Anda di halaman 1dari 46

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infark miokard adalah penyebab kematian tertinggi di dunia baik pada pria ataupun
wanita di seluruh dunia (Kinnaird et al., 2013).Infark miokard akut merupakan suatu
peristiwa besar kardiovaskuler yang dapat mengakibatkan besarnya morbiditas dan angka
kematian (Tabriz et al., 2012).
Infark miokard akut (IMA) merupakan salah satu diagnosis rawat inap paling sering
di negara maju.Laju mortalitas awal (30 hari) pada penderita infark miokard akut
mencapai 30% dengan lebih dari separuh kematian terjadi sebelum penderita infark
miokard mencapai rumah sakit (Alwi, 2006).
Infark miokard akut dengan ST-elevasi merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas di seluruh dunia. Namun, setelah adanya pelayanan CCU (Coronary Care
Unit), angka kematian turun menjadi 20% dan setelah penggunaan terapi trombolitik
dapat menurunkan angka kematian menjadi 10% (Stiermaier et al., 2013).
Penyakit kardiovaskuler di Amerika Serikat pada tahun 2005, mengakibatkan 864.500
kematian atau 35,3% dari seluruh kematian pada tahun itu, dan 151.000 kematian akibat
infark miokard.
Sebanyak 715.000 orang di Amerika Serikat diperkirakan menderita infark miokard pada
tahun 2012 (Li Yulong et al., 2014).Sebanyak 478.000 pasien di Indonesia terdiagnosis
penyakit jantung koroner menurut Departemen Kesehatan pada tahun 2013.
Prevalensi infark miokard akut dengan ST-elevasi saat ini meningkat dari 25% ke
40% (Depkes, 2013). Prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013 pada
usia ≥ 15 tahun berdasar wawancara terdiagnosis dokter sebesar 0,5 % dan yang
berdasarkan terdiagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 %.
Prevalensi penyakit jantung koroner berdasar jenis kelaminnya, yang didiagnosis
dokter atau gejala lebih tinggi pada perempuan yaitu 0,5% dan 1,5%. Sedangkan 2 pada
laki-laki adalah 0,4% dan 1,3%. Prevalensi infark miokard akut tertinggi berada di Nusa
Tenggara Timur (4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), sedangkan di Jawa Tengah
mencapai 0,5 % berdasar wawancara terdiagnosis dokter dan 1,4% diagnosis dokter atau
gejala (Riskesdas, 2013).
Penggunaan terapi fibrinolitik pada dasarnya bertujuan untuk menyelamatkan
miokardium dan restorasi cepat patensi arteri koroner (Stiermaier, et al, 2013).Terapi
fibrinolitik pada infark miokard akut masih merupakan modalitas reperfusi penting jika
belum bisa mendapat terapi PCI primer karena alasan logistik (Sohlpour et al., 2014).
Terapi infark miokard lain yang dapat digunakan adalah heparinisasi. Heparinisasi
dapat diberikan pada keadaan infark anterior luas, risiko tinggi trombisis, fungsi LV
buruk, fibrilasi atrial dan onset STEMI >12 jam tanpa revaskularisasi (Dharma, 2009).
Pemberian terapi heparin pada percobaan ISIS-2 (Two International Study of Infarct
Survival) tidak mempengaruhi mortalitas meski dikombinasi dengan aspirin,
streptokinase atau alteplase (Sargowo, 2008).
B. Manfaat Penulisan
Manfaat yang dapat diperoleh yaitu dapat menambah pengetahuan seputar asuhan
keperawatan klien dengan stemi.
C. Batasan Masalah
1. Apa definisi stemi?
2. Apa saja etiologi stemi?
3. Bagaimanakah patofisiologi stemi?
4. Apa saja manifestasi klinis stemi?
5. Apa saja pemeriksaan penunjang stemi?
6. Apa saja penatalaksanaan dari stemi?
7. Apa saja komplikasi stemi?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan stemi?
D. Tujuan
1.Tujuan umum
Mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan dengan stemi.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi stemi
b. Mengetahui etiologi stemi
c. Memahami patofisiologi stemi
d. Mengetahui manifestasi klinis stemi
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang stemi.
f. Mengetahui penatalaksanaan stemi.
g. Mengetahui komplikasi stemi.
h. Menguasai konsep asuhan keperawatan stemi.
E. Metode
Diskusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi & Fisiologi

Jantung berukuran sekitar satu kepalan tangan dan terletak di dalam dada, batas
kanannya tepat pada sternum kanan dan apeksnya pada ruang intercostalis kelima kiri
pada linea mid clavicular. Batas atas jantung terdapat pembuluh darah besar (aorta,
truncus pulmonalis, dll); bagian bawah terdapat diafragma; batas belakang terdapat aorta
descendens, oesophagus, dan columna vertebralis; sedangkan di setiap sisi jantung adalah
paru.
1. Atrium Kanan
Atrium kanan berada pada bagian kanan jantung dan terletak sebagian besar di
belakang sternum. Darah memasuki atrium kanan melalui :
a. Vena cava superior pada ujung atasnya
b. Vena cava inferior pada ujung bawahnya

Sinus coronarius (vena kecil yang mengalirkan darah dari jantung sendiri)
Auricula dextra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak pada bagian
depan pangkal aorta dan arteria pulmonalis. Pada sisi kiri atrium lubang
atrioventrikular kanan membuka ke dalam ventrikel kanan.

2. Ventrikel Kanan
Ventrikel kanan adalah ruang berdinding tebal yang membentuk sebagian
besar sisi depan jantung. Valva atrioventricular dextra (tricuspidalis) mengelilingi
lubang atrioventrikular kanan, pada sisi ventrikel. Katup ini, seperti katup jantung
lain, terbentuk dari selapis tipis jaringan fibrosa yang ditutupi pada setiap sisinya oleh
endocardium.Katup trikuspidalis terdiri dari tiga daun katup. Basis setiap daun katup
melekat pada tepi lubang. Tepi bebas setiap daun katup melekat pada chordae
tendineae (tali jaringan ikat tipis) pada penonjolan kecil jaringan otot yang keluar dari
myocardium dan menonjol ke dalam ventrikel. Lubang pulmonalis ke dalam arteria
pulmonalis berada pada ujung atas ventrikel dan dikelilingi oleh valva
pulmonalis,terdiri dari tiga daun katup semilunaris.
3. Atrium Kiri
Atrium kiri adalah ruang berdinding tipis yang terletak pada bagian berlakang
jantung. Dua vena pulmonalis memasuki atrium kiri pada tiap sisi, membawa darah
dari paru. Atrium membuka ke bawah ke dalam ventrikel kiri melalui lubang
atrioventrikular. Auricula sinistra adalah penonjolan runcing kecil dari atrium, terletak
pada sisi kiri pangkal aorta.
4. Ventrikel Kiri
Ventrikel kiri adalah ruang berdinding tebal pada bagian kiri dan belakang
jantung. Dindingnya sekitar tiga kali lebih tebal daripada ventrikel kanan. Valva
atrioventrikular sinistra (mitralis) mengelilingi lubang atrioventrikular kiri pada
bagian samping ventrikel, katup ini memiliki dua daun katup mendapat nama yang
sama dengan topi (mitre uskup), tepinya melekat pada chordae tendineae, yang
melekat pada penonjolan kerucut myocardium dinding ventrikel. Lubang aorta
membuka dari ujung atas ventrikel ke dalam aorta dan dikelilingi oleh ketiga daun
katup aorta, sama dengan katup pulmonalis.
5. Myocardium
Myocardium membentuk bagian terbesar dinding jantung. Myocardium
tersusun dari serat – serat otot jantung, yang bersifat lurik dan saling berhubungan
satu sama lain oleh cabang – cabang muscular. Serat mulai berkontraksi pada embrio
sebelum saraf mencapainya, dan terus berkontraksi secara ritmis bahkan bila tidak
memperoleh inervasi.
6. Endocardium
Endocardium melapisi bagian dalam rongga jantung dan menutupi katup pada
kedua sisinya. Terdiri dari selapis sel endotel, di bawahnya terdapat lapisan jaringan
ikat, licin dan mengkilat.
7. Pericardium
Pericardium adalah kantong fibrosa yang menutupi seluruh jantung.
Pericardium merupakan kantong berlapis dua, kedua lapisan saling bersentuhan dan
saling meluncur satu sama lain dengan bantuan cairan yang mereka sekresikan dan
melembabkan permukaannya. Jumlah cairan yang ada normal sekitar 20 ml. Pada
dasar jantung (tempat pembuluh darah besar, limfatik, dan saraf memasuki jantung)
kedua lapisan terus berlanjut. Terdapat lapisan lemak di antara myocardium dan
lapisan pericardium di atasnya.
8. Arteria Coronaria
Kedua arteria coronaria, kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding
jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat di atas katup aorta dan berjalan ke bawah
masing – masing pada permukaan sisi kanan dan kiri jantung, memberikan cabang ke
dalam untuk myocardium. Arteri ini menyuplai masing – masing sisi jantung tetapi
memiliki variasi individual dan pada beberapa orang, arteria coronaria dextra
menyuplai sebagian ventrikel kiri. Arteri ini memiliki relatif sedikit anastomosis
antara arteria dextra dan sinistra.
B. Definisi
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara
permanen akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di
pengaruhi oleh banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatanenzim
jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG.
Infark miokard Akut adalah iskemia atau nekrosis pada oto jantung yang diakibatkan
karena penurunan aliran darah melalui satu atau lebih arteri koroner (Doengos, 2003).
C. Etiologi
1. Faktor penyebab :
a. Suplai oksigen ke miocard berkurang yang disebabkan oleh 3 faktor :
1) Faktor pembuluh darah :
a) Aterosklerosis.
b) Spasme
c) Arteritis
2) Faktor sirkulasi :
a) Hipotensi
b) Stenosos aurta
c) Insufisiensi
3) Faktor darah :
a) Anemia
b) Hipoksemia
c) Polisitemia
b. Curah jantung yang meningkat :
1) Aktifitas berlebihan
2) Emosi
3) Makan terlalu banyak
4) Hypertiroidisme
c. Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
1) Kerusakan miocard
2) Hypertropimiocard
3) Hypertensi diastolic
2. Faktor predisposisi :
a. Faktor resiko biologis yang tidak dapat diubah :
1) usia lebih dari 40 tahun
2) jenis kelamin : insiden pada pria tinggi, sedangkan pada wanita meningkat
setelah menopause
3) hereditas
4) Ras : lebih tinggi insiden pada kulit hitam.
b. Faktor resiko yang dapat diubah :
1) Mayor :
a) Hyperlipidemia
b) Hipertensi
c) Merokok
d) Diabetes
e) Obesitas
f) Diet tinggi lemak jenuh, kalori
2) Minor:
a) Inaktifitas fisik
b) Pola kepribadian tipe A (emosional, agresif, ambisius, kompetitif).
c) Stress psikologis berlebihan.
D. Tanda dan Gejala

