Anda di halaman 1dari 23

PERKEMBANGAN EMBRIO PADA MAMALIA

MAKALAH

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur Perkembangan Hewan II


yang dibimbing oleh Dr. Umie Lestari, M.Si. dan Ajeng Daniarsih, S.Si., M.Si.

Disusun oleh:
Kelompok 6 / Offering A
Ana Saniatur Rohmah 180341617525
Lutfiana Azizah Kurniawati 170341615111
Rini Putri Suryono 180341617570

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

Oktober 2019
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada hampir semua mahluk hidup suatu generasi baru dimulai dari suatu telur
yang telah difertilisasi (dibuahi), atau zigot yaitu suatu sel hasil penggabungan dari
sel induk betina dan sel induk jantan, dimana masing-masing induk berperan dalam
menentukan sifat-sifat individu baru yakni dalam hal ukuran, bentuk, perlengkapan
fisiologis dan pola perilakunya. Pada proses perkembangan manusia melalui berbagai
tahap yang dimulai dari gametogenesis pada masing-masing induk, dimana induk
jantan mengalami spermatogenesis (proses pembentukan sperma), dan induk betina
mengalami oogenesis ( proses pembentukan ovum). Setelah terjadi fertilisasi (proses
peleburan dua gamet sehingga terbentuk individu dengan sifat genetik yang berasal
dari kedua induknya) maka akan terbentuk zigot. Zigot akan mulai membentuk suatu
organisme yang multiseluler yang dilakukan dengan proses-proses pembelahan.
Pembelahan awal yang terjadi disebut sebagai blastulasi, dimana sel yang
merupakan hasil fertilisasi antara dua induk mengalami pembelahan sinkron yang
kemudian membentuk suatu bola yang disebut morulla. Setelah embrio menjalani
tahap pembelahan dan pembentukan blastula, embrio akan masuk kedalam suatu
tahapan yang paling kritis selama masa perkembangannya, yaitu stadium grastula.
Grastulasi (proses pembentukan grastula) ditandai dengan perubahan susunan yang
sangat besar dan sangat rapi dari sel-sel embrio. Grastulasi akan menghasilkan suatu
embrio yang mempunyai tiga lapisan lembaga yaitu lapisan endoderm disebelah
dalam, mesoderm disebelah tengah dan ektoderm disebelah luar. Dalam
perkembangan selanjutnya, ketiga lapisan lembaga akan membentuk jaringan-
jaringan khusus dan organ-organ tubuh, dimana proses ini disebut organogenesis.
Organ pertama yang terbentuk adalah jantung. Perkebangan embrio manusia
sangatlah kompleks dimana pada awalnya hanya satu sel kemudian berkembang
menjadi individu yang terdiri dari miliaran sel. Oleh karena itu, perlu suatu
pembelajaran khusus mengenai perkembangan manusia
I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana tahap fertilisasi pada perkembangan embrio manusia ?


2. Bagaimana pola pembelahan pada perkembangan embrio manusia ?
3. Bagaimana tahap blastulasi pada perkembangan embrio manusia?
4. Bagaimana tahap gastrulasi pada perkembangan embrio manusia?
5. Bagaimana tahap pembentukan lapisan germinal pada perkembangan embrio
manusia?

I.3 Tujuan

1. Mengetahui perkembangan embrio manusia pada tahap fertilisasi.


2. Mengetahui perkembangan embrio manusia pada tahap pembelahan.
3. Mengetahui perkembangan embrio manusia pada tahap blastulasi.
4. Mengetahui perkembangan embrio manusia pada tahap gastrulasi.
5. Mengetahui perkembangan embrio manusia pada tahap pembentukan lapisan
germinal.

