Anda di halaman 1dari 15

PETUNJUK PRAKTIKUM

REPRODUKSI HEWAN

Disusun Oleh:
Team Dosen

LABORATORIUM ZOOLOGI
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
UNIVERSITAS JEMBER
2019
Universitas Jember
DAFTAR ISI

Acara Judul Acara Praktikum Hal

I. Pengamatan Organ Reproduksi Dan Sel Gamet ……….. ...1


II. Teknik Aplikasi Bahan Uji Pada Hewan Percobaan ……….3
III. Preservasi Spermatozoa ………………………………….5
IV. Vasektomi ……………………………………………….8
V. Ovariektomi……………………………………………….9
VI. Fertilitas Pada Hewan Betina…………………………….10

ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM

I. Tata tertib praktikum


1. Praktikan harus sudah datang paling lambat 10 menit sebelum pretest dimulai
2. Setiap kelompok harus lengkap anggotanya, kecuali ada ijin yang syah dari
wali/orang tua atau surat keterangan dokter (sedang sakit)
3. Selama praktikum, praktikan harus mengenakan jas praktikum
4. Patuh terhadap petunjuk-petunjuk asisten dan dosen
5. Sebelum menjalankan praktikum, wakil kelompok mengajukan bon pinjam alat-alat
yang akan digunakan kepada asisten
6. Memeriksa alat-alat yang telah diterima dan segera melapor jika ada kerusakan alat-
alat tersebut
7. Selama menjalankan praktikum, praktikan bertangggung jawab penuh atas alat-alat
yang digunakan. Jika memecahkan alat kelompok harus mengganti dengan alat yang
serupa dan ini merupakan tanggung jawab kelompok
8. Setelah selesai praktikum, harus membersihkan alat yang digunakan kemudian
menyerahkan kembali pada asisten
9. Laporan sementara harus diperiksakan kepada asisten untuk ditandatangani
10. Menyerahkan laporan paling lambat satu minggu sesudah praktikum
11. Responsi dapat diikuti dengan syarat-syarat telah menyelesaikan semua acara
praktikum yang ditentukan, berikut menyerahkan semua laporan.
II. Pembuatan laporan
1. Sistematika pembuatan laporan
I. Judul acara
II. Tujuan
III. Dasar teori/ Tinjauan pustaka
IV. Hasil percobaan
V. Pembahasan
VI. Kesimpulan
VII. Daftar pustaka
2. Laporan dibuat menggunakan tulisan tangan, sudah diserahkan kepada asisten sebelum
praktikum berikutnya dimulai.

iii
ACARA I
PENGAMATAN ORGAN REPRODUKSI DAN SEL GAMET

A. Tujuan : Untuk mengetahui struktur dan bagian-bagianorgan reproduksi jantan, organ


reproduksi betina, sel spermatozoa dan sel telur.

B. Dasar Teori:
Organ reproduksi dapat dibedakan menjadi organ reproduksi jantan (pada
organisme jantan) dan organ reproduksi betina (pada organisme betina). Sesuai dengan
fungsinya, organ reproduksi tersebut merupakan organ yang berperan dalam reproduksi
atau perkembangan suatu organisme.
Organ reproduksi jantan tersusun atas bagian utama berupa testis yang dilengkapi
saluran kelamin antara lain epididymis, vas deferen dan juga kelenjar asesoris. Testis
merupakan organ penghasil gamet jantan yang disebut spermatozoa.
Organ reproduksi betina tersusun atas bagian utama berupa ovarium. Dua bagian
penting yang terdapat pada ovarium yaitu folikel dan korpus luteum. Ovarium
merupakan organ penghasil gamet betina yang disebut sel telur.

