Anda di halaman 1dari 42

PELAKSANAAN TINDAKAN MOBILISASI DINI UNTUK

MEMBANTU PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST


OPERASI PADA Tn. “A” DENGAN POST OP
APPENDIKTOMI HARI KE 3 DI RUANG
SEROJA SUD dr. MURJANI SAMPIT

Oleh :

SUPIAN HIDAYAT

NIM : 1714401D363

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN AKADEMI


KEPERAWATAN SAMPIT
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah.SWT karena atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya lah penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“PELAKSANAAN TINDAKAN MOBILISASI DINI UNTUK MEMBANTU

PROSES PENYEMBUHAN LUKA POST OPERASI PADA Tn. “A”

DENGAN POST OP APPENDIKTOMI HARI KE 3 DI RUANG SEROJA

RSUD dr. MURJANI SAMPIT” dapat selesai tepat pada waktunya.


DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................ii

KATA PENGANTAR ............................................................................................ iii

ABSTRAK ............................................................................................................. iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ..................................................................................................v

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan............................................................................ 4

C. Manfaat Penulisan ......................................................................... 4

BAB II SISTEMATIKA PENYUSUNAN STUDI KASUS

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang ................................................................................ 5

2. Tujuan Penulisan ............................................................................ 6


3. Metode Penulisan ........................................................................... 6

4. Sistematika Penulisan ....................................................................7


B. Tinjauan Teoritits............................................................................. 8
C. Tinjauan Kasus................................................................................. 8
D. Pembahasan......................................................................................8
E. Penutup..............................................................................................8

xii
8. Penatalaksanaan ............................................................................16

B. KonsepDasar Mobilisasi Dini

1. Definisi............................................................................................18

2. Jenis Mobilisasi Dini.....................................................................19

3. Tujuan Mobilisasi Dini .................................................................19

4. Tahapan Tahapan Mobilisasi Dini ..............................................19

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Dengan Appendiktomi

1. Pengkajian ......................................................................................20

2. Diagnosa Keperawatan .................................................................22

3. Intervensi Keperawatan ................................................................23

BAB III PEMBAHASAN KASUS

A. Pengkajian .....................................................................................25

B. Diagnosa Kperawatan ..................................................................26

C. Intervensi Keperawatan ...............................................................26

D. Implementasi Keperawatan .........................................................27

E. Evaluasi .........................................................................................31
BAB IV PENUTUP

A.Kesimpulan .....................................................................................41

B. Saran ...............................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................44

LAMPIRAN

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan insiden apendisitis di


dunia mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk. Apendisitis dapat
ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari setahun jarang terjadi,
insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens
pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak dari pada wanita. Insiden
apendisitis di negara maju lebih tinggi dari pada negara berkembang. Amerika
menagani 11 kasus / 10.000 kasus apendisitis setiap tahun.
Berdasarkan data rekam medik RSUD dr. Murjani Sampit pada tahun 2016

ditemukan data sebagai berikut :

Table 1.1

Jumlah pasien dengan Apendisitis di RSUD dr. Murjani Sampit

Periode tahun 2016 dan 2017

Tahun 2016 Tahun 2017


N
o Usia Jumlah Persentase Jumlah Persentase
(orang) (orang)

1. 1-4 tahun 1 7.14% 0 0%

2. 5-14 tahun 2 14.28% 1 4.76%

3. 15-24 tahun 7 50% 11 52.38%

4. 25-44 tahun 2 14.28% 7 33.33%


5. 45-64 tahun 2 14.28% 2 9.52%

Total 14 100% 21 100%

Sumber : Rekam Medik RSUD dr. Murjani Sampit


Dari tabel 1.1 diatas menunjukan bahwa jumlah penderita apendisitis

sebanyak 14 orang pada tahun 2016 dimana penderita yang terbanyak berkisar

diusia 15-24 tahun sebanyak 7 orang (50%), sedangkan pada tahun 2017

menunjukkan jumlah penderita apendisitis sebanyak 21 orang dimana penderita

terbanyak berkisar diusia 15-24 tahun sebanyak 11 orang (52.38%) .

Kasus apendisitis cenderung meningkat setiap tahun, dan tidak menutup

kemungkinan pada pasien apendisitis akan dilakukan tindakan appendiktomi.

Apendektomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks yang dilakukan

sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C.,

2001). Pasien dengan operasi appendiktomi hari pertama biasanya lebih sering

berbaring ditempat tidur karena pasien masih mempunyai rasa takut untuk

bergerak. Pada pasien pasca operasi, sangat penting untuk melakukan mobilisasi

secara bertahap. Banyak masalah yang akan timbul jika pasien pasca operasi tidak

melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti pasien tidak BAK (retensi urin),

perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan otot, dan sirkulasi darah

tidak lancar.

