4
Ibid, hlm. 25.
5
Zaeni Asyhadie, 2011, Hukum Bisnis-Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia, Cetakan Kelima, Rajawali
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 236.
6
Rachmadi Usman, 2013, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 339.
3. Bagaimana bentuk dan sifat putusan yang dihasilkan oleh BAPMI dalam
penyelesaian sengketa di pasar modal?
2. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dalam suatu negara diperlukan sebagai alternatif pembiayaan dari
lembaga keuangan, baik lembaga keuangan yang berbentuk bank atau pun lembaga
keuangan non bank. Pasar modal merupakan suatu wadah untuk mempertemukan
antara investor dengan pihak emiten atau perusahaan yang melakukan penawaran
umum dalam rangka mencukupi dana yang dibutuhkannya 7, baik untuk ekspansi
usaha, revitalisasi peralatan industrinya maupun untuk pelunasan hutang. Penawaran
umum harus dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana dari pasar modal.
Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek oleh suatu perusahaan atau yang
dalam istilah pasar modal disebut sebagai emiten, untuk menjual efek kepada
masyarakat. Efek yang akan dijual oleh emiten dapat berupa: surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif serta berjangka waktu atas efek8.
7 Irfan Iskandar, 2001, Pengantan Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, Djambatan, Jakarta, hlm. 5.
8
Ibid.
Berdasarkan Pasal 1 angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UUPM), Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.
9
Andrian Sutedi, 2009, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.
7&8.
b) Sedangkan biaya informasi termasuk mencari informasi tentang
kelebihan atau kelemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu
saham perusahaan. Dalam pasar modal yang efesien informasi itu
semua dicerminkan dalam harga saham.
10
Abdulkadir Muhammad, 2012, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hlm. 10.
11
Sarwono, 2011, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 38.
Konsiliasi
Konsiliasi merupakan lanjutan dari mediasi. Dalam hal ini konsiliator
menjalankan fungsi yang lebih aktif dalam mencari bentuk-bentuk
penyelesaian sengketa dan menawarkannya kepada para pihak. Jika para pihak
dapat menyetujui, solusi yang dibuat konsiliator akan menjadi resolution.
Kesepakatan yang terjadi bersifat final dan mengikat para pihak. Apabila
pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu kesepakatan dan
pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari sengketa, proses ini disebut
konsiliasi.12 Perbedaan antara konsiliasi dengan mediasi adalah pada peran
pihak ketiga (konsiliator) di dalam proses penyelesaian sengketa. Seorang
konsiliator lebih bersifat aktif dibandingkan dengan mediator. Tetapi pada
prinsipnya, peran kosiliator maupun mediator sama-sama menjadi pihak ketiga
yang netral dimana bertujuan untuk mencapai kesepakatan secara damai.
Penilaian Ahli
Penilaian ahli atau biasa juga disebut pendapat ahli adalah suatu keterangan
yang dimintakan oleh para pihak yang sedang bersengketa kepada seorang ahli
tertentu yang dianggap lebih memahami tentang suatu materi sengketa yang
terjadi. Permintaan pendapat ahli disebabkan karena adanya perbedaan
pendapat di antara kedua belah pihak. Pendapat ahli dimintakan, baik terhadap
persoalan pokok sengketa maupun di luar pokok sengketa,
Negosiasi
Negosiasi adalah upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain
melalui proses interaksi, komunikasi yang dinamis dengan tujuan untuk
mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar atas suatu masalah yang sedang
berlangsung. Negosiasi biasanya dilakukan dalam perkara yang tidak terlalu
rumit. Suatu hal yang penting dalam bernegosiasi adalah suatu itikad baik dari
para pihak untuk secara bersama-sama duduk dan menyelesaikan masalah.13
12
Nurnaningsih Amriani, 2012, Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, hlm. 34.
13
Frans Hendra Winarta, 2012 Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitase Internasional dan Nasional, Jakarta,
Sinar Grafika Offset, hlm. 26.
Konsultasi
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat personal antara satu pihak
tertentu yang disebut klien dengan pihak lain yang memiliki keahlian tertentu
yang disebut konsultan untuk mendapatkan nasihat atau pendapat mengenai
suatu masalah agar memperoleh jalan keluar.
Arbitrase
Berdasrakan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan bahwa arbitrase (wasit) adalah :
Cara penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.
Arbitrase digunakan untuk mengantisipasi perselisihan yang mungkin terjadi
maupun yang sedang mengalami perselisihan yang tidak dapat diselesaikan
secara negosiasi/konsultasi maupun melalui pihak ketiga serta untuk
menghindari penyelesaian sengketa melalui badan peradilan. Mengenai objek
sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase diatur dalam Pasal 5 ayat
(1) UU No. 30 Tahun 1999 bahwa:
Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
Sehingga tidak semua objek sengketa di bidang perdata yang dapat
diselesaikan melalui arbitrase, hanya bidang perdata tertentu seperti yang
disebutkan dalam UU tersebut. Namun perlu diketahui, bahwa
mengikatkan diri dalam perjanjian arbitrase harus didasarkan atas
kesepakatan bersama pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Klausula arbitrase (arbitration clause) merupakan persetujuan yang biasanya
disepakati oleh kedua belah pihak dalam melakukan perjanjian. Jenis klausula
perjanjian arbitrase dalam prakteknya dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
klausula arbitrase yang berbentuk pactum de compromittendo dan klausula
arbitrase yang berbentuk acta compromise.14
14
Frans Hendra Winarta, Op.Cit., hlm. 38.