I.4 Topik Bahasan

I.4.1 Tahap fertilisasi pada embrio mamalia

I.4.2 Tahap pembelahan pada embrio manusia

I.4.3 Tahap blastulasi pada embrio manusia

I.4.4 Tahap gastrulasi pada embrio manusia

I.4.5 Tahap pembentukan lapisan germinal pada embrio manusia


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tahap fertilisasi pada embrio mamalia

Fertilisasi (pembuahan) adalah suatu proses penyatuan atau peleburan antara


gamet jantan dan betina sehingga membentuk zigot. Pada mamalia, proses
fertilisasinya terjadi secara internal dengan mengeluarkan mani melalui alat pengantar
berupa penis ke dalam vulva betina. Pada mamalia, pembuahan terjadi di bagian
anterior oviduk. Pada manusia sel telur dikelilingi oleh lapisan ekstraseluler tebal
yang disebut zona pelusida. Selain itu juga ada lapisan sel yaitu corona radiata yang
dibawa sel telur pada waktu terjadinya ovulasi. Sperma pada manusia menghasilkan
enzim-enzim hidrolitik yang dapat melarutkan perekat yang menghubungkan sel
folikel satu terhadap yang lain. Enzim inilah yang akan memberikan kesempatan
kepada sperma untuk menembus lapisan sel corona radiata (Gilbert, 1991). Dengan
masuknya sperma ke dalam ovum, penahanan meiosis kedua pada oosit berakhir dan
meiosis dilanjutkan sehingga terbentuk polosit II dan inti ovum yang haploid
(pronukleus betina). Segera setelah sperma masuk, membran inti sperma hancur dan
kandungan inti sperma berinteraksi dengan sitoplasma ovum.

Gambar II.1.1 Model fertilisasi internal mamalia (Gilbert, 1991)


Tahap penetrasi sperma ke dalam sel telur akan menimbulkan berbagai
reaksi, antara lain yaitu, reaksi membran dimana membran telur akan menjadi
lebih elastis untuk mencegah terjadinya polispermi. Reaksi korteks yang
menyebabkan terjadinya kenaikan kadar ion Ca2+ sebagai aktifator
metabolisme. Dan kenaikan metabolisme. (Gilbert, 1991)
Sperma akan masuk ke dalam sel telur dan meninggalkan ekornya di
dalam rongga perivitelin. Dengan posisi bagian leher berbalik di depan,
sentriol keluar dari leher, kemudian inti akan keluar dan membentuk
pronukleus jantan. Pronukleus jantan bergerak menuju ke pronukleus betina.
Kemudian DNA dan RNA sperma akan bercampur di dalam sel telur, hingga
membentuk inti baru. Masuknya sperma dalam sel telur menyebabkan
reorganisasi penyebaran protein di dalam sel telur. Perubahan letak protein
dalam sel telur ini yang akan mencerminkan pola bentuk dan struktur tubuh
embrio yang akan terbentuk nantinya. (Gilbert, 1991)
Tahap penggabungan pronukleus jantan dan betina merupakan
penyatuan genom jantan dan betina. Kromosom keduanya akan menyatu dan
membentuk sinkarion. Kemudian terjadilah proses pembelahan. (Gilbert,
1991)