a. Keluhan utama klasik : nyeri dada sentral yang berat , seperti rasa terbakar,
ditindihbenda berat, seperti ditusuk, rasa diperas, dipelintir, tertekan yang
berlangsung ≥ 20 menit, tidak berkurang dengan pemberian nitrat, gejala yang
menyertai : berkeringat, pucat dan mual, sulit bernapas, cemas, dan lemas.
b. Nyeri membaik atau menghilang dengan istirahat atau obat nitrat.
c. Kelainan lain: di antaranya atrima, henti jantung atau gagal jantung akut.
d. Bisa atipik:
1) Pada manula: bisa kolaps atau bingung.
2) Pada pasien diabetes: perburukan status metabolik atau atau gagal jantung bisa
tanpa disertai nyeri dada.

1. E. Epidemiologi

ST elevation myocardial infarction (STEMI) merupakan salah satu spectrum


sindroma koroner akut (SKA) yang paling berat (Kumar dan Canon, 2009).Pada pasien
STEMI, terjadi penurunan aliran darah koroner secara mendadak akibat oklusi trombus
pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya.Trombus arteri koroner terjadi secara
cepat pada lokasi injuri vaskuler.Injuri vaskuler dicetuskan oleh faktor-faktor seperti
merokok, hipertensi, dan akumulasi lipid (Alwi, 2014).Karakteristik gejala iskemia
miokard yang berhubungan dengan elevasi gelombang ST persisten yang dilihat
berdasarkan EKG dapat menentukan terjadinya STEMI. Saat ini, kejadian STEMI sekitar
25-40% dari infark miokard, yang dirawat di rumah sakit sekitar 5-6% dan mortalitas 1
tahunnya sekitar 7-18% (O’Gara et al., 2013). Sekitar 865.000 penduduk Amerika
menderita infark miokard akut per tahun dan sepertiganya menderita STEMI (Yang et al.,
2008).

Pada tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa penyakit jantung


koroner. Saat ini, prevalensi STEMI meningkat dari 25% hingga 40% berdasarkan
presentasi infark miokard (Depkes RI, 2013). Prevalensi Infark Miokard Akut dengan
Elevasi ST merupakan salah satu diagnosis rawat inap tersering di daerah maju. Laju
mortalitas awal (30 hari) pada penyakit ini adalah 30% dengan lebih dari separuh kematian
terjadi sebelum pasien mencapai RS. Walaupun laju mortalitas menurun sebesar 30%
dalam 2 dekade terakhir, sekitar 1 di antara 25 pasien yang tetap hidup pada perawatan
awal, akhirnya meninggal dalam tahun pertama setelah mengalami penyakit ini.

Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST yang disingkat menjadi STEMI ini
merupakan bagian dari spektrum sindrom koroner akut (SKA) yang terdiri dari angina
pektoris tidak stabil, Infark Miokard Akut tanpa Elevasi ST dan Infark Miokard Akut
dengan Elevasi ST.
2. F. Patofisiologi

STEMI umumnya terjadi jika aliran darah koroner menurun secara mendadak setelah
oklusi thrombus pada plak aterosklerotik yang sudah ada sebelumnya. Stenosis arteri
koroner derajat tinggi yang berkembang secara lambat biasanya tidak memicu STEMI
karena berkembangnya banyak kolateral sepanjang waktu. STEMI terjadi jika trombus
arteri koroner terjadi secara cepat pada lokasi injuri vascular. Pada sebagian besar kasus,
infark terjadi jika plak aterosklerosis mengalami fisur, rupture atau ulserasi dan jika
kondisi local atau sistemik memicu trombogenesis, sehingga terjadi thrombus mural pada
lokasi rupture yang mengakibatkan oklusi arteri koroner. Penelitian histology
menunjukkan plak koroner cendeeung mengalami rupture jika mempunyai vibrous
cap yang tipis dan intinya kaya lipid (lipid rich core)

Infark Miokard yang disebabkan trombus arteri koroner dapat mengenai endokardium
sampai epikardium,disebut infark transmural, namun bisa juga hanya mengenai daerah
subendokardial,disebut infark subendokardial. Setelah 20 menit terjadinya sumbatan,infark
sudah dapat terjadi pada subendokardium,dan bila berlanjut terus rata-rata dalam 4 jam
telah terjadi infark transmural. Kerusakan miokard ini dari endokardium ke epikardium
menjadi komplit dan ireversibel dalam 3-4 jam. Meskipun nekrosis miokard sudah
komplit,proses remodeling miokard yang mengalami injury terus berlanjut sampai
beberapa minggu atau bulan karena daerah infark meluas dan daerah non infark
mengalami dilatasi.