C. Alat dan Bahan


1. Alat bedah, syring dan papan bedah
2. Mikroskop
3. Gelas arloji dan tabung reaksi
4. Kaca benda dan kaca penutup
5. Garam fisiologis (NaCl 0,9%)
6. Phosfat Buffer Saline (PBS) pH 7,4
7. Testis dan ovarium

D. Cara Kerja
I. Pengamatan organ reproduksi
a. Amati dan gambar organ testis dam ovarium
b. Sebutkan bagian-bagiannya.

1
II. Pengamatan spermatozoa
1. Ambil bagian kauda epididimis, kemudian beri larutan fisiologis (NaCl 0,9%).
Potong-potong sampai halus dengan gunting, kemudian cabik-cabik dengan
jarum sehingga keluar cairan yang keruh.
2. Cairan keruh merupakan suspense spermatozoa. Ambil dengan menggunakan
pipet bersih dan teteskan sedikit cairan diatas kaca obyek, kemudian tambahkan
sedikit larutan NaCL 0,9%.
3. Amati dibawah mikroskop, sebutkan bagian-bagian yang tampak (perhatikan
bentuk kepala spermatozoa), kemudian gambarlah hasil pengamatan saudara.

III. Pengamatan sel telur


1. Dengan menggunakan syring yang diisi PBS, ambil cairan folikel ovarium,
masukkan kedalam tabung reaksi, diamkan selama 20 menit.
2. Kemudian cuci tiga kali menggunakan PBS.
3. Pilihlah oosit dengan menggunakan selang yang ujungnya dilengkapi dengan
pipet pastur.
4. Amati dibawah mikroskop, gambar dan sebutkan bagian-bagiannya.

2
ACARA II
TEKNIK APLIKASI BAHAN UJI PADA HEWAN PERCOBAAN

A. Tujuan :
Untuk mengetahui dan memberikan keterampilan dalam aplikasi bahan uji terhadap
hewan percobaan.

B. Dasar Teori :
Dalam bidang pendidikan dan penelitian, khususnya dibidang biologi, farmakologi
dan kedokteran serta bidang ilmu yang terkait, sering digunakan sering digunakan hewan
percobaan sebagai hewan model. Hewan percobaan yang sering digunakan dalam praktikum
dan penelitian mempunyai jenis dan species yng beragam, tetapi yang secara umum sering
digunakan adalah mamalia antara lain kelinci, marmot, tikus dan mencit. Teknik pemberian
atau aplikasi bahan uji dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain secara oral,
subkutan, intra muscular, intra vena dan intra peritoneal.

C. Alat dan Bahan


1. Sonde/Syring ukuran 1 ml
2. NaCl 0,9 %
3. Mencit

D. Cara Kerja :
1. Aplikasi Secara Oral (Gavage)
Aplikasi secara oral (Gavage) adalah cara aplikasi bahan uji yang dilakukan melalui
mulut, dapat dilakukan dengan cara :
a. Dicampur dengan makanan atau minuman
b. Menggunakan jarum khusus, ukuran 20 dan panjang kira-kira 5 cm untuk
memasukkan senyawa langsung kedalam lambung melalui esophagus. Jarum ini
ujungnya bulat dan berlubang kesamping, akan tetapi memakai jarum seperti ini perlu
hati-hati agar dinding esophagus tidak tembus.
c. Menggunakan pipa lambung dibuat dari karet atau plastik agak kaku, cara ini
merupakan cara yang paling aman. Garis tengah pipa itu harus cukup kecil sehingga
dapat masuk kedalam esophagus mencit. Panjang pipa dapat ditentukan dengan

3
menghitung jarak antara hidung dan tulang rusuk terakhir, tetapi perlu dilakukan
dengan hati-hati jangan sampai tembus ke esophagus atau trakea mencit.

2. Aplikasi Secara Subkutan (SC)


Aplikasi secara subkutan (SC) adalah cara aplikasi bahan uji yang dilakukan dengan
jalan menyuntikan bahan uji melalui ruang bawah kulit di daerah punggung atau didaerah
perut, cara aplikasi ini paling mudah dilakukan. Untuk mencit, bahan uji dapat diberikan
dengan jarum yang panjangnya 0,5-1,0 cm dan ukuran 22-24G (Gauge). Jika bahan uji yang
harus disuntikkan jumlahnya banyak, dapat dilakukan suntikan dibeberapa tempat.