2.2 Tahap pembelahan pada embrio manusia

Pola pembelahan mamalia berbeda dengan hewan lain. Setelah terjadi


penetrasi sperma ke oosit di ampula oviduk, meiosis dilanjutkan dan pembelahan
segera dimulai. Tahap perkembangan yang selanjutnya adalah pembelahan yang
berlangsung terus menerus tanpa istirahat, dengan tidak diikuti oleh pertambahan
volume, sehingga menghasilkan banyak sel dengan ukuran sangat kecil. (Lestari, dkk.
2016).
Ada beberapa perbedaan pembelahan mamalia dibanding hewan lainnya.
Pertama, pembelahannya berjalan sangat lambat. Kedua, tipe pembelahannya yaitu
pada pembelahan pertama terjadi secara normal yaitu melalui bidang meridional,
pada pembelahan kedua lain dari biasanya, yaitu satu blastomer membelah secara
meridional, sedangkan blastomer lainnya membelah secara ekuatorial. Pembelahan
seperti ini disebut holoblastik rotasional. Ketiga, pembelahannya berlangsung tidak
sinkron artinya blastomer pada embrio mamalia tidak semua membelah pada waktu
yang sama, (Surjono, 2001).
Lambatnya pembelahan embrio manusia kemungkinan terkait dengan mulai
aktifnya gen pada awal pembelahan yang selanjutnya dihasilkan protein spesifik
untuk keperluan perkembangan embrio. Pada manusia. gen aktif pertama kali terjadi
pada embrio kisaran tahap 4 sel dan 8 sel. (Lestari, dkk. 2016). Berbeda dengan
pembelahan embrio hewan lainnya, pembelahan embrio mamalia tidak membelah
dalam waktu yang bersamaan, sehingga blastomer tidak meningkat dari 2, 4, 8 dan
seterusnya tetapi seringkali berjumlah ganjil. (Surjono, 2001).
Yang paling berbeda pada periode kompaksi. Pada stadium 8, sel hubungan
antar blastomer cukup longgar dan banyak mengandung ruang antar sel. Namun pada
pembelahan selanjutnya tingkah laku blastomer mengalami perubahan yang drastis.
Blastomer-blastomer ini tiba-tiba berhimpitan, mempererat hubungan antar blastomer
sehingga membentuk bola padat yang disebut morula.
Morula mengalami pembelahan secara cepat menjadi morula 16 sel yang
memiliki susunan blastomer dalam keadaan kompak dan padat. Susunan blastomer
dikemas sangat rapat melalui perlekatan antar membran sel oleh protein adhesi seperti
E-chaderin yang membentuk tight junction yang menghubungkan antar membran
sel, dan gap junction pada bagian dalam untuk melewatkan pertukaran ion-ion serta
molekul-molekul sederhana dari satu sel ke sel berikutnya. (Lestari, dkk. 2016).
Gambar II.2.1 Bentuk Morulla pada Embrio Manusia

2.3 Tahap blastulasi pada embrio manusia

Blastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami


pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan
mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula terdapat cairan sel
yang disebut dengan Blastosoel. Blastulasi yaitu proses terbentuknya blastula.

Gambar II.3.1 Blastula manusia

Dengan demikian blastomer-blastomer yang berhimpitan, mempererat


hubungan antar blastomer sehingga membentuk bola padat sehingga sel-sel didalam
embrio berhubungan satu sama lain dengan adanya gap junction sedangkan di bagian
luar dihubungkan dengan tight junction yang berfungsi mencegah pertukaran cairan
antara lingkungan dengan embrio dan menyebabkan terjadinya akumulasi cairan
didalam embrio. Sel-sel ini terbagi menjadi dua kelompok, dibagian luar dan dibagian
dalam embrio. Embrio yang kompak ini disebut morula. Morula ini tidak
mengandung rongga. Cairan yang disekresikan kedalam morula menyebabkan embrio
menjadi berongga dan sel-sel yang berada di bagian dalam berkelompok pada satu
cincin sel eksternal. Struktur seperti ini disebut blastosis. (Surjono,2001)
Sel-sel blastosis terdiri atas 2 kelompok yaitu inner cell mass atau ICM dan
outer cell mass dimana keduanya berbeda baik dalam morfologi , fungsi maupun
struktur kimianya. Sel-sel penyusun bagian luar blastosis (outer cell mass) secara
keseluruhan disebut trofoblas atau trofektoderm. Sel-sel tersebut satu sama lain
dihubungkan dengan tight junction. Kelompok sel-sel ini tidak membentuk embrio
melainkan membentuk jaringan korion (membran terluar embrio) penyusun plasenta
yang berfungsi sebagai tempat penempelan embrio di uterus, untuk transportasi
oksigen dan nutrisi dari induk, mensekresi hormon agar uterus menerima embrio dan
mensekresikan regulator untuk respon imun sehingga induk tidak menolak embrio.
Trofoblas ini ukurannya lebih besar dari sel ICM dan berada di tepi yang berfungsi
menginduksi perubahan-perubahan khas pada permukaan atas uterus ketika embrio
implantasi. Sel penyusun ICM satu sama lain berhubungan dengan gap junction. Sel
ini kemudian akan membentuk embrio dan sistem membran embrio. Sel-sel ICM
selanjutnya akan memisahkan diri dan membentuk lapisan tipis sel dibagian bawah
ICM yang disebut hipoblas. Dan bagian ICM yang tidak memisah disebut epiblas.
(Surjono,2001)