2.3 Sejarah BAPMI
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), PT Bursa Efek Surabaya (BES), PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) serta 17 asosiasi di lingkungan Pasar Modal Indonesia, dengan dukungan
dari Badan Pengawas Pasar Modal (kini OJK), membuat kesepakatan bersama untuk
mendirikan sebuah lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) yang
dinamakan BAPMI (Akta No. 14 dan No. 15, dibuat oleh Notaris Fathiah Helmy
SH, 9 Agustus 2002). Penandatanganan akta disaksikan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia dalam suatu upacara di Departemen Keuangan Republik
Indonesia. Selanjutnya BAPMI memperoleh pengesahan sebagai badan hukum
melalui Keputusan Menteri Kehakiman & HAM Republik Indonesia No: C-2620
HT.01.03.TH 2002, tanggal 29 Agustus 2002. Pengesahan itu telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 18 Oktober 2002, Nomor 84/2002,
Tambahan Berita Negara Nomor 5/PN/2002.
Pendirian BAPMI tidak terlepas dari konteks di Pasar Modal Indonesia pada
saat itu yakni upaya perbaikan/penyempurnaan kelembagaan di Pasar Modal
keberadaan BAPMI diharapkan dapat menambah rasa nyaman dan proteksi kepada
investor & masyarakat melalui penyediaan layanan jasa APS.15
15
www.bapmi.org/en/ref_articles5.php, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018.
modal di Indonesia, yang mempunyai maksud untuk mengajukan penyelesaian
sengketa di BAPMI berdasarkan Peraturan dan Acara BAPMI. Sehingga untuk kasus
yang dapat ditangani dan diselesaikan oleh BAPMI adalah kasus-kasus tertentu saja
yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Sengketa yang dapat diselesaikan oleh BAPMI harus memenuhi beberapa
syarat, sebagai berikut :
1. hanya mengenai persengketaan perdata para pihak sehubungan
dengan kegiatan di bidang Pasar Modal, bukan merupakan
perkara pidana dan administrasi, seperti manipulasi pasar, insider
trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha;
2. terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa
bahwa persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI;
3. terdapat permohonan tertulis dari pihak-pihak yang bersengketa
kepada BAPMI;
4. membayar biaya yang terdiri dari biaya pendaftaran, biaya
pemeriksaan dan komisi (fee).16
16
www.bapmi.org/en/ref_articles5.php, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018.
untuk memfasilitasi pertemuan dan perundingan dalam kerangka mediasi
dengan tujuan untuk mencapai suatu penyelesaian antara para pihak yang
bersengketa.
BAPMI Terkait Pendapat Mengikat
BAPMI adalah lembaga yang independen, netral, bebas dari segala
intervensi pihak manapun.17 Pendapat mengikat BAPMI adalah pendapat yang
diberikan oleh BAPMI atas permintaan para pihak mengenai penafsiran suatu
ketentuan yang kurang jelas di dalam perjanjian agar di antara para pihak tidak
terjadi lagi perbedaan penafsiran yang bisa membuka perselisihan lebih jauh.
Sesuai dengan namanya, pendapat ini bersifat final dan mengikat para pihak
yang memintanya, oleh karena itu tidak dapat diajukan perlawanan atau
bantahan.18 Setiap tindakan yang bertentangan dengan pendapat mengikat
dianggap sebagai pelanggaran perjanjian. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1338
BW mendefinisikan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang – undang bagi mereka yang membuatnya”.
Pendapat mengingat BAPMI berbeda dengan pendapat ahli, dimana
sebelum memberikan pendapat mengikat, BAPMI dapat meminta pendapat
ahli apabila dianggap perlu. Pendapat ahli dibutuhkan terhadap kasus – kasus
yang rumit dan memerlukan tenaga ahli untuk menelaahnya, maka dapat saja
para pihak menunjuk seorang atau lebih ahli yang ilmunya relevan dengan
bidang yang di persengketakan, dan kewenangan dari ahli tersebut hanya
sampai batas memberikan pendapat saja.19
BAPMI Sebagai Badan Arbitrase
Apabila para pihak sudah membuat perjanjian bahwa setiap sengketa akan
diselesaikan melalui arbitrase, maka sengketa itu tidak bisa diajukan ke
pengadilan. Pengadilan harus menolak dan menyatakan tidak berwenang
mengadili. Begitu pula sebaliknya, arbitrase tidak berwenang mengadili
sengketa yang tidak mempunyai perjanjian arbitrase. Yang dimaksud dengan
perjanjian arbitrase adalah kesepakatan tertulis para pihak yang menyatakan
bahwa setiap sengketa yang tidak dapat diselesaikan secara damai akan
17
www.bapmi.org/in/faq.php, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018
18
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Arbitrase_Pasar_Modal_Indonesia, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018
19
http://barutu.wordpress.com/2011/08/07/mode-%E2%80%93-model-alternatif-penyelesaian-sengketa/ ,
diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018
diselesaikan melalui arbitrase. Perjanjian arbitrase dapat berupa klausula di
dalam perjanjian atau berupa perjanjian tersendiri.