3. Aplikasi Secara Intramuskuler (IM)


Aplikasi secara intramuskuler (IM) adalah cara aplikasi bahan uji yang dilakukan
dengan jalan menyuntikan bahan uji melalui otot, cara ini sedikit lebih sukar karena otot
mencit sangat kecil. Bahan uji disuntikkan pada otot paha bagian belakang dengan jarum
panjang 0,5-1,0 cm dan ukuran 24G. suntikkan tidak boleh terlalu dalam agar tidak
menembus pembuluh darah.

4. Aplikasi Secara Intravena (IV)


Aplikasi secara intravena (IV) adalah cara aplikasi bahan uji yang dilakukan dengan
jalan menyuntikan bahan uji melalui pembuluh darah vena lateralis ekor. Jarum yang
digunakan berukuran 28G dan panjang 0,5 cm. Cara ini sukar dilakukan, mencit harus
dipegang kuat sehingga tidak dapat bergerak. Mencit dapat dikuasai dengan cara
meletakkannya dalam tabung plastic yang cukup besar supaya mencit tidak dapat berputar
kebelakang dan ekornya keluar dari tabung. Penggunaan cara ini perlu banyak latihan agar
berhasil baik.

5. Aplikasi Secara Intraperitonia (IP)


Aplikasi secara intraperitonia (IP) adalah cara aplikasi bahan uji yang dilakukan
dengan jalan menyuntikkan bahan uji melalui rongga perut. Suntikan dilakukan didaerah
abdomen diantara cartilage xiphoidea dan symphysis pubis. Perlu hati-hati agar jarum tidak
masuk kedalam kandung kencing atau usus.

4
ACARA III
PRESERVASI SPERMATOZOA

A. TUJUAN
Untuk mengetahui teknik pengawetan semen yang mengandung spermatozoa yang
berguna untuk penyimpanan dalam jangka panjang.

B. DASAR TEORI
Pengawetan atau preservasi semen yang mengandung spermatozoa merupakan salah
satu teknologi reproduksi sebagai upaya manusia memperpanjang daya hidup dan daya
fertilisasi spermatozoa sehingga spermatozoa tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu
yang lebih lama. Pengawetan semen dapat dilakukan untuk keperluan penyimpanan singkat
pada temperatur 5°C dan penyimpanan semen untuk jangka waktu tidak terbatas dilakukan
pada temperatur -196°C. Pengawetan semen pada temperatur dibawah titik beku air
memerlukan bahan lain yang mampu melindungi spermatozoa karena cekaman akibat
perubahan tekanan osmotik larutan (hipertonik stress) dan melindungi spermatoza akibat
pembentukan kristal es pada saat pembekuan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat bedah, syiring dan papan bedah
2. Gelas arloji, tabung reaksi, mikropipet, tips
3. Kaca benda dan kaca penutup, pipet pasteur
4. Alumunium foil, kertas saring, vortex, hotplate
5. Garam fisiologis (NaCl 0,9%)
6. Pewarna eosin, aquades, chloroform
7. Larutan pengencer (NaCl + madu), mikroskop

D. CARA KERJA
1. Evaluasi kualitas spermatozoa pre pengenceran
Spermatozoa asal epididimis yang diperoleh dari sampling melalui maserasi harus
segera dilakukan evaluasi sebelum diencerkan dalam larutan pengencer.
Spermatozoa hasil penampungan diuji secara makroskopis dan mikroskopis.
Parameter makroskopis yang diamati adalah warna yang dapat diamati langsung secara

5
visual, sedangkan parameter mikroskopis yang diamati meliputi motilitas dan persentase
hidup spermatozoa.