Gambar II.3.2 Bakal pembentuk alat blastula mamalia

Seperti blastula lainnya, blastula mamalia (blastosis) telah mempunyai daerah-


daerah pembentuk alat. Epiblas membentuk bakal ektoderm epidermis, ektoderm
saraf, notokrda dan mesoderm; sedangkan hipoblas membentuk bakal endoderm.
seperti pada embrio ayam, epiblas anterior merupakan bakal endoderm epidermis,
kemudian sebelah posterior secara berturut-turut adalah bakal endoderm saraf,
notokorda, prekorda, dan yang paling posterior adalah bakal mesoderm
(Surjono,2001).

2.4 Implantasi pada Embrio Manusia


Blastocyst terdiri dari embryoblast, rongga blastocystic, dan trofoblas.
Trofoblas membungkus rongga embrioblas dan blastokistik dan kemudian
membentuk struktur ekstraembrionik dan bagian embrionik dari plasenta. Empat
sampai 5 hari setelah pembuahan, trofoblas yang berdekatan dengan embrioblas
menempel pada endometrium epitel. Trofoblas di kutub embrionik berdiferensiasi
menjadi dua lapisan, syncytiotrofoblas terluar dan sitotrofoblas bagian dalam.
Syncytiotrophoblast menginvasi epitel endometrium dan jaringan ikat yang
mendasarinya. Bersamaan dengan itu, lapisan berbentuk kuboid bentuk hipoblas di
permukaan yang dalam dari embryoblast. Pada akhir minggu pertama, blastokista
berada di dalam endometrium. Tahap awal implantasi adalah menempelnya blastosis
ke dinding endometrium karena adanya invasi. Sel-sel endometrium mengalami
apoptosis (kematian sel), yang memfasilitasi invasi. Implantasi blastokista biasanya
terjadi di endometrium uterus, superior di tubuh uterus. Implantasi blastokista dimulai
pada akhir minggu pertama dan selesai pada minggu kedua. Ketika proses ini terjadi,
perubahan morfologis pada embryoblast menghasilkan keping embrionik bilaminar
yang terdiri dari epiblast dan hipoblas. Bersamaan dengan itu, perubahan morfologis
terjadi pada embryoblas yang menghasilkan pembentukan disk (keping) bilaminar sel
yang rata dan hampir bundar, disk embrionik terdiri dari dua lapisan. Epiblast, lapisan
yang lebih tebal, terdiri dari sel-sel kolumnar tinggi yang terkait dengan rongga
amniotik. Hipoblas, terdiri atas sel-sel kuboid kecil yang berdekatan dengan rongga
exocoelomik. Keping embrionik mendukung lapisan germinal yang membentuk
semua jaringan dan organ embrio. Struktur ekstraembrionik yang terbentuk selama
minggu kedua adalah rongga amnion, amnion, vesikula umbilikal (kantung kuning
telur), tangkai penghubung, dan kantung korionik (Moore, 2007).

Tahap gastrulasi pada embrio manusia.