3. G. Pemeriksaan Diagnostik
4. 1. Pemeriksaan Laboratotium Pemeriksaan Enzim jantung :
5. · CK (Creatini Kinase) : Isoenzim yang ditemukan pada otot jantung meningkat
pada 3-6 jam memuncak dalam 12-24 jam, kembali normal dalam 36-48 jam
(3-5 hari).
6. · CK-MB: meningkat antara 2-4 jam, memuncak pada 12-20 jam dan kembali
7. normal pada 48-72 jam
8. · LDH(laktat dehidrogenase), LDH1, dan LDH2: Meningkat dalam 24 jam dan
memakan waktu lama untuk kembali normal
9. · AST (/SGOT : Meningkat
Elektrokardiogram (EKG)
2. Pemeriksaan EKG digunakan untuk mencatat aktivitas elektrik jantung. Melalui
aktivitas elektrik jantung dapat diketahui irama jantung, besarnya jantung, dan
kondisi otot jantung, kondisi otot jantung inilah yang memiliki kaitanya dengan PJK
3. Tes Treadmill Atau Exercise Stress Testing (uji latih jantung dengan bebean)
Exercise testing merupakan salah satu tes yang paling sering dilakukan untuk
mendiagnosis apakah seseorang terkena menderita penyakit jantung dan juga untuk
menstratifikasi berat ringannya penyakit jantung. Selain itu tes treadmill juga dapat
dipakai untuk mengukur kapasitas jantung, gangguan irama, dan lain-lain.
4. Echocardiography (Ekokardiografi)
Ekokardiografi adalah prosedur yang menggunakan gelombang suara ultra untuk
mengamati struktur jantung dan pembuluh darah, juga dapat menilai fungsi jantung.
5. Angiografi korener
Merupakan cara dengan menggunakan sinar X dan kontras yang disuntikan kedalam
arteri koroner melalui kateter untuk melihat adanya penyempitan diarteri coroner
6. Multislice Computed Tomograpy Scanning (MSCT)
CT menghasilkan tampilan secara tomografi (irisan) digital dari sinar X yang
menembus organ. Sinar X yang menembus diterima oleh detektor yang mengubahnya
menjadi data elektrik dan diteruskan ke sistem komputer untuk diolah menjadi
tampilan irisan organ-organ tubuh.
7. Cardiac Magnetic Resonance Imaging (Cardiac MRI)
Merupakan salah satu teknik pemeriksaan diagnostik dalam ilmu kedokteran, yang
menggunakan interaksi proton-proton tubuh dengan gelombang radio-frekuensi dalam
medan magnet (sekitar 0,64-3 Tesla) untuk menghasilkan tampilan penampang
(irisan) tubuh.
8. Radionuclear Medicine
Dengan menggunakan radio aktif dimasukan kedalamtubuh pasien, kemudian
dideteksi dengan menggunakan kamera gamma atau kamera positron, sehingga pola
tampilan yang terjadi berdasrkan pola organ yang memancarkan sinar gamma.
10. H. Komplikasi
Adapun komplikasi yang terjadi pada pasien STEMI, adalah:
11. 1. Disfungsi ventrikuler
Setelah STEMI, ventrikel kiri akan mengalami perubahan serial dalambentuk,
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami infark dan non infark. Proses
inidisebut remodeling ventikuler dan umumnya mendahului berkembangnya gagal
jantung secara klinis dalam hitungan bulan atau tahun pasca infark. Segera setelah
infark ventrikel kiri mengalami dilatasi.Secara akut, hasil ini berasal dari ekspansi
infark al ; slippage serat otot, disrupsi sel miokardial normal dan hilangnya jaringan
dalam zona nekrotik.
12. Selanjutnya, terjadi pula pemanjangan segmen noninfark, mengakibatkan
penipisan yang didisprosional dan elongasi zona infark. Pembesaran ruang jantung
secara keseluruhan yang terjadi dikaitkan ukuran dan lokasi infark, dengan dilatasi
tersebar pasca infark pada apeks ventikrel kiri yang yang mengakibatkan penurunan
hemodinamik yang nyata, lebih sering terjadi gagal jantung dan prognosis lebih buruk.
Progresivitas dilatasi dan konsekuensi klinisnya dapat dihambat dengan terapi inhibitor
ACE dan vasodilator lain. Pada pasien dengan fraksi ejeksi < 40 % tanpa melihat ada
tidaknya gagal jantung, inhibitor ACE harus diberikan.
2. Gangguan hemodinamik
Gagal pemompaan ( puump failure ) merupakan penyebab utama kematian di
rumah sakit pada STEMI. Perluasaan nekrosis iskemia mempunyai korelasi yang baik
dengan tingkat gagal pompa dan mortalitas, baik pada awal ( 10 hari infark ) dan
sesudahnya. Tanda klinis yang sering dijumpai adalah ronkhi basah di paru dan bunyi
jantung S3 dan S4 gallop. Pada pemeriksaan rontgen dijumpai kongesti paru.
a. Gagal jantung
b. Syok kardiogenik
c. Perluasan IM
d. Emboli sitemik/pilmonal
e. Perikardiatis
f. Ruptur
g. Ventrikrel
h. Otot papilar
i. Kelainan septal ventrikel
j. Disfungsi katup
k. Aneurisma ventrikel
l. Sindroma infark pascamiokardias

I. Colaborative Management
1. Oksigen
Suplemen oksigen harus diberikan pada pasien dengan saturasi oksigen arteri
<90%. Pada semua pasien STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan oksigen selama 6
jam pertama.
2. Nitrogliserin (NTG)
Nitrogliserin sublingual dapat diberikan dengan aman dengan dosis 0,4 mg
dan dapat diberikan sampai 3 dosis dengan Intervensi 5 menit. Selain mengurangi
nyeri dada, NTG juga dapat menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan
menurunkan preload dan meningkatkan suplai oksigen miokard dengan cara dilatasi
pembuluh koroner yang terkena infark atau pembuluh kolateral. Jika nyeri dada terus
berlangsung dapat diberikan NGT intravena.NGT intravena juga diberikan untuk
mngendalikan hipertensi atau edema paru.
Terapi nitrat harus dihindari pada pasien dengan tekanan darah sistolik
<90mmHg atau pasien yang dicurigai menderita infark ventrikel kanan (infark inferior
pada EKG, JVP meningkat, paru bersih dan hipotensi). Nitrat juga harus dihindari
pada pasien yang menggunakan phosphodiesterase-5 inhibitor sildenafil dalam 24 jam
sebelumnya karena dapat memicu efek hipotensi nitrat.
3. Morfin
Morfin sangat efektif mengurangi nyeri dada dan merupakan analgesic pilihan
dalam tatalaksana nyeri dada pada STEMI. Morfin diberikan dengan dosis 2-4 mg dan
dapat diulang dengan interval 5-15 menit sampai dosis total 20 mg. Efek samping
yang perlu diwaspadai pada pemberian morfin adalah konstriksi vena dan arteriolar
melalui penurunan simpatis, sehingga terjadi pooling vena yang akan mengurangi
curah jantung dan tekanan arteri. Efek hemodinamik ini dapat diatasi dengan elevasi
tungkai pada kondisi tertentu diperlukan penambahan cairan IV dengan NaCl 0,9%.
Morfin juga dapat menyebabkan efek vagotonik yang menyebabkan bradikardia atau
blokjantung derajat tinggi, terutama pasien dengan infark posterior. Efek ini biasanya
dapat diatasi dengan pemberian atropine 0,5 mgIV.
4. Aspirin
Aspirin merupakan tatalaksana dasar pada pasien yang dicurigai STEMI dan
efektif pada spectrum sindrom koroner akut. Inhibisi cepat siklooksigenase trombosit
yang dilanjutkan reduksi kadar tromboksan A2 dicapai dengan absorbsi aspirin bukkal
dengan dosis 160-325 mg di ruang emergensi. Selanjutnya aspirin diberikan oral
dengan dosis 75-162 mg.
5. Penyekat Beta
Jika morfin tidak berhasil mengurangi nyeri dada, pemberian penyekat beta
IV, selain nitrat mungkin efektif. Regimen yang bias adiberikan adalah metoprolol 5
mg setiap 2-5 menit sampai total 3 dosis, dengan syarat frekuensi jantung >60 menit,
tekanan darah sistolik >100 mmHg, interval PR <0,24 detik dan ronchi tidak lebih
dari 10 cm dari diafragma. Lima belas menit setelah dosis IV terakhir dilanjutkan
dengan metoprolol oral dengan dosis IV terakhir dilanjutkan dengan metoprolol oral
dengan dosis 50 mg tiap 6 jam dan dilanjutkan 100 mg tiap 12 jam.