2. Persiapan larutan pengencer


Kualitas spermatoza akan terus menurun setelah dikeluarkan dari tubuh. Penurunan
kualitas sel spermatozoa dapat ditekan dengan pengawetan melalui penambahan larutan
pengencer dan pendinginan. Penyimpanan spermatozoa diluar tubuh memerlukan bahan
pengencer yang dapat menjamin kebutuhan fisik da kimia spermatozoa sehingga dapat
bertahan dalam jangka waktu tertentu.
Larutan pengencer berfungsi untuk mengurangi aktifitas spermatozoa, dapat
memperpanjang hidup spermatozoa dan juga dapat menjaga kualitas spermatozoa selama
penyimpanan pada suhu rendah.
Jenis pengencer yang biasa digunakan adalah pengencer yang bersifat kimia sintetik
dan mengandung unsur-unsur yang berfungsi sebagai sumber energi, penyangga (buffer),
mempertahankan tekanan osmotik dan keseimbangan elektrolit, melindungi terhadap
pengaruh buruk speperti kejutan dingin (could shock), mencegah pertumbuhan bakteri serta
memperbanyak volume.
Beberapa pengencer spermatozoa sederhana yang berfungsi untuk mempertahankan
kualitas spermatozoa yang disimpan pada suhu rendah adalah sebagai berikut: larutan NaCl
0,9% larutan ringer laktat, larutan ringer dextrose, NaCl + madu dengan perbandingan
tertentu.

3. Perhitungan jumlah spermatozoa yang motil


Epididmis kauda hewan uji sebelah kiri dipotong dengan gunting agar cairannya
keluar dan ditampung didalam gelas arloji dan ditambah dengan 1 ml NaCl 0,9%. Koleksi
semen menggunakan metode maserasi atau pencacahan epididmis sampai halus. Spermatozoa
hasil maserasi ditampung didalam mikrotbe.
Cairan sebanyak 2 ul disedot dengan mikrosiring 10 ul, kemudia diencerkan dengan
1000 ul PBS didalam cawan petri yang diletakkan diatas stage warmer dengan suhu 37°C.
Selanjutnya diaduk sehingga diperoleh suspensi dan diteteskan diatas hemasitometer,
kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x.
Pengamatan dilakukan terhadap 100 sperma dan diulang 3x untuk satu hewan uji.
Jumlah hewa yang motil dihitung berdasarkan kriteria WHO (1988), yaitu:

6
Kategori 0 : Sperma tidak bergerak sama sekali
Kategori 1 : sperma bergerak lambat
Kategori 2 : sperma bergerak kedepan dengan kecepatan sedang, atau berputar-putar
Kategori 3 : sperma bergerak cepat lurus kedepan.
Persentase jumlah spermatozoa ang motil ditentukan dengan menjumlahkan kategori 2 dan 3,
dibagi 100 kemudian dikalikan 100%. Angka 100 merupakan jumlah kategori 0, 1, 2 dan 3.

4. Persentase daya hidup/viabilitas spermatozoa


Pengamatan ini digunakan untuk mengetahui persentase atau viabilitas spermatozoa
yang hidup, dilakukan dengan pewarnaan eosin 1%. Suspensi spermatozoa diambil sebanyak
1 tetes, dicampur sampai homogen dan dibuat preparat apusan. Hasil preparat apusan segera
dikeringkan diatas hotplate dengan suhu 37°C sampai kering. Pengamatan dilakukan dibawah
mikroskop dengan perbesaran 40x10.
Spermatozoa hidup ditandai dengan kepala berwarna putih (transparan) sedangkan
spermatozoa yang mati ditandai dengan kepala berwarna merah. Pada satu bidang pandang
mikroskop dihitung jumlah spermatozoa yang hidup dan yang mati. Pengamatan dilakukan
pada beberapa kali bidang pandang, dengan konsentrasi spermatozoa dalam satu bidang
pandang mencapai 20 spermatozoa. Perhitungan persentase hidup spermatozoa dapat dihitung
dengan menggunakan rumus menurut Evans dan Maxwell (1987):
∑ 𝒔𝒑𝒆𝒓𝒎𝒂 𝒉𝒊𝒅𝒖𝒑
Persentase spermatozoa hidup(%) = ∑ 𝒕𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒔𝒑𝒆𝒓𝒎𝒂
X 100%

5. Evaluasi sel spermatozoa post pengenceran


Keberhasilan pengenceran spermatozoa ditentukan oleh kualitas bahan pengencer
yang juga berperan sebagai bahan pengawet serta rasio pengenceran, laju pembekuan dan
pencairan kembali semen. Setelah dievaluasi kualitas spermatozoa prepengenceran, dilakukan
penyimpanan semen. Penyimpanan dilakukan selama 3 hari, pada suhu simpan 3-5°C
kemudian dievaluasi kualitas spermatozoa yang meliputi pengamatan spermatozoa yang
motil dan persentase daya hidup/viabilitas spermatozoa menggunakan mikroskop perbesar
40x10.

7
ACARA IV
VASEKTOMI

A. Tujuan :
Mengetahui cara membuat hewan jantan mandul dengan dengan cara vasektomi

B. Dasar Teori :
Salah satu kontrasepsi pada pria adalah dengan cara vasektomi. Vasektomi dilakukan dengan
cara mengikat vas deferens (pada manusia) atau memutuskan (pada mencit). Pada hewan,
vasektomi dilakukan untuk keperluan transfer embrio. Dalam hal ini hewan jantan dibuat
mandul dengan cara vasektomi, kemudian dikawinkan dengan hewan betina agar terjadi
kebuntingan semu. Vasektomi dianggap berhasil jika betina yang dikawinkan bisa
bunting,tetapi tidak terjadi implantasi.

C. Alat dan Bahan


1. Alat seksi
2.Mencit jantan
3.Jarum dan benang operasi
4. Lampu Spiritus
5. Bahan anestesi
5.Alkohol 70%

D. Cara Kerja
1. Mencit jantan dianestesi dengan avertin 2.5 % secara intraperitonial atau khloroform
secara inhalasi. Kemudian bagian abdomen dibasahi dengan alkohol 70%
2. Di daerah abdomen bagian posterior dibuat sayatan melintang kira-kira 1cm,
kemudian vas deferens dikeluarkan melalui sayatan tersebut.
3. Vas deferens dilipat dan dipotong dengan menggunakan pinset panas agar terputus
dan kedua ujungnya menutup, serta tidak dapat bersatu lagi. Setelah itu vas deferens
dimasukkan kembali ke dalam rongga abdomen.
Vasektomi dilakukan pada vas deferens sebelah kanan maupun sebelah kiri melalui
lubang sayatan yang sama.
4. Luka pada otot dan kulit dijahit secara terpisah dengan jarum dan benang operasi
Luka bekas sayatan yang telah dijahit, diolesi dengan antiseptik Betadine.
8
ACARA V
OVARIEKTOMI

A. Tujuan :
Mengetahui cara membuat betina mandul dengan ovariektomi

B. Dasar Teori :
Salah satu cara untuk membuat betina mandul adalah dengan ovariektomi.
Ovariektomi dilakukan dengan cara mengikat bagian oviduct dan memotong ovarium hewan
betina. Ovariektomi terdiri atas 2 jenis, yaitu ovariektomi unilateral (pemotongan salah satu
ovarium hewan betina kiti atau kanan) dan bilateral (pemotongan kedua ovarium hewan
betina kiri dan kanan). Ovariektomi umumnya dilakukan untuk hewan uji yang digunakan
sebagai model hewan pasca menopause. Selain itu, ovariektomi juga dilakukan agar hewan
betina tidak mengalami kebuntingan.

C. Alat dan Bahan


Alat
Papan dan alat seksi, spuit injection 0,45x13 mm, spuit injection 0,65x32 mm, silet, pinset,
ekskavator, jarum sutura nomer 2 dan klem arteri.
Bahan
Mencit, ketamil 10 %, xyla, benang silk nomor 3, benang catgut nomor 3, betadine 10 %,
alcohol 70 %, antibiotik, cairan infus 0,9%, kasa steril dan tissue.