Nainggolan (2013) menemukan bahwa mobilisasi dini merupakan faktor yang

utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca

bedah, mobilisasi dini sangat penting dalam mempercepat hari rawat dan

mengurangi resiko karena tirah baring lama seperti terjadinya dekubitus,

kekakuan atau penegangan otot-otot di seluruh tubuh, gangguan sirkulasi darah,

gangguan pernafasan dan gangguan peristaltik maupun berkemih. Mobilisasi dini

juga meningkatkan fungsi paru-paru, memperkecil risiko pembentukan gumpalan

darah, meningkatkan fungsi pencernaan, dan menolong saluran pencernaan agar


mulai bekerja lagi. Mobilisasi dini sebagai suatu usaha untuk mempercepat

penyembuhan sehingga terhindar dari komplikasi akibat operasi terutama proses

penyembuhan luka operasi.Mobilisasi dini merupakan aktivitas yang dilakukan

pasca operasi dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan,

latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun

dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim,

2013). Mobilisasi dini bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah,

memperlancar sirkulasi untuk mencegah terjadinya stasis vena, menunjang fungsi

pernafasan yang optimal, mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan

luka (Kiik, 2013). Pergerakan yang dilakukan dapat membuat otot-otot perut dan

panggul kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan.

Keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya mempercepat proses pemulihan luka

pasca pembedahan namun juga mempercepat pemulihan peristaltic usus pada

pasien pasca pembedahan apendisitis (Israfi dalam Akhrita, 2011). Berdasarkan

latar belakang yang sudah tertulis diatas, maka penulis tertarik menulis Karya

Tulis Ilmiah dengan judul penerapan mobilisasi dini untuk mengatasi luka pasca

operasi appendiktomi.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendiskripsikan pelaksanaan tindakan mobilisasi dini untuk membantu

mempercepat proses penyembuhan luka post operasi pada kasus appendiktomi.


2. Tujuan Khusus

a) Penulis mampu melakukan pengkajian dan mampu melaksanakan


mobilisasi dini pada Tn. A dengan appendiktomi di RSUD Dr. Murdjani
Sampit
b) Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Tn. A dengan
Appendiktomi
c) Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.
A dengan Appendiktomi
d) Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. A dengan apendiktomi
e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. A dengan apendiktomi
f) Penulis mampu menganalisa hasil pemberian hasil mobilisasi dini degan
lamanya penyembuhan lika pasca operasi appendiktomi

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi penulis

Karya Tulis Ilmiah ini dapat menambah wawasan dengan pengalaman tentang

konsep penyakit serta penatalaksanaannya dalam aplikasi melalui proses

keperawatan dengan basis ilmu keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan appendiktomi.

2 . Bagi Akper Pemkab Kotim


Karya Tulis Ilmiah ini daapat dijadikan salah satu bahan rujukan bagi institusi dalam
emberian asuhan keperawatan pada klien dengan kasus apendiktomi
3. Bagi Profesi Perawat
Karya Tulis Ilmiah ini dapat di jadikan rujukan dalam membuat asuhan

keperawatan sehingga dapat terpenuhnya asuhan keperawatan yang

Komprehensif.

4. Bagi Rumah Sakit


Sebagai evaluasi dalam upaya peningkatan pelayanan dalam memberikan

asuhan keperawatan secara komprehensif terutama pada klien apendiktomi dan

tindakan mobilisasi dini


BAB II

PENGKAJIAN DATA

Nama Mahasiswa : SUPIAN HIDAYAT


Tempat Prakterk : RUMAH SAKIT Dr. MURJANI SAMPIT
Tanggal pengkajian :
I. Identitas Diri Klien
Nama : Tn. “A” No. CM : 2288xx
Tempat/tgl lahir : sampit 28-12-1975 Tgl masuk RS : 10 MEI
2017
Umur : 43 Tahun Sumber informasi :………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jln Pramuka
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMP
Diagnosa Medis : post of appendiktomi

II. Keluhan Utama


Sulit bergerak

III. Riwayat Keluhan Saat ini


Klien mengatakan sakitnya muncul pada hari selasa tanggal 9 mei 2017 namun setalah itu

klien hanya berdiam diri dirumah sampai akhirnya perut bagian kanannya semakin nyeri,

kemudian pada rabu pagi tanggal 10 mei 2017 klien dibawa ke rumah sakit dengan

keluhan nyeri diperut bagian kanan bawah, tidak nafsu makan, mual, muntah 5 kali Lalu

klien dirawat inap di ruang Seroja kemudian klien dianjurkan untuk operasi cyto setelah

itu klien kembali keruang seroja untuk bedrest dan sampai pada hari kamis tanggal 11 mei

2017 saat pengkajian klien mengatakan tidak mau bergerak karena takut lukanya rusak dan

melebar jika klien bergerak.


Riwayat Kesehatan yang lalu

Klien mengatakan pada bulan juni 2016 lalu merasakan sakit perut kanan bagian

bawah namun setelah itu klien langsung meminum obat promaag karena klien mengira

itu adalah penyakit maag, setelah meminum obat itu sakit klien langsung hilang.

IV. Riwayat Keluarga

Klien mengatakan bahwa tidak anggota keluarganya mengalami penyakit yang sama, dan
klien mengatakan didalam keluarganya tidak mempunyai penyakit menurun maupun menular
seperti hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis, pneumonia

GENOGRAM
. Genogram 3 Generasi

Keterangan :

: Garis Perkawinan
: Laki-laki
: Garis Keturunan
: Perempuan

: Pasien : Meninggal
2.
Pola Kesehatan Klien Saat Ini

1. Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan


Pemilihan pemberian pelayanan kesehatan, Waktu terakhir kunjungan, pengetahuan
perawatan, Peralatan yg dibutuhkan
1. Aktivitas istirahat dan tidur

Klien mengatakan pada malam hari tidurnya nyenyak, setelah tidur


klien mengatakan kembali segar

2. Keadaan nutrisi dan pencernaan

Klien makan sedikit tapi sering (3x1), klien mkan dan minum
kadang dibantu istri dan kadang mandiri, makanan dari rumah sakit
tidak dimakan dan salalu makan makanan yang dibawa sang istri
dari rumah, minum ± 1000ml per hari jenis minuman air putih dan
sari buah siap saji, tidak ada pantangan maupun alergi, klien belum
BAB sejak dirawat

3. Cairan tubuh

Klien terpasang infuse RL 20 tetes permenit, minum 1000ml per


hari.

4. Psikososial-spiritual

Saat ditanya tentang penyakitnya klien mengatakan tidak


mengetahui tentang penyakitnya, hubungan klien dan keluarganya
sangat dekat dan keluarga klien sangat kooperatif.

Terapi yang diberikan

1) Ceftriaxone 1 g Intravena per 12 jam


2) Ranitidine 50 mg, Intravena per 8 jam
3) Ketorolac 30 mg, Intravena per 12 jam
4) Metrinodazole Intravena per 8 jam
2. Nutrisi dan Cairan
 Nutrisi
a. Frekuensi makan :tiga kali sehari
b. Berat Badan / Tinggi Badan : 52 kg / 155 cm
c. BB dalam 1 bulan terakhir :[ √ ]tetap
Alasan :napsu makan tidak mengalami
stabil
d. Jenis makanan : makanan lunak
e. Makanan yang disukai : bubur
f. Makanan pantang :…………Alergi……………………
g. Nafsu makan : [ √ ] baik

h. Masalah pencernaan : [ tidak ada ]


: hanya saja tidak boleh makan makanan keras
untuk saat ini

Riwayat operasi/trauma
gastrointestinal:…………………….
i. Diit RS :rendah gula
[ √ ] habis
[ ] ½ porsi
[ ] ¾ porsi
[ ] tidak habis, alasan…………
 Cairan, elektrolit dan asam basa
a. Frekuensi minum : 8 gelas Konsumsi air/hari: 1 liter/hari
b. Turgor kulit :
c. Support IV Line : Ya / Tidak, Jenis:…………Dosis………..
3. Aktivitas dan latihan
Aktivitas
a. Pekerjaan : ……………………………………………
b. Olah raga rutin :………………Frekuensi: ………………..
c. Alat Bantu :[ ] walker
[ ] kruk
[ ] kursi roda
[ ] tongkat
d. Terapi :[ ] traksi, di………………………………….
[ ] gips, di……………………….................
e. Kemampuan melakukan ROM : Pasif / Aktif
Jenis kegiatan 0 1 2 3
Makan dan minum √
BAB/BAK √
Mandi √
Ambulasi 3 √
Berubah posisi 3 √
Keterangan : 0  mandiri
1  dengan alat
2  dengan bantuan
3  dengan alat dan bantuan

POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Aktivitas istirahat dan tidur

Klien mengatakan pada malam hari tidurnya nyenyak, setelah tidur


klien mengatakan kembali segar

2. Keadaan nutrisi dan pencernaan

Klien makan sedikit tapi sering (3x1), klien mkan dan minum
kadang dibantu istri dan kadang mandiri, makanan dari rumah sakit
tidak dimakan dan salalu makan makanan yang dibawa sang istri
dari rumah, minum ± 1000ml per hari jenis minuman air putih dan
sari buah siap saji, tidak ada pantangan maupun alergi, klien belum
BAB sejak dirawat

3. Cairan tubuh

Klien terpasang infuse RL 20 tetes permenit, minum 1000ml per


hari.

4. Psikososial-spiritual

Saat ditanya tentang penyakitnya klien mengatakan tidak


mengetahui tentang penyakitnya, hubungan klien dan keluarganya
sangat dekat dan keluarga klien sangat kooperatif.
II Pengkajian Fisik

 Kondisi Umum : keadaan umum, kesadaran, TTV, GCS, BB, TB, LLA, LK
 Tekanan darah (TD) : 110/70 mmHg, nadi (N) : 98 kali per menit,

 respirasi rate (RR) : 20 kali per menit, suhu (S) : 36.9oC, terdapat luka

laparatomi diperut bagian kanan bawah.

C. Sistem tubuh

1. Sistem Pernafasan ( breathing/ B1)

Klien bernafas sponntan, respirasi rate 20 kali per menit, irama


nafas vesikuler, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, tidak
ada retraksi dada, tidak ada cuping hidung, dan tidak ada suara
nafas tambahan.

2. Sistem kardiovaskuler (Bleeding/B2)

Suara jantung lup dup, tidak ada perdarahan, tidak ada jejas, tidak
ada edema, capillary refill time kembali dalam 2 detik, tekanan
darah 100 /70 mmHg, nadi 98 kali permenit.

3. Sistem persyarafan (Brain/B3)

Kesadaran composmentis, GCS : E4 V5 M6, pupil isokor kanan


dan kiri, tidak terdapat kekakuan leher, pendengaran baik, reflex
patella (+), bisep (+), seklera putih, conjungtiva tidak anemis,
tonus otot 5.5.5.5.

4. Sistem eleminasi urin (Bladder/B4)

klien terpasang kateter, warna urine merah pekat, tidak ada


endapan pada urin, jumlah urine 500cc per 24 jam.
5. Sistem Pencernaan (Bowel/B5)

Pemeriksaan mulut dan tenggorokan membran mukosa tidak pucat


dan lembab, kebersihan mulut terjaga, keadaan gigi lengkap, tanda
radang tidak ada, tidak ada distensi abdomen.

6. Tulang-otot-integument(Bone/B6)

Pada pemeriksaan kulit warna tidak sianosis, turgor kulit kembali


kurang dari 2 detik, terdapat luka jahit bekas operasi appendiktomi
seluas ±9 cm dengan 11 jahitan, suhu 36’9oC, skala otot 5.5.5.5,
kelemahan -.-.-.-, , fraktur -.-.-.- .
 Kulit : warna, petekie, striae, scar, edema, turgor, distribusi rambut, kuku
 Kepala : bentuk, ukuran, paralisis fasialis
 Mata: ukuran pupil, reaksi cahaya, akomodasi, konjungtiva, sklera, fungsi
penglihatan, alat bantu penglihatan, dll
 Telinga : posisi,bentuk, nyeri, sekret, kebersihan, fungsi pendengaran, penggunaan
alat bantu
 Hidung : selang NGT, selang oksigen, pernapasan cuping hidung, sekret, dll
 Mulut dan Tenggorokan : kesulitan bicara/menelan, kelengkapan gigi, karies, gusi,
kebersihan mulut, mukosa, stomatitis, sekret, dll
 Leher : edema, nodul, JVP
 Thoraks
 Inspeksi : bentuk dada, kesimetrisan gerak, luka, retraksi dinding dada, iktus
kordis, luka
 Palpasi : vokal fremitus, ketinggalan gerak, massa
 Perkusi : Suara paru, batas-batas jantung
 Auskultasi : Suara paru, suara jantung
 Abdomen:
 Inspeksi : bentuk, warna kulit/kemerahan, luka, kesimetrisan, asites, pernapasan
 Palpasi : massa, kontur, nyeri tekan, hati, lien
 Perkusi : asites, suara perut
 Auskultas : peristaltik, nadi, bising aorta
 Ekstremitas : edema, kekuatan otot, integritas kulit, turgor kulit, sianosis, akral
hangat/dingin
 Genitalia : kemerahan, lesi, dischart, kelenjar inguinal, dll
 Anus dan rektum (hemoroid, fistula, dll)
 Neurologi (kesadaran, nervus I-XII)
IV. Data Laboratorium

Hari/Tanggal : 9 mei 2017


Jenis Pemeriksaan : 08:00 wib
Hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 10 Mei 2017

Tabel 3.1 pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Laki laki Perempuan

Hemoglobin 14.9 13,5-17,5 g/dl 12,0-15,6 g/dl


Hematokrit 45 35-45 % 35-45%
4,4-11,3 x 4,4-11,3 x
Leukosit 9,2 103/ul 103/ul

Eosinofil 1 0-4 % 0-4 %


Basofil 0 0-1% 0-1%
Neutrofil 87 55-80% 55-80%
Limfosit 8 22-44% 22-44%
Monosit 4 0-7% 0-7%
150-45- x
Trombosit 205 103/ul 150-45- x 103/ul

Eritrosit 5,4 4,5-5,9 x 106/ul 4,1-5,9 x 106/ul

MCV 84 80-96fl 80-96fl


MCH 28 28-33pg 28-33pg
MCHC 33 33-36g/dl 33-36g/dl

Golongan Darah O
Masa Perdarahan 2 menit 30 detik 1-3 menit 1-3 menit
Masa Pembekuan 4 menit 30 detik 2-6 menit 2-6 menit
II. Hasil Pemeriksaan diagnostik lain :
EKG, Foto Rongtent, CT Scan, MRI, LP, USG, dll
……………………………………………………………………………………………

III. Pengobatan :
Terapi yg diberikan:
No. Nama Obat Dosis Kegunaan
1 ceftriaxone 1g Menghentikan
pertumbuhan
akteri
2 Ranitidin 50 mg Menghambat
sekresi lambnug
3 Ketorolac 30 mg Anti inflamasi
4 Metronidazole 500 mg Antibiotik

b. Analisa Data
No Analisa Data Etiologi Masalah
1. Ds :”Saya takutergerak karena Kecemasan Pasca Hambatan
takut luka yang ada di perut saya Operasi apendiktomi Mobilitas fisik
melebar dan merusak”
Do:
- Klien tampak sesekali
terlenang
- Klientampakprotektif
terhadapluka jahitan yang
ada di perutnya
- Klien tampak sesekali
melihat kearah perutnya
c. Diagnosa Keperawatan
1 . Hambatan Mobilitas Fisik

d. Nursing Care Plan (NCP)


No. Diagnosa NOC NIC Rasional
Keperawatan
1. Hambatan
Mobilitas Fisik Klien Monitoring vital Ajarkan
meningkat pasien
dalam signsebelum/sesudah bagaimana
aktivitas
merubah
fisik latihan dan lihat
posisi dan
respon pasien saat berikan
bantuan
latihan

e. Dokumentasi

No Hr/Tgl Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi Tnda


Keperawatan tgn
1. Dari Pelaksanaan Supian
pengkajian Dari hasil hidayat
diatas dapat tindakan evaluasi
diangkat diatas dapat (Nama
dilakukan pada
diagnosa disimpulkan terang)
keperawatan tanggal 12 Mei bahwa ada
utama yaitu pengaruh
hambatan 2017 yaitu mobilisasi
mobilitas dini untuk
fisik membina membantu
berhubungan mempercepat
hubungan
dengan proses
kecemasan saling percaya penyembuhan
pasca operasi luka pasca
apendiktomi , dengan hasil operasi serta
ditandai mengatasi
istri dan kakak
dengan klien rasa
selalu tidur klien menerima cemasyang
terlentang, dirasakan
cemas dan perawat klien
takut untuk
bergerak dengan baik
karena takut dan ramah (
luka
diperutnya jam 07.30
semakin
wib). Memberi
melebar jika
klien penjelasan
bergerak,
sesekali klien bahwa
melihat
kearah mobilisasi dini
perutnya dan
tidak
klien tampak
protektif membahayakan
terhadap luka
jahitan yang klien justru
ada
akan
diperutnya
membantu

mempercepat

proses

penyembuhan

luka bagi klien

dengan hasil

klien, istri dan

kakak klien

sangat

kooperatif (

jam 07.45).

Jadwal

program

mobilisasi dini

dilakukan

selama 2 hari

yaitu pada hari


Jum’at tanggal

12 Mei 2017

pukul 14.20

wib dan pukul

14.40 Wib

sedangkan

pada tanggal

13 Mei 2017

dilakukan pada

pukul 11.30

wib dan 13.00

wib.

Selanjutnya

perawat

melakukan

tindakan yaitu

persiapan klien

dengan

menganjurkan

dan membantu

klien untuk

miring kanan

dan miring kiri

dengan hasil

klien

melakukan

tindakan yang
dianjurkan

perawat

dibantu dengan

istrinya (jam

14.20 wib).
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal penerapan

mobilisasi dini untuk mengatasi luka pasca operasi pada Tn. “A” dengan post op

appendiktomiData yang penulis dapatkan adalah klien mengatakan tidak mau

bergerak karena takut lukanya rusak dan melebar jika bergerak, klien mengatakan

seperti itu dikarenakan cemas karena sebelumnya belum pernah dirawat inap

dirumah sakit sedangkan penulis berupaya agar klien dapat bergerak bebas tanpa

rasa takut sehingga penulis menerapkan mobilisasi dini agar hambatan mobilitas

fisik yang klien alami dapat berkurang ataupun hilang.Sebenarnya Persepsi klien

lah yang menimbulkan diagnosa hambatan mobilitas fisik yang mempengaruhi

rentang gerak dengan mengatakan bahwa lukanya semakin melebar disinilah

penulis berupaya agar klien tidak berfikir dan bahkan tidak berpersepsi seperti itu

lagi dengan diterapkannya mobilisasi dini pada klien secara langsung, menurut

data yang diperoleh penulis keluarga klien sangat kooperatif dalam penerapan

mobilisasi dini ini. Persepsi menurut Epstein

& Rogers (dalam Stenberg, 2008:105) adalah seperangkat proses yang dengannya

kita mengenali dan memahami terapan terapan inderawi yang kita terima dari

stimuli lingkungan.

penulis menerapkan mobilisasi dini karena ada kaitannya dengan

penemuan hasil riset yang mengatakan bahwa Mobilisasi dini merupakan aktivitas

yang dilakukan pasca operasi dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur
(latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai

dengan klien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar (Ibrahim, 2013).

Mobilisasi dini bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah,

memperlancar sirkulasi untuk mencegah terjadinya stasis vena, menunjang fungsi

pernafasan yang optimal, mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan

luka (Kiik, 2013). Pergerakan yang dilakukan dapat membuat otot-otot perut dan

panggul kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit dan mempercepat proses penyembuhan. Dan juga dengan

dilakukan mobilisasi dini dapat bersifat positif terhadap penyembuhan klien

karena dengan bergerak klien akan terhindar dari hambatan mobilitas fisik yang

dialaminya serta dinding otot pada perut menjadi elastic dan tidak kaku lagi.

A. Pengkajian
Menurut Carpenito dan Moyet ( 2007 ) dalam buku Konsep dasar

keperawatan dengan pemetaan konsep halaman 19 mengemukakan bahwa

pengkajian adalah tahap yang sistematis dalam pengumpulan data tentang

individu, keluarga, dan kelompok. Pada tahap ini penulis menggunakan metode

wawancara kepada keluarga dan klien, metode dokumentasi yang mana penulis

mengambil data dari catatan medis klien. Dimana catatan medis tersebut berisi

tentang riwayat kesehatan klien, program terapi, dan data penunjang lainnya yang

berhubungan dengan perkembangan kesehatan klien. Klien masuk rumah sakit

pada tanggal 10 Mei 2017 pukul 09.50 Wib klien pada saat itu dibawa oleh

keluarganya dengan keluhan nyeri diperut bagian kanan bawah, tidak nafsu

makan, mual, muntah 5 kali sejak hari selasa pagi, pada saat di IGD dilakukan
pemeriksaan TTV dengan TD :130/100 mmHg, nadi : 96 kali permenit, Respirasi

rate: 20 kali per menit, Suhu : 37oC, dilakukan pemasangan infuse RL 20 tetes

permenit,, terapi injeksi Ranitidin 50mg/12 jam, Ondansentron 4 mg / 4 jam,

Ceftriaxon 1 g/12jam. Kemudian klien dipindahkan ke ruang Seroja pada jam

10.45 Wib dan kemudian klien dibawa ke ruang operasi pada jam 12.00 Wib.

Pada tanggal 11 Mei 2017 penulis melakukan pengkajian pada klien yang saat

itu mengatakan takut bergerak karena luka yang ada di perutnya melebar, dan

tampak protektif, sesekali melihat kearah luka di perutnya dan pada saat itu juga

penulis melakukan pemeriksaan TTV pada Tn. A dengan hasil Tekanan darah

(TD) : 110/70 mmHg, nadi (N) : 98 kali per menit, respirasi rate (RR) : 20 kali per

menit, suhu (S) : 36.9oC.

Pada pengkajian riwayat kesehatan keluarga klien mengatakan tidak ada

penyakit keturunan maupun menular seperti : tekanan darah tinggi ( hipertensi),

penyakit gula (diabetes mellitus), sesak nafas (asma), penyakit jantung dan TBC.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan pengkajian yang didapatkan pada Tn. A ditemukan masalah

utama yaitu perubahan mobilitas fisik berhubungan dengan kecemasan pasca

operasi apendiktomi karena hambatan mobilitas fisik dikarenakan adanya luka

jahit menimbulkan kecemasan pada klien. Menurut NANDA Nic Noc 2015

perubahan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik satu atau

lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah. Cemas menurut teori Nanda Nic-Noc

2015 adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon

autonom, perasaan takut yang disebabkn oleh antisapi terhadap bahaya.

Sedangkan menurut Freud (dalam Alwisol, 2005:28) mengatakan bahwa


kecemasan adalah fungsi ego untuk memperingati individu tentang kemungkinan

datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.

C. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan ditujukan agar hambatan mobilitas fisik yang dialami

klien dapat berkurang ataupun hilang. Klien dengan hambatan mobilitas fisik dan

perasaan cemas dapat direncanakan beberapa tindakan yaitu bina hubungan saling

percaya, gunakan pendekatan yang menyenangkan, monitoring vital sign sebelum/

sesudah latihan dan lihat respon klien saat latihan, Ajarkan klien tentang tehnik

ambulasi, damping dan bantu klien saat mobilisasi dini dan bantu penuhi ADLs

dan ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika

diperlukanSebagai tindakan mandiri keperawatan intervensi yang dilakukan

penulis adalah mobilisasi dini, karena menurut hasil riset Mobilisasi dini

dimaksudkan sebagai upaya untuk mempercepat penyembuhan dari suatu cedera

atau penyakit tertentu yang telah merubah cara hidup yang normal menurut Kasdu

seperti yang dikutip oleh Rustianawati et al (2013). Tujuan mobilisasi dini

mempertahankan fungsi tubuh, memperlancar peredaran darah, membantu

pernafasan menjadi lebih baik, mempertahankan tonus otot, memperlancar

eliminasi alvi dan urin, mengembalikan aktivitas tertentu sehingga klien dapat

kembali normal atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

D. Implementasi keperawatan

Pada pembahasan ini didapatkan data bahwa tindakan awal yaitu membina

hubungan saling percaya, gunakan pendekatan yang menenangkan, memberi

penjelasan bahwa mobilisasi dini tidak membahayakan klien justru akan

membantu mempercepat proses penyembuhan.


Sebelum dilakukannya tindakan mobilisasi dini pertama-tama penulis mencari

hasil riset yang berkaitan sesuai dengan diagnosa yang ditentukan kemudian

penulis meminta izin kepada kakak perawat senior yang ada diruangan untuk

melakukan tindakan mobilisasi dini dan setelah disetujui penulis langsung

meminta izin dan persetujuan klien dengan menggunakan informed consent dan

setelah semuanya disetujui, penulis melakukan tindakan mobilisasi dini langsung

kepada klien.Selanjutnya perawat melakukan tindakan yaitu persiapan klien

denganmenganjurkan dan membantu klien untuk miring kanan dan miring kiri

kemudian dilanjutkan untuk duduk dengan setengah badan kemudian duduk

dengan kaki terjungkai ke bawah dan yang terakhir meminta klien turun dari

tempat tidurnya untuk berjalan disekitar tempat tidurnya

(http://indonesiannursing.com/2008/05/25/mobilisasi-dini/)

Mobilisasi dini yang penulis terapkan sebenarnya tidak sama persis seperti

dianjurkan untuk belajar berjalan, alasan penulis mengurangi pergerakan mobilisasi dini
karena pergelangan kaki,mengangkat tumit,menegangkat otot betis,
sertamenekukmenggeser kaki adalah 6-10 jam pertama pasca operasi. Sedangkan penulis
menerapkan mobilisasi dini langsung pada klien yaitu dua hari pasca operasi apendiktomi
dan yang diterapkan penulis adalah menganjurkan, membantu klienuntuk miring kanan
dan miring kiri, selanjutnya membantu klien untuk duduksetengah badan kemudian
membantu klien duduk dengan kaki terjungkai kebawah yang terakhir dan membantu klien
efektifnya menggerakkan lengan atau tangan, memutar
E. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari asuhan keperawatan, evaluasi

keperawatan bertujuan untuk menilai perkembangan atas keberhasilan klien mencapai

intervensi yang telah dilakukan. Pada tahap ini penulis akan mengevaluasi intervensi

mobilisasi dini yang dilakukan dalam 2 hari.

Evaluasi pertama dilakukan pada tanggal 13 Mei 2017 klien mengatakan “Mbak saya

sudah bisa miring kiri dan kanan dan juga saya bisa duduk sekarang” dan evaluasi hari

berikutnya klien mengatakan “saya sudah bisa berjalan ke kamar mandi sekarang mbak

dan saya sangat senang karena kata dokter besok saya sudah boleh pulang, terima kasih

kembali atas semuanya mbak” TTV klien sebelum klien pulang ialah TD : 120/70 mmHg,

Nadi : 86 kali permenit, Respirasi

rate : 21 kali permenit, Suhu : 36.7oC.

Dari hasil evaluasi diatas dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh mobilisasi

dini untuk membantu mempercepat proses penyembuhan luka pasca operasi serta

mengatasi rasa cemas yang dirasakan klien.


Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang dilakukan pasca
operasi/
pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan,
latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan klien bisa turun
dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan keluar kamar (Ibrahim
2013). Mobilisasi dini bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah,
memperlancar sirkulasi untuk mencegah terjadinya stasis vena, menunjang fungsi
pernafasan yang optimal, mencegah kontraktur dan mempercepat penyembuhan
luka (Kiik, 2013).

Hasil Evaluasi

Tabel 2.1

No Data Evaluasi Pre Intervensi Evaluasi hari ke 1 dan


2

1. Data subjektif Klien mengatakan Evaluasi hari pertama


“saya takut Klien mengatakan
bergerak takut luka ” Mbak saya sudah
yang ada diperut bisa miring kiri dan
saya melebar jika kanan dan juga saya
saya bergerak” bisa duduk sekarang”
dan evaluasi hari
kedua klien
mengatakan “saya
sudah bisa berjalan ke
kamar mandi
sekarang mbak dan
saya sangat senang
karena kata dokter
besok saya sudah
boleh pulang, terima
kasih kembali atas
semuanya mbak”
Respon Selalu tidur Tampak senang dan
terbaring dan bahagia
tampak sesekali
melihat kearah luka
diperutnya,dan juga
tampak protektif
terhadap lukanya

TTV Tekanan darah Tekanan Darah :


120/70 mmHg, Nadi
(TD) : 110/70 :
mmHg, nadi (N) : 86 kali permenit,
Respirasi rate : 21
98 kali per menit, kali
respirasi rate (RR) : permenit, Suhu :
20 kali per menit, 36.7oC.

suhu (S) : 36.9oC


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan insiden apendisitis di

dunia mencapai 7% dari keseluruhan jumlah penduduk didunia. Apendisitis

dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari setahun

jarang terjadi, insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu

menurun, insidens pada pria dengan perbandingan 1,4 lebih banyak dari pada

wanita.

2. Klien dengan operasi appendicitis biasanya lebih sering berbaring ditempat

tidur karena klien masih mempunyai rasa takut untuk bergerak. Pada klien

pasca operasi seperti operasi usus buntu (appendiktomi), sangat penting untuk

melakukan mobilisasi. Banyak masalah yang akan timbul jika klien pasca

operasi tidak melakukan mobilisasi sesegera mungkin, seperti klien tidak

BAK (retensi urin), perut menjadi kaku (distensi abdomen), terjadi kekakuan

otot, dan sirkulasi darah tidak lancar.

3. Mobilisasi dini adalah proses aktivitas yang dilakukan pasca operasi/

pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

klien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan

keluar kamar (Ibrahim, 2013). Mobilisasi dini bermanfaat untuk

memperlancar peredaran darah, memperlancar sirkulasi untuk mencegah


terjadinya stasis vena, menunjang fungsi pernafasan yang optimal, mencegah

kontraktur dan mempercepat penyembuhan luka (Kiik, 2013).

4. Keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya mempercepat proses pemulihan luka

pasca pembedahan namun juga mempercepat pemulihan peristalticusus pada

klien pasca pembedahan apendisitis (Israfi dalam Akhrita, 2011)

B. Saran

1. Bagi Akademi Keperawatan Pemkab Kotim

Sebagai tambahan bahan referensi mahasiswa dan mahasiswi akademi

keperawatan pemerintah kabupaten kotawaringin timur dan diharapkan

mampu meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan perawat yang

professional dan inovatif, terutama dalam memberikan asuhan keperawatan

pada klien dengan post operasi appendiktomi.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan yang baik

serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang memadai bagi

penyembuhan klien, khususnya klien dengan post operasi appendiktomi.

3. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan dapat meningkatkan keahlian khususnya terapi mobilisasi dini

dalam memberikan intervensi keperawatan pada klien dengan post operasi

appendiktomi
4. Bagi Teman-teman

Diharapkan untuk selalu meningkatkan dan mengupdate ilmu-ilmu

keperawatan terutama terapi modalitas keperawatan sehingga dapat

diaplikasikan pada lahan praktik untuk menambah pengetahuan dan

pengalaman.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2016-2017. Catatan Rekam Medik Pasien Rawat Inap di Ruang Perawatan Seroja
RSUD dr. Murjani Sampit: Tidak dipublikasikan

Carpenito & Moyet, L.J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta:
EGC

Depkes RI., 2009 Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.


Dermawan & Rahayuningsih (2010) dalam Difatur (2016), Buku Ajar Ilmu Keperawatan
Medikal Bedah : Edisi Pertama, Yogyakarta.

F. Paulsen & J. Waschke. (2013). Sobotta Anatomi Umum dan Sistem


Muskuloskeletal, Jakarta : EGC

Lippincott Williams & Wilkins (2008) Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi
Keperawatan, Jakarta.

Kiik, S. M dan Ibrahim (2013). Early Mobilization Influence to Peristaltic’s

Recovery Time Instentine on Pasca’s patient Hands out Abdomen at Icu BPRSUD
Labuang Baji Makasar, Jurnal Kesehatan Volume 1 No. 1 13-20.

Nainggolan, Elfrida, Lamria Simanjuntak. (2013). “Hubungan Mobilisasi Dini dengan


Lamanya Penyembuhan Luka Pasca Operasi Appendiktomi

diZAAL C Rumah Sakit HKBP Balige Tahun 2013. Dalam Jurnal Keperawatan HKBP
Balige, Vo. 1, No. 2.

Nanda Nic-Noc 2015 Jilid 1, Jogyakarta


Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8,
volume 2. Jakarta: EGC

Stenberg, J Robert. 2008. Psikologi Kognotif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(http://indonesiannursing.com/2008/05/25/mobilisasi-dini/) diakses pada

tanggal 23 Mei 2017

(https://muflihahisnawati.wordpress.com/2011/12/21/anatomi-fisiologi-

appendix/) diakses pada tanggal 30 Mei 2017

Operasi Usus Buntu (Appendectomy) - Mediskus) diakses pada tanggal 30

Mei 2017

(https://finoarsanta.wordpress.com/2014/10/06/perawatan-luka-post-

appendiktomie/) diakses pada tanggal 25 Mei 2017

http://lailybajangmasruri.blogspot.co.id/2014/05/pengkajian-

keperawatan.html diakses pada tanggal 8 Juni 2017

(http://chatifanaima.blogspot.com/2011/11/pengertian-persepsi.html?m=1)

diakses pada tanggal 17 Juni 2017

http://yustianaoktavia17.blogspot.co.id/2015/09/makalah-anatomi-

dan-fisiologi-sistem.html diakses pada tanggal 10 Juli 2017

Anda mungkin juga menyukai