Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Informasi mengenai tingginya angka kematian ibu (AKI) bermanfaat
untukpengembangan program peningkatan kesehatan reproduksi, terutama
pelayanankehamilan dan membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi
(makingpregnancy safer), program peningkatan jumlah kelahiran yang dibantu
oleh tenaga kesehatan, penyiapan sistem rujukan dalam penanganan komplikasi
kehamilan,penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong kelahiran,
yang semuanya bertujuan untuk mengurangi angka kematian ibu dan
meningkatkan derajatkesehatan reproduksi (Dinkes Kalbar, 2017).
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), daninfeksi (12%). WHO (World Health Organization)
memperkirakan kasus preeklampsia tujuh kali lebih tinggi di negaraberkembang
daripada di negara maju. Prevalensi preeklampsia di negara maju adalah 1,3 – 6%,
sedangkan di negara berkembang adalah 1,8 – 18%. Insiden preeklampsia di
Indonesia sendiriadalah 128.273/tahun atau sekitar 5,3%. Kecenderungan yang
ada dalam dua dekade terakhir initidak terlihat adanya penurunan yang nyata
terhadap insiden preeklampsia, berbeda dengan insideninfeksi yang semakin
menurun sesuai dengan perkembangan temuan antibiotik (POGI, 2016)
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, didapati angka kematian ibu di
Provinsi Kalimantan Barat adalah sebesar 240 per 100.000 kelahiran hidup dan
sedangkan untuk nasional sebesar 259 per 100.000 kelahiran hidup. Hal ini
mengindikasikan bahwa angka kematian ibu di Kalimantan Barat telah
menunjukan adanya penurunan yang sangat signifikan, dimana dalam dua
dasawarsa, pada tahun 2012 angka kematian ibu di Kalimantan Barat berada
dibawah angka nasional, baik dibandingkan dengan hasil Survey Demografi
Kesehatan Indonesia (SDKI) maupun dari hasil sensus penduduk (Dinkes Kalbar,
2017).

1
2

Jika dilihat berdasarkan kasus kematian maternal yang terjadi pada tahun 2017
di Provinsi Kalimantan Barat, tercatat sebanyak 98 kasus kematian ibu. Sehingga
jika dihitung angka kematian ibu maternal dengan jumlah kelahiran hidup
sebanyak 86.572, maka kematian Ibu maternal di Provinsi Kalimantan Barat pada
tahun 2016 adalah sebesar 113 per 100.000 kelahiran hidup. Kasus kematian ibu
maternal terbesar ada di Kabupaten Sanggau, yaitu sebesar 15 ibu maternal dan
terkecil ada di Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu sebesar 2 ibu maternal, sedangkan
di kota Singkawang sebesar 5 ibu maternal (Dinkes Kalbar, 2017).
Tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan,
persalinan dan nifas. Penyebab utama kematian ibu yang sudah diidentifikasi
adalah perdarahan, infeksi dan preeklampsia (POGI, 2016). Berdasarkan data yang
diperoleh dari RSIA Wempe Kota Singkawang pada tahun 2018 jumlah kunjungan
ibu hamil dan yang melakukan persalinan sebanyak 978 orang.
Preeklamsia merupakan suatu kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai
dengan adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi
sistemik dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklamsia ditegakkan
berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu (POGI,
2016).
Patofisiologi preeklampsia terdapat penurunan volume plasma dalam
sirkulasi. Volume plasma pada preeklamsia akan menurun 30 – 40% dibandingkan
kehamilan normal. Penurunan volume plasma akan menyebabkan
hemokonsentrasi dari peningkatan viskositas darah yang tampak pada kenaikan
kadar hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi organ termasuk
ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya proses
preeklampsia. Konstriksi menyebabkan resistensi aliran darah dan timbulnya
hipertensi (Gita Chandra, 2011).
Selain meningkatkan kadar hematokrit, terjadi juga gangguan pada kadar
trombosit yang disebabkan oleh agregasi pada dinding endotel yang rusak.
Agregasi ini terus-menerus terjadi sehingga kadar TXA2 (tromboxan A2)
3

meningkat yang menyebabkan vasokonstriksi dan kadar trombosit yang terus


menurun tanpa diimbangi dengan penambahan jumlah dari trombosit itu sendiri.
Bila keadaan preeklampsia masih belum diatasi, maka penurunan trombosit akan
terus terjadi dan menyebabkan trombositopenia (Christine lalenoh, 2018).
Berdasarkan data di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang pada
tahun 2018 pasien ibu hamil berjumlah 978 orang dengan kasus preeklamsia
berjumlah 215 orang. Dari uraian di atas, penulis ingin melakukan penelitian
tentang Hubungan Preeklamsia Dengan Nilai Hematokrit dan Jumlah Trombosit
pada Ibu Hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang

B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan preeklamsia dengan nilai hematokrit dan jumlah
trombosit pada ibu hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah menjelaskan atau mengkaji
hubungan preeklamsia dengan nilai hematokrit dan jumlah trombosit pada ibu
hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi preeklamsia pada ibu hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Wempe Singkawang
b. Mengukur nilai hematokrit pada ibu hamil yang preeklamsia di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Wempe Singkawang
c. Menghitung jumlah trombosit pada ibu hamil yang preeklamsia di Rumah
Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang
d. Menganalisis hubungan preeklamsia dengan nilai hematokrit pada ibu hamil
di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang
e. Menganalisis hubungan preeklamsia dengan jumlah trombosit pada ibu
hamil di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe Singkawang
4

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat dan khususnya teknisi
laboratorium mengenai hubungan nilai hematokrit dan jumlah trombosit
terhadap derajat preeklampsia sehingga dapat diketahui solusi yang tepat jika
terjadi peningkatan hematokrit dan penurunan jumlah trombosit terhadap
pasien preeklampsia.
2. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta menambah pengalaman
penelitian tentang hubungan preeklamsia terhadap nilai hematokrit dan jumlah
trombosit
3. Bagi Institusi
Sebagai dasar atau titik tolak untuk melakukan penelitian selanjutnya serta
menjadi sumber informasi tentang nilai hematokrit dan jumlah trombosit pada
penderita preeklampsia.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1.Keaslian penelitian
Metode
No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
Penelitian
1 Candra Perbandingan Cross Hematokrit pada penderita
Cahyaningtyas Profil Hematologi Sectional preeklampsia berat lebih tinggi
Giyanto, (2015) Pada dibanding preeklampsia ringan
Preeklampsia / dan kehamilan normotensi. Ada
Eklampsia peningkatan jumlah leukosit
Dengan pada penderita preeklampsia
Kehamilan berat dibanding kehamilan
Normotensi Di normotensi. Tidak ada
Rsup Dr. Kariadi perbedaan hematokrit dan
Semarang leukosit pada preeklampsia
ringan dan eklampsia dibanding
kehamilan normotensi. Ada
perbedaan jumlah eritrosit dan
hemoglobin. Tidak ada
perbedaan kadar MCH, MCV,
MCHC dan trombosit
5

Tabel 1.2 Lanjutan


2 Avina Aroisa, Hubungan Cross Terdapat hubungan
(2017) Preeklamsia Sectional preeklampsia dengan
Dengan Kejadian kejadian perdarahan
Perdarahan postpartum
Postpartum Pada
Primipara dan
Multipara Di RS
PKU
Muhammadiyah
Gamping
Yogyakarta

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini


hanya meneliti hubungan preeklamsia dengan nilai hematokrit dan jumlah trombosit
pada ibu hamil yang akan melahirkan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wempe
Singkawang.

Anda mungkin juga menyukai