Gastrulasi adalah awal morfogenesis (perkembangan bentuk tubuh) dan


merupakan peristiwa signifikan yang terjadi selama minggu ketiga. Perubahan bentuk
sel yang luas, penataan ulang, pergerakan, dan perubahan sifat perekat berkontribusi
pada proses gastrulasi. Gastrulasi pada Mamalia terjadi pada bagian massa sel dalam
(inner cells mass) yaitu bagian blastokista yang akan menjadi bagian tubuh embrio.
Tanda morfologis pertama gastrulasi dimulai dengan pembentukan garis primitif pada
permukaan epiblast cakram embrionik. Masing-masing dari tiga lapisan benih
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) akan menjadi suatu jaringan dan organ
tertentu. Lapisan ektoderm akan menjadi epidermis, sistem saraf pusat dan perifer,
mata, dan telinga bagian dalam, dan sebagai sel krista neural, jaringan penghubung
kepala. Lapisan endoderm merupakan sumber lapisan epitel saluran pernapasan dan
pencernaan, termasuk kelenjar dalam saluran pencernaan dan sel-sel kelenjar organ
terkait seperti hati dan pankreas. Sedangkan lapisan mesoderm akan menghasilkan
semua otot rangka, sel-sel darah dan lapisan pembuluh darah, semua mantel otot
polos visceral, saluran serta organ sistem reproduksi dan ekskresi, dan sebagian besar
sistem kardiovaskular. Selain itu mesoderm juga akan menjadi sumber dari semua
jaringan ikat, termasuk tulang rawan, tulang, tendon, dan ligamen.

Gambar. Blastosis Mamalia sesaat sebelum gastrulasi


Sel-sel hipoblas mengalamai delaminasi dari massa sel dalam yang dibatasi oleh sel-
sel trofoblas
Gambar. Pembentukan rongga amnion pada embrio manusia
Sel-sel hipoblas menempel pada massa sel dalam, dan sinsitiotrofoblas akan
menyusup ke dinding uterus. Sementara epiblas sudah berdiferensiasi menjadi
ektoderm amnion dan epiblas embrionik. Seluruh bagian tubuh calon individu baru
berasal dari epiblas embrionik.

Gambar. Gerakan sel sewaktu gastrulasi Mamalia


(A) Diagram skematis permukaan dorsal epiblas embrionik. Seperti embrio ayam,
sel-sel bermigrasi melalui nodus Hensen bergerak ke arah anterior atau sefalad
untuk membentuk notokord, sementara sel-sel yang lain bergerak melalui bukit
primitif ke arah lateral untuk menjadi bakal mesoderm dan endoderm (Garis putus-
putus menandakan migrasi internal).
(B) Sayatan transversal embrio utuh

Streak Primitif
Tanda pertama gastrulasi adalah munculnya garis primitif. Pada awal minggu
ketiga, akan terbentuk penebalan pita linear epiblast yang kemudian primitif streak
akan muncul secara kaudal di bidang median aspek dorsal disc embrionik. Primitif
streak ini dihasilkan dari proliferasi dan pergerakan sel-sel epiblast ke bidang median
cakram embrionik. Begitu garis primitif muncul maka memungkinkan untuk
mengidentifikasi sumbu kraniokaudal embrio, ujung kranial dan kaudal, punggung
dan ventralnya. Alur dan lubang primitif dihasilkan dari invaginasi (gerakan ke
dalam) sel epiblastik. Tak lama setelah garis primitif muncul, sel meninggalkan
permukaannya yang dalam dan membentuk mesenkim. Mesenkim membentuk
jaringan pendukung embrio, seperti sebagian besar jaringan ikat tubuh dan kerangka
jaringan ikat kelenjar. Beberapa mesenkim membentuk mesoblas yaitu mesoderm
yang tidak berdiferensiasi, yang membentuk mesoderm intra embrionik, atau
embrionik. Sel-sel dari epiblast dan juga dari simpul primitif dan bagian-bagian lain
dari garis primitif menggeser hipoblas, membentuk endoderm embrionik di atap
vesikel pusar. Sel-sel yang tersisa di epiblast membentuk ektoderm embrionik. Sel-sel
mesenkim yang berasal dari lapisan primitif bermigrasi secara luas. Sel-sel
pluripotensial ini memiliki potensi untuk berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
berbagai jenis sel, seperti fibroblas, kondroblas, dan osteoblast. Hal ini tentunya tidak
terlepas dari molekul pemberi sinyal yang berperan dalam menentukan nasib lapisan
sel germinal, contohnya seperti FGF dan Wnt.
Nasib Streak Primitif

Streak primitif secara aktif membentuk mesodermnmelalui ingresi sel sampai bagian
awal minggu keempat; setelah itu, produksi mesoderm melambat. Biasanya streak
primitif ini mengalami perubahan degeneratif dan menghilang pada akhir minggu
keempat.

Proses Notochord/ Notochordal

Sinyal instruktif dari daerah beruntun primitif menginduksi sel prekursor


notochordal untuk membentuk notochord, suatu struktur seperti batang seluler.
Mekanisme molekuler yang menginduksi sel-sel ini melibatkan setidaknya
pensinyalan Shh dari pelat lantai tabung saraf. Memberikan sinyal yang diperlukan
untuk pengembangan struktur muskuloskeletal aksial dan sistem saraf pusat yang
berperan pada cakram intervertebralis. Notochord berkembang sebagai berikut,
proses notochordal memanjang dengan invaginasi sel dari lubang primitif. Lubang
primitif meluas ke proses notochordal, membentuk kanal notochordal. Proses
notochordal sekarang merupakan tabung seluler yang memanjang secara kranial dari
simpul primitif ke pelat prekordal. Lantai dari proses notochordal menyatu dengan
endoderm embrionik yang mendasarinya. Lapisan yang menyatu secara bertahap
mengalami degenerasi, menghasilkan pembentukan bukaan di lantai proses
notochordal, yang membawa kanal notochordal ke dalam komunikasi dengan vesikel
umbilikal. Bukaan dengan cepat menjadi pertemuan dan lantai kanal notochordal
menghilang. sisa-sisa proses notochordal membentuk pelat notochordal yang rata dan
beralur. Dimulai dari ujung kranial embrio, sel-sel notochordal berkembang biak dan
pelat notochordal melebar untuk membentuk notochord. Bagian proksimal dari kanal
notochordal bertahan sementara sebagai kanal neurenteric, yang membentuk
komunikasi sementara antara rongga-vesikel amnion dan umbilikal. Ketika
perkembangan notochord selesai, kanal neurenteric normalnya akan berbelit-belit.
Notochord terlepas dari endoderm vesikel pusar, dan akan menjadi lapisan lanjut.

2.4 Neurulasi Pembentukan Aksis (Sumbu)

Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf. Neurulasi adalah proses
penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari
diferensiasi ectoderm, sehingga disebut ectoderm neural. Sebagai inducer pada proses
neurulasi adalah mesodem notochord yang terletak di bawah ectoderm neural.
Neurulasi dapat juga diartikan dengan proses awal pembentukan sistem saraf yang
melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan pembentukan
keping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini
untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya
bumbung neural (Basic, 2003).

Secara ringkas terdapat 2 macam pembentukan pada proses neurulasi, yaitu


pembentukan sistem saraf pusat dan pembentukan bumbung neural.

I. Pembentukan sistem saraf pusat

Pada pembentukan sistem saraf pusat terdapat 4 tahapan perubahan dari sel
pluripoten yang merupakan perubahan epiblast menjadi sel prekursor sel saraf, yaitu:

1. Kompeten merupakan peristiwa terjadinya perubahan sel dalam multipotent


menjadi neurublas apabila dihadapkan pada sinyal yang tepat.
2. Spesifikasi merupakan suatu peristiwa dimana sel telah menerima sinyal
untuk menjadi neuroblas, akan tetapi dalam perkembangannya agar
berdiferensiasi, neurublas masih memerlukan sinyal lainnya.
3. Pembentukan neuron merupakan peristiwa Penentuan neurublast untuk
memasuki jalur differensiasi sehingga terbentuknya neuron.
4. Differensiasi merupakan peristiwa dimana gen neurublas akan terekspresi
sehingga neurublas berkembang menjadi neuron yang memilki struktur
spesifik.

Lapisan ectodermal dorsal yang akan menjadi ectoderm sistem saraf, bentuk
selnya mengalami perubahan menjadi kolumnar. Wilayah embrio ini disebut keping
neural, selanjutnya jaringan keping neural akan membentuk bumbung neural yaitu
bakal sistem saraf pusat, prosesnya disebut neurulasi (Lestari, dkk. 2017)

II. Pembentukan bumbung neural

Dalam pembentukannya terdapat 2 cara utama konversi keping neural


menjadi bumbung neural, yaitu neurulasi primer dan neurulasi sekunder
A. Neurulasi primer
Dalam neurulasi primer membagi ectoderm menjadi tiga lapisan sel yaitu
1. Lapisan ektoderm internal yang diposisikan sebagai bumbung neural yang
akan menjadi otak dan sumsum tulang belakang,
2. Epidermis eksternal yang akan diposisikan sebagai intergumen,
3. Membentuk wilayah yang menghubungkan bumbung neural dan epidermis,
tetapi sel-sel tersebutt bermigrasi ke lokasi baru dan akan menghasilkan
neuron perifer, glia, sel pigmen kulit, dan beberapa jenis sel lain.

Proses neurulasi primer

1. Pembentukan neural plate


Setelah fase gastrulasi selesai maka berlanjutlah pada fase neurulasi.
Pada tahap awal Notochord (sumbu primitif embrio dan bakal tempat
vertebral column) menginduksi ektoderm di atasnya. Sel – sel ectoderm
berubah menjadi panjang dan tebal daripada sel disekitarnya atau disebut juga
dengan poliferasi menjadi lempeng saraf (neural plate). Pembentukan ini
terleak pada bagian dorsal embrio tepatnya di daerah kutub animal (Dana,
2013).
Gambar 9: Perkembagan Neural Plate
(Dana, 2013)

2. Pembentukan neural fold


Setelah neural plate terbentuk, maka akan diikuti dengan penebalan
bagian neural plate itu sendiri. Karena pertumbuhan dan perbanyakan sel
ectoderm epidermis lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ectoedrm
neural, mengakibatkan lapisan neural plate menjadi tertekan dan mangalami
pelekukan ke bagian dalam (invaginasi). Bagian pelekukan inilah yang
disebut sebagai neural fold (Davidson, 2013).

Gambar 10. Pembentukan Neural Fold


(Davidson, 2013)

3. Pembentukan neural groove


Terbentunya neural fold atau lebih sederhananya adalah pematang
neural yang merupakan lipatan dari kedua sisi lempeng neural secara
bersamaa akan didiringi dengan terbentuknya neural groove, atau parit neural.
Yaitu bagian paling dasar dari lipatan ectoderm neural itu sendiri (Guelph,
2012). Pada tahap ini sel MHP (Medium Hinge Point / parit neural) yang
merupakan bagian dari nodus Hensen akan bersinggungan dengan ntokorda,
dan notokorda akan bersinggungan menginduksi sel-sel MHP sehingga terjadi
perubahan bentuk sel menjadi kubus, sedangkan keping neural tidak berubah
bentuk (Lestari, dkk. 2017).

Gambar 11. Tabung Neural


(Guelph, 2012)

4. Pembentukan neural tube


Karena pertumbuhan ectoderm epidermis lebih cepat, maka akan
semakin mendorong lipatan neural yang telah terbentuk serta adanya
hambatan oleh protein colchisin dan cytochalasin yang dihasilkan oleh sel-sel
DLHPs (Dorsal Lateral Hinge Point), mengakibatkan fusi anatara neural fold
bagian kanan serta neural fold pada bagian kiri (Lestari, dkk. 2017). Pada
akhirnya terbentuk tabung/bumbung saraf (neural tube) dengan lubangnya
yang disebut neural canal atau neurocoel (Inmha, 2004).
Gambar 12. Pembentukan Neural Tube
(Inmha, 2004)

Selanjutnya terjadi pemisahan bumbung neural yang berbatasan


dengan bakal ectodermal karena sel neural tidak ladi melakukan aktivitas
sintesis protein N-Cadherin dan N-CAM yang berfungsi untuk perlekatan
antara sel, sehingga
kedua lapisan
sel tersebut terpisah
(Lestari, dkk. 2017).
Gambar 13. Pembentukan Neural Tube
(Crimi, 2007)

B. Neurulasi sekunder
Neurulasi sekunder pada mamalia diawali pada vertebrata sacral ekor,
setelah ectoderm neural diinduksi oleh notokorda, neurulasi berlangsung di
sebelah anterior nodus hensen. Pelipatan (invaginasi) keping neural terjadi
karena adanya kontraksi mikrofilamen di bagian apeks sel. Karena notokorda
berpaut dengan keping neural yang berada tepat diatasnya oleh adanya
anchoring milekul sedangkan sel penyusun keping neural terus berproliferasi,
maka tepi kiri dan kanan keping neural akan terangkat dan melipat.
Mekanisme pelekukan dan pelipatan juga terjadi oleh berubahnya bentuk sel
alas keping neural karena konstriksi mikrofilamen di puncak sel. Umumya
pembentukan bumbung neural posterior terjadi pada saat neurulasi sekunder.
Kegagalan penutupan pada daerah neurophore posterior pada umur emrio
27 hari menyebabkan kecacatan disebut spina bifida, sedangkan kegagalan
penutupan bumbung neural didaerah neurophore anterior mengakibatkan an-
ensephali sehingga otak depan kontak dengan cairan amnion dan berakibat
degenerasi (Lestari, dkk. 2017).
Gambar 14. Tahapan Perkembangan Neural
(Dana, 2013)

BAB III

PENUTUP
III.1 Kesimpulan

1. Proses fertilisasi pada perkembangan embrio manusia meliputi beberapa


tahap, yaitu pendekatan sel kelamin, penempelan, penetrasi sperma ke dalam
sel telur, dan penggabungan inti.

2. Pembelahan pada perkembangan embrio manusia (mamalia) berbeda dengan


pola perkembangan dari hewan-hewan lain. Pada manusia pembelahannya
berlangsung sangat lambat. Tipe pembelahannya termasuk pada pembelahan
holoblastik rotasional. Pembelahannya terjadi tidak sinkron atau blastomer
pada embrio tidak semua dapat membelah dalam waktu yang sama.

3. Blastulasi adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami


pembelahan. Bentuk blastula ditandai dengan mulai adanya perubahan sel
dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan. Di dalam blastula
terdapat cairan sel yang disebut dengan Blastosoel. Blastulasi sendiri yaitu
proses terbentuknya blastula.

4. Pada tahap gastrulasi sel-sel IMC akan membentuk hipoblas yang membatasi
rongga blastula dan akan menjadi endoderm kantung yolk. Dan akan
membentuk epiblas yang memisahkan diri dan menghasilkan epiblas
embryonik dan amnionic ektoderm. Epiblas embryonik akan berdeferensiasi
lagi menjadi embryonik ektoderm dan primitif streak. Dimana primitif streak
ini masih akan berdeferensiasi membentuk embryonik endoderm dan
embryonik mesoderm, serta ekstraembryonik mesoderm. Selama fase ini,
jaringan tropoblas berdeferensiasi menjadi ekstraembryonik endoderm.

5. Pada gastrulasi, terbentuk tiga lapisan germinal berupa ektoderm, mesoderm,


dan endoderm yang masing-masing memiliki fungsi dalam pembentukan
organ spesifik fungsional.
Daftar Rujukan

Lestari, U. Tenzer, A. Handayani, N. Gofur, A. 2016. Perkembangan Embrio


Vertebrata. Malang: Universitas Negeri Malang.

Surjono, T. 2001. Perkembangan Hewan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Gilbert, S.F. 1991. Developmental Biology. Fourth Edition. Sinauer Associates,


Inc.Publ. Sunderland, Massachusetts.

Gilbert, S.F. 2010. Developmental Biology. Ninth Edition. Sinauer Associates,


Inc.Publ. Sunderland, Massachusetts.
Gadallah, A. Tanpa tahun. Phases of Embryo Development. Egypt: Mansoura
University
Moore, Keith L. 2007. The Developing Human. Eight Edition.

Anda mungkin juga menyukai