D. Cara Kerja
Prosedur ovariektomi dilakukan pada mencit berusia 90 hari yang dibius dengan
ketamil 10% dan xyla dengan perbandingan 1:1 dengan dosis 0,05 ml secara intramuscular.
Mencit dibaringkan secara terlentang pada papan operasi dan diolesi dengan air sabun
antibakteri serta betadine pada bagian medial perut, dilakukan pencukuran rambut pada
bagian medial perut dengan menggunakan silet. Langkah selanjutkan dilakukan pembedahan
secara perlahan hingga lapisan muskulus daerah abdomen terbuka, dilakukan penyayatan
dengan menggunakan gunting ujung tumpul dan pinset pada kulit bagian luar dengan lebar
1,5 cm dan kulit bagian dalam 1 cm. selanjutnya dikeluarkan semua bagian organ
reproduksinya untuk mencari ovarium kanan dan kiri kemudian dijepit dengan klem arteri
dan diikat bagian ujung oviduct dengan benang silk, ovarium dipotong secara perlahan
9
dengan gunting. Organ dalam yang telah dikeluarkan direposisi kembali dalam abdomen dan
diberi 0,5 ml larutan Sodium chloride 0,9%.
Setelah ovarium berhasil diangkat, segera dilakukan penutupan pada bagian muskulus
oblikus abdominis internus dengan cara dijahit menggunakan catgut ghromic ukuran 3.0
dengan pola sederhana. Digunakan benang silk ukuran 3.0 dan jarum sutura untuk menjahit
muskulus oblikus adbominis eksternus. Luka akibat pembedahan diolesi dengan betadine
pada daerah insisi. Dilakukan injeksi antibiotik (Levofloxacin) pada mencit dengan dosis 0,05
ml serta paracetamol 1 sendok teh/200 ml aquades selama 1 minggu.

10
ACARA VI
FERTILITAS PADA HEWAN BETINA

A. TUJUAN
Untuk mempelajari dan mengamati fertilitas pada mencit betina.

B. DASAR TEORI
Fertilitas atau pembuahan adalah proses penyatuan gamet jantan dan betina, yang
terjadi didaerah ampulla tuba fallopii. Sebelum membuahi ovum sperma harus mengalami
proses kapasitasi dan reaksi akrosom. Kegagalan fertilisasi bisa disebabkan oleh banyak
faktor.
Infertilitas pada jantan bisa disebkan antara lain kurangnya jumlah sperma atau
motilitasnya sedangkan infertilitas pada betina disebabkan antara lain tersumbatnya saluran
telur, mukus cervik yang tidak sesuai, kekebalan terhadap spermatozoa, tidak terjadi, dan
lain-lain.

C. Alat dan Bahan


1. Mencit betina
2. Alat seksi
3. NaCl 0,9%
4. Cawan petri
5. Loupe

D. Cara kerja
1. Mencit diberi perlakuan selama 1 minggu (sampai fase estrus)
2. Setelah perlakuan selesai mencit dikawinkan dengan mencit jantan. Keesokan harinya
diperiksa apakah terdapat sumbat vagina. Kemudian diamati parameter berikut:
Jumlah betina kawin
Kemampuan kawin = Jumlah betina yang dikawinkan

3. Mencit yang tersumbat vagina dipisahkan dan dipelihara sampai umur kebuntingan ke-
6. Hari ke 7 mencit dibunuh dengan cara dislokasi leher kemudian abdomen dibedah
kemudian diambil organ reproduksi mulai dari ovarium dan uterus selanjutnya
diletakkan di cawan petri yang telah diberi NaCl 0,9%
4. Ovarium dibersihkan dari lemak yang melekat, kemudian diamati parameter berikut:

11
Jumlah betina bunting
a. Indeks gestasi = Jumlah betina bersumbat vagina X 100 %

Jumlah jumlah implantasi


b. Daya fertilisasi = X 100 %
Jumlah korpus lutium

Jumlah korpus luteum −jumlah implantasi


c. Kehilangan praimplantasi = X 100 %
Jumlah korpus luteum

12

Anda mungkin juga menyukai