Objektif Presentasi :
o Tinjauan
Bahan Bahasan: o Riset o Kasus o Audit
Pustaka
o Presentasi
Cara Membahas: o Diskusi o Email o Pos
dan Diskusi
Nama RS: RSUD Pasaman Barat Telp: - Terdaftar sejak : 15 Agustus 2017
1
Data utama untuk bahan diskusi
Diagnosis/Gambaran Klinis: perempuan melahirkan anak ke dua secara normal, setelah plasenta
keluar darah tidak berhenti. Banyaknya darah 2 pembalut + 1 kain panjang
2. Riwayat Kesehatan/ Penyakit : Pasien pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya
3. Riwayat Keluarga : Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan seperti ini.
5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Berdasarkan anamnesis didapatkan lingkungan rumah
cukup baik
Hasil Pembelajaran :
1. Penegakan diagnosis PPH
2. Penatalaksanaan komprehensif PPH
2
Nadi : 112 x/ menit
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,6◦ C
Keadaan Gizi : Baik
GDS : 167
Status Generalis
Kepala :
- Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-)
- Mulut, Telinga dan Hidung : tidak ditemukan kelainan
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)
Toraks :
Paru
- Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, gerakan dinding dada sama kiri dan kanan
- Palpasi : Fremitus kanan dan kiri sama
- Perkusi : Sonor
- Auskultasi : Vesikuler, Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
Jantung :
- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
- Palpasi : Iktus teraba 1 jari medial linea midclavicula sinistra di RIC V
- Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi : Irama teratur, bising (-)
Abdomen:
- Inspeksi : tidak membuncit, distensi abdomen (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi : TFU teraba setinggi pusat, kontraksi baik
- Perkusi : timpani
3
Ekstremitas : edema -/-, akral hangat, CRT <2 detik
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Hemoglobin : 7,9 gr/dl
Leukosit : 11.000 mm3
Trombosit : 209.000 mm3
Hematokrit : 36 %
Golongan darah : B (+)
3. Assesment (penalaran klinis) :
Angka kematian ibu di Indonesia menurut departemen kesehatan tahun 2002 adalah 307 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini masih jauh dibanding dengan sasaran Indonesia sehat 2010 dimana sasaran
angka kematian ibu sebesar 150 per 100.000. ( Prawirohardjo S, 2002)
Tiga Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi.
Perdarahan menyebabkan 25% kematian ibu di dunia berkembang dan yang paling banyak adalah
perdarahan pasca salin. Diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya
paling sedikit 128.000 wanita mengalami perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut
terjadi dalam waktu 4 jam setelah melahirkan. Di Inggris (2000), separuh kematian ibu hamil akibat
perdarahan disebabkan oleh perdarahan pasca salin.( Carroli G dkk, 2008)
KAJIAN TEORITIS
DEFINISI
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak lahir.
Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum adalah perdarahan dalam kala IV
lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak dan plasenta lahir (Prof. Dr. Rustam Mochtar, MPH,
1998).
Haemoragic Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah
lahirnya bayi (Williams, 1998)
HPP biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah kelahiran (Marylin E Dongoes,
2001).
4
Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
- Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir
- Late Postpartum : Terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir
Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum :
1. Menghentikan perdarahan.
2. Mencegah timbulnya syok.
3. Mengganti darah yang hilang.Frekuensi perdarahan post partum 4/5-15 % dari seluruh persalinan.
Berdasarkan penyebabnya frekuensi hilangnya darah adalah :
1. Atoni uteri (50-60%).
2. Retensio plasenta (16-17%).
3. Sisa plasenta (23
4. Laserasi jalan lahir (4-5%).
5. Kelainan darah (0,5-0,8%).
ETIOLOGI
5
2. Uterus terlalu teregang, misalnya pada hidramnion, kehamilan kembar, anak besar.
3. Uterus yang kelelahan, persalinan lama.
4. Uterus yang lembek akibat narkosa.
5. Inversio uteri primer dan sekunder.
PATOFISIOLOGI
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni
uteri dan subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah-pembuluh
darah yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Trauma jalan
lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum, dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan
karena terbukanya pembuluh darah, penyakit darah pada ibu; misalnya afibrinogemia atau
hipofibrinogemia karena tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan bisa mendorong pada
keadaan shock hemoragik.
A. Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
- Atonia uteri (sebelum/sesudah plasenta lahir).
1. Kontraksi uterus lembek, lemah, dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
2. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.
3. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut
menjadi kuat.
- Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
1. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
2. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir. Perdarahan ini terus-menerus. Penanganannya, ambil
spekulum dan cari robekan.
3. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak
berkurang.
6
dan mengangatasi akibat perdarahan. Pada perdarahan yang disebabkan atonia uteri dilakukan massage
rahim dan suntikan ergometrin ke dalam pembuluh balik. Bila tidak memberi hasil yang diharapkan dalam
waktu singkat, dilakukan kompresi bimanual pada rahim, bila perlu dilakukan tamponade utero vaginal,
yaitu dimasukkan tampon kasa kedalam rahim sampai rongga rahim terisi penuh. Pada perdarahan
postpartum ada kemungkinann dilakukan pengikatan pembuluh nadi yang mensuplai darah ke rahim atau
pengangkatan rahim.
