. P. J., Gibss, F. A., Murphy, R., Rott, M.J., Studdert and D. o.
White. 1995. Veterinary
Virology 2nd Ed. (Harya Putra, dkk., trans). Semarang: IKIP Semarang Press.
Horimoto, T., Y. Kawaoka. 2001. Pandemic Threat Posed By Avian Influenza A
Viruses. Clinical
Microbiology Reviews. 14 (1): 129-149.
Keawcharoen, J., K. Oraveerakul., T. Kuiken., R.A.M. Fouchier., A. Amonsin., S.
Payungporn., S.
Noppornpanth., S. Wattanodorn., A. Theamboonlers., R. Tantilertcharoen., R.
Pattanarangsan.,
N. Arya., P. Ratanakorn., A.D.M.E. Osterhaus and Y. Poovorawan. 2004. Avian
Influenza H5N1
in Tigers and Leopards. CDC - EID. 10 (12).
http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol10no12/04-
0759.htm [ 20 Maret 2007 ]
Kuiken, T., G. Rimmelzwan., D. van Riel., G. van Amerongen., M. Baars., R.
Fouchier and A.
Osterhaus. 2004. Avian H5N1 Influenza in Cats. SCIENCE . 306.
www.sciencemag.org/cgi/content/full/1102287/DCI [ 20 Maret 2007 ]
Pikiran Rakyat. 2007. Penyebaran Flu Burung Relatif Cepat ” Kota Bandung
Mengkhawatirkan ”.
Bandung. 24 Januari.
Pusat Veterinaria Farma. 2006. Pengawasan dan Diagnosa Avian Influenza.
Buletin Veterinaria Farma 3
(6). Surabaya.
Songserm, T., Amonsin, A., Jam-on, R., Sae-Heng, N., Meemak, N., Pariyothorn,
N., Payungporn, S.,
Theamboolers, A. and Poovorawan, Y. 2006. Avian Influenza H5N1 in Naturally
Infected
Domestic Cats. Dis. CDC EID. 12(4). [ 4 April 2006]
Thanawongnuwech, R., A. Amonsin., R. Tantilertcharoen., S.
Damrongwatanapokin., A.
Theambonlers., S. Payungporn., k. Nanthapornphiphat., S. Ratanamungklanon., E.
Tunak., T.
Songserm., V. Vivatthanavanich., T. Lekdumrongsak., S. Kesdangsakonwut., S.
Tunhikorn and
Y. Poovorawan. 2005. Probable Tiger – to – Tiger Transmission of Avian
Influenza H5N1. CDC -
EID. 11 (5) http://www.cdc.gov/ncidod/EID/vol11no05/05-0007.htm
[ 20 Maret 2007 ]
WHO. 2006. H5N1 Avian Influenza in Domestic Cats.
www.worldhealthorganization.htm
[ 24 Januari 2007 ]
WHO-Indonesia. 2007. Avian Influenza. Jakarta. www.worldhealthorganization-
indonesia.htm
[ 24 Januari 2007 ]