Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya pembangunan bidang kesehatan tidak hanya terfokus pada upaya penyembuhan
saja, tetapi juga berkembang kearah promotif, preventif dan rehabilitatif. Salah satu
upaya pembangunan bidang kesehatan diwujudkan dalam usaha untuk meningkatkan derajat
kesehatan para ibu post partum karena banyaknya komplikasi yang ditimbulkan setelah
melahirkan diantaranya yaitu perdarahan, infeksi puerperalis, endometritis, mastitis,
trombosis, embol dan post partum depresi. Dimana perdarahan merupakan penyebab
terbanyak kematian wanita selama periode post partum.
Post partum merupakan masa dimana organ-organ reproduksi kembali normal atau kembali
seperti keadaan tidak hamil dan membutuhkan waktu 6 minggu (Farrer,2001). Periode pada
post partum di bagi menjadi 3 periode yaitu : puerpureum dini, intermedial puerperium dan
remote pueperium (Mochtar,1998). Ibu post partum banyak mengalami perubahan baik pada
fisiologis maupun psikologis. Pada perubahan fisiologis yang terjadi pada ibu post partum ibu
mengalami perubahan sistem repsroduksi dimana ibu mengalami proses pengerutan pada
uterus setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Sedangkan pada perubahan
adaptasi psikologis adanya rasa ketakutan dan ke khawatiran pada ibu yang baru melahirkan.
Dan hal ini akan berdampak kepada ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif (kirana,
2015).
Menurut World Health Organitation (WHO) menyatakan setiap menit seorang ibu
melahirkan meninggal karena beberapa komplikasi saat melahirkan. Dengan kata lain 1.400
perempuan yang meninggal lebih dari satu tahun karena kehamilan berkisar 50.000 perempuan
yang meninggal pada saat persalinan dan nifas. Masalah kesehatan fisik dan psikis pada ibu
hamil, bersalin, nifas, dan ibu menyusui juga termasuk resiko dalam kehamilan dan persalinan
yang mungkin timbul dan mempunyai efek yang bermakna terhadap kualitas hidup ibu.
Seorang ibu yang mengalami kehamilan pada saat yang sudah diperkirakan akan mengalami
proses persalinan.
Proses persalinan merupakan keadaan yang melelahkan secar fisik dan psikis sehingga
masa postpartum dapat berdampak bagi kualitas hidup ibu. Robekan perineum baik secara

1
alami maupun episiotomi, bisa mengakibatkan gangguan fungsi otot dasar panggul, sehingga
dapat menurunkan kualitas hidup ibu setelah melahirkan. Ibu menjadi tidak mampu
mengontrol BAK dan BAB karena beberapa saraf atau bahkan otot yang terputus. Peregangan
dan robekan pada jalan lahir selama proses persalinan dapat melemahkan otot-otot dasar
panggul. Trauma pada perineum juga menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri pada
melakukan aktivitas hubungan seksual. Di dalam persalinan, tindakan episiotomi sering
dilakukan untuk mengendalikan robekan pada jalan lahir sehingga memudahkan penyembuhan
luka karena lebih mudah dijahit dan menyatu kembali (Manuaba, 2011), penyembuhan luka
episiotomi dapat membutuhkan waktu bermingguminggu, bulanan atau tahunan tergantung
pada kondisi kesehatan dan perawatan perineum itu sendiri. Bukti menyatakan bahwa ibu
postpartum mengalami perubahan kualitas hidup secara psikologis maupun fisik seperti
keterbatasan fisik, kelelahan dan nyeri. Penurunan kesehatan fisik dan psikologis dapat terjadi
setelah ibu post partum, sehingga ibu post partum perlu mendapatkan dukungan terhadap
penyesuaian ibu dalam menghadapi aktifitas dan peran barunya sebagai seorang ibu.
Berbagai perawatan pospartum meliputi perawatan diri fisik, perawatan diri psikososial,
dan perawatan bayi baru lahir. Perawatan diri fisik merupakan suatu kebutuhan dasar manusia
seperti: kebersihan diri (mandi), perawatan perineum, perawatan payudara, istirahat dan tidur,
latihan (ambulasi dan kegel). Episiotomi tidak boleh dilakukan secara rutin karena akan
menimbulkan meningkatnya jumlah darah yang hilang dan resiko hematoma, meningkatnya
resiko infeksi dan meningkatnya nyeri pasca persalinan. Episiotomi dilakukan jika ada indikasi
tertentu misalnya perineum kaku, distoscia bahu, fetal 4 distress, persalinan preterm dan
persalinan dengan tindakan vacum maupun forcep (Saifudin, 2011).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tinjauan teori post partum pada ibu melahirkan normal ?
2. Bagaimana asuahn keperawatan pada pst partum ibu melahirkan normal ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa saja tinjauan teori yang perlu dilihat terdapat pada post partum ibu
melahirkan normal
2. Mengetahui hal apa yang ada di dalam asuhan keperawatan pada post partum ibu
melahirkan normal.

2
BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM NORMAL

2.1 Tinjauan Teori


A. Definisi
Persalinan adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. Post Partum adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali pada keadaan sebelum hamil, masa post partum berlangsung selama
kira-kira 6 minggu. Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri,
tanpa bantuan alat - alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung
kurang dari 24 jam. (Rustam Mochtar,1998).
Pesalinan dan kelahiran normal (Partus Sepontan) adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun
pada janin. Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-
8 minggu.
B. Etiologi
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan
nutrisi.
a. Teori Penurunan Hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesterone dan
estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
b. Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan
pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.

3
c. Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim
sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d. Teori Iritasi Mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion
ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi Partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam
kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser, amniotomi
pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut tetesan
perinfus.

C. Perubahan Fisiologis Dan Psikologis


a. Perubahan Fisiologis
1. Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali
seperti sebelum hamil, setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena
kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Uterus berangsur- angsur mengecil sampai
keadaan sebelum hamil. Fundus uteri ± 3 jari dibawah pusat. Selama 2 hari
berikutnya, besarnya tidak seberapa berkurang tetapi sesudah 2 hari ini uterus
mengecil dengan cepat sehingga pada hari ke-10 tidak teraba dari luar. Setelah 6
minggu tercapainya lagi ukurannya yang normal. Epitelerasi siap dalam 10 hari,
kecuali pada tempat plasenta dimana epitelisasi memakan waktu tiga minggu.
2. Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak mengganggu seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-
perlukaan kecil setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2
jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari.
3. Vagina dan Perineum

4
Vagina secara berangsur- angsur luasnya berkurang tetapi jarang sekali
kembali seperti nullipara, hymen tampak sebagai tonjolan jaringan kecil dan berubah
menjadi karunkula mitiformis. Minggu ke 3 rugae vagina kembali.
Perineum yang terdapar laserasi atau jahitan akan berangsur-angsur pulih
sembuh 6-7 hari tanpa infeksi. Oleh karena itu vulva hygiene perlu dilakukan
4. Endometrium
Perubahan tejadinya dengan timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis, di
tempat implantasi plasenta. Bekas implatasi plasenta karena kontraksi sehingga
menonjol ke cavum uteri. Pada hari-hari pertama, endometrium setebal 12,5 mm
akibat pelepasan desidua dan selaput janin, endometrium akan rata setelah hari ke 3.
5. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam
masa nifas. Pada hari pertama dan kedua lochea rubra atau lochea cruenta, terdiri atas
darah segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks
kaseosa, lanugo dan mekonium.
a) Lochea Rubra (cruenta) : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel dari
desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium berlangsung 2 hari postpartum.
b) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke
3-7 pasca persalinan.
c) Lochea Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan.
d) Lochea Alba : cairan putih setelah 2 minggu.
e) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluaran cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochea stasis : lochea tidak lancar keluarnya.
6. Sistem Endokrin
Terjadi penurunan kadar HPL (Human Plasental Lactogen), estrogen dan
kortisol serta plasenta enzyme insulinase sehingga kadar gula darah menurun pada
masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun setelah plasenta keluar.
Kadar terendahnya dicapai kira-kira 1 minggu post partum. Penurunana ini berkaitan
dengan pembengkakan dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi
selama hamil. Pada wanita yang tidak menyusui estrogen meningkat pada minggu

5
kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada post
partum hari ke- 17.
7. Pembuluh Darah Rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh-pembuluh darah yang
besar, karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak.
Bila pembuluh darah yang besar, tersunbat karena perubahan pada dindingnya dan
diganti oleh pembuluh-pembuluh yang kiri.
8. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan dinding perut longgar karena disebabkan lama, tetapi
biasanya akan pulih kembali dalam 6 minggu. Pada wanita yang asthenis menjadi
diastasis dari otot-otot rectus abnominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis
tengah terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit.Tempat yang lemah dan menonjol
kalau berdiri atau mengejan.
9. Bekas Implantasi Placenta
Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan
diameter 7.5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm
dan akhirnya pulih.
10. Sistem Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot
uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin
menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG,
estrogen, progesteron dan hormon laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh
glandula hipofise anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang

6
produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan
pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini
mengakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada
ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar
normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth
B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu.
Air susu ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat
alamiah bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan
tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri. Selama kehamilan hormon
estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar , kedua hormon ini
mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise
dan menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air
susunya. Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini
menandai permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah
cairan puting dari puting susu. Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2
%, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %, garam 0,1 – 0,2 %. Hal yang mempengaruhi
susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air susu sangat tergantung
pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.

7
11. Tanda-Tanda Vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Tabel perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter Penemuan normal Penemuan abnormal
Tanda-tanda vital Tekanan darah < 140 / 90 Tekanan darah > 140 / 90
mmHg, mungkin bisa naik dari mmHg
tingkat disaat persalinan 1 – 3
hari post partum.
Suhu tubuh < 38 0 C Suhu > 380 C
Denyut nadi: 60-100 X / menit Denyut nadi: > 100 X / menit

1) Vital Sign sebelum kelahiran bayi :


a) Suhu :
 Saat partus lebih 37,20C
 Sesudah partus naik + 0,50C
 12 jam pertama suhu kembali normal
b) Nadi :
 60 – 80 x/mnt
 Segera setelah partus bradikardi
c) Tekanan darah :
TD meningkat karena upaya keletihan dan persalinan, hal ini akan normal
kembali dalam waktu 1 jam.
2) Vital sign setelah kelahiran anak :
a) Temperatur :
Selama 24 jam pertama mungkin kenaikan menjadi 380C (100,40F)
disebabkan oleh efek dehidrasi dari persalinan. Kerja otot yang berlebihan
selama kala II dan fluktuasi hormon setelah 24 jam wanita keluar dari febris.
b) Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam
pertama. Dalam 8 – 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-
rata sebelum hamil.

8
c) Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
d) Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah
indikasi merasa pusing atau pusing tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi
48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
 Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu
menjadi 380C (100,4F0 ).
 Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
 Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya
sub arachnoid (spinal) blok.
 Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik
sekunder dari perdarahan, bagaimana tanda.
 terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan
sinyal tenaga medis.

b. Perubahan Psikologis
Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3 periode yaitu
sebagai berikut :
1) Periode Taking In
a) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.
b) Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga komunikasi yang
baik.
c) Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan segala sesuatu
kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.
d) Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya.
e) Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika melahirkan secara
berulang-ulang.

9
f) Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan tenang untuk
memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala.
g) Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi, dan kurangnya
nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses pemulihan.
2) Periode Taking Hold
a) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan.
b) Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dalam merawat bayi.
c) Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh karena itu, ibu
membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang terdekat.
d) Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya. Dengan begitu ibu dapat menumbuhkan rasa
percaya dirinya.
e) Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalkan
buang air kecil atau buang air besar, mulai belajar untuk mengubah posisi seperti
duduk atau jalan, serta belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya
3) Periode Letting Go
a) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
b) Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
c) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya.
d) Keinginan untuk merawat bayi meningkat.
e) Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan bayinya,
keadaan ini disebut baby blues.
D. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, trombosit )
b. Urine lengkap
E. Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

10
F. Komplikasi
1. Perdarahan post partum (keadaan kehilangan darah lebih dari 500 mL selama 24 jam
pertama sesudah kelahiran bayi).
2. Infeksi
a. Endometritis (radang edometrium).
b. Miometritis atau metritis (radang otot-otot uterus.)
c. Perimetritis (radang peritoneum disekitar uterus).
d. Caked breast / bendungan asi (payudara mengalami distensi, menjdi keras dan
berbenjol-benjol).
e. Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit merah,
membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada pengobatan bisa
terjadi abses).
f. Trombophlebitis (terbentuknya pembekuan darah dalam vena varicose superficial
yang menyebabkan stasis dan hiperkoagulasi pada kehamilan dan nifas, yang ditandai
dengan kemerahan atau nyeri).
g. Luka perineum (Ditandai dengan : nyeri local, disuria, temperatur naik 38,3 °C, nadi
< 100x/ menit, edema, peradangan dan kemerahan pada tepi, pus atau nanah warna
kehijauan, luka kecoklatan atau lembab, lukanya meluas)
3. Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b. Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4. Gangguan involusi uterus

G. Perawatan Pasca Persalinan


Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif untuk pemulihan
kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan. Dimana perawatan post partum
meliputi:
1. Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan , ibu harus istirahat tidur telentang selama 8 jam
pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekanan kekiri untuk mencegah terjadinya

11
trombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-
jalan dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas
memiliki variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dini adalah melancarkan pengeluaran lochia,
mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan
fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan kelancaran peredaran
darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.
2. Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalan satu ruangan bersama-sama sehingga ibulebih banyak
memperhatikan bayinya, segera dapat memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran
ASI lebih terjamin.
3. Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan antara lain
adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah persalinan.
4. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
c. Fisik : tekanan darah, nadi dan suhu
d. Fundus uteri : tinggi fundus uteri, kontraksi uterus.
e. Payudara : puting susu, pembengkakan, pengeluaran ASI
f. Patrun lochia : Locia rubra, lochia sanginolenta, lochia
serosa, lochia alba
g. Luka jahitan episiotomi : Apakah baik atau terbuka, apakah ada
tanda-tanda infeksi.
5. Nasehat Yang Perlu diberikan saat pulang adalah:
a. Diit
Masalah diit perlu diperhatikan karena dapat berpengaruh pada pemulihan
kesehatan ibu dan pengeluaran ASI. Makanan harus mengandung gizi seimbang
yaitu cukup kalori, protein, cairan, sayuran dan buah-buahan.
b. Pakaian
Pakaian agak longgar terutama didaerah dada sehingga payudara tidak
tertekan. Daerah perut tidak perlu diikat terlalu kencang karena tidak akan

12
mempengaruhi involusi. Pakaian dalam sebaiknya yang menyerap, sehingga lochia
tidak menimbulkan iritasi pada daerah sekitarnya. Kasa pembalut sebaiknya dibuang
setiap saat terasa penuh dengan lochia,saat buang air kecil ataupun setiap buang air
besar.
c. Perawatan vulva
Pada tiap klien masa nifas dilakukan perawatan vulva dengan tujuan untuk
mencegah terjadinya inveksi di daerah vulva, perineum maupun didalam uterus.
Perawatan vulva dilakukan pada pagi dan sore hari sebelum mandi, sesudah buang
air kemih atau buang air besar dan bila klien merasa tidak nyaman karena lochia
berbau atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan
sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK cebok ke arah depan
dan setelah BAB cebok kearah belakang, ganti pembalut stiap kali basah atau setelah
BAB atau BAK , setiap kali cebok memakai sabun dan luka bisa diberi betadin.
d. Miksi
Kencing secara spontan sudah harus dapat dilakukan dalam 8 jam post
partum. Kadang kadang wanita sulit kencing, karena spincter uretra mengalami
tekanan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spincter ani selama
persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing sebaiknya dilakukan
kateterisasi.
e. Defekasi
Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum. Bila belum terjadi
dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat diberikan obat laksans per oral atau
perektal atau bila belum berhasil lakukan klisma.
f. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah mulai sejak wanita hamil supaya puting susu
lemas, tidak keras dan kering, sebagai persiapan untuk menyusui bayinya.
Dianjurkan sekali supaya ibu mau menyusui bayinya karena sangat berguna untuk
kesehatan bayi.Dan segera setelah lahir ibu sebaiknya menyusui bayinya karena
dapat membantu proses involusi serta colostrum mengandung zat antibody yang
berguna untuk kekebalan tubuh bayi.
g. Kembalinya Datang Bulan atau Menstruasi

13
Dengan memberi ASI kembalinya menstruasi sulit diperhitungkan dan
bersifat indifidu. Sebagian besar kembalinya menstruasi setelah 4-6 bulan.
h. Cuti Hamil dan Bersalin
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil
dan bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.

i. Mempersiapkan untuk Metode KB


Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah
melahirkan.

14
15
H. WOC
POST PARTUM NORMAL

Perubahan Fisilogi Perubahan Psikologi

Proses Involusi Vagina dan Perineum Taking In Taking Hold Letting Go

Peningkatan kadar Lingkungan kurang Belajar mengenai Perubahan menjadi


ocytosin, Peningkatan Ruptur jaringan kondusif perawatan diri&bayi orang tua
kontraksi uterus

MK: Nyeri Akut MK: Ggn. Pola Kurang terpapar MK: Menyusui
Personal hygiene Tidur informasi Tidak Efektif
kurang baik

MK: Ansietas
Genetalian kotor

MK: Resiko
Infeksi

16
ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM NORMAL

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
2. Keluhan Utama : Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak
3. Riwayat Kehamilan: Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai
4. Riwayat Persalinan
o Tempat persalinan
o Normal atau terdapat komplikasi
o Keadaan bayi
o Keadaan ibu
5. Riwayat Nifas Yang Lalu
o Pengeluaran ASI lancar / tidak
o BB bayi
o Riwayat ber KB / tidak
6. Pemeriksaan Fisik
o Keadaan umum pasien
o Abdomen
o Saluran cerna
o Alat kemih
o Lochea
o Vagina
o Perinium dan rectum
o Ekstremitas
o Kemampuan perawatan diri
7. Pemeriksaan psikososial
o Respon dan persepsi keluarga
o Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

17
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (2016), diagnosis yang mungkin muncul pada pst partum normal adalah :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kontruksi uterus karena prose inovulasi
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan yang kurang kondusif
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
4. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang pentingnya menyusui/ metode menyusui
5. Resiko infeksi berhubungan dengan ruptur jaringan, penurunan sistem kekebalan tubuh.

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (2017), intervensi dari diagnosa yang mungkin muncul pada post partum
normal :

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi : 1. Untuk mengetahui lokasi,
dengan peningkatan keperawatan diharapkan 1. Kaji tingkat nyeri dengan tingkat, tempat durasi daripada
kontruksi uterus karena masalah teratasi dengan PQRST nyeri yang dialami
prose inovulasi kriteria hasil : 2. Identifikasi factor yang 2. Mengetahui apa saja faktor yang
Ditandai dengan : 1. Pasien mampu memperberat dan membuat nyeri bertambah dan
1. Pasien mengatkan mengontrol nyeri yang memperingan nyeri berkurang
bahwa : dirasakan 3. Monitor efek samping 3. Mengetahui kadar analgetik
P : nyeri timbul pada 2. Pasien mampu penggunaan analgetik yang diberikan agar sesuai
saat beraktivitas mengenali skala Nursing Treatment : dengan kebutuhan

18
Q : nyeri seperti intensitas, frekuensi, 4. Lakukan tehnik distraksi 4. Rasionalnya agar pasien tidak
terasa tertarik dan lokasi nyeri dengan membicarakan hal memikirkan rasa sakitnya
R : nyeri pada 3. Pasien mampu yang disukai pasien dengan cara pengalihan
simpisis pubis menyatakan rasa Edukasi : 5. Agar pasien mamahami dan
S : skala nyeri 6 nyaman setelah nyeri 5. Jelaskan penyebab, periode mengetahui pemicu nyeri yang
T : nyeri hilang berkurang dan pemicu nyeri dirasakan
timbul Kolaborasi : 6. Agar pasien dapat segera
2. Wajah pasien 6. Kolaborasi analgetik bila diberikan obat penghilang rasa
tampak meringis diperlukan sakit bila memang dirasa perlu
3. Pasien tampak
gelisah
2 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Observasi : 1. Mengetahui tingkat ansietas
dengan kurang keperawatan diharapkan 1. Identifiksi saat tingkat pasien
terpaparnya informasi masalah teratasi dengan ansietas 2. Melihat tanda-tanda ansietas

Ditandai dengan : kriteria hasil : 2. Monitor tanda- tanda pada pasien

1. Merasa bingung 1. Verbalisasi ansietas 3. Membuat rasa nyaman pada

2. Sulit tidur kebingungan menurun Nursing Treatment : pasien agar kepercayaan diri

3. Tampak gelisah 2. Pola tidur membaik 3. Ciptakan suasana pasien meningkat


3. Perilaku gelisah terapiutik untuk 4. Agar lebih memahami
menurun menumbuhkan penyebab ansietas dari pasien
kepercayaan pasien dan dapat memberikan asuhan
keperawatan yang terbaik

19
4. Pahami situasi yang 5. Agar pasien merasa nyaman
membuat ansietas, dan didukung oleh keluarga
dengarkan dengan penuh
perhatian
Edukasi :
5. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
Kolaborasi :
-
3 Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi faktor 1. Mengetahui apa saja yang dapat
lingkungan yang kurang masalah teratasi dengan penggangu tidur. mengganggu tidur
kondusif. kriteria hasil : 2. Identifikasi pola tidur. 2. mengetahui pola tidur yang

Ditandai dengan : 1. Keluhan sulit tidur Nursing tratmen: dialami


menurun 3. Modifikasi lingkungan. 3. Membuat lingkungan senyaman
1. Mengeluh sulit tidur
2. Keluhan tidak puas mungkin agar dapat meningkatkan
2. Mengeluh tidak puas
tidur menurun Edukasi: kualitas tidur
tidur
3. Keluhan pola tidur 4. Jelaskan pentingnya tidur 4. Meningkatkan pengetahuan klien
3. Mengeluh pola tidur
berubah cukup. tentang pentingnya kualitas tidur
berubah
Kolaborasi: untuk kesehatan
-

20
4 Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Observasi: 1. Mengetahui seberapa siap ibu
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Identifikasi kesiapan dan menerima informasi yang akan
kurang terpapar masalah teratasi dengan kemampuan menerima disampaikan
informasi tentang kriteria hasil : informasi 2. Mengetahui tujuan menyusui dan
pentingnya menyusui/ 1. Kelelahan maternal 2. Identifikasi tujuan dan keinginan menyusui itu
metode menyusui menurun keinginan menyusui. 3. Dukungan keluarga dekat dapat

Ditandai dengan : 2. Kecemasan maternal Nursing tratmen: membuat nyaman dan secara
menurun 3. Dukungan ibu otomatis akan dapat meningkatkan
1. Kelelahan maternal
3. Suplai ASI adekuat meningkatkan kepercayaan diri
2. Kecemasan maternal
kepercayaan diri dalam 4. Agar pasien memiliki support
3. ASI tidak menetes /
menyusui. system yang baik
memancar
4. Libatkan sistem 5. Meningkatkan pengetahuan ibu
pendukung. tentang menyusui
Edukasi: 6. Memberikan ibu informasi
5. Berikan konseling pentingnya menyusui untuk ibu dan
menyusui. bayi
6. Jelaskan manfaat 7. Mengetahui 4 posisi yang benar
menyusui bagi bayi dan saat menyusui
ibu. 8. Agar ibu dapat melakukan
7. Ajarkan 4 posisi menyusui perawatan payudara secara mandiri
dengan benar. paca postpartum

21
8. Ajarkan perawatan
payudara postpartum.
Kolaborasi:
-
5 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Observasi: 1. Mengetahui tanda gejala infeksi
berhubungan dengan keperawatan diharapkan 1. Monitor tanda dan gelaja 2. Mengetahui tehnik aseptik untuk
ruptur jaringan, masalah teratasi dengan infeksi. mencegah terjadinya infeksi pada
penurunan sistem kriteria hasil : Nursing tratmen: pasien dengan resiko tinggi
kekebalan tubuh. 1. Kemerahan menurun 2. Pertahankan teknik aseptik 3. Mengetahui lebih dini tanda dan
2. Bengkak menurun pada pasien beresiko tinggi gejala infeksi
3. Nyeri menurun Edukasi:
3. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi.
Kolaborasi:
-

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa persalinan dan kelahiran
normal (Partus Sepontan) adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan
cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Masa nifas
adalah periode waktu atau masa- masa organ reproduksi wanita kembali kepada keadaan
tidak hamil, masa ini membutuhkan waktu sekitar 6 minggu. Pada masa nifas banyak
terjadi perubahan fisiologis, psikologis, tanda-tanda vital dan perubahan- perubahan
lainnya. Maka dari itu diperlukan asuhan keperawatan secara tepat oleh seorang perawat
kepada ibu pstpartum normal agar ketidaknyamanan ibu dapat teratasi dan untuk
mengantisipasi apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa kedepannya mampu memberikan asuhan keperawatan
secara tepat kepada ibu postpartum normal dan mahasiswa mampu membedakan antara
ketidaknyamanan normal dengan tanda-tanda bahaya pada ibu postpartum normal

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Huliana, Mellyana.2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan . Jakarta: Puspa Swara


2. Kirana, 2015. Hubungan Tingkat Kecemasan Post Partum Dengan Kejadian Post Partum
Blues Di Rumah Sakit Dustira Cimahi. Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume Iii, No. 1 April-
2015.
4. Saifuddin. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka.
5. Wahyuningsih, Sri.2019.Asuhan Keperawatan Post Partum. Yogyakarta: Deepublish.
6. Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
7. Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI
8. Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan : DPP PPNI

24

Anda mungkin juga menyukai