Adapun Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri : Umur, Paritas, Partus lama dan partus terlantar,
Obstetri operatif dan narkosa, Uterus terlalu regang dan besar misalnya pada gemelli, hidramnion atau
janin besar, Kelainan pada uterus seperti mioma uterii, uterus couvelair pada solusio plasenta.
Faktor sosio ekonomi yaitu malnutrisi.
7
uterus yang terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.
Pembagian inversio uteri :
1. Inversio uteri ringan : Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun belum keluar dari
ruang rongga rahim.
2. Inversio uteri sedang : Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
3. Inversio uteri berat : Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah keluar vagina.
Penyebab inversio uteri :
1. Spontan : grande multipara, atoni uteri, kelemahan alat kandungan, tekanan intra abdominal yang tinggi
(mengejan dan batuk).
2. Tindakan : cara Crade yang berlebihan, tarikan tali pusat, manual plasenta yang dipaksakan, perlekatan
plasenta pada dinding rahim.Faktor-faktor yang memudahkan terjadinya inversio uteri :
- Uterus yang lembek, lemah, tipis dindingnya.
- Tarikan tali pusat yang berlebihan.
Frekuensi inversio uteri : angka kejadian 1 : 20.000 persalinan.
Gejala klinis inversio uteri :
- Dijumpai pada kala III atau post partum dengan gejala nyeri yang hebat, perdarahan yang banyak sampai
syok. Apalagbila plasenta masih melekat dan sebagian sudah ada yang terlepas dan dapat terjadi
strangulasi dan nekrosis.
- Pemeriksaan dalam :
1. Bila masih inkomplit maka pada daerah simfisis uterus teraba fundus uteri cekung ke dalam.
2. Bila komplit, di atas simfisis uterus teraba kosong dan dalam vagina teraba tumor lunak.
3. Kavum uteri sudah tidak ada (terbalik).
8
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi digaris tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin
lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul
bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.
Laserasi pada traktus genitalia sebaiknya dicurigai, ketika terjadi perdarahan yang berlangsung lama yang
menyertai kontraksi uterus yang kuat.
GEJALA KLINIS
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500 ml), nadi
lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan dapat terjadi syok hipovolemik,
tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
DIAGNOSIS
Anamnesis adalah cara pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara baik langsung pada pasien
(Auto anamnese) atau pada orang tua atau sumber lain (Allo anamnese). 80% untuk menegakkan diagnosa
didapatkan dari anamnesis.
Tujuan anamnesis yaitu untuk mendapatkan keterangan sebanyak-banyaknya mengenai kondisi
9
pasien, membantu menegakkan diagnosa sementara. Ada beberapa kondisi yang sudah dapat ditegaskan
dengan anamnesis saja, membantu menentukan penatalaksanaan selanjutnya.
Anamnesis yang baik merupakan tiang utama diagnosis. Anamnesis dimulai dengan mencari
keterangan mengenai nama, alamat, umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan sebagainya. Keterangan yang
didapat ini kadang sudah memberi petunjuk permulaan kepada kita.
Berdasarkan anamnesis yang baik dokter akan menentukan beberapa hal mengenai hal-hal berikut:
1) Penyakit atau kondisi yang paling mungkin mendasari keluhan pasien (kemungkinan diagnosis)
2) Penyakit atau kondisi lain yang menjadi kemungkinan lain penyebab munculnya keluhan pasien (diagnosis
banding)
3) Faktor-faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya penyakit tersebut (faktor predisposisi dan faktor
risiko)
) Kemungkinan penyebab penyakit (kausa/etiologi)
5) Faktor-faktor yang dapat memperbaiki dan yang memperburuk keluhan pasien (faktor prognostik,
termasuk upaya pengobatan)
6) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medis yang diperlukan untuk menentukan diagnosisnya
10
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan tanda-tanda vital:
1. Suhu badan. Suhu biasanya meningkat sampai 380 C dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan
kembali normal (360 C – 370 C), terjadi penurunan akibat hipovolemia.
2. Denyut nadi. Nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat.
3. Tekanan darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia.
4. Pernafasan. Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal.
Pemeriksaan Khusus:
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem
dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
1. Nyeri/ketidaknyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan), ketidaknyamanan
vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
2. Sistem vaskuler:
a. Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya.
b. Tensi diawasi tiap 8 jam.
c. Apakah ada tanda-tanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah.
d. Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
e. Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik
trombositopeni purpura.
3. Sistem Reproduksi
a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari
meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya.
b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau.
c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya
yang lepas.
d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum.
f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi).
4. Traktus urinarius. Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak,
11
5. Traktur gastro intestinal.
Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
A. Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III, bila tidak berkontraksi dengan kuat, uterus
harus diurut :
- Pijat atau gosok uterus dengan gerakan melingkar, sambil menyokong segmen uterus bagian bawah
untuk menstimulasi kontraksi, lakukan selama satu menit hingga uterus teraba keras, tidak lunak. Waspada
terhadap kekuatan pemijatan. Pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus, mengakibatkan atonia uteri
yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Perdarahan yang signifikan dapat terjadi karena
penyebab lain selain atoni uteri.
- Dorongan pada plasenta diupayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri. Bila perdarahan berlanjut
pengeluaran plasenta secara manual harus dilakukan.
- Pantau tipe dan jumlah perdarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama berlangsungnya hal
tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni
uteri atau fragmen plasenta yang tertahan. Perdarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi
uterus, mengindikasikan perdarahan akibat adanya laserasi.
- Berikan kompres es salama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang beresiko mengalami hematoma
vagina. Jika hematoma terbentuk, gunakan rendam duduk setelah 12 jam.
- Pertahankan pemberian cairan IV dan mulai cairan IV kedua dengan ukuran jarum 18, untuk pemberian
produk darah, jika diperlukan. Kirim contoh darah untuk penentuan golongan dan pemeriksaan silang, jika
12
pemeriksaan ini belum dilakukan diruang persalinan.
- Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 ml larutan RL atau saline normal, terbukti efektif bila diberikan
infus intra vena + 10 ml/mnt bersama dengan mengurut uterus secara efektif
- Bila cara diatas tidak efektif, ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV, dapat merangsang uterus
untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik, untuk mengatasi perdarahan dari tempat implantasi
plasenta.
- Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukan kateter foley untuk memastikan
keakuratan perhitungan haluaran.
- Berikan oksigen malalui masker atau nasal kanula. Dengan laju 7-10 L/menit bila terdapat tanda
kegawatan pernafasan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Akhter S, Begum MR, Kabir Z, Rashid M, Laila TR, Zabeen F.(2003): Use of a condom to control
massive PPH. Medscape General Medicine.
AlanH, DeCherney , Lauren Nathan ( 2003) Curren Obstretric & Gynecologic Diagnosis & Tretment,
Ninth edition; The McGraw-Hill Companies, Inc
Castaneda S, Karrison T, Cibils LA, (2000):Peripartum Hysterectomy , J Perinat med, vol 28(6):472-81
Chandraharan E, Arulkumaran S.(2008) : Surgical aspects of postpartum haemorrhage. Best Pract Res
Clin Obstet Gynecol ;22: 1089–1102
John M. Kirby, John R. Kachura, Dheeraj K. Rajan, Kenneth W. Sniderman, Martin E. Simons, Rory C.
Windrim, John C. Kingdom, (2009) : Arterial embolization for primary postpartum hemorrhage, Journal
of Vascular and Interventional Radiology, Volume 20, Issue 8, Pages 1036-1045
Prawirohardjo S.(2002) : Perdarahan Pasca Persalinan. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBP-
4. Plan
Diagnosis
Perdarahan post partum
Penatalaksanaan
- IVFD RL guyur 2 kolf, selanjutnya 8 jam /kolf
- Amoxicilin 3x500mg
14
- Pasang tampon dari IGD
- Urin kateter
Follow Up
1. Tanggal 16 Agustus 2017
S: perdarahan pervaginam (+), lemas (+)
O: Kesadaran: CMC HR: 88 x/menit
TD: 100/70 mmHg RR: 24 x/menit
Temp: 37 oC
Mata : konjungtiva anemis (+), ikterik (-)
Thoraks : vesikuler (+/+), whezing (-) rhongki (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
Ekstremitas : akral hangat, oedem (-)
A: P2H0A2 + PPH
Penatalaksanaan
- IVFD RL 8 jam/ kolf
- Cefadroxil tab 2x1
- Metronidazol tab 3x1
- Asam mefenamat tab 3x1
- Rencana Transfusi PRC 2 bag
A: G2P2A0H2 + PPH
15
Penatalaksanaan
- IVFD RL 8 jam/kolf
- Cefadroxil tab 2x1
- Metronidazol tab 3x1
- Asam mefenamat tan 3x1
- Transfusi PRC 2 bag
A: G2P2A0 + PPH
Penatalaksanaan
- IVFD RL 8 jam/ kolf
- Cefadroxil 2x1
- Asam mefanamat 3x1
- Metronidazole 3x1
- Sulfas ferosus 1x1
16
Thoraks : vesikuler (+/+), whezing (-) rhongki (-)
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal,
Ekstremitas : akral hangat, oedem (-)
A: G2P2A0 +PPH
P: - Boleh pulang
- Cefadroxil tab 2x1
- Metronidazol tab 3x1
- Asam mefenamat 3x1
- Sulfas ferosus 1x1
Pendidikan
Kepada pasien dan keluarga dijelaskan mengenai penyakit yang diderita oleh pasien.
Menganjurkan untuk menerapkan pola hidup sehat dengan konsumsi makanan yang mengandung gizi
seimbang yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral; konsumsi air putih 2 liter
perhari.
Kontrol
Kegiatan Periode Hasil yang diharapkan
Kontrol Empat hari setelah pulang dari rumah sakit, Tidak ditemukan peningkatan
dilakukan anamnesis dan pemeriksaan pada jumlah perdarahan dan infeksi
pasien
Nasihat Setiap kunjungan Kualitas hidup pasien membaik
17