J. Nursing Care Management


1. Menghilangkan nyeri
Menghilangkan nyeri dada merupakan prioritas utama pada pasien dengan
STEMI, dan terapi medis diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, sehingga
penatalaksanaan nyeri dada merupakan usaha kolaborasi dokter dengan perawat.
2. Istirahat fisik
Bedrest dengan posisi semifowler atau menggunakan cardiac chair dapat
mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi kepala yang lebih tinggi sangat bermanfaat
bagi pasien karena:
a. Volume tidal dapat diperbaiki karena tekanan isi abdomen terhadap
diafragma berkurang sehinngga pertukaran gas dapat lebih baik
b. Drainase lobus atas paru lebih baik
c. Aliran balik vena ke jantung (preload) berkurang sehingga mengurangi kerja
jantung
3. Memperbaiki fungsi respirasi
Pengkajian fungsi pernafasan yang teratur dan teliti dapat membantu perawat
mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi yang berhubungan dengan paru. Perhatian
yang mendalam mengenai status volume cairan dapat mencegah overload jantung dan
paru.
4. Mengurangi kecemasan
Membina hubungan saling percaya dalam perawatan pasien sangat penting untuk
mengurangi kecemasan. Rasa diterima dan diperhatikan akan membantu pasien
mengetahui bahwa perasaan seperti itu masuk akal dan normal, sehingga diharapkan
dapat mengurangi kecemasannya.
BAB III STUDI KASUS

A. Assesment
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. R
No. RM : 1-40-58-00
Usia : 59 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tgl. MRS : 19 Oktober 2018
Tgl. Pengkajian : 23 Oktober 2018
Alamat : Jl. Laksana Intan
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Banjar
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Swasta
Diagnosa medis : STEMI INFERIOR
Dokter yang merawat :

B. KELUHAN UTAMA
Saat MRS : Klien merasa lemas, keringat dingin, nyeri dada menjalar ke belakang terasa
panas pada dada sebelah kanan, dan klien juga muntah.
Saat Pengkajian : Nyeri kaki sebelah kanan dari lutut sampai ke telapak kaki dan kaki
terlihat bengkak.

C. RIWAYAT PENYAKIT
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan setelah sholat tiba-tiba pasien merasa lemas, keringat dingin, nyeri
dada menjalar ke belakang terasa panas pada dada sebelah kanan, dan klien juga muntah.
Klien dibawa ke IGD RSUD Ulin Banjarmasin dan tindakan yang dilakukan adalah
pemasangan venflon, terapi oksigen via nasal kanul, pemeriksaan EKG. Obat injeksi
yang diberikan antara lain, Arixtra 2,5 gr. Obat oral antara lain, obat aspilet 4 tablet,
Clopidogrel 4 tablet dan Atorvastatin 20mg. Kemudian klien dipindahkan ke ruang ICU.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan memiliki riwayat asam urat sejak 2 tahun yang lalu dan berobat ke
puskesmas apabila sakit asam urat klien kambuh.Klien juga memiliki riwayat perokok
aktif, riwayat peminum alkohol serta rutin meminum kopi.

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Klien mengatakan bapak klien dan adik klien memiliki riwayat asam urat.Dalam keluarga
tidak memiliki riwayat penyakit jantung dan tidak ada riwayat menular seperti hepatitis,
TB.

4. Riwayat Sosial
Klien mengatakan hubungan anggota keluarga baik-baik saja.Klien mengatakan juga
sering mengikuti kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan rumah klien.

E. KEADAAN UMUM
1. Kesadaran : Compos Mentis
Scale Coma Glosgow : 15
2. Keadaan Umum : tampak lemah
3. Tanda Vital
1) Tekanan darah : 100/60 mmHg
2) Nadi : 86 x/menit
3) Pernapasan : 24 x/menit
4) Suhu : 36,7
5) SPO2 : 99%
4. BB : 70 Kg
5. TB : 175 cm

F. PEMERIKSAAN FISIK
Area
No. Hasil Pemeriksaan
Pemeriksaan
1 Kulit dan Kepala Inspeksi: tidak ada lesi, distribusi rambut rata
Palpasi: tidak ada nyeri, tidak ada benjolan
2 Mata Inspeksi: Simetris, tidak ada lesi, konjungtiva merah muda,
sclera putih, pupil isokor, eksoptalmus (-), tidak ada cincin putih
di sekitar kornea.
Palpasi: tidak ada benjolan, arkus sineli (-).
3 Hidung Inspeksi: pernapasan spontan (+), tidak ada kelainan, pernapasan
cuping hidung (-), tidak ada lesi, polip (-)
Palpasi: benjolan (-)
4 Bibir dan Mulut Inspeksi: tidak ada lesi, mukosa merah muda, lidah bersih, gigi
utuh, gigi palsu (-)
5 Telinga Inspeksi: simetris, tidak ada lesi, alat bantu dengar (-)
Palpasi: nyeri tekan (-)
6 Leher Inspeksi: tidak ada lesi, JVP tidak ada pembendungan, kelenjer
tiroid tidak ada pembengkakan.
Palpasi: nyeri tekan (-), deviasi trakea (-), arteri karotis seimbang
(berdenyut sama).
7 Dada Inspeksi : retraksi dinding dada simetris dan otot bantu
pernapasan, tidak ada benjolan dan tidak ada lesi dan
ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : taktil premitus teraba getaran dada kiri dan dada
kanan, PMI teraba di ICS 5 mid klavikula sinistra.
Perkusi : Suara paru sonor dan suara jantung pekak, ICS II linea
parasternalis dekstra, ICS IV linea parasternal
dekstra,ICS II linea parasternal sinistra, ICS IV linea
mid klavikula sinistra.
Auskultasi : Vesikuler, Whe (-), Ron (-), Bunyi Jantung SI S2 +
S3
8 Axilla Inspeksi: tidak ada lesi
Palpasi: tidak ada benjolan
9 Abdomen Inspeksi: tidak perubahan warna kulit, tidak ada lesi
Auskultasi: BU 15 x/menit
Perkusi: Timpani
Palpasi: Hepatomegali refluks (HJR) tidak ada peningkatan
tekanan vena
Tidak ada acites
10 Genetalia dan Tidak terkaji
Anus
11 Ektremitas atas Ada bengkak karena terjadi inflamasi di ekstremitas bawah
dan bawah dekstra
Nyeri ekstremitas bawah dekstra dari lutut sampai ke telapak
kaki
Skala nyeri 4 (nyeri sedang), akral hangat
CRT < 2 detik
5555 5555
4444 5555

G. PENGKAJIAN 11 POLA KESEHATAN GORDON


1. Persepsi Terhadap Kesehatan – Manajemen Kesehatan
a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan apabila sakit asam urat kambuh klien berobat ke puskesmas
terdekat. Jadi hanya tidak ada pemeriksaan rutin hanya berobat apabila kambuh
saja.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan saat ini saya selalu mempertahankan kondisi sebaik mungkin
dan mencegah memperburuk kondisi seperti rutin mengkonsumsi obat dan
menjaga pola nutrisi saya.
Masalah : Kurang pengetahuan.

2. Pola Aktivitas dan Latihan


NO AKTIVITAS SKOR
1 Makan/Minum 0
2 Mandi 2
3 Berpakaian/Berdandan 2
4 Toileting 3
5 Berpindah 2
6 Berjalan 2
7 Naik tangga 2
Keterangan :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu orang lain/pengawasan
3 = dibantu orang lain, pengawasan, dan alat bantu
4 = tidak mampu

3. Hasil pengkajian skala aktivitas jantung:


a. Badan terasa lemas
b. Sesak napas saat beraktifitas
c. Bunyi jantung S1 S2 + S3

4. Pola Istirahat dan Tidur


a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan biasanya tidur kurang lebih 6-8 jam dari jam 21.00 sampai
05.00 dan kebiasaan sebelum tidur dan sesudah tidur adalah sembahyang
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan saat ini tidur kurang lebih 6-7 jam dari jam 22.00 – 05.00.
Kadang malam terbangun karena kepanasan.
Masalah : tidak ada masalah

5. Pola Nutrisi
a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan pola makan saat dirumah teratur 3xsehari dengan porsi yang
cukup, biasanya makanan yang dikonsumsi adalah ikan, daging ayam, dan
sayur-sayuran.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan saat di rumah sakit hanya makan 2-3 sendok dari porsi yang
disediakan karena merasa mual akan tetapi klien setelah makan nasi yang
disediakan klien memakan kue yang dibeli oleh istrinya diluar.
Masalah : tidak ada masalah
6. Pola Eliminasi
a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien tidak memiliki masalah
pada defekasi, BAB 1xsehari, berbau khas.Dan BAK 5-6x/sehari, berwarna
putih kekuningan.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan ada BAB jam 15.00 WITA dan kencing melalui selang kateter
warnanya kuning pekak sebanyak 900 cc.
Masalah : Tidak ada masalah

7. Pola Kognitif – Perceptual


a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum memeriksakan ke rumah sakit, klien tidak
mengetahui bahwa memiliki penyakit jantung, klien hanya mengetahui jika klien
memiliki asam urat.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan sesudah masuk rumah sakit klien telah mengetahui tindakan
untuk penanganan penyakitnya, sehingga klien mengikuti prosedur tindakan di
rumah sakit sebaik mungkin.
Masalah : Tidak ada masalah

8. Pola Konsep Diri


a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan menerima saja penyakit yang diderita yaitu penyakit asam
urat dan berobat ke puskesmas apabila kambuh.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan ketika tahu penyakitnya klien menerima kondisinya karena
dukungan penuh dari keluarganya yang selalu ada.
Masalah : Tidak ada masalah

9. Pola Koping
a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ketika klien memiliki masalah,
klien selalu berdoa dan menceritakan kepada isterinya.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang di deritanya sekarang karena
merasa umurnya sudah tua dan tidak ada beban tanggungan membiayai anak,
karena semua anaknya sudah menikah.
Masalah : Tidak ada masalah.

10. Pola Seksualitas – Reproduksi


Tidak terkaji

11. Pola Peran – Hubungan


a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan bahwa dirumah klien bertanggung jawab sebagai seorang
suami dan ayah dari anak-anak nya.Memiliki hubungan yang erat dengan anak-
anaknya.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan setelah dirumah sakit klien tetap menjalani perannya sebagai
suami dan ayah dari anak-anaknya.
Masalah : Tidak ada masalah.

12. Pola Nilai dan Kepercayaan


a. Keadaan Sebelum Sakit
Klien mengatakan selalu melaksanakan sholat 5 waktu di rumah.
b. Keadaan Saat Ini
Klien mengatakan tidak bisa melaksanakan sholat 5 waktu karena keterbatasan
aktifitas yang klien alami.
Masalah : Tidak ada masalah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Nama : Tn. R Tanggal : 19 Oktober 2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


HEMATOLOGI
Hemoglobin 14.2 14,0 – 18,0 g/dl
Eritrosit 5.08 4,0 – 10,5 ribu/µl
Leukosit 11.1 4,50 – 6,00 juta/µl
Hematokrit 43.7 42.00 – 52.00 vol%
Trombosit 262 150 – 450 ribu/µl
RDW-CV 13.6 11,5- 14,7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 86.0 80-97 Fl
MCH 28.0 27-32 Pg
MCHC 32.5 32-38 %
HITUNG JENIS
Basofil % 0,0-1,0 %
Eusinofil % 1,0-3,0 %
Gran % 82.1 50,0-70,0 %
Limfosit % 10.5 25,0-40,0 %
Monisit % 3,0-9,0 %
Basofil # <1 ribu/µl
Eusinofil # <3 ribu/µl
Gran # 9.10 2,50-7,00 ribu/µl
Limfosit # 1.20 1,25-4,0 ribu/µl
MID # 0.8 0,30-1.00 ribu/µl
PROTHROMBIN TIME
Hasil PT 9,9-13,5 detik
INR -
Control normal PT -
Hasil APTT 22,2-37,0 detik
Control normal APTT -
KIMIA
GULA DARAH
Gula darah sewaktu 134 < 200 mg/dl
HATI
SGOT 120 0-46 U/l
SGPT 53 0-45 U/l
GINJAL
Ureum 18 10-50 mg/dl
Creatinin 0.93 0,7-14 mg/dl
ELEKTROLIT
Natrium 136 135-146 mmol/l
Kalium 0.7 3,4-5,4 mmol/l
Clorida 104 95-100 mmol/l
Tanggal: 21-10-2018

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN


KIMIA
GINJAL LEMAK DAN JANTUNG
Kolestrol Total 210 0-200 Mg/dl
CKMB 60 0-25 U/I
HATI DAN PANKREAS
SGOT 234 5-34 U/L
SGPT 159 0-55 U/L
GINJAL
Asam Urat 8.2 3.5-7.2 Mg/dl

Pemeriksaan EKG
Hari/Tanggal: Selasa, 23 Oktober 2018
Irama : Reguler
Frekuensi Atrium : 65 x/-
Frekuensi Ventrikel : 65x/-
Gelombang P : 0,08
Gelombang P-R : 0,28
Gelombang QRS : 0,08
AXIX QRS : LAD
Deviasiasi Normal :Qs + T = I, III, AvF
Kesimpulan : Resent MCI Inferior + AV Block Total
TERAPI SAAT INI
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
Arixtra (1x1) 1. Terapi angina tak 1. Diketahui 1. Anemia Arixtra Injeksi merupakan Benar Pasien
stabil atau infark hipersensitif 2. Pendarahan obat yang Sebelum obat diberikan
miokard tanpa terhadap 3. Purpura kepada pasien, harus
peningkatan segmen fondaparinux Na mengandung Fondaparinux
selalu mengecek
ST (NSTEMI) pada atau salah satu sodium yang masuk ke dalam
kembali identitas
pasien yang tidak komponen Arixtra golongan agen antitrombotik pasien yaitu papan
diindikasikan untuk 2. Pendarahan aktif (senyawa penghambat
segera (<120 menit) yang bermakna identitas yang terdapat
menjalani secara klinis agregasi/penggumpalan pada tempat tidur dan
penanganan invasif 3. Endokarditis trombosit yang banyak gelang identitas pada
(Intervensi Koroner bakterial akut digunakan oleh pasien yang tangan klien atau bisa
Perkutan) 4. Gangguan ginjal beresiko tinggi terkena langsung ditanyakan
2. Terapi tambahan berat (bersihan kepada pasien atau
untuk infark miokard kreatinin <20 serangan koroner akut)
pada keluarga
dengan peningkatan mL/menit)
segmen ST (STEMI) Benar Obat
pada pasien yang Setiap obat mempunyai
ditangani dengan
nama dagang dan nama
trombolitik atau yang
pada awalnya
generiknya. apabila
dimaksudkan tidak anda menemukan obat
menerima bentuk dengan nama dagang
lainnya dari terapi yang belum anda
reperfusi kenal,anda harus
mencari nama
Pantoprazole (1x1) 1. Tukak lambung, Pasien yang 1. Pruritus, yaitu rasa Bekerja dengan cara generiknya, jika
2. Gastroesofageal hipersensitif gatal di seluruh menghambat sel-sel di lapisan memang perlu anda
refluks disease pantoprazol atau beberapa lambung untuk menghasilkan bisa hubungi apoteker
(GERD), bagian tubuh asam lambung, sehingga untuk menanyakan
3. Infeksi H. pylori,
2. Mual produksi asam lambung mengenai nama
3. Muntah berkurang. Dengan generiknya atau
4. Sindrom Zollinger-
4. Nyeri kepala berkurangnya asam lambung,
Ellison, kandungan obat
5. Nyeri dada luka (tukak) pada lambung dan
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
5. Esofagitis Erosif. 6. Nyeri lambung erosi pada esofagus dapat tersebut.
7. Perut kembung dicegah atau dipercepat
8. Konstipasi penyembuhannya.
9. Diare
Benar Dosis
Aspilet (1x1) Obat ini diperuntukkan Memiliki riwayat 1. Akan timbul reaksi Aspilet tablet ini akan mencegah Sebelum memberi obat
pada pasien yang penyakit asma, tungkak alergi pada pasien terjadinya penyakit
kepada pasien, perawat
mengalami serangan lambung atau mag, seperti gatal-gatal, kardiovaskular seperti pasien
penyakit seperti stroke, pendarahan dibawah bengkak pada yang menderita diabetes militus harus memeriksa
serta pada saat terserang kulit, mempunyai bibir, lidah dan di serta thromboembolic. Karena kembali jumlah dosis
penyakit jantung. riwayat penyakit seluruh wajah. obat ini tergolong obat anti yang akan diberikan
hemophilia serta pasien 2. Mengalami batuk trombotik, maka kendala sesuai apakah sudah
yang sedang menjalani berdarah, mual, pembekuan darah (thrombosis) sesuai intruksi. Jika
pengobatan atau terapi hingga mutah terutama pada saat mengalami perawat masih merasa
menggunakan 3. Tinja yang serangan jantung dan pasca ragu, perawat harus
antikoagulan. dikelurkan stroke. segera berkonsultasi
berwarna hitam dengan dokter yang
dan berdarah menulis resep atau
4. Mengalami demam
kepda apoteker
selama lebih dari 3
hari sebelum diberikan
5. Mengalami kepada pasien.
perasaan tidak
nyaman pada uluh Benar Cara/Rute
hati dan lambung Ada beberapa obat
6. Adanya gangguan yang diberikan melalui
fungsi hati dan beberapa cara atau rute
ginjal yang berbeda. Faktor
7. Menderita kantuk, yang sangat
sakit perut, sakit menentukan pemberian
kepala dan mag
rute terbaik ialah
ditentukan oleh kondisi
CPG (1X75mg) 1. Pencegahan kejadian 1. sakit kepala, mual, 1. Mimisan Cara kerja clopidogrel
umum dari pasien
atherothrombotic mudah memar, 2. Feses berdarah adalah dengan mencegah
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
pada pasien yang gatal, dan mulas 3. Batuk darah pelekatan keping darah dan sendiri,
menderita infark 2. Perdarahan 4. Sesak napas penyumbatan yang berbahaya.
miokard (dari intrakranial, 5. Nyeri yang Clopidogrel adalah obat Benar Waktu
beberapa hari sampai perdarahan menyebar sampai antiplatelet yang membantu Ini merupakan hal
kurang dari 35 hari), retroperitoneal dan lengan atau bahu menjaga aliran darah tetap penting, dalam
stroke iskemik (dari 7 saluran pencernaan, disertai dengan lancar di dalam tubuh.
prinsip 12 benar cara
hari sampai kurang diskrasia darah, dan mual dan
dari 6 bulan) atau thrombotic berkeringat pemberian
penyakit arteri perifer thrombocytopenic 6. Mati rasa obat khususnya bagi
lainnya. purpura. 7. Kulit pucat, lemah obat yang
2. Non-ST segment lesu, demam, atau efektivitasnya
elevation acute kulit atau mata tergantung untuk
coronary syndrome menguning atau mencapai atau
(unstable angina atau 8. Mudah memar, mempertahankan kadar
non-Q-wave pendarahan tidak darah yang memadai.
myocardinal wajar (di hidung, Jika suatu obat harus
infarction), mulut, vagina, atau diminum sebelum
dikombinasikan rektum), bintik-
makan, untuk
dengan bintik ungu atau
acetylsalicylic acid merah di bawah memperoleh kadar
(ASA/aspirin). kulit yang dibutuhkan , harus
3. ST segment elevation diberikan selama satu
acute myocardinal jam sebelum pasien
infarction, makan.
dikombinasikan
dengan Benar Dokumentasi
acetylsalicylic acid Setelah obat telah
(ASA, aspirin) pada diberikan kepada
pasien yang dirawat pasien, harus
secara medis yang
didokumentasikan
memenuhi syarat
untuk terapi beberapa hal yaitu
trombolitik dosis, rute, waktu dan
Allopurinol Obat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas 1. Demam, sakit Allopurinol bekerja dengan oleh perawat siapa
asam urat dan beberapa terhadap allopurinol tenggorokan, dan mengurangi jumlah asam urat diberikan obat itu . Bila
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
(1x300mg) jenis batu ginjal. Obat ini sakit kepala parah, yang dibuat oleh tubuh. pasien ingin menolak
juga digunakan untuk kulit mengelupas, Peningkatan kadar asam urat meminum obatnya, atau
mencegah peningkatan dan ruam kulit dapat menyebabkan masalah obat itu tidak dapat
kadar asam urat pada merah asam urat dan ginjal. diminum, harus di buat
pasien yang menerima 2. Gejala awal dari lembar penolakannya
kemoterapi kanker. setiap ruam kulit,
serta tulis alasannya
Pasien kemoterapi kanker tidak peduli
dapat mengalami seberapa ringan dan jangan lupa untuk
peningkatan kadar asam 3. Rasa sakit atau dilaporkan segera
urat akibat pelepasan perdarahan ketika
asam urat dari sel kanker buang air kecil Benar Evaluasi
yang mati 4. Mual, nyeri perut Setelah memberikan
bagian atas, gatal- obat kepada pasien,
gatal, kehilangan perawat harus selalu
nafsu makan, memantau atau
penurunan berat memeriksa efek kerja
badan, urine gelap, dari kinerja obat
tinja berwarna
tersebut.
sepertin tanah liat,
sakit kuning
(menguningnya Benar Pengkajian
kulit atau mata) Sebelum memberikan
5. Kencing lebih obat, perawat harus
sedikit dari selalu memeriksa
biasanya atau tidak tanda-tanda vital (TTV)
sama sekali misalnya suhu dan
6. Nyeri sendi, gejala tekanan darah.
flu
7. Kesemutan, mati
Benar Reaksi dengan
rasa, nyeri,
kelemahan otot
Obat Lain
yang parah atau Pada penyakit kritis,
8. Mudah memar, penggunaan obat
perdarahan yang tertentu misalnya
tidak biasa seperti omeprazol
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
(hidung, mulut, diberikan dengan
vagina, atau dubur) chloramphenicol.
9. bintik-bintik ungu
atau merah di Benar Reaksi
bawah kulit Anda
Terhadap Makanan
Dalam memberikan
obat harus
Atorvastatin 1. Menurunkan 1. Orang yang 1. Gangguan fungsi Atorvastatin merupakan
risiko stroke dan
memperhatikan waktu
mengalami hati, yang inhibitor reduktase HMG-
(1x20mg) serangan jantung yang tepat karena akan
hipersensitivitas ditandai dengan CoA, yang mengambat
pada pasien mempengaruhi kinerja
terhadap nyeri di perut langkah dari biosintesis
diabetes tipe 2 dari obat tersebut.
atorvastatin bagian atas, (pembentukan) kolestrol
tanpa bukti Untuk mencapai kadar
2. Penyakit liver aktif kehilangan nafsu dengan cara inhibisi
adanya penyakit yang diperlukan, ada
jantung namun atau peningkatan makan, urine kompetitif enzim HMG-CoA
obat yang harus di
dengan faktor transaminase yang berwarna gelap, reduktas
minum setelah makan
risiko tidak dapat serta mata dan Penyerapan: bioaviabilitas
misalnya Indometasin
kardiovaskuler dijelaskan kulit menguning. 14% (obat dewasa), onset
dan ada obat yang
lainnya seperti 3. Kehamilan (tidak 2. Hancurnya kerja 3-5 hari, puncak waktu
memang harus
darah tinggi. boleh digunakan jaringan otot plasma: 1 – 2 jam, efek
2. Menurunkan
diminum sebelum
untuk ibu hamil (rhabdomyolisis), maksimum 2 minggu
risiko stroke, makan misalnya
4. Ibu menyusui yang berisiko
serangan jantung, Tetrasiklin yang harus
tinggi
dan prosedur diminum satu jam
menyebabkan
revasularisasi sebelum makan
gagal ginjal.
pada pasien
tanpa adanya Kondisi ini
Benar Tidak Expired
riwayat penyakit ditandai dengan
Sebelum memberikan
jantung koroner otot terasa nyeri
obat perawat harus
namun memiliki dan lemah yang
melihat masa expired
faktor risiko disertai dengan
dari obat tersebut, yang
multipel selain demam, rasa lelah
diabetes (seperti
biasanya tertera pada
yang tidak biasa,
merokok, label kemasan setiap
dan urine
kolestrol LDL obat
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
yang rendah, berwarna gelap
riwayat keluarga 3. Orang yang Benar Pendidikan
dengan penyakit mengalami Kesehatan Perihal
jantung koroner hipersensitivitas Medikasi Klien
di usia muda) terhadap Perawat memberikan
3. Pasien dengan
atorvastatin pendidikan kesehatan
penyakit jantung
koroner, untuk 4. Penyakit liver khususnya yang
menurunkan aktif atau berkaitan dengan obat
risiko infark peningkatan kepada pasien dan
miokard, stroke, transaminase keluarga mialnya
prosedur yang tidak dapat mengenai alasan terapi
revaskularisasi, dijelaskan obat diberikan kepada
rawat inap 5. Kehamilan (tidak pasien, interaksi obat
dengan boleh digunakan dengan obat dan obat
diagnosis gagal untuk ibu hamil) dengan makanan, efek
jantung, dan 6. Ibu menyusui samping dan reaksi dari
angina (nyeri
obat.
dada karena
jantung)
Laxidyn Syr (3xC) 1. Laxadine daapat 1. Tidak boleh 1. Ruam Kulit Mekanisme kerja laxadine
digunakan untuk diberikan pada 2. Pruritis dapat ditilik dari cara kerja
mengatasi konstipasi orang dengan 3. Perasaan terbakar bahan aktifnya, yaitu:
atau susah buang air riwayat pada perut
besar yang hipersensitif/alergi 4. Kolik abdomen 1. Phenolphtalein merupaka
memerlukan terhadap kandungan atau kram usus n senyawa organik yang
perbaiakan pada obat ini. 5. Kehilangan carian umum digunakan sebagai
gerak peristaltik usus 2. Tidak diberikan dan elektrolit pH indikator di
melembutkan feses, pada penderita 6. Mual dan muntah laboratorium. Senyawa ini
pelicin jalan feses obstruksi usus. juga memiliki efek
sehingga lebih 3. Hindari penggunaan pencahar pada usus
mudah dikeluarkan. obat ini pada dengan merangsang
penderita nyeri perut jaringan mukosa usus dan
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
yang belum mengendurkan otot-
diketahui ototnya. Namun senyawa
penyebabnya. ini sudah mulai dihindari
penggunaannya karena
dianggap bersifat
karsinogen.
2. Pharafin cair saat
digunakan sebagai obat
oral dapat bertindak
sebagai pelumas dan
menjaga kotoran tetap
lembek, sehingga sering
digunakan untuk
mengobati sembelit dan
fisura dubur.
3. Glycerin diklasifikasikan
sebagai obat pencahar
jenis osmotik dengan
menarik air dari jaringan
sekitar menuju feses
sehingga feses
mengandung cukup air
untuk dikeluarkan.
Nadic 50 (2x1) 1. Untuk pasien dengan 1. Pasien dengan ulkus 1. mual, muntah, 1. Bekerja dengan cara
berbagai bentuk pada saluran diare, kembung, menghentikan produksi
radang dan pencernaan baik penurunan nafsu zat penyebab rasa sakit
degeneratif dari dengan atau tanpa makan,
reumatik seperti : perdarahan saluran peningkatan kadar
artritis reumatoid, cerna, kelainan pada enzim hati, nyeri
spondilitis ankilosis, sistem pembekuan kepala, vertigo,
osteoartritis darah, asma kemerahan pada
serangan gout (kadar kulit, ulkus peptik,
Nama Obat,
Frekuensi
Indikasi Kontraindikasi Efek Samping Cara Kerja Obat Konsiderasi Perawat
Pemberian, Dosis,
Cara Pemberian
asam urat yang berdenging pada
tinggi) akut, sindrom telinga.
nyeri pada tulang
belakang, dsb.
ANALISA DATA
NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM
1 DS : Klien mengeluh pusing ketika Sumbatan arteri
koroner oleh
tiba-tiba duduk saat bangun tidur
aterosklerosis
atau ketika sedang berbaring.
Penurunan perfusi
DO :
miokard
1. Klien tampak lemah
Metabolism anaerob
2. TTV
TD = 100/60 mmHg
Peningkatan
3. MAP = 73 mmHg
metabolism asam Resiko penurunan
4. CKMB = 60 u/l laktat
curah jantung
5. SGOT = 234 (5-34 nilai
Kematian sel
normal)
miokard
SGPT = 159 (0-55)
6. Bunyi jantung S1 S2 + S3
Gangguan konduksi
7. Hasil EKG = Total AV Blok
SA Node, AV Node,
serabut purkinje,
berkas his.
2 DS: Klien mengatakan nyeri kaki Hiperurisemia
sebelah kanan dari lutut sampai ke
Penimbunan Kristal
telapak kaki.
asam urat
DO:
1. Skala aktivitas 3
Pengeluaran zat-zat
(memerlukan bantuan,
kimia (bradikinin,
pengawasan orang lain dan
prostaglandin,
peralatan) Nyeri Kronis
histamin)
2. Kaki tumor (bengkak)
3. P: Penyakit Asam Urat Sensitivitas
Q: Nyeri terasa linu dan nosiseptor
kesemutan
Menimbulkan iritasi
R: Dari lutut sampai ke
local
telapak
kaki sebelah kanan
Impuls nyeri ke
NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM
S: 4 (nyeri sedang) thalamus
T: Terus menerus
Rasa nyeri
4. Asam Urat : 8.2 mg/dl
dipersepsikan

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan konduksi listrik
jantung
2. Nyeri kronis berhubungan dengan adanya peningkatan asam urat
3. Ketidakefektifan management kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang program terapeutik
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan : Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan konduksi listrik jantung ditandai dengan Data
subjektif : Klien mengeluh pusing ketika tiba-tiba duduk saat bangun tidur atau ketika sedang berbaring. Data objektif : - Klien tampak
lemah -TTV : TD = 100/60 mmHg MAP = 73 mmHg -CKMB = 60 u/l -SGOT = 234 (5-34 nilai normal) -SGPT = 159 (0-55) -Bunyi
jantung S1 S2 + S3 -Hasil EKG = Total AV Blok
TUJUAN DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kesadaran 1. Mengetahui kestabilan klien 1. Mengkaji keadaan umum
tindakan keperawatan 2. Pantau haluaran urine, 2. Menilai untuk intervensi dengan menggunakan GCS
selama 5 x 24 jam, catat jumlah dan kepekatan selanjutnya 2. Mencatat jumlah urine, dan
penurunan curah jantung urine. warna urine yang ada di urine
tidak terjadi dengan 3. Observasi TTV dan CRT 3. Tanda vital merupakan acuhan bag
kriteria hasil: untuk mengetahui keadaan umum 3. Mengobervasi tanda-tanda vital:
1. TTV dalam batas pasien. CRT untuk memonitor T: 36,9 ˚C
normal dehidrasi dan jumlah aliran darah P: 98 x/menit
2. Akral hangat ke jaringan perfusi. R: 26 x/menit
3. Klien mengatakan 4. Kaji adanya nyeri dada 4. Terdapat berbagai kondisi yang BP: 100/60 mmHg
pusing berkurang klien berhubungan dengan nyeri dada. 4. Mengkaji karakteristik nyeri
4. CRT < 2 detik Terdapat temuan klinis yang khas dengan menggunakan PQRST
5. MAP dalam batas pada nyeri iskemik Infark 5. Mendengarkan suara napas dan
normal (70-110 miokardium menurunkan jantung menggunakan
mmHg) kontraktilitas jantung stethoscope
6. Intake dan output dan complianceventrikel dan dapat 6. Menjelaskan kepada klien untuk
dalam batas menimbulkan disritmia. Curah membatasi aktivitas
normal jantung menurun, mengakibatkan 7. Menjelaskan kepada klien untuk
7. Keadaan umum tekanan darah dan perfusi jaringan mengurangi makanan yang
baik menurun. Frekuansi kerja jantung tinggi garam (ikan asin) dan
meningkat sebagai kompensasi lemak (daging).
untuk mempertahankan curah 8. Mengobservasi irama jantung
jantung klien dengan memantau secara
5. Observasi bunyi napas dan 5. Mengetahui bunyi nafas dan langsung.
jantung jantung yang abnormal 9. Tidak dilakukan
6. Anjurkan klien untuk 6. 10. Tidak dilakukan
istirahat 11. Melakukan pemeriksaan ekg 12
7. Anjurkan klien diet rendah 7. Konsumsi garam dan lemak yang lead
garam dan lemak berlebih akan meningkatkan kadar 12. Memberikan obat Arixtra 1 x 1,
kolesterol klien CPG 1 x 75 mg, dan aspilet 1 x ,
8. Pasang monitor EKG 8. Memantau irama jantung klien Atorvastatin 1 x 20 mg, laxidyn
untuk melakukan tindakan syr
selanjutnya
9. Pertahankan patensi IV- 9. Jalur IV yang paten penting untuk
lines sesuai indikasi pemberian obat darurat bila terjadi
disritmia atau nyeri dada berulang
10. Kolaborasi dalam 10. Pacu jantung mungkin merupakan
pemasangan alat pacu tindakan dukungan sementara
jantung selama fase akut atau mungkin
Eksternal bila diperlukan diperlukan secara permanen pada
infark luas/ kerusakan system
konduksi

11. Rekam ulang EKG per hari


11. Melihat perubahan irama jantung

12. Kolaborasi dengan tim 12. Obat antitrombotik adalah obat


medis dalam pemberian untuk mencegah pembekuan darah
obat golongan terutama pada saat mengalami
antitrombotik dan obat jantung. Obat golongan antiplatelet
golongan antiplatelet membantu menjaga aliran darah di
dalam tubuh
2. Diagnosa Keperawatan : Nyeri kronis berhubungan dengan adanya peningkatan asam urat dalam sendi ditandai dengan Data subjektif :
Klien mengatakan nyeri kaki sebelah kanan dari lutut sampai ke telapak kaki, Data objektif : Skala aktivitas 3 (memerlukan bantuan,
pengawasan orang lain dan peralatan) -Kaki bengkak -Saat berjalan kaki sebelah kanan agak sedikit menyeret - P: penyakit asam urat, Q:
Nyeri seperti linu dan kesemutan, R: dari lutut sampai ke telapak kaki, S: 3 (0-4), T: terus menerus. Asam urat: 8,2 mg/dl.
TUJUAN DAN KRITERIA
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI
HASIL
Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji intensitas nyeri 1. Mengkaji karakteristik nyeri 1. Mengkaji intensitas nyeri
keperawatan selama 15-30 menit, dengan PQRST dengan PQRST agar dapat dengan PQRST:
nyeri dapat berkurang dengan menentukan intervensi P: Penyakit asam urat
criteria hasil: 2. Kaji Tanda-tanda selanjutnya. Q: Nyeri seperti linu dan
1. Skala nyeri berkurang 0-1 Vital 2. Memantau dan mengetahui Kesemutan
2. TTV dalam batas normal keadaan umum. R: dari lutut sampai ke
(TD dan Nadi) 3. Ajarkan teknik 3. Membantu menurunkan telapak kaki
3. Skala aktivitas jantung 1 relaksasi dan persepsi-respon nyeri dengan S: 3 (0-4)
(tidak ada pembatasan distraksi memanipulasi adaptasi T: terus menerus
aktivitas sehari) fisiologis tubuh terhadap nyeri. 2. Mengkaji tanda-tanda vital:
4. Kadar asam urat dalam N: 98 x/menit
batas normal (3,5-7,2 4. Meminimalisir efek dari TD: 100/60 mmHg
4. Ajarkan ROM pasif
mg/dl) pembentukan kontraktur 3. Mengajarkan teknik distraksi
pada kaki yang sehat
(mengobrol dan melakukan
5. Menurunkan rangsang eksternal
aktivitas yang ringan dan
5. Anjurkan posisi
yang dapat memperburuk
menyenangkan) dan relaksasi
nyaman
keadaan nyeri yang terjadi. (meminta klien menarik napas
6. Kolaborasi 6. Memberikan pengobatan SOD dalam lewat mulut dan
pemberian obat SOD untuk menghambat biosintesis hembuskan perlahan lewat
asam urat sehingga hidung)
menurunkan kadar asam urat 4. Melakukan gerakan persendian
dalam serum. pada klien sesuai dengan
rentang gerak yang normal
5. Menganjurkan posisi nyaman:
fowler
6. Pemberian obat SOD seperti
Allopurinol dan nadic 50 gram
B. Catatan Perkembangan
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
Q Nyeri kronis d/g S : Pasien mengatakan nyeri kaki sebelah kanan dari lutut sampai
adanya defosit ke telapak kaki
atau penimbunan O:
cristal asam urat 1. Pasien tampak gelisah
dalam sendi 2. P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 4
T: Terus menerus
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 97%
4. Terpasang infus RL 7 tetes/menit
5. Ekg : Av blok derajat 1 + resent inferior
6. Pemberian obat
Nadic 50 gram ( 2x1), Allopurinol (1x300 mg )
7. Dc terpasang
A: Nyeri akut b.d adanya defosit atau penimbunan cristal asam urat
dalam sendi
P:
1. Kaji insensitas nyeri
2. Kaji ttv
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan posisi nyaman
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
6.Kolaborasi pemberian obat SOD
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM

I:
1.Mengkaji insensitas nyeri dengan PQRST:
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 4 (1-10)
T: Terus menerus
2.Mengkaji ttv
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 97%
3.Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
4.Mengatur posisi nyaman: fowler
5.Menganjurkan lingkungan yang nyaman dan tenang: seperti
membatasi pengujung
6.Pemberian obat SOD seperti Allopurinol

E:
1. Klien tampak gelisah
2. P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapak kaki sebelah kanan
S: 4 (1-10)
3. Mengukur ttv
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 55 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
Suhu: 36,6
Spo2 : 97%

Kamis,25/10/2018 S : Pasien mengatakan nyeri kaki sebelah kanan dari lutut sampai
14.00 wita ke telapak kaki
O:
1. Pasien tampak gelisah
2. P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 3
T: Terus menerus
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 110/60 mmhg
Nadi : 81 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36,8
Spo2 : 97%
4. Terpasang vemplon
5. Ekg : Av blok derajat 1 + resent inferior
6. Pemberian obat
Nadic 50 gram ( 2x1), Allopurinol (1x300 mg )
A: Nyeri akut b.d adanya defosit atau penimbunan cristal asam urat
dalam sendi
P:
1. Kaji insensitas nyeri
2. Kaji ttv
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan posisi nyaman
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
6.Kolaborasi pemberian obat SOD
I:
1.Mengkaji insensitas nyeri dengan PQRST:
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 3 (1-10)
T: Terus menerus
2.Mengkaji ttv
Tekanan darah: 110/60 mmhg
Nadi : 81 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36,8
Spo2 : 97%
3.Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
4.Mengatur posisi nyaman: fowler
5.Menganjurkan lingkungan yang nyaman dan tenang: seperti
membatasi pengujung
6.Pemberian obat SOD seperti Allopurinol
E:
1. Klien mulai tampak rileks
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapak kaki sebelah kanan
S: 3 (1-10)
2. Mengukur ttv
Tekanan darah: 110/60 mmhg
Nadi : 81 x/menit
Respirasi: 22 x/menit
Suhu: 36,8
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
Spo2 : 97%
Jumat,26/10/2018 S : Pasien mengatakan nyeri kakisebelah kanan dari lutut sampai
09.00 wita ke telapak kaki sudah mulai berkurang

O:
1. Pasien tampak mulai rileks
2. P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 2
T: Terus menerus
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 96%
4. Terpasang vemplon
5. Ekg : Av blok derajat 1 + resent inferior
6. Pemberian obat
Nadic 50 gram ( 2x1), Allopurinol (1x300 mg )
A: Nyeri akut b.d adanya defosit atau penimbunan cristal asam urat
dalam sendi
P:
1. Kaji insensitas nyeri
2. Kaji ttv
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan posisi nyaman
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
6.Kolaborasi pemberian obat SOD
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
I:
1. Mengkaji insensitas nyeri dengan PQRST:
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 2 (1-10)
T: Terus menerus
2.Mengkaji ttv
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 96%
3.Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
4.Mengatur posisi nyaman: fowler
5.Menganjurkan lingkungan yang nyaman dan tenang: seperti
membatasi pengujung Pemberian obat SOD seperti Allopurinol
E:
1. Klien mulai tampak rileks
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapak kaki sebelah kanan
S: 2 (1-10)
2. Mengukur ttv
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 96%
Sabtu,27/10/2018 S : Pasien mengatakan nyeri kaki sebelah kanan dari lutut sampai
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
09.30 wita ke telapak kaki sudah mulai berkurang
O:
1. Pasien tampak rileks
2. P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 1 (1-10)
T: Terus menerus
3. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 96%
4. Terpasang vemplon
5. Pemberian obat
Nadic 50 gram ( 2x1), Allopurinol (1x300 mg )
A: Nyeri akut b.d adanya defosit atau penimbunan cristal asam urat
dalam sendi
P:
1. Kaji insensitas nyeri
2. Kaji ttv
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Anjurkan posisi nyaman
5. Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang
6.Kolaborasi pemberian obat SOD
I:
1. Mengkaji insensitas nyeri dengan PQRST:
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
HARI/TANGGA
DX. KEP. M.I.E) Q2
L/JAM
R: Dari lutut sampai ke telapakkaki sebelah kanan
S: 1 (1-10)
T: Terus menerus
2. Mengkaji ttv
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 96%
3. Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi
4. Mengatur posisi nyaman: fowler
5. Menganjurkan lingkungan yang nyaman dan tenang: seperti
membatasi pengujung
6. Pemberian obat SOD seperti Allopurinol

E:
1. Klien tampak rileks
P: Penyakit asam urat
Q: Nyeri terasa linu danKesemutan
R: Dari lutut sampai ke telapak kaki sebelah kanan
S: 1(1-10)
2. Mengkaji ttv
Tekanan darah: 100/60 mmhg
Nadi : 79 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu: 36,6
Spo2 : 96%
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai