Anda di halaman 1dari 11

SEPA : Vol. 10 No.

2 Februari 2014 : 186 – 196 ISSN : 1829-9946

KERAGAAN DAN ANALISIS FINANSIAL PENERAPAN PENGELOLAAN


TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI PROVINSI BALI

Suharyanto
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bali
Jl. Bypass Ngrurah Rai, Pesanggaran, Denpasar 80222
email : armmawadin@yahoo.com

Abstract: Various efforts to increase food production, especially rice has long been a
national policy. Strategy to increase rice productivity through improved cultivation
pursued by implementing ICM (Integrated Crop Management) which is accompanied
by escorts, assistance, and coordination.This research aims to analyze the impact of
ICM on income and the structure of household income.The research was conducted in
three rice-producing district in the province of Bali i.e. Tabanan, Buleleng and
Gianyar by involving as many as 216 respondent farmers consisting of 122 alumni of
ICM and 94 farmers are not alumni ICM in the two season.The sampling method is
stratified random sampling.The data were analyzed descriptively and cross-tabulation
the use of farm inputs and outputs and performed statistically by t test.The analysis
showed the largest share in the cost structure of rice farming both ICM alumni and
nonICM alumni is the cost of labor and fertilizer.Increased lowland rice farming
income by implementing ICM increased 53-54% both in wet and dry season.The results
of the financial analysis shows the value of BC ratio farmers alumni on wet season
2.98 and 1.87 at the farmers are non alumni of ICM, while the dry season farmers
alumni 2.94 and non alumni 1.92.The largest share of farm household income structure
derived from on-farm activities, where rice farming income is the largest contribution.

Keywords : income, ICM, lowland rice

Abstrak: Berbagai upaya peningkatan produksi pangan terutama beras telah lama
menjadi sebuah kebijakan nasional. Strategi peningkatan produktivitas padi ditempuh
melalui perbaikan budidaya dengan menerapkan PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu)
yang disertai dengan pengawalan, pendampingan, dan koordinasi. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis dampak penerapan PTT terhadap pendapatan dan struktur
pendapatan rumahtangga petani padi sawah. Penelitian dilaksanakan di 3 kabupaten
sentra produksi beras di Provinsi Bali yakni, Tabanan, Buleleng dan Gianyar dengan
melibatkan sebanyak 216 responten yang terdiri dari 122 petani alumni PTT dan 94
petani bukan alumni PTT selama dua musim tanam. Penarikan sampel dengan
menggunakan metode acak sederhana berstrata (stratified random sampling). Analisis
data dilakukan secara deskriptif dan tabulasi silang terhadap penggunaan input maupun
output usahatani dan secara statistik dilakukan dengan uji t. Hasil analisis menunjukkan
pangsa terbesar dalam struktur biaya usahatani padi sawah baik petani alumni maupun
bukan alumni PTT adalah biaya tenaga kerja dan pupuk. Peningkatan pendapatan
usahatani padi sawah dengan menerapkan PTT meningkat 53-54% baik pada musim
hujan maupun musim kemarau. Hasil analisis finansial menunjukkan nilai BC ratio
petani alumni pada musim hujan sebesar 2.98 dan 1,87 pada petani bukan alumni PTT,
sedangkan pada musim kemarau petani alumni 2.94 dan bukan alumni 1.92. Pangsa
terbesar struktur pendapatan rumahtangga padi sawah berasal dari kegiatan on farm,
dimana pendapatan usahatani sawah merupakan kontribusi terbesar.

Kata kunci :pendapatan, PTT, padi sawah

186
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

PENDAHULUAN daya bagi perkembangan produktivitas tanaman


padi.
Beras merupakan makanan pokok terpenting di Keberhasilan peningkatan produksi
Indonesia, dimana lebih dari 200 juta orang padi didominasi oleh peningkatan produktivitas
bergantung pada beras sebagai makanan dibandingkan dengan peningkatan luas panen.
pokok.Dengan demikian beras merupakan Peningkatan produktivitas memberikan
komoditas strategis dan politik, dan terjadinya kontribusi sekitar56,1% terhadap peningkatan
kekurangan beras dalam negeri atau harga produksi padi, sedangkan peningkatan luas
sangat berfluktuasi memiliki potensi untuk panen dan interaksi keduanya memberikan
menciptakan instabilitas politik.Sejak awal kontribusi masing-masing hanya 26,3% dan
1970-an, kebijakan perberasan Indonesia telah 17,5%. Hal tersebut menunjukkan besarnya
berupaya untuk mencapai swasembada pangan peran inovasi teknologi dalam menunjang
melalui dukungan harga, stabilisasi harga dan peningkatan produksi padi. Upaya perluasan
investasi publik.Kebijakan ini telah membuat areal sawah disamping membutuhkan waktu
pemerintah pusat sangat berperan di pasar juga memerlukan biaya yang relatif lebih besar.
beras. Kebijakan tersebut meliputi: (1) Dalam upaya peningkatan produksi beras,
menetapkan harga dasar yang wajar untuk untuk jangka pendek penerapan inovasi
merangsang produksi; (2) menetapkan harga teknologi lebih realistis dibandingkan dengan
tertinggi yang menjamin harga dicapai bagi upaya perluasanbakusawah (Sembiring dan
konsumen; (3) mempertahankan rentang yang Widiarta, 2008). Hasil penelitian (Suhendrata,
cukup antara dua harga tersebut untuk 2008) bahwa dengan implementasi pendekatan
memberikan pedagang dan produsen menerima PTT dengan mengintroduksikan beberapa
margin keuntungan yang wajar; dan (4) varietas unggul baru di Jawa Tengah dapat
menjaga keseimbangan antara harga pasar meningkatkan produktivitas antara 13,4 –
domestik dan internasional (Mariyono et al., 34,3% dibandingkan dengan non PTT.
2010). Peningkatan produksi melalui
Sebagian besar petani di Bali penerapan PTT dapat dicapai dengan
mempunyai kegiatan utama di subsektor menggunakan vaietas unggul baru spesifik
pertanian tanaman pangan, yakni padi-padian, lokasi, penggunaan bibit muda, pengaturan
palawija, dan hortikultura. Produksi tanaman populasi tanaman, penggunaan pupuk organik
pangan padakenyataannya merupakan sektor dan penanganan kehilangan hasil pada saat
usahautama yang dikelola dengan manajemen panen. Melalui penerapan PTT juga diharapkan
yang sederhana dan hasil yang diperoleh cukup dapat meningkatkan efisiensi penggunaan input
untuk menjamin pemenuhan kebutuhan sendiri. tanpa menurunkan produktivitas tanaman,
Untuk pengembangan produksi tanaman antara lain penggunaan bibit 1-3 batang per
pangan, maka potensi sumberdaya alam yang lubang, pemupukan N berdasarkan Bagan
dimiliki berupa lahan dan air sangat Warna Daun (BWD), pemupukan P dan K
terbatas,sehingga upaya pengembangan berdasarkan status hara tanah, penggunaan
produksitanaman pangan hanya dapat pupuk organik, pengairan berselang
dilakukan dengan cara intensifikasi. (intermitten), pengendalian hama dan penyakit
Sebaliknya, upaya melalui secara terpadu (PHT). Dengan meningkatnya
ekstensifikasi sudah tidak memungkinkan produksi disertai peningkatan efisiensi
karena keterbatasan lahan yang ada. Provinsi penggunaan input (pengurangan biaya
Bali yang memiliki luas wilayah dan juga luas usahatani) maka pendapatan petani juga akan
lahan pertanian relatif kecil dibandingkan terjadi peningkatan (Anonim, 2008). Penelitian
provinsi lainnya, namun memiliki tingkat ini bertujuan untuk menganalisis pendapatan
produktivitas padi sawah yang relatif lebih dan struktur pedapatan rumahtangga petani
tinggi dibandingkan produktivitas padi secara padi sawah melalui penerapan PTT.
nasional. Namun demikian masih terdapat
senjang antara produksi aktual dengan potensi METODE PENELITIAN
sesungguhnya. Melalui penerapan PTT
diharapkan dapat dijadikan sebagai upaya Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Buleleng,
untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber Gianyar dan Tabanan dengan pertimbangan

187
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

bahwa ketiga kabupaten tersebut merupakan Dimana:


sentra produksi padi sawah di Provinsi Bali dan π = keuntungan
juga memiliki populasi rumahtangga tani relatif TR = total penerimaan
lebih tinggi dibandingkan kabupaten lainnya. TC = total biaya
Penarikan sampel dengan P = harga output
menggunakan metode acak sederhana berstrata Q = jumlah output
(stratified random sampling) dimana setiap
populasi memiliki peluang yang sama untuk 2) BCR = π /TC
dijadikan sebagai sampel. Penentuan ukuran
sampel dengan menggunakan metode Slovin Kriteria:
dengan tingkat kesalahan 10 persen. Bila B/C > 1 usahatani layak
Jumlah responden yang digunakan Bila B/C < 1 usahatani tidak layak
sebanyak 216 rumah tangga petani yang terdiri
dari 122 rumahtangga petani alumni PTT dan HASIL DAN PEMBAHASAN
94 bukan alumni PTT yang terdistribusi di
kabupaten Buleleng 72 responden, Gianyar 66 Penggunaan Input Produksi
responden dan Tabanan 78 responden.
Untuk mengetahui perbedaan rata-rata
Pengumpulan data dilakukan dengan metode
penggunaan input produksi petani alumni PTT
survey selama dua musim tanam tahun 2012,
dan bukan alumni PTT maka dilakukan uji
yaitu musim kemarau ( Juli-Oktober) dan
beda rata-rata (independent sample t test)
musim hujan (November-Februari).
seperti terlihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1.
Analisis struktur biaya usahatani
terlihat bahwa semua variabel input produksi
dilakukan dengan menghitung komposisi biaya
menunjukkan perbedaan yang nyata secara
dari masing-masing komponen input usahatani,
statistik. Secara keseluruhan variabel input
selanjutnya juga dilakukan analisis finansial.
produksi juga menunjukkan adanya
Demikian halnya untuk menghitung struktur
peningkatan penggunaan input produksi pada
pendapatan rumahtangga petani dilakukan
petani bukan alumni PTT, kecuali luas lahan
dengan menghitung komposisi pendapatan dari
dan pupuk organik yang masing-masing
masing-masing komponen pendapatan
menurun sebesar 7,89 persen dan 237,83
rumahtangga. Formula untuk perhitungan
persen. Variabel yang menunjukkan
struktur biaya usahatani adalah sebagai berikut:
peningkatan penggunaan input produksi pada
petani bukan alumni PTT adalah benih (38,33
TCi
%), pupuk N (24,15%), pupuk P (27,38%),
CSi = ──── X 100%
pupuk K (49,48%), pestisida (37,43%), tenaga
n
kerja (6,72), jumlah bibit per lubang (24,50%)
Σ TC
dan umur bibit (12,40%).
i=1
Pada penggunaan benih, umumnya
dan
petani menyemai benih lebih banyak daripada
n
yang sesungguhnya ditanam. Selain untuk
Σ CSi = 100%
mengantisipasi kekurangan bibit akibat
i=1
viabilitas (daya tumbuh) benih yang tidak
Dimana:
pernah mencapai diatas 95 persen, hal itu juga
CSi = pangsa biaya input ke i
dimaksudkan untuk mengantisipasi kebutuhan
TCi = biaya input ke i
bibit untuk penyulaman. Dalam kasus-kasus
TC = total biaya
tertentu dimana bibit yang mereka semai
Untuk menghitung profitabilitas usahatani
sendiri tidak cukup maka petani tersebut
menggunakan formula (Soekartawi, 2002;
biasanya membeli atau meminjam bibit dari
Suratiyah, 2009) :
petani lainnya.
1) π = TR – TC atau
= P.Q – (TVC + TFC)

188
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

Tabel 1. Hasil Analisis Uji Beda Rata-rata Penggunaan Input Produksi Padi Sawah pada Petani Alumni PTT
dan Bukan Alumni PTT.

Alumni PTT Bukan Alumni PTT


Input Produksi t-hitung Δ (%)
Rata-rata St.Dev Rata-rata St.Dev
Luas Lahan (Ha) 0,41 0,1809 0,38 0,1552 1,960 ** -7,89
Benih (Kg/Ha) 22,85 2,4611 37,05 3,1841 -52,329 *** 38,33
Pupuk N (Kg/Ha) 86,63 19,8631 114,21 17,0418 -15,208 *** 24,15
Pupuk P (Kg/Ha) 25,41 7,5803 34,99 10,3923 -11,074 *** 27,38
Pupuk K (Kg/Ha) 29,13 9,3440 57,66 13,8161 -25,553 *** 49,48
Pupuk Organik (Kg/Ha) 661,27 178,6405 195,74 370,2189 17,216 *** -237,83
Pestisida (ml/Ha) 541,65 180,0391 865,68 224,4797 -16,647 *** 37,43
Tenaga Kerja (HOK/Ha) 54,31 11,7330 58,22 14,4623 -3,103 ** 6,72
Jumlah bibit/lubang (bibit) 3,05 0,7495 4,04 0,8297 -13,017 *** 24,50
Umur bibit (hss) 21,05 4,9898 24,03 5,1073 -6,089 *** 12,40
Sumber : Analisis data primer, 2012 (diolah)
Keterangan :
***) = Signifikan pada taraf α 1%
**) = Signifikan pada taraf α 5%

Penggunaan varietas padi sawah diketiga lokasi 2007 tentang Rekomendasi pemupukan N, P
penelitian juga telah mengalami pola dan K padi sawah spesifik lokasi. Sedangkan
pergeseran terutama pada petani alumni PTT, pada petani bukan alumni PTT penggunaan
dimana sebelumnya varietas IR 64 merupakan pupuk N sudah mendekati batas takaran
varietas yang dominan digunakan hampir tertinggi yang direkomendasikan.
diseluruh Provinsi Bali. Pada saat ini petani Pupuk P yang banyak digunakan petani
telah menggunakan varietas-varietas unggul di lokasi penelitian umumnya adalah SP 36,
baru seperti Ciherang, Cigeulis, Cibogo, dimana pada petani alumni PTT rata-rata
Mekongga, Inpari dan beberapa varietas unggul penggunaan pupuk P sebanyak 25,42 per hektar
baru lainnya, hal ini dikarenakan varietas IR 64 atau setara dengan 70,61 SP 36 kg per hektar
telah mengalami penurunan daya hasil dan masih dalam rekomendasi maksimal pemberian
rentan terhadap hama dan penyakit, terutama pupuk P. Sementara pada petani bukan alumni
Tungro jika ditanam pada saat musim hujan. PTT rata-rata pemberian pupuk P sebanyak
Pada petani alumni PTT rata-rata 34,98 kg per hektar atau setara dengan 97.17 kg
penggunaan benih per hektar mencapai 22.85 per hektar yang sudah melebihi rekomendasi
kg per hektar masih dibawah takaran anjuran pemberian pupuk P. Sebaran pemberian pupuk
yang digunakan yaitu sekitar 20-30 kg per P baik pada petani alumni PTT maupun petani
hektar, sedangkan pada petani bukan alumni bukan alumni PTT dominan pada penggunaan
PTT sebaran rata-rata penggunaan benih per pupuk P sebanyak 25 – 50 kg per hektar. Pada
hektar sebanyak35 – 40 kg per hektar. petani alumni PTT penggunaan pupuk K
Penggunaan benih pada petani alumni PTT sebanyak 29.14 kg per hektar atau setara
lebih rendah dibandingkan pada petani bukan dengan KCL sebanyak 48.57 kg per hektar
alumni PTT, hal ini diduga terdapat keterkaitan sedangkan petani bukan alumni PTT
dengan sistem tanam jajar legowo dan jumlah menggunakan pupuk K sebanyak 57,67 kg per
bibit per lubang yang digunakan oleh petani hektar atau setara dengan 96.12 kg per hektar.
alumni PTT. Pemberian pupuk K pada petani alumni PTT
Rata-rata penggunaan pupuk N pada ataupun bukan alumni PTT sebenarnya sudah
petani alumni PTT sebanyak k 86,63 kg per melebihi dari rekomendasi pemupukan spesifik
hektar setara dengan 188.33 Urea per hektar, lokasi, sehingga apabila ditingkatkan justru
sedangkan pada petani bukan alumni PTT mengakibatkan pemborosan biaya produksi.
sebanyak 114.21 kg per hektar atau setara
dengan 248,28 Urea per hektar. Penggunaan
pupuk N pada petani alumni PTT masih dalam
takaran anjuran sesuai Permentan No. 40 Tahun

189
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

Tabel 2. Rekomendasi Pemupukan N, P dan K pada Padi Sawah Spesifik Lokasi

Acuan Rekomendasi Pupuk (kg/ha)


Tanpa bahan organik Dengan jerami 5 t/ha Dengan pupuk kandang
Kabupaten 2 t/ha
Urea SP 36 KCL Urea SP 36 KCL Urea SP 36 KCL
Tabanan 250 75 50 230 75 0 225 25 30
Buleleng 250 75 50 230 75 0 225 25 30
Gianyar 250 75 50 230 75 0 225 25 30
Sumber :Permentan No. 40 Tahun 2007

Rata-rata penggunaan pupuk organik HOK dan petani bukan alumni PTT sebanyak
pada petani alumni PTT maupun bukan alumni 58,28 HOK.
PTT masih dibawah rekomendasi anjuran, yaitu Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
sebanyak 661,27 dan 195, 74 kg per hektar. pada Pengelolaan Tanaman Terpadu sangat
Bahkan masih terdapat petani yang masih dianjurkan, hal ini untuk menghindari stress
belum menggunakan pupuk organik, terutama pada tanaman akibat pencabutan bibit di
pada petani bukan alumni PTT. Penggunaan persemaian, pengangkutan dan penanaman
pupuk organik di lokasi penelitian umumnya kembali di sawah. Selain itu penanaman bibit
adalah kotoran ternak dan kompos yang terbuat muda juga akan memperbaiki struktur
dari jerami. Penggunaan pestisida pada petani perakaran tanaman, sehingga pertumbuhan
alumni PTT relatif lebih sedikit secara tanaman akan lebih baik. Petani alumni PTT
kuantitas dibandingkan pada petani bukan rata-rata menggunakan bibit tanaman padi pada
alumni PTT. Hal ini dikarenakan pada petani umur 21,05 hari setelah semai sedangkan pada
alumni PTT mereka telah memulai menerapkan petani bukan alumni PTT menggunakan bibit
prinsip PHT dalam pengendalian OPT tanaman padi pada umur 24,43 hari. Petani
sebagaimana yang mereka peroleh pada saat bukan alumni PTT menggunakan umur yang
mengikuti sekolah lapang PTT. Rata-rata lebih tua selain karena kebiasaaan, mereka juga
penggunaan pestisida oleh petani alumni PTT memiliki kekuatiran jika menanam bibit muda
sebanyak 541,65 ml per hektar sedangkan pada kuatir tanaman akan lama beradaptasi dengan
petani bukan alumni PTT 865,58 ml per hektar. kondisi lingkungan tumbuh yang baru sehingga
Penggunaan tenaga kerja mencakup akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja Jumlah bibit yang ditanam per lubang
upahan (buruh).Dalam pengelolaan tanah, juga akan mempengaruhi pertumbuhan
penggunaan tenaga kerja ternak ataupun tanaman. Bibit yang ditanam 1 - 3 bibit per
manusia semakin langka dijumpai dan sebagian lubang akan mengurangi persaingan antar bibit
besar menggunakan tenaga mekanis terutama dalam rumpun yang sama, selain itu juga
traktor roda dua. Demikian halnya penanaman, semakin sedikit bibit yang ditanam akan
untuk kegiatan penanaman dominan dilakukan memperbaiki sistem perakaran tanaman
oleh tenaga kerja luar keluarga yang sehingga anakan produktif yang dihasilkan
diperhitungkan berdasarkan luas areal akan semakin banyak. Pada lokasi penelitian
tanamnya. Kelangkaan tenaga kerja akan rata-rata penggunaan bibit per lubang pada
sangat terlihat apabila musim panen mulai tiba, petani alumni PTT 3,04 bibit per lubang
hampir secara keseluruhan tenaga kerja untuk sedangkan pada petani bukan alumni PTT rata-
panen merupakan tenaga kerja yang berasal rata 4,05 bibit per lubang.
dari luar Bali (umumnya Jawa Timur). Para Adanya penurunan penggunaan input
tenaga kerja tersebut akan tiba menjelang produksi tentunya berkaitan dengan total biaya
musim panen raya dan biasanya kembali usahatani yang dikeluarkan oleh petani,
setelahmasa panen selesai. Rata-rata sehingga pendapatan yang diterima juga akan
penggunaan tenaga kerja usahatani padi sawah meningkat. Lebih lanjut apabila terjadi
per hektar selama satu musim sebanyak 56,3 pengurangan jumlah input produksi namun
HOK, pada petani alumni PTT sebanyak 54,32 disisi lain jumlah output yang diterima sama
atau bahkan lebih tinggi dibandingkan dengan

190
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

jumlah input yang sama atau lebih banyak


maka akan tercipta efisiensi teknis.
Alumni PTT
Lain-lain Benih
Analisis Finansial Usahatani Padi Sawah 5% 4% Pupuk
26%
Hasil analisis finansial usahatani padi sawah di
Provinsi Bali pada MH baik pada petani alumni
Tenaga Kerja Pestisida
maupun bukan alumni PTT disajikan pada 57% 8%
Tabel 3. Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
total biaya usahatani pada petani bukan alumni
PTT lebih tinggi (12,22 persen) dibandingkan
pada petani alumni PTT. Dari total biaya
usahatani tersebut baik petani alumni maupun
bukan alumni PTT, biaya tenaga kerja
merupakan pangsa terbesar dibandingkan
biaya-biaya usahatani lainnya. Hal ini karena Bukan Alumni PTT
untuk berbagai kegiatan usahatani seperti Lain-lain Benih
pengolahan lahan, tanam, panen umumnya 5% 5% Pupuk
24%
dilakukan oleh tenaga kerja luar keluarga baik
yang dibayar upahan, borongan ataupun natura.
Tenaga Kerja Pestisida
Secara proporsional terlihat pada 56% 10%
Gambar 1 baik pada petani alumni PTT
maupun bukan alumni PTT struktur biaya
usahatani padi sawah yang menempati pangsa
terbesar berturut-turut adalah biaya tenaga kerja
(56-57 persen), pupuk (24-26 persen), pestisida
(8-10 persen), lain-lain (5 persen) dan benih (4- Gambar 1. Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah
Petani Alumni PTT dan Bukan Alumni PTT di
5 persen). Secara proporsional struktur biaya
Provinsi Bali MH Tahun 2012
usahatani padi sawah pada MH hanya biaya
pestisida dan pupuk yang menunjukkan adanya
sedikit perbedaan antara petani alumni PTT dan
bukan alumni PTT.

Tabel 3. Analisis Finansial Usahatani Padi Sawah MH di Provinsi Bali Tahun 2012

Alumni Bukan Alumni


Uraian Per Usahatani Per Usahatani
Per Hektar Per Hektar
(0.41 ha) (0.38 ha)
Biaya Produksi
-Benih 91.733,07 223.248,25 129.772,34 342.176,72
-Pupuk 621.736,27 1.513.102,43 611.244,68 1.611.697,05
-Pestisida 192.199,18 467.749,85 239.851,06 632.426,37
-Tenaga Kerja 1.372.090,78 3.339.219,53 1.421.938,30 3.749.290,32
-Lain-lain 157.138,32 382.423,20 119.203,99 314.310,66
Total Biaya Produksi (Rp) 2.434.897,62 5.925.743,27 2.522.010,37 6.649.901,12
Harga GKP (Rp/kg) 3.407,38 3.407,38 3.269,15 3.269,15
Hasil GKP (Kg) 2.847,33 6.929,46 2.216,76 5.845,02
Keuntungan (Rp) 9.701.919,63 23.611.294,54 7.246.903,29 19.108.244,31
Pendapatan (Rp) 7.267.022,01 17.685.551,27 4.724.892,92 12.458.343,19
BCR 2,98 2,98 1,87 1,87
Sumber : Analisis data primer 2012 (diolah)

191
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

Produktivitas usahatani padi sawah Hasil analisis finansial usahatani padi


pada MH yang dicapai petani alumni PTT sawah di Provinsi Bali pada MK baik petani
sebesar 69,29 kw/ha GKP lebih tinggi sekitar alumni PTT maupun bukan alumni PTT
18,55 persen dibandingkan pada petani bukan disajikan pada Tabel 4. Berdasar Tabel 4
alumni yang sebesar 58,85 kw/ha GKP. terlihat bahwa total biaya usahatani pada petani
Sedangkan untuk rata-rata penerimaan bukan alumni PTT lebih tinggi (7,72 persen)
usahatani padi sawah petani alumni PTT dibandingkan pada petani alumni PTT. Dari
sebesar Rp. 23,6 juta, kontribusi dari total biaya usahatani tersebut baik petani
produktivitas 69,29 kw/ha GKP dan harga rata- alumni PTT maupun bukan alumni PTT, biaya
rata GKP pada petani alumni PTT sebesar untuk tenaga kerja merupakan pangsa terbesar
Rp.3407 per kg. Keuntungan nominal yaitu dibandingkan biaya-biaya usahatani lainnya.
sebesar Rp. 17,6 juta per hektar.Nilai BC rasio Hal ini karena untuk berbagai kegiatan
sebesar 2,98 berarti setiap satu rupiah yang usahatani padi sawah umumnya dilakukan oleh
dikeluarkan untuk usahatani padi akan tenaga kerja luar keluarga.
mendapatkan keuntungan sebesar 2,98 rupiah. Secara proporsional terlihat pada Gambar 2
Pada petani bukan alumni PTT rata-rata baik pada petani alumni PTT maupun bukan
penerimaan usahatani padi sawah pada MH alumni PTT struktur biaya usahatani padi
sebesar Rp. 19,1 juta, kontribusi dari sawah yang menempati pangsa terbesar
produktivitas 58,55 kw/ha GKP dan harga rata- berturut-turut adalah biaya tenaga kerja (57
rata GKP pada petani alumni PTT sebesar persen), pupuk (25-27 persen), pestisida (7-9
Rp.3269 per kg. Keuntungan nominal yaitu persen), lain-lain (5-6 persen) dan benih (3-4
sebesar Rp. 12,4 juta per hektar. Dengan persen).Secara proporsional struktur biaya
demikian terdapat peningkatan antara petani usahatani padi sawah pada MK hanya biaya
alumni PTT dan bukan alumni PTT sebesar pestisida dan pupuk yang menunjukkan adanya
41,95 persen.Sementara itu BC rasio sebesar sedikit perbedaan antara alumni PTT dan bukan
1,87. Ini berarti setiap satu rupiah yang alumni PTT. Hasil ini sesuai dengan penelitian
dikeluarkan untuk usahatani padi sawah petani Andriati dan Sudana (2007) yang memperoleh
bukan alumni PTT akan mendapatkan hasil bahwa komponen biayatenaga kerja pada
keuntungan sebesar 1,87 rupiah. Dengan usahatani padi sawah relatif lebih besar
demikian terdapat peningkatan keuntungan dibanding komponen biaya lainnyayaitu
antara petani bukan alumni danalumni PTT sebesar 77% dari total biaya produksi.
sebesar 41,95 persen.

Tabel 4. Analisis Finansial Usahatani Padi Sawah MK di Provinsi Bali Tahun 2012

Alumni Bukan Alumni


Uraian Per Usahatani Per Usahatani
Per Hektar Per Hektar
(0.41 ha) (0.38)
Biaya Produksi
-Benih 86.508,61 210.491,62 107.444,68 284.341,22
-Pupuk 683.132,99 1.662.190,37 624.711,44 1.653.234,09
-Pestisida 170.756,15 415.481,65 222.218,09 588.077,14
-Tenaga Kerja 1.446.888,89 3.520.551,35 1.430.823,94 3.786.527,31
-Lain-lain 138.624,80 337.300,06 116.677,39 308.774,63
Total Biaya Produksi (Rp) 2.525.911,43 6.146.015,05 2.501.875,53 6.620.954,39
Harga GKP (Rp/kg) 3.441,80 3.441,80 3.359,57 3.359,57
Hasil GKP (Kg) 2.891,74 7.036,14 2.171,81 5.747,47
Penerimaan (Rp) 9.952.792,31 24.217.005,63 7.296.352,42 19.309.040,76
Keuntungan 7.426.880,88 18.070.990,58 4.794.476,89 12.688.086,36
BCR 2,94 2,94 1,92 1,92
Sumber :Analisis data primer 2012 (diolah)

192
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

biaya lain-lain nampak bahwa ada kesamaan


Alumni PTT
Benih
pola pengeluaran antar kelompok petani, yaitu
Lain-lain
6%
3% Pupuk proporsi terbanyak untuk biaya tenaga kerja,
27% proporsi terbesar kedua untuk biaya sarana
produksi dan proporsi terkecil untuk biaya lain-
Pestisida
Tenaga Kerja 7% lain. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
57%
Nurasa dan Purwoto (2012) dalam struktur
biaya usahatani padi sawah di Jawa dan luar
Jawa, proporsi biaya usahatani terbesar adalah
biaya tenaga kerja (61-69 persen), sarana
produksi (24-25 persen) dan biaya lain-lain (7-
Bkan Alumni PTT 15 persen).
Lain-lain Benih Produktivitas usahatani padi sawah
5% 4%
Pupuk pada MK tahun 2012 pada petani alumni PTT
25%
sebesar 70,36 kw/ha GKP lebih tinggi sekitar
22,42 persen dibandingkan pada petani bukan
Tenaga Kerja Pestisida
57% 9% alumni PTT yang sebesar 57,47 kw/ha GKP.
Sedangkan untuk rata-rata penerimaan
usahatani padi sawah petani alumni PTT
sebesar Rp. 24,2 juta, kontribusi dari
produktivitas 70,36 kw/ha GKP dan harga rata-
Gambar 2.Struktur Biaya Usahatani Padi Sawah rata GKP pada petani alumni PTT sebesar
Petani Alumni dan Bukan Alumni PTT di Provinsi Rp.3441 per kg. Keuntungan nominal yaitu
Bali MK Tahun 2012 sebesar Rp. 18,0 juta per hektar. Sementara itu
BC rasio sebesar 2,94. Ini berarti setiap satu
Berdasarkan struktur biaya usahatani rupiah yang dikeluarkan untuk usahatani padi
padi sawah baik pada MH maupun MK pada mendapatkan keuntungan sebesar 2,94 rupiah.
petani alumni PTT maupun bukan alumni PTT Pada petani bukan alumni PTT rata-
ada beberapa temuan yang sejalan dengan hasil rata penerimaan usahatani padi sawah pada MK
penelitian Nurasa dan Purwoto (2012) Pertama sebesar Rp. 19,30 juta, kontribusi dari
perbedaan biaya total usahatani padi sawah produktivitas 57,47 kw/ha GKP dan harga rata-
baik pada petani alumni PTT maupun bukan rata GKP pada petani alumni PTT sebesar
alumni PTT pada musim tanam yang sama Rp.3359 per kg. Keuntungan nominal yaitu
dapat disebabkan antara lain : (1) perbedaan sebesar Rp. 12,68 juta per hektar. Sementara itu
kuantitas per hektar (dosis/takaran) sarana BC rasio sebesar 1,92. Ini berarti setiap satu
produksi yang digunakan, baik karena adanya rupiah yang dikeluarkan untuk usahatani padi
dosis spesifik lokasi maupun karena ada sawah petani bukan alumni akan mendapatkan
perbedaan intensitas serangan hama penyakit keuntungan sebesar 1,92 rupiah. Dengan
ataupun perilaku petani menghadapi resiko, (2) demikian terdapat peningkatan keuntungan
perbedaan sarana produksi, (3), perbedaan antara petani bukan alumni PTT dan alumni
tingkat upah tenaga kerja luar keluarga per PTT sebesar 42,42 persen. Hal ini sejalan
HOK, tingkat upah borongan per hektar untuk dengan hasil kajian usahatani padi sawah
suatu kegiatan usahatani tertentu, maupun peserta SL-PTT di Jawa Timur yang dilakukan
perbedaan besarnya upah panen, (4) perbedaan Tarigan (2010) menunjukkan tingkat
nilai sewa lahan per hektar, besar PBB per keuntungan Rp6,6 juta/ha/musim tanam, atau
hektar maupun perbedaan dalam peraturan- 66,4% terhadap total biaya.
peraturan/ketentuan-ketentuan yang berkaitan Pada Tabel 5 terlihat bahwa secara
dengan usahatani padi yang bersifat lokal/adat statistik keuntungan usahatani padi sawah
(kebiasaan setempat). Kedua, walaupun total petani bukan alumni PTT dan alumni PTT
biaya usahatani per hektar bervariasi antar berbeda nyata baik pada musim hujan maupun
kelompok tani, namun ditinjau dari proporsi pada musim kemarau.
biaya untuk sarana produksi, tenaga kerja dan

193
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

Tabel 5. Hasil Uji Beda Rata-rata dan Persentase Perubahan Keuntungan pada Petani Bukan Alumni PTT
dan Alumni PTT.

Bukan Alumni PTT Alumni PTT Δ


Keuntungan t-hitung
Rata-rata St.Dev Rata-rata St.Dev (%)
Keuntungan Padi MH 4724892.92 2,49 7267022.01 3,99 5,469 *** 53,80
Keuntungan Padi MK 4794476.89 2,32 7426880.88 4,13 5,677 *** 54,90
Sumber : Analisis data primer, 2012 (diolah)
Keterangan : ***) =Signifikan pada taraf α 1%

Peningkatan keuntungan petani alumni PTT sehingga sektor pertanian masih menjadi
sedikit lebih besar pada musim kemarau (54,90 tumpuan sumber pendapatan rumahtangga di
persen), sedangkan pada musim hujan pedesaan. Pada sektor pertanian selain
peningkatan keuntungan sebesar 53,80 persen. usahatani padi sawah para petani juga
Peningkatan keuntungan tersebut disebabkan umumnya melakukan usahatani lainnya seperti
produksi petani alumni PTT yang lebih besar palawija, hortikultura dan peternakan (ternak
dibandingkan produksi petani bukan alumni sapi, babi dan ayam buras) sebagai sumber
PTT. pendapatan rumahtangga lainnya.

Struktur Pendapatan Rumahtangga Petani


Alumni PTT
Padi Sawah
Off Farm
Struktur pendapatan rumahtangga petani padi 5%
sawah di Provinsi Bali disajikan pada Gambar Non Farm
32%
3.Walaupun basis kehidupan rumahtangga tani
merupakan wilayah pedesaan, namun mereka On Farm
63%
tetap melakukan diversifikasi sumber-sumber
pendapatan rumahtangga baik dari pertanian
maupun non pertanian. Sebagaimana Studi
Susilowati, et al (2002) di pedesaan Jawa Barat
menunjukkan kecenderungan serupa yaitu
bahwa tingkat diversifikasi pendapatan Bukan Alumni PTT
rumahtangga cukup tinggi. Dengan kata lain
Off Farm
bahwa secara umum rata-rata rumahtangga di 8%
pedesaan tidak tergantung pada satu sumber Non Farm
pendapatan. Setidaknya terdapat dua alasan 31%
rumahtangga di pedesaan melakukan On Farm
61%
diversifikasi kegiatan untuk memperoleh
pendapatan, yaitu (1) dengan satu sumber
pendapatan rumahtangga tersebut tidak dapat
memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan,
dan (2) mengurangi resiko kegagalan, artinya
apabila salah satu sumber pendapatan tidak Gambar 3. Struktur Pendapatan Rumahtangga
berhasil masih ada sumber pendapatan lain Petani Padi Sawah di Provinsi Bali, 2012.
yang dapat diharapkan.
Berdasarkan Gambar 3 pangsa Sebagaimana hasil penelitian Agustian
pendapatan rumahtangga padi sawah antara dan Ilham (2009) pada daerah lahan sawah
pendapatan pertanian dan non pertanian (%) irigasi di Kabupaten Indramayu dan Kabupaten
baik pada petani alumni PTT dan bukan alumni Grobogan, pangsa pendapatan rumahtangga
PTT tidak jauh berbeda masing-masing (68% padi sawah menunjukkan proporsi yang cukup
vs 32%) dan (69% vs 31%).Hal ini diduga berimbang antara pendapatan dari usaha
karena pada ketiga lokasi penelitian merupakan pertanian dan non pertanian (54,10% vs
daerah sentra produksi padi sawah dengan 45,90%). Pada kegiatan usaha pertanian,
agroekosistem yang tidak jauh berbeda, usahatani padi sawah masih menjadi

194
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

penyumbang terbesar terhadap pendapatan dari usahatani padi sawah terhadap total
rumahtangga (47,40%). Hal senada juga terlihat pendapatan rumahtangga tani di Provinsi Bali
pada petani padi sawah di Kabupaten sebesar 38 persen pada petani bukan alumni
Grobogan, proporsi pendapatan cukup PTT dan 41 persen pada petani alumni PTT.
berimbang antara usaha pertanian dan non Dalam rangka peningkatan produksi
pertanian (49,91% vs 50,09 %). Pada kegiatan dan pendapatan petani melalui efisiensi
usaha pertanian, usahatani padi sawah masih enggunaan input produksi, maka peran
menjadi penyumbang terbesar terhadap pemerintah daerah dan lembaga penelitian
pendapatan rumahtangga (23,87%). sangat diharapkan dalam mendiseminasikan
Peranan pendapatan yang berasal dari PTT padi sawah baik melalui kegiatan
usahatani padi sawah terhadap total pendapatan penyuluhan, sekolah lapang, demplot dan
rumahtangga tani di Provinsi Bali sebesar 38 kegiatan lainnya.
persen pada petani bukan alumni PTT dan 41
persen pada petani alumni PTT. Implikasi dari DAFTAR PUSTAKA
temuan ini adalah walaupun usahatani padi
tidak sepenuhnya dilandasi oleh motif ekonomi Agustian, A dan N Ilham.2009. Analisis
namun juga oleh kondisi fisik sumberdaya Proporsi Pendapatan dan Pengeluaran
lahan dan sosial budaya, padi sebagai bahan Rumah Tangga Petani Padi pada
pangan utama penduduk dan juga merupakan Beberapa Agroekosistem. Prosiding
komoditas strategis di tingkat nasional maka Seminar Nasional Dinamika Pembangunan
upaya peningkatan pendapatan petani padi Pertanian dan Perdesaan : Tantangan dan
sawah melalui penerapan PTT (varietas unggul Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan
baru, efisiensi penggunaan input, sistem Petani. Pusat Sosial Ekonomi dan
pengairan, pascapanen), keterjaminan harga Kebijakan Pertanian. Badan Litbang
dan pemasaran input-output merupakan strategi Pertanian. Jakarta. hal 135-147.
kebijakan yang patut dikedepankan.
Andriati dan W. Sudana. 2007. Keragaan dan
Analisis Finansial Usahatani Padi (Kasus
KESIMPULAN DAN SARAN
Desa Primatani, Kabupaten Karawang,
Jawa Barat). Jurnal Pengkajian dan
Keuntungan usahatani padi sawah petanialumni
Pengembangan Teknologi Pertanian 10
PTT lebih tinggi 53,80 persen dibandingkan
(2) :105-117
dengan petani bukan alumni PTT pada MH dan
pada MK meningkat 54,90 persen. Pangsa Anonim.2008. Panduan Pelaksanaan Sekolah
terbesar dalam struktur biaya usahatani padi Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
sawah petani alumni PTT terbesar berturut- (SL-PTT) Padi. Departemen Pertanian.
turut adalah biaya tenaga kerja (57 persen), Jakarta.
pupuk (23 persen), pestisida (7 persen), lain- Mariyono, J., T Kompas andR.Q, Grafton.
lain (6 persen) dan benih (3 persen), sedangkan
2010. Shifting from Green Revolution
pada petani bukan alumni PTT biaya tenaga toenvironmentally sound policies :
kerja (57 persen), pupuk (25 persen), pestisida technological change in Indonesian rice
(9persen), lain-lain (5 persen) dan benih (4 agriculture. Journal of the Asia
persen). Secara financial usahatani padi sawah
PacificEconomy 15 (2) : 128 — 147
baik petani alumni maupun bukan alumni PTT
menguntungkan, hal ini terlihat dari BC rasio Nurasa, T dan A Purwoto.2012. Analisis
untuk petani alumni sebesar 2,98 dan 1,87 pada Profitabilitas Usaha Tani Padi pada
petani bukan alumni PTT pada MH danpada Agroekosistem Lahan Sawah Irigasi di
MK petanialumni 2,94 sedangkan petani bukan Jawa dan Luar Jawa Perdesaan Patanas.
alumni PTT sebesar 1,92. Prosiding Seminar Nasional Petani dan
Struktur pendapatan rumahtangga Pembangunan.Pusat Sosial Ekonomi dan
petani padi sawah baik pada petani alumni Kebijakan Pertanian. Badan Litbang
maupun alumni PTT kontribusi terbesar berasal Pertanian. Jakarta. hal 405-424.
dari kegiatan on farm yang mencapai kisaran
60 persen.Peranan pendapatan yang berasal

195
Suharyanto: Keragaan dan Analisis Finansial Penerapan Pengelolaan Tanaman …

Sembiring, H dan IN. Widiarta. 2008. Inovasi Mendukung Ketahanan Pangan. Prosiding
Teknologi Padi Menuju Swasembada Seminar Nasional Teknik Pertanian.
Beras Berkelanjutan. Dalam : A.K. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Makarim et al. (eds.): Inovasi Teknologi Gadjah Mada. Yogyakarta
Tanaman Pangan. Prosiding Simposium V
Suratiyah, K. 2009. Ilmu Usahatani. Cetakan
Tanaman Pangan. Pusat Penelitian
ke-3. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Pangan. Bogor. Susilowati,S.H., Supadi dan C. Saleh. 2002.
Diversifikasi Sumber Pendapatan
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit
Rumahtangga di Pedesaan Jawa Barat.
Universitas Indonesia. UI Press. Jakarta.
Jurnal Agro Ekonomi 20 (1) : 85 – 109.
Suhendrata, T. 2008. Peran Inovasi Teknologi
Tarigan, H. 2010. SL-PTT Berhasil Tingkatkan
Pertanian dalam Peningkatan
Pedapatan Petani.Warta Penelitian dan
Produktivitas Padi Sawah Untuk
Pengembangan Pertanian 32 (1) : 16-19.

196

Anda mungkin juga menyukai