Anda di halaman 1dari 12

e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

PENGARUH KOMPETENSI APARATUR, BUDAYA ORGANISASI,


WHISTLEBLOWING DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
TERHADAP PENCEGAHAN FRAUD DALAM
PENGELOLAAN DANA DESA
(STUDI EMPIRIS PADA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN
BULELENG)
1
Kadek Widiyarta, 1Nyoman Trisna Herawati, 2Anantawikrama Tungga Atmadja

Jurusan Akuntansi Program S1


Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail: {1 dekwiedie1996@gmail.com. 1aris_herawati@yahoo.com.


2
anantawikrama_tungga_atmadja@gmail.com}

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi aparatur,


budaya organisasi, whistleblowing dan sistem pengendalian internal terhadap
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa di pemerintah desa Kabupaten
Buleleng. Penelitian ini menggunakan rancangan dekskriptif kuantitatif. Populasi pada
penelitian ini adalah kepala desa atau perangkat desa yang desanya menerima dana
desa di Kabupaten Buleleng berjumlah 129 desa. Metode penarikan sampel dilakukan
dengan teknik Slovin dengan tingkat kelonggaran ketidaktelitian yang digunakan adalah
10%. Kemudian dilakukan teknik simple random sampling. Berdasarkan hasil
perhitungan tersebut, maka sampel yang digunakan sebagai responden dalam
penelitian ini sebanyak 57 orang dari seluruh jumlah populasi. Sumber data yang
digunakan adalah data primer. Data diperoleh dari penyebaran kuesioner kepada
responden yang sudah ditetapkan sebagai sampel. Teknik analisis data menggunakan
analisis regresi berganda berbantuan program SPSS versi 17. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: kompetensi aparatur, budaya organisasi, whistleblowing dan
sistem pengendalian internal berpangaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa di pemerintah desa Kabupaten
Buleleng.

Kata kunci: kompetensi aparatur, budaya organisasi, whistleblowing, SPI, pencegahan


fraud dalam pengelolaan dana desa

Abstract
This study aims to determine the influence of competence apparatus,
organizational culture, whistleblowing and internal control system against fraud
prevention in the management of village funds in the village government of Buleleng
Regency. This research uses quantitative dekskriptif design. The population in this study
is the village head or village apparatus whose village receives village funds in Buleleng
regency amounting to 129 villages. Sampling method is done by Slovin technique with
the degree of inaccuracy that is used is 10%. Then performed simple random sampling
technique. Based on the results of the calculation, the sample used as respondents in
this study as many as 57 people from the entire population. Data source used is primary
data. Data obtained from the questionnaires distributed to respondents who have been
set as a sample. Technique of data analysis using multiple regression analysis assisted
by program of SPSS version 17. Result of research indicate that: competence of

1
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

apparatus, organizational culture, whistleblowing and internal control system have


positive and partially significant effect on fraud prevention in village fund management in
village government of Buleleng Regency.

Keywords: competency apparatus, organizational culture, whistleblowing, SPI, fraud


prevention in village fund management

PENDAHULUAN tunjangannya kepada kepala desa beserta


Semakin meningkatnya tuntutan perangkatnya yang diharapkan dapat
masyarakat atas penyelenggaraan meningkatkan pelayanan kepada seluruh
pemerintahan yang bersih, adil, transparan, masyarakat desa.
dan akuntabel harus disikapi dengan serius Anggaran yang bersumber dari
dan sistematis. Segenap jajaran APBN yang mengalir ke kas desa terbagi
penyelenggara negara, baik dalam tataran kedalam 2 (dua) mekanisme penyaluran,
eksekutif, legislatif, dan yudikatif harus dana transfer ke daerah (on top) secara
memiliki komitmen bersama untuk bertahap yang dikenal dengan Dana Desa
menegakkan good governance dan clean dan mekanisme dana transfer melalui
government. Namun kondisi saat ini, masih APBD kabupaten/kota yang dialokasikan
ada daerah dalam penyelenggaraan 10% oleh pemerintah daerah untuk
pemerintahannya yang belum siap dengan disalurkan ke kas desa secara bertahap
sistem pemerintahan yang baru untuk yang dikenal dengan Alokasi Dana Desa
menyelenggarakan pemerintahan daerah (ADD).
sesuai dengan tatakelola pemerintahan Kebijakan alokasi anggaran yang
yang baik. Banyak terjadi kasus di sejumlah besar ini memiliki konsekuensi terhadap
daerah yang berkaitan dengan masalah pengelolaannya yang seharusnya
korupsi, ketidakberesan, penyalahgunaan dilaksanakan secara professional, efektif,
wewenang dan jabatan, pelanggaran, dan efisien, serta akuntabel yang didasarkan
masih banyak lagi kasus pidana lainnya. pada prinsip-prinsip manajemen publik
Hal ini terjadi karena lemahnya yang baik agar terhindarkan dari resiko
pengendalian internal dalam terjadinya penyimpangan, penyelewengan
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan korupsi. Pengelolaan keuangan desa
sehingga menjadi salah satu penyebab pada dasarnya mengikuti pola pengelolaan
terjadinya ketidakefisienan dan keuangan daerah dimana Kepala Desa
ketidakefektifan penyelenggaraan merupakan pemegang kekuasaan
pemerintahan daerah dan tentunya pengelolaan keuangan desa. Pendapatan,
berdampak pada pemborosan anggaran belanja dan pembiayaan desa harus
dan keuangan daerah. ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan
Harapan baru muncul ketika dan Belanja (APB) Desa yang ditetapkan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dalam peraturan desa oleh Kepala Desa
tentang Desa mulai disahkan pada tanggal bersama Badan Permusyawaratan Desa
15 Januari 2014 setelah sebelumnya (BPD).
melalui pembahasan selama kurang lebih 7 Peraturan Menteri Dalam Negeri No
tahun oleh anggota legislatif. Kelahiran UU 113 Tahun 2014 tentang Pedoman
tentang Desa ini akan memberikan Pengelolaan Keuangan Desa diharapkan
perubahan secara signifikan dalam tata dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan
kelola pemerintahan desa. Salah satunya keuangan desa karena didalamnya telah
kebijakan tata kelola desa yang dimuat mencakup berbagai prosedur pengelolaan
dalam UU desa yang baru ini adalah keuangan desa mulai dari perencanaan,
alokasi anggaran yang besar kepada desa pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
yang dimaksudkan untuk meningkatkan sampai dengan peranggungjawaban.
anggaran desa dalam pembangunan, Disamping itu Permendagri No 113 Tahun
pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan 2014 ini mengharuskan agar pengelolaan
masyarakat desa. Kemudian adanya keuangan desa dilakukan secara
pemberian penghasilan tetap dan

2
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

transparan, akuntabel dan partisipatif serta anggota organisasi sebagai pedoman atau
tertib dan disiplin anggaran. acuan dalam organisasi dalam melakukan
Namun sampai saat ini masih aktivitasnya baik yang diperuntukkan bagi
banyaknya terjadi kasus penyelewengan karyawan maupun untuk kepentingan orang
dana desa yang dilakukan oleh aparatur lain. Dihubungkan dengan permasalahan
desa dan bahkan dengan ikut campurnya kecurangan, salah satu faktor yang bisa
pemerintah daerah, maka diperlukan suatu mencegah kecurangan menurut Arens
cara untuk meminimalisir penyelewangan (2008:441) adalah budaya yang jujur dan
dari penggunaan dana desa, disamping etika yang tinggi. Kecurangan dapat
optimalisasi dari partisipasi masyarakat, dicegah dengan meningkatkan budaya
suatu bentuk antisipasi untuk mencegah organisasi yang dapat dilakukan dengan
kasus serupa terjadi sangat diperlukan mengimplementasikan prinsip-prinsip Good
seperti kompetensi aparatur, budaya Corparate Governance. Dengan budaya
organisasi, Whistleblowing, dan sistem organisasi yang baik dalam suatu instansi
pengendalian internal. dipercaya mampu meminimalisir
Faktor pertama yang mungkin dapat kemungkinan fraud untuk terjadi. Hasil
mempengaruhi pencegahan fraud dalam penelitian yang dilakukan oleh Anita dan
pengelolaan dana desa adalah kompetensi Zelmiyanti pada tahun 2015 menunjukkan
aparatur. Dengan adanya kompetensi jika budaya organisasi berpengaruh
aparatur yang memadai dalam pengelolaan signifikan positif terhadap pencegahan
keuangan desa, maka sangat diharapkan kecurangan. Berdasarkan uraian diatas
tujuan ekonomi dan sosial pemerintahan maka hipotesis kedua yang dibangun
desa dapat tercapai. Oleh karena itu, peran adalah:
serta pihak-pihak di luar pemerintahan desa H2: Budaya Organisasi berpengaruh
dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) positif dan signifikan terhadap
seperti tokoh desa, tokoh agama, kaum pencegahan fraud dalam
petani, pengusaha desa, serta perwakilan pengelolaan dana desa.
masyarakat lainnya harus bersinergi dan Faktor ketiga yang mungkin
dilibatkan dalam pengelolaan dana desa. mempengaruhi pecegahan fraud dalam
Prasetyo dan Muis (2015) menyatakan pengelolaan dana desa adalah
bahwa pengawasan terhadap pengelolaan whistleblowing. Salah satu upaya
keuangan desa seharusnya dilakukan whistleblowing yaitu dengan melakukan
secara profesional, ketat, terkontrol dan pelaporan yang dilakukan oleh anggota
berintegritas. Penelitian Fikri, dkk (2015) organisasi (aktif maupun non-aktif)
menyatakan bahwa kompetensi aparatur mengenai pelanggaran, tindakan illegal
dengan pemahaman akuntansi yang kurang atau tindakan tidak bermoral kepada pihak
menyebabkan pengelolaan keuangan tidak di dalam maupun di luar organisasi. Sistem
professional sehingga berpotensi terjadi ini merupakan wadah atau saluran bagi
kecurangan dan kompetensi aparatur harus whistleblower untuk mengungkap dan
bersinergi supaya dapat melakukan melaporkan tindak kecurangan. Upaya ini
pencegahan terjadinya fraud. Berdasarkan dilakukan bertujuan untuk mendeteksi,
uraian diatas maka hipotesis pertama yang meminimalisir dan kemudian
dibangun adalah: menghilangkan kecurangan atau penipuan
H1: Kompetensi Aparatur berpengaruh yang dilakukan pihak internal organisasi.
positif dan signifikan terhadap Menurut Mark Zimbelman (2006: 114),
pencegahan fraud dalam program whistleblowing yang baik dapat
pengelolaan dana desa. menjadi alat yang sangat efektif dalam
Faktor kedua yang mungkin mendeteksi dan mencegah kecurangan.
mempengaruhi pencegahan fraud dalam Hasil penelitian yang di lakukan oleh
pengelolaan dana desa adalah budaya Titaheluw (2011), menunjukkan bahwa
organisasi. Budaya organisasi merupakan sistem whistleblowing merupakan salah
norma-norma, nilai, asumsi, kepercayaan, satu cara yang dapat digunakan untuk
kebiasaan yang dibuat dalam suatu mencegah terjadinya kecurangan (Fraud).
organisasi dan disetujui oleh semua Selain itu, penelitian Naomi (2015)

3
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

menunjukkan bahwa terjadinya penurunan METODE


jumlah kecurangan setelah dilakukannya Penelitian ini menggunakan
whistleblowing system. Berdasarkan uraian rancangan deskriptif kuantitatif. Jenis data
diatas maka hipotesis ketiga yang dibangun pada penelitian ini adalah data kuantitatif
adalah: yang berupa data jumlah responden yang
H3: Whistleblowing berpengaruh positif menjawab kuesioner yang diukur
dan signifikan terhadap pencegahan menggunakan skala likert 5. Untuk sumber
fraud dalam pengelolaan dana desa. data menggunakan data primer. Penelitian
Faktor keempat yang mungkin ini dilakukan pada Pemerintah desa yang
mempengaruhi pencegahan fraud dalam menerima dana desa di Kabupaten
pengelolaan dana desa adalah sistem Buleleng.
pengendalian internal. Pengendalian Populasi pada penelitian ini adalah
internal yang terdapat dalam sebuah kepala desa atau perangkat desa yang
instansi atau organisasi tidak hanya desanya menerima dana desa di
mencakup kegiatan akuntansi dan Kabupaten Buleleng berjumlah 129 desa.
keuangan saja tetapi meliputi segala aspek Metode penarikan sampel dilakukan
kegiatan organisasi tersebut. Tuanakotta dengan teknik Slovin dengan tingkat
(2012:272) menyatakan bahwa kelonggaran ketidaktelitian yang digunakan
pengendalian internal merupakan langkah adalah 10%. Kemudian dilakukan teknik
awal dalam pencegahan fraud. simple random sampling. Berdasarkan hasil
Pencegahan fraud pada umumnya adalah perhitungan tersebut, maka sampel yang
aktivitas yang dilaksanakan dalam hal digunakan sebagai responden dalam
penetapan kebijakan, sistem dan prosedur penelitian ini sebanyak 57 orang dari
yang membantu bahwa tindakan yang seluruh jumlah populasi.
diperlukan sudah dilakukan dewan Data penelitian ini dikumpulkan
komisaris, manajemen dan personil lain dengan menggunakan kuesioner yang
dalam perusahaan/ organisasi untuk dapat kemudian diolah dengan menggunakan
memberikan keyakinan memadai dalam beberapa uji statistik, yaitu (1) Uji statistik
mencapai tujuan organisasi yaitu: deskriptif, (2) Uji kualitas data yang terdiri
efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan dari uji validitas dan uji reliabilitas, (3) Uji
laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap asumsi klasik yang terdiri dari uji
hukum dan peraturan yang berlaku. Hasil normalitas, uji multikoliniaritas, uji
penelitian Hermiyeti (2008), Nisak, dkk heteroskedastisitas, dan uji linieritas (4) Uji
(2013), dan Purwitasari (2013) menyatakan hipotesis yang terdiri dari uji koefisien
bahwa pengendalian internal memiliki determinasi dan uji t.
pengaruh signifikan terhadap pencegahan
fraud. Hal tersebut menandakan bahwa HASIL DAN PEMBAHASAN
perbaikan sistem pengendalian internal Hasil
menjadi tolak ukur keberhasilan Berdasarkan hasil uji statistik
pencegahan fraud. Berdasarkan uraian deskriptif dinyatakan bahwa variabel
diatas maka hipotesis ketiga yang dibangun kompetensi aparatur (X1) memiliki nilai
adalah: terendah (minimum) sebesar 40, nilai
H4: Sistem pengendalian internal tertinggi (maximum) sebesar 52, nilai rata-
berpengaruh positif dan signifikan rata (mean) sebesar 47,404 dan standar
terhadap pencegahan fraud dalam deviasi sebesar 2,871. Ini berarti bahwa
pengelolaan dana desa. terjadi perbedaan nilai variabel kompetensi
Berdasarkan uraian tersebut maka aparatur yang diteliti terhadap nilai rata-rata
tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini sebesar 2,871.
adalah untuk memberikan bukti empiris Variabel peran budaya organisasi
tentang pengaruh kompetensi aparatur, (X2) memiliki nilai terendah (minimum)
budaya organisasi, whistleblowing, dan sebesar 60, nilai tertinggi (maximum)
sistem pengendalian internal terhadap sebesar 73, nilai rata-rata (mean) sebesar
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana 68 dan standar deviasi sebesar 4,145. Ini
desa. berarti bahwa terjadi perbedaan nilai

4
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

variabel budaya organisasi yang diteliti nilai signifikansi berkisar 0,000 - 0,015,
terhadap nilai rata-rata sebesar 4,145. variabel whistleblowing memiliki nilai
Variabel whistleblowing (X3) memiliki pearson correlation berkisar 0,308 - 0,600
nilai terendah (minimum) sebesar 30, nilai dengan nilai signifikansi berkisar 0,000 -
tertinggi (maximum) sebesar 38, nilai rata- 0,020, variabel sistem pengendalian
rata (mean) sebesar 34,018 dan standar internal memiliki nilai pearson correlation
deviasi sebesar 2,248. Ini berarti bahwa berkisar 0,311 - 0,630 dengan nilai
terjadi perbedaan nilai variabel signifikansi berkisar 0,000 - 0,018 dan
whistleblowing yang diteliti terhadap nilai variabel pencegahan fraud dalam
rata-rata sebesar 2,248. pengelolaan dana desa memiliki nilai
Variabel sistem pengendalian pearson correlation berkisar 0,330 - 0,629
internal (X4) memiliki nilai terendah dengan nilai signifikansi berkisar 0,000 -
(minimum) sebesar 46, nilai tertinggi 0,012. Hasil tersebut menunjukkan nilai
(maximum) sebesar 57, nilai rata-rata koefisien korelasi (pearson correlation)
(mean) sebesar 52,316 dan standar deviasi lebih besar r tabel 0,261 serta nilai
sebesar 2,848. Ini berarti bahwa terjadi signifikansi lebih kecil dari nilai α (0,05),
perbedaan nilai variabel sistem sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengendalian internal yang diteliti terhadap instrumen yang digunakan dalam penelitian
nilai rata-rata sebesar 2,848. ini adalah valid.
Variabel pencegahan fraud dalam Uji kualitas data yang selanjutnya
pengelolaan dana desa (Y) memiliki nilai dilakukan adalah uji reliabilitas. Pengujian
terendah (minimum) sebesar 64, nilai reliabilitas dimaksudkan untuk menguji
tertinggi (maximum) sebesar 79, nilai rata- konsistensi kuesioner dalam mengukur
rata (mean) sebesar 72,877 dan standar suatu konstruk yang sama atau stabilitas
deviasi sebesar 4,158. Ini berarti bahwa kuesioner jika digunakan dari waktu ke
terjadi perbedaan nilai variabel pencegahan waktu (Ghozali, 2009). Uji reliabilitas
fraud dalam pengelolaan dana desa yang dilakukan dengan metode internal
diteliti terhadap nilai rata-rata sebesar consistency. Kriteria yang digunakan dalam
4,158. uji ini jika nilai koefisien alpha (cronbach
Selain uji statistik deskriptif juga alpha) lebih besar dari 0,60 maka
dilakukan uji validitas. Pengujian validitas disimpulkan bahwa intrumen penelitian
digunakan untuk menunjukkan sejauh tersebut handal atau reliabel (Nunnaly
mana alat ukur tersebut dapat digunakan dalam Ghozali, 2009). Hasil uji reliabilitas
untuk mengukur apa yang seharusnya instrumen penelitian menunjukkan bahwa
diukur. Pengujian validitas dilaksanakan variabel kompetensi aparatur memiliki nilai
dengan menghitung korelasi antara skor cronbach's alpha sebesar 0,706, variabel
masing-masing butir pertanyaan dengan budaya organisasi memiliki nilai cronbach's
total skor, sehingga didapatkan nilai alpha sebesar 0,713, variabel
pearson correlation. Dalam penelitian ini whistleblowing memiliki nilai Cronbach's
menggunakan jumlah sampel (n) sebanyak Alpha sebesar 0,695, variabel sistem
57 sampel dengan α 0,05 sehingga r tabel pengendalian internal memiliki nilai
sebesar 0,261. Suatu instrumen dikatakan cronbach's alpha sebesar 0,695, dan
valid apabila r pearson correlation terhadap variabel pencegahan fraud dalam
skor total lebih besar dari r tabel. Selain itu, pengelolaan dana desa memiliki nilai
bila nilai signifikansinya lebih kecil sama cronbach's alpha sebesar 0,712.
dengan α (0,05) maka butir instrumen juga Berdasarkan hasil uji reliabilitas masing-
dinyatakan valid (Suliyanto, 2015 dalam masing variabel tersebut menunjukkan nilai
Sunjoyo, 2013). Berdasarkan hasil uji cronbach's alpha lebih besar dari 0,60
validitas diperoleh variabel kompetensi sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
aparatur memiliki nilai pearson correlation instrumen yang digunakan dalam penelitian
berkisar 0,334 - 0,621 dengan nilai ini adalah reliabel.
signifikansi berkisar 0,000 - 0,011, variabel Setelah uji kualitas data terpenuhi
budaya organisasi memiliki nilai pearson dilanjutkan dengan uji asumsi klasik. Uji
correlation berkisar 0,320 - 0,621 dengan asumsi klasik yang pertama adalah uji

5
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

normalitas. Uji normalitas bertujuan untuk heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).


menguji apakah dalam model regresi, Metode pengujian yang digunakan dalam
variabel dependen dan independen ujian heteroskedasitas adalah uji glejser. Uji
keduanya mempunyai distribusi normal glejser dilakukan dengan cara
atau tidak (Ghozali, 2011). Dikatakan meregresikan antara variabel independen
normal bila nilai residual yang dihasilkan di dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai
atas nilai signifikansi yang ditetapkan (0,05) signifikansi antara variabel independen
(Ghozali, 2008 dalam Sunjoyo, dkk, 2012). dengan absolut residual lebih dari 0,05
Uji normalitas dilakukan dengan One- maka tidak terjadi masalah
Sample komogorov-Smirnov Test. Hasil uji heteroskedastisitas (Sunjoyo, dkk, 2013).
normalitas pada penelitian ini menunjukkan Hasil uji heteroskedastisitas menunjukan
nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,908. bahwa constant memiliki nilai signifikansi
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data sebesar 0,990, variabel kompetensi
pada penelitian ini mempunyai distribusi aparatur memiliki nilai signifikansi sebesar
normal, karena nilai signifikan atau nilai 0,271, variabel budaya organisasi memiliki
probabilitasnya lebih besar dari 0,05. nilai signifikansi sebesar 0,372, variabel
Uji asumsi klasik yang kedua yaitu whistleblowing memiliki nilai signifikansi
uji multikolinearitas. Uji multikolinearitas sebesar 0,533, dan variabel sistem
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengendalian internal memiliki nilai
korelasi yang tinggi antara variabel-variabel signifikansi sebesar 0,167. Berdasarkan
bebas dalam suatu model regresi linear hasil uji heteroskedastisitas tersebut, maka
berganda. Ketentuan untuk mendeteksi ada dapat dilihat pada nilai probabilitas
tidaknya multikolonieritas yaitu apabila nilai signifikansi semua variabel memiliki nilai
Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih yang lebih besar dari 0,05. Dengan
dari 10, dan nilai Tolerance tidak kurang demikian dapat disimpulkan bahwa model
dari 0,1 maka model dapat dikatakan regresi terbebas dari heteroskedatisitas.
terbebas dari multikolinieritas (Ghozali, Uji asumsi klasik yang terakhir
2011). Hasil uji multikolinearitas dilakukan uji linieritas. Uji linieritas
menunjukkan variabel kompetensi aparatur dilakukan untuk melihat apakah spesifikasi
memiliki nilai tolerance sebesar 0,420 model yang digunakan benar atau salah
dengan VIF sebesar 2,378, variabel budaya dan apakah fungsi yang digunakan
organisasi memiliki nilai tolerance sebesar sebaiknya berbentuk linear, kuadrat atau
0,247 dengan VIF sebesar 4,044, variabel kubik. Jika pada kolom Sig, baris Linearity
whistleblowing memiliki nilai tolerance di Anova Table nilainya <0,05 maka bersifat
sebesar 0,394 dengan VIF sebesar 2,541, linear dan memenuhi syarat linearitas
dan variabel sistem pengendalian internal (Prasetyo, 2014). Hasil uji linieritas
memiliki nilai tolerance sebesar 0,848 menunjukkan variabel kompetensi aparatur
dengan VIF sebesar 1,180. Sehingga dari memiliki nilai signifikansi linearity sebesar
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa 0,000, variabel budaya organisasi memiliki
model regresi bebas dari masalah nilai signifikansi linearity sebesar 0,000,
multikolinearitas karena nilai tolerance variabel whistleblowing memiliki nilai
masing-masing variabel lebih dari 10% atau signifikansi linearity sebesar 0,000, dan
0,1 serta nilai VIF masing-masing variabel variabel sistem pengendalian internal
memiliki nilai yang lebih kecil dari 10. memiliki nilai signifikansi linearity sebesar
Uji asumsi klasik yang selanjutnya 0,000. Berdasarkan hasil uji linieritas
dilakukan uji heteroskedastisitas. Uji tersebut, dapat diketahui bahwa nilai
heteroskedatisitas bertujuan menguji signifikansi linearity masing-masing variabel
apakah dalam sebuah model regresi terjadi lebih kecil 0.05, maka data mempunyai
ketidaksamaan varians dari residual suatu hubungan yang linier.
pengamatan ke pengamatan lain tetap Setelah uji asumsi klasik terpenuhi
disebut homokedatisitas, sedangkan untuk selanjutnya dilakukan uji hipotesis.
varians yang berbeda disebut Hipotesis pada penelitian ini diuji dengan
heteroskedatisitas. Model regresi yang baik menggunakan analisis regresi berganda.
adalah homokesdasitas atau tidak terjadi untuk memecahkan rumusan masalah yang

6
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

ada, yaitu untuk melihat pengaruh diantara penelitian ini adalah untuk menguji variabel
dua variabel atau lebih. Perhitungan Kompetensi aparatur (KA), Budaya
statistik disebut signifikan bila nilai uji organisasi (BO), Whistleblowing (WB) dan
statistiknya berada dalam daerah kritis Sistem pengendalian internal (SPI)
(daerah dimana H0 ditolak) dan sebaliknya terhadap Pencegahan fraud dalam
disebut tidak signifikan bila uji statistiknya pengelolaan dana desa (PFDPDS). Berikut
berada dalam daerah H0 diterima hasil uji regresi linier berganda pada Tabel
(Sugiyono, 2010). Model regresi dalam 1 berikut.

Tabel 1. Hasil Regresi Linier Berganda


Unstandardized Standardized
Model Coefficients Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) .746 6.552 .114 .910
KA .325 .159 .224 2.045 .046
BO .361 .143 .360 2.517 .015
WB .495 .210 .267 2.360 .022
SPI .294 .113 .201 2.606 .012
Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan perhitungan regresi didapatkan hasil persamaan regresi


linier berganda pada Tabel 1 maka sebagai berikut.

 = 0,746 + 0,3251 + 0,3612 + 0,4953 + 0,2944 +  … … . . . . 1

Berdasarkan model regresi yang Nilai koefisien budaya organisasi


terbentuk, dapat diinterpretasikan hasil untuk variabel budaya organisasi (X2)
sebagai berikut. sebesar 0,361 dan bertanda positif, ini
Nilai konstanta sebesar 0,746 menunjukkan bahwa budaya organisasi
menunjukkan bahwa jika variabel bebas mempunyai hubungan yang searah. Hal ini
(kompetensi aparatur, budaya organisasi, mengandung arti bahwa setiap kenaikan
whistleblowing, dan sistem pengendalian budaya organisasi satu satuan maka
internal) memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel pencegahan fraud dalam
variabel terikat (pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa (Y) akan naik
pengelolaan dana desa) mengalami sebesar 0,361 dengan asumsi bahwa
peningkatan sebesar nilai konstanta variabel bebas lainnya dari model regresi
tersebut. tetap atau konstan.
Nilai Nilai koefisien kompetensi Nilai koefisien whistleblowing untuk
aparatur untuk variabel kompetensi variabel whistleblowing (X3) sebesar 0,495
aparatur (X1) sebesar 0,325 dan bertanda dan bertanda positif, ini menunjukkan
positif, ini menunjukkan bahwa kompetensi bahwa whistleblowing mempunyai
aparatur mempunyai hubungan yang hubungan yang searah. Hal ini
searah. Hal ini mengandung arti bahwa mengandung arti bahwa setiap kenaikan
setiap kenaikan kompetensi aparatur satu whistleblowing satu satuan maka variabel
satuan maka variabel pencegahan fraud pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
dalam pengelolaan dana desa (Y) akan desa (Y) akan naik sebesar 0,495 dengan
naik sebesar 0,325 dengan asumsi bahwa asumsi bahwa variabel bebas lainnya dari
variabel bebas lainnya dari model regresi model regresi tetap atau konstan.
tetap atau konstan.

7
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Nilai koefisien sistem pengendalian Uji hipotesis yang pertama adalah


internal untuk variabel sistem pengendalian uji koefisien determinasi. Uji ini menunjukan
internal (X4) sebesar 0,294 dan bertanda seberapa besar persentase variasi dalam
positif, ini menunjukkan bahwa sistem dependen variabel yang dijelaskan oleh
pengendalian internal mempunyai variasi dalam independen variabel.
hubungan yang searah. Hal ini Terdapat dua jenis koefisien determinasi
mengandung arti bahwa setiap kenaikan yaitu koefisien determinasi biasa (R
sistem pengendalian internal satu satuan Square) dan koefisiensi determinasi yang
maka variabel pencegahan fraud dalam disesuaikan (Adjusted R Square). Karena
pengelolaan dana desa (Y) akan naik terdapat tiga variabel independen pada
sebesar 0,294 dengan asumsi bahwa penelitian ini maka yang dipakai Adjusted
variabel bebas lainnya dari model regresi R2 (Sunjoyo, dkk, 2013). Hasil uji koefisien
tetap atau konstan. determinasi pada penelitian ini disajikan
dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Uji Koefisien Determinasi

Model Adjusted R Square


1 0,717
Sumber: Data Diolah, 2017

Berdasarkan data pada Tabel 2 signifikansi lebih kecil dari 0,05. Variabel
dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R Square kompetensi aparatur mempunyai nilai thitung
sebesar 0,7opU17 hal ini mengandung arti sebesar 2,045 dan nilai signifikansi sebesar
bahwa 71,7% variasi pencegahan fraud 0,046, variabel budaya organisasi
dalam pengelolaan dana desa dipengaruhi mempunyai nilai thitung sebesar 2,517 dan
oleh variasi kompetensi aparatur, budaya nilai signifikansi sebesar 0,015, variabel
organisasi, whistleblowing, dan sistem whistleblowing mempunyai nilai thitung
pengendalian internal, sedangkan sisanya sebesar 2,360 dan nilai signifikansi sebesar
28,3% dipengaruhi oleh faktor lain yang 0,022, dan variabel sistem pengendalian
tidak dimasukan pada penelitian ini. internal mempunyai nilai thitung sebesar
Selanjutnya dilakukan uji statistik t 2,606 dan nilai signifikansi sebesar 0,012.
yang menunjukkan pengaruh antara Sehingga semua variabel independen
variabel independen terhadap variabel mempunyai pengaruh positif dan signifikan
dependen, dengan asumsi bahwa variabel terhadap pencegahan fraud dalam
lain dianggap konstan (Sugiyono, 2010). pengelolaan dana desa (variabel
Untuk mencari t tabel dengan df = N-k-1 = dependen).
57-4-1, taraf nyata 5% dapat dengan
menggunakan tabel statistik. Nilai t tabel Pembahasan
dapat dilihat dengan menggunakan t tabel. Pengaruh Kompetensi Aparatur
Dasar pengambilan keputusan adalah jika t terhadap Pencegahan Fraud dalam
hitung < t tabel, maka H1 ditolak dan H0 Pengelolaan Dana Desa
diterima serta begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil uji statistik t,
Keputusan statistik hitung dan menunjukan bahwa variabel kompetensi
statistik tabel dapat juga diambil keputusan aparatur (X1) dengan nilai signifikansi 0,046
berdasarkan probabilitas, dengan dasar < 0,05 dan mempunyai thitung adalah 2,045 >
pengambilan keputusan jika probabilitas > nilai ttabel 1,67469, maka dapat disimpulkan
tingkat signifikan (0,05), maka H1 diterima bahwa variabel X1 memiliki kontribusi
dan H0 ditolak serta begitu juga sebaliknya. terhadap Y. Nilai t positif menunjukkan
Berdasarkan data pada tabel 7 bahwa variabel X1 mempunyai hubungan
dapat dilihat bahwa keempat variabel yang searah dengan Y. Jadi dapat
independen mempunyai nilai thitung lebih disimpulkan bahwa H1 diterima sehingga
besar dari ttabel (1,67469) dan nilai kompetensi aparatur memiliki pengaruh

8
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

positif dan signifikan terhadap pencegahan Hasil penelitian ini sesuai dengan
fraud dalam pengelolaan dana desa di hasil penelitian oleh Rahmawaty (2015)
Kabupaten Buleleng. menyatakan bahwa kompetensi aparatur
Hubungan antara kompetensi berpengaruh signifikan terhadap
aparatur terhadap pencegahan fraud dalam pencegahan fraud. Senada dengan hasil
pengelolaan dana desa adalah semakin penelitian dari Bassirudin (2014)
tinggi kompetensi aparatur yang dimiliki menyatakan bahwa kemampuan atau
maka akan berdampak pada meningkatnya kompetensi SDM aparatur desa yang dalam
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana hal ini dilihat dari segi pendidikan yang
desa di Kabupaten Buleleng. Hal ini tentu masih rendah menjadi hambatan dalam
mendukung teori-teori dari literatur yang pengelolaan keuangan desa sehingga
telah dipaparkan sebelumnya. Kompetensi berpotensi terjadi fraud.
seseorang dapat dilihat dari tingkat
kreativitas yang dimilikinya serta inovasi- Pengaruh Budaya Organisasi terhadap
inovasi yang diciptakan dan Pencegahan Fraud dalam Pengelolaan
kemampuannya dalam menyelesaikan Dana Desa
suatu masalah. Kompetensi pada umumnya Berdasarkan hasil uji statistik t,
diartikan sebagai bentuk keterampilan, menunjukan bahwa variabel budaya
pengetahuan, kemampuan serta perilaku organisasi (X2) dengan nilai signifikansi
dari seorang pegawai/karyawan dalam 0,015 < 0,05 dan mempunyai thitung adalah
pelaksanaan tugas. Hal ini, seperti yang 2,517 > nilai ttabel 1,67469, maka dapat
diungkapkan oleh Gibson (2004) dari disimpulkan bahwa variabel X2 memiliki
berbagai sumber, antara lain bahwa kontribusi terhadap Y. Nilai t positif
kompetensi adalah kombinasi dari motif, menunjukkan bahwa variabel X2
sifat, keterampilan, aspek citra diri mempunyai hubungan yang searah dengan
seseorang atau peran sosial, atau suatu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa H2
bagian dari pengetahuan yang relevan. diterima sehingga kompetensi memiliki
Dengan kata lain, kompetensi adalah setiap pengaruh positif dan signifikan terhadap
karakteristik individu yang mungkin terkait pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
dengan kesuksesan kinerja (Boyatzis, desa di Kabupaten Buleleng.
1982, dalam Gibson, 2004). Hubungan antara budaya organisasi
Definisi lain menyatakan terhadap pencegahan fraud dalam
kompetensi sebagai pengetahuan, pengelolaan dana desa adalah semakin
keterampilan, sikap dan perilaku yang tinggi budaya organisasi yang dimiliki maka
menjadi karakteristik dari performance yang akan berdampak pada meningkatnya
berhasil dalam konteks yang spesifik pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
(Kumorotomo, 2005). Peraturan Kepala desa di Kabupaten Buleleng. Hal ini tentu
Badan Kepegawaian Negara Nomor 8 mendukung teori-teori dari literatur yang
Tahun 2013 tentang Perumusan Standar telah dipaparkan sebelumnya. Menurut teori
Kompetensi Teknis Pegawai Negeri Sipil, yang dikemukakan oleh Arens (2008), salah
menyebutkan bahwa kompetensi teknis satu faktur yang bisa mencegah
adalah kemampuan kerja setiap pegawai kecurangan adalah budaya yang jujur dan
negeri sipil yang mencakup aspek etika yang tinggi. Teori tersebut diperkuat
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja oleh Tunggal (2010) yang menyatakan
yang mutlak diperlukan dalam bahwa kecurangan dapat dicegah dengan
melaksanakan tugas-tugas jabatannya. meningkatkan budaya organisasi yang
Sehingga seorang aparatur yang memiliki dilakukan dengan mengimplementasikan
kompetensi dibidang pengelolaan dana prinsip-prinsip good corporate governance.
desa maka akan lebih berpotensi Budaya organisasi merupakan sistem
melakukan pencegahan fraud dalam penyebaran kepercayaan dan nilai–nilai
pengelolaan dana desa di Kabupaten yang berkembang dalam suatu organisasi
Buleleng supaya tidak merugikan dan mengarahkan perilaku anggota-
masyarakat. anggotanya. Jadi apabila suatu instansi,
dalam hal ini pemerintahan desa, memiliki
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

budaya organisasi yang baik, serta budaya bagi whistleblower untuk mengungkap dan
organisasi tersebut dijadikan pedoman melaporkan tindak kecurangan. Upaya ini
dalam melakukan organisasi atau dilakukan bertujuan untuk mendeteksi,
melakukan pengelolaan dana desa, maka meminimalisir dan kemudian
pencegahan terjadinya fraud dalam menghilangkan kecurangan atau penipuan
pengelolaan keuangan desa akan semakin yang dilakukan pihak internal organisasi.
tinggi dan kemungkinan untuk terjadinya Menurut Mark Zimbelman (2006: 114),
kecurangan (fraud) akan semakin rendah. program whistleblowing yang baik dapat
Berlandaskan budaya organisasi yang baik menjadi alat yang sangat efektif dalam
tersebut, suatu pemerintahan desa dalam mendeteksi dan mencegah kecurangan.
pengelolaan dana desa dipercaya mampu Upaya whistleblowing dipercaya mampu
meminimalisir kemungkinan fraud untuk meningkatkan upaya pencegahan
terjadi di Kabupaten Buleleng. Hasil kecurangan (fraud), dalam hal ini
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
oleh Anita dan Zelmiyanti (2015) desa di Kabupaten Buleleng. Hal ini
menunjukkan bahwa budaya organisasi dikarenakan, jika dalam pemerintahan desa
berpengaruh signifikan positif terhadap ada pihak yang bertindak sebagai
pencegahan kecurangan. whistleblowing dan melaporkan apabila
terindikasi terjadi tindakan yang mengarah
Pengaruh Whistleblowing terhadap ke korupsi atau kecurangan lainnya, maka
Pencegahaan Fraud dalam Pengelolaan tindakan kecurangan (fraud) dapat dicegah
Dana Desa dan diusut secepat mungkin. Hasil
Berdasarkan hasil uji statistik t, penelitian ini sejalan dengan penelitian dari
menunjukan bahwa variabel whistleblowing Titaheluw (2011) yang menunjukkan bahwa
(X3) dengan nilai signifikansi 0,022 < 0,05 sistem Whistleblowing merupakan salah
dan mempunyai thitung adalah 2,360 > nilai satu cara yang dapat digunakan untuk
ttabel 1,67469, maka dapat disimpulkan mencegah terjadinya kecurangan (Fraud).
bahwa variabel X3 memiliki kontribusi Senada dengan penelitian oleh Naomi
terhadap Y. Nilai t positif menunjukkan (2015) yang menunjukkan bahwa terjadinya
bahwa variabel X3 mempunyai hubungan penurunan jumlah kecurangan setelah
yang searah dengan Y. Jadi dapat dilakukannya Whistleblowing System.
disimpulkan bahwa H3 diterima sehingga Selain itu, penelitiaan yang dilakukan oleh
kompetensi memiliki pengaruh positif dan Libramawan (2014) juga menunjukkan jika
signifikan terhadap pencegahan fraud penerapan whistleblowing system
dalam pengelolaan dana desa di berpengaruh secara signifikan terhadap
Kabupaten Buleleng. pencegahan kecurangan.
Hubungan antara whistleblowing
terhadap pencegahan fraud dalam Pengaruh Sistem Pengendalian Internal
pengelolaan dana desa adalah semakin terhadap Pencegahaan Fraud dalam
tinggi whistleblowing maka akan Pengelolaan Dana Desa
berdampak pada meningkatnya Berdasarkan hasil uji statistik t,
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana menunjukan bahwa variabel sistem
desa di Kabupaten Buleleng. Hal ini tentu pengendalian internal (X4) dengan nilai
mendukung teori-teori dari literatur yang signifikansi 0,012 < 0,05 dan mempunyai
telah dipaparkan sebelumnya. Salah satu thitung adalah 2,606 > nilai ttabel 1,67469,
upaya yang dapat mencegah terjadinya maka dapat disimpulkan bahwa variabel X4
kecurangan adalah dengan melakukan memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t positif
pelaporan yang dilakukan oleh anggota menunjukkan bahwa variabel X4
organisasi (aktif maupun non-aktif) mempunyai hubungan yang searah dengan
mengenai pelanggaran, tindakan illegal Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa H4
atau tindakan tidak bermoral kepada pihak diterima sehingga kompetensi memiliki
di dalam maupun di luar organisasi atau pengaruh positif dan signifikan terhadap
dikenal dengan upaya whistleblowing. pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
Sistem ini merupakan wadah atau saluran desa di Kabupaten Buleleng.
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

Hubungan antara sistem sistem pengendalian internal menjadi tolak


pengendalian internal terhadap ukur keberhasilan pencegahan fraud.
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana
desa adalah semakin tinggi sistem SIMPULAN DAN SARAN
pengendalian internal maka akan Simpulan
berdampak pada meningkatnya Berdasarkan hasil uji dan
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana pembahasan yang dilakukan dapat ditarik
desa di Kabupaten Buleleng. Hal ini tentu simpulan, yaitu: (1) terdapat pengaruh
mendukung teori-teori dari literatur yang positif dan signifikan antara kompetensi
telah dipaparkan sebelumnya. Salah satu aparatur terhadap pencegahaan fraud
upaya yang dapat mencegah terjadinya dalam pengelolaan dana desa pada
kecurangan adalah dengan menerapkan pemerintah desa di Kabupaten Buleleng,
sistem pengendalian internal yang maka Hipotesis 1 dapat diterima. Hal ini
memadai. Pengendalian internal yang berarti semakin tinggi tingkat kompetensi
terdapat dalam sebuah instansi atau aparatur maka semakin tinggi tingkat
organisasi tidak hanya mencakup kegiatan pencegahaan fraud dalam pengelolaan
akuntansi dan keuangan saja tetapi meliputi dana desa, (2) terdapat pengaruh positif
segala aspek kegiatan organisasi tersebut. dan signifikan antara budaya organisasi
Tuanakotta (2012:272) menyatakan bahwa terhadap pencegahaan fraud dalam
pengendalian internal merupakan langkah pengelolaan dana desa pada pemerintah
awal dalam pencegahan fraud. desa di Kabupaten Buleleng, maka
Pencegahan fraud pada umumnya adalah Hipotesis 2 dapat diterima. Hal ini berarti
aktivitas yang dilaksanakan dalam hal semakin tinggi budaya organisasi maka
penetapan kebijakan, sistem dan prosedur semakin tinggi tingkat pencegahaan fraud
yang membantu bahwa tindakan yang dalam pengelolaan dana desa, (3) terdapat
diperlukan sudah dilakukan dewan pengaruh positif dan signifikan antara
komisaris, manajemen dan personil lain whistleblowing terhadap pencegahaan
dalam perusahaan/organisasi untuk dapat fraud dalam pengelolaan dana desa pada
memberikan keyakinan memadai dalam pemerintah desa di Kabupaten Buleleng,
mencapai tujuan organisasi yaitu: maka Hipotesis 3 dapat diterima. Hal ini
efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan berarti semakin tinggi tingkat whistleblowing
laporan keuangan, dan kepatuhan terhadap maka semakin tinggi tingkat pencegahaan
hukum dan peraturan yang berlaku. Upaya fraud dalam pengelolaan dana desa, dan
sistem pengendalian internal yang (4) terdapat pengaruh positif dan signifikan
memadai dipercaya mampu meningkatkan antara sistem pengendalian internal
upaya pencegahan kecurangan (fraud), terhadap pencegahaan fraud dalam
dalam hal ini pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa pada pemerintah
pengelolaan dana desa di Kabupaten desa di Kabupaten Buleleng, maka
Buleleng. Hal ini dikarenakan, organisasi Hipotesis 4 dapat diterima. Hal ini berarti
dengan pengendalian internal yang efektif semakin tinggi tingkat sistem pengendalian
akan menghalangi orang bertindak curang internal maka semakin tinggi tingkat
dari godaan untuk melakukan kecurangan. pencegahaan fraud dalam pengelolaan
Sehingga pemerintahan desa bertanggung- dana desa.
jawab untuk membangun dan
mempertahankan pengendalian internal Saran
sebagai upaya pencegahan fraud dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
pengelolaan dana desa di Kabupaten simpulan di atas, adapun saran yang dapat
Buleleng. Hasil penelitian ini sejalan diberikan pada penelitian ini, yaitu:
dengan hasil penelitian yang dikemukakan Pertama, bagi pemerintah desa di
oleh Hermiyeti (2008), Nisak, dkk (2013), Kabupaten Buleleng diharapkan perlu
dan Purwitasari (2013) menyatakan bahwa meningkatkan efektivitas sistem
pengendalian internal memiliki pengaruh pengendalian internal sebagai upaya
signifikan terhadap pencegahan fraud. Hal meningkatkan pencegahan fraud dalam
tersebut menandakan bahwa perbaikan pengelolaan dana desa. Mengingat hasil
e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha
Jurusan Akuntansi Program S1 (Vol: 8 No: 2 Tahun 2017)

penelitin ini menunjukkan variabel sistem Hermiyetti. (2008). Pengaruh Penerapan


pengendalian internal memiliki nilai Pengendalian Internal terhadap
signifikansi tertinggi daripada variabel Pencegahan Fraud Pengadaan
lainnya. Barang. STEKPI Jakarta.
Kedua, bagi penelitian selanjutnya
agar menambah variabel yang mungkin Libramawan, Irvandly Pratana. (2014).
mempengaruhi pencegahan fraud dalam Pengaruh Penerapan
pengelolaan dana desa, jumlah sampel Whistleblowing System Terhadap
penelitian serta menggunakan Pencegahan Kecurangan. Skripsi.
menyesuaikan bahasa kuesioner yang Universitas Widyatama.
mudah dipahami responden.
Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian
DAFTAR PUSTAKA Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Albrect, W.S., Albrect, C.C., Albrecht, C.O Sunjoyo, Rony Setiawan, Verani Carolina,
and Zimbelman, M.F. 2012. Fraud Nonie Magdalena, dan Albert
Examination. USA: South-Western Kurniawan. 2013. Aplikasi SPSS
Cengage Learning. untuk Smart Riset (Program IBM
Basirruddin, Muhammad. (2014). Peran SPSS 21.0). Bandung: Alfabeta.
Pemerintahan Desa dalam Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Akuntansi
Pengelolaan Keuangan Desa Alai Forensik dan Audit Investigatif.
Kecamatan Tebing Tinggi Barat Penerbit: Salemba Empat.
Kabupaten Kepulauan Meranti
Tahun 2012. Jom FISIP Volume 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor
No. 2 , Oktober 2014. 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Fikri, Ali., Biana Adha Inapty dan Rr. Sri Zelmiyanti dan anita, 2015. Pengaruh
Pancawati Martiningsih. (2015). Budaya Organisasi Dan Peran
Pengaruh Penerapan Standar Auditor Internal Terhadap
Akuntansi Pemerintahan, Pencegahan Kecurangan Dengan
Kompetensi Aparatur dan Peran Pelaksanaan Sistem Pengendalian
Audit Internal terhadap Kualitas Internal Sebagai Variabel
Informasi Laporan Keuangan Intervening, Jurnal Politektik Caltex
dengan Sistem Pengendalian Intern Riau, Vol 8.
sebagai Variabel Moderating (Studi
Empiris Pada SKPD-SKPD di
Pemprov. NTB). Simposium
Nasional Akuntansi XVIII, Medan.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis


Multivariate dengan program IMB
SPSS 19, edisi 5. Semarang:
Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Ghozali. Imam. 2009. Aplikasi Analisis


Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro,

Ghozali. Imam. 2009. Aplikasi Analisis


Multivariate dengan Program
SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai