Anda di halaman 1dari 13

ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PASAR MODAL

MELALUI BADAN ARBITRASE PASAR MODAL (BAPMI)


1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Perkembangan yang sangat cepat dan signifikan dalam pasar modal pada saat ini
tidaklah dapat dipungkiri. Di Indonesia sendiri, Pasar modal merupakan satu bentuk
kegiatan non bank sebagai sarana untuk memperluas sumber-sumber pembiayaan
perusahaan.1 Tak hanya itu kegiatan pasar modal juga dinilai sebagai salah satu sarana
yang tepat untuk mempercepat pembangunan negara serta menjadi sarana bagi orang-
orang yang berlebihan uang untuk melakukan investasi. Apabila berbicara mengenai
pasar modal tentunya tidak akan terlepas dari dunia binis itu sendiri. Sehingga pasar
modal juga menjadi bagian dari perkembangan bisnis di Indonesia.
Dalam suatu hubungan bisnis, tentu dimungkinkan akan adanya sengketa yang
terjadi. Entah sengketa itu mengarah pada suatu tindak pidana ataupun sengketa yang
berkaitan dengan keperdatan, seperti halnya wanprestasi maupun perbuatan
melanggar hukum (PMH). Oleh karenanya, dalam hubungan bisnis para pihak harus
mengantisipasi kemungkinan akan adanya sengketa di kemudian hari. Sengketa yang
perlu diantisipasi adalah bagaimana cara melaksanakan klausal-klausal perjanjian, apa
isi perjanjian, ataupun disebabkan hal lainnya.2 Di Indonesia, untuk menyelesaikan
sengketa sedemikian dapat ditempuh melalui proses peradilan (Litigasi) dan proses di
luar peradilan (Non Litigasi).
Penyelesaian sengketa melalui proses litigasi memiliki kelemahan dalam
mencapai keadilan bagi para pelaku usaha, lama dan rumitnya prosedur,
membutuhkan biaya yang mahal, menghasilkan keputusan yang bersifat pemenangan
untuk pihak pemenang lalu mengambil segalanya (winner takes all) yang
nonkooperatif dimana para pihak tidak merasa sama-sama menang (win-win
solution)3 sehingga belum mampu merangkul kepentingan bersama/ para pihak.
Dengan adanya kondisi demikian, maka penyelesaian di luar proses litigasi menjadi
suatu pilihan yang tepat bagi para pelaku usaha dalam menyelesaikan sengketanya.
Proses ini dinamai yakni Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) dimana memiliki
beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh proses peradilan, seperti proses yang
lebih cepat, biaya murah, adanya kebebasan memilih pihak ketiga yang memiliki
keahlian dibidangnya, dapat menjaga hubungan persahabatan dalam pencapaian
1
Andrian Sutedi, 2009, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 2.
2
Sudiarto, 2015, Negosiasi,Mediasi,&Arbitrase, Pustaka Reka Cipta, Bandung, hlm. 51.
3
I Made Widyana, 2007, Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR), Cetakan Pertama, Indonesia Bussiness Law
Center bekerja sama dengan Kantor Hukum Gani Djemat partners, Jakarta, hlm. 21.
penyelesaian sengketa secara kooperatif, dan tata cara penyelesaian sengketa diatur
oleh para pihak sendiri.4
Pada umumnya penyelesaian sengketa di luar proses litigasi dalam pasar modal
melalui lembaga arbitrase yang dilakukan oleh suatu badan arbitrase yang bersifat
institusional dan permanen5, seperti Badan Arbitrase Pasar Modal (BAPMI).
Dibentuknya suatu badan tersebut merupakan tindak lanjut dari adanya UU No. 39
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU APS).
Berdasarkan Keputusan BAPMI No.KEP-02/BAPMI/11.2009 tentang Peraturan Dan
Tata Acara Pasar Modal Indonesia, sengketa atau perbedaan pendapat yang dapat
diselesaikan melalui BAPMI adalah yang berhubungan dengan kegiatan di bidang
pasar modal di Indonesia dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dikuasai sepenuhnya oleh para pihak. Dan
berdasarkan keputusan tersebut, Pasal 1 Ayat (2) huruf c, subyek hukum atau pihak
yang dapat menyelesaikan sengketa di BAPMI antara lain: Bursa efek, Lembaga
Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Emiten,
Perusahaan Publik, Perusahaan Efek, Lembaga Penunjang Pasar Modal, orang
perorangan pemegang izin, wakil penjamin emisi efek, wakil perantara pedagang
efek, wakil manajer investasi, dan yang melakukan investasi di pasar modal di
Indonesia, yang mempunyai maksud untuk mengajukan penyelesaian sengketa di
BAPMI berdasarkan Peraturan dan Acara BAPMI. BAPMI menawarkan tiga jenis
layanan penyelesaian sengketa di luar peradilan yang dapat dipilih oleh para pihak,
yakni pendapat mengikat, mediasi, atau arbitrase.6
Maka dengan adanya keunggulan-keunggulan yang dimiliki APS berupa arbitrase,
yakni BAPMI sudah selayaknya para pelaku usaha pasar modal memilihnya sebagai
tempat penyelesaian sengketa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana kewenangan yang dimiliki oleh BAPMI dalam penyelesaian
sengketa di pasar modal?
2. Bagaimana mekanisme penyelesaiannya?

4
Ibid, hlm. 25.
5
Zaeni Asyhadie, 2011, Hukum Bisnis-Prinsip dan Pelaksanaanya di Indonesia, Cetakan Kelima, Rajawali
Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 236.
6
Rachmadi Usman, 2013, Pilihan Penyelesaian Sengketa Di Luar Pengadilan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 339.
3. Bagaimana bentuk dan sifat putusan yang dihasilkan oleh BAPMI dalam
penyelesaian sengketa di pasar modal?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan wawasan tentang
studi hukum, khususnya mengenai kewenangan yang dimiliki oleh Badan
Arbitrase Pasar Modal (BAPMI) dalam menyelesaikan sengketa pasar
modal di luar proses peradilan (Non Litigasi)
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan wawasan tentang
studi hukum, khususnya mengenai mekanisme penyelesaian sengketa
melalui BAPMI
3. Untuk meningkatkan pemahaman dan pengembangan wawasan tentang
studi hukum, khususnya mengenai bentuk dan sifat putusan yang
dihasilkan BAPMI dalam menyelesaikan sengketa pasar modal di luar
proses peradilan (Non Litigasi)

2. PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dalam suatu negara diperlukan sebagai alternatif pembiayaan dari
lembaga keuangan, baik lembaga keuangan yang berbentuk bank atau pun lembaga
keuangan non bank. Pasar modal merupakan suatu wadah untuk mempertemukan
antara investor dengan pihak emiten atau perusahaan yang melakukan penawaran
umum dalam rangka mencukupi dana yang dibutuhkannya 7, baik untuk ekspansi
usaha, revitalisasi peralatan industrinya maupun untuk pelunasan hutang. Penawaran
umum harus dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana dari pasar modal.
Penawaran umum adalah kegiatan penawaran efek oleh suatu perusahaan atau yang
dalam istilah pasar modal disebut sebagai emiten, untuk menjual efek kepada
masyarakat. Efek yang akan dijual oleh emiten dapat berupa: surat pengakuan utang,
surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak
investasi kolektif serta berjangka waktu atas efek8.

7 Irfan Iskandar, 2001, Pengantan Hukum Pasar Modal Bidang Kustodian, Djambatan, Jakarta, hlm. 5.
8
Ibid.
Berdasarkan Pasal 1 angka 13 UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
(UUPM), Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan efek.

2.1.2 Peran Pasar Modal


Seberapa besar peranan pasar modal pada suatu negara dapat dilihat dari 5 (lima) segi
sebagai berikut ini9:
1. Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dengan penjual untuk
menentukan harga saham atau surat berharga yang diperjualbelikan.
2. Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk menentukan
hasil (return) yang diharapkan. Keadaan tersebut akan mendorong perusahaan
(emiten) untuk memenuhi keinginan para pemodal. Pasar modal menciptakan
peluang bagi perusahaan (emiten) untuk memuaskan keinginan para pemegang
saham, kebijakan deviden dan stabilitas harga ekuitas yang relatif normal.
3. Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual kembali
saham yang dimiliknya atau surat berharga lainnya.
4. Pasar modal menciptakan kesempatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam perkembangan suatu perekonomian. Masyarakat berpenghasilan kecil
mempunyai kesempatan untuk mempertimbangkan alternatif cara penggunaan
uang mereka. Selain menabung, uang dapat dimanfaatkan melalui pasar modal
dan beralih ke investasi yaitu dengan membeli sebagian kecil saham
perusahaan publik. Apabila sebagian saham kecil tersebut sedikit demi sedikit
berkembang dan meningkat jumlahnya maka ada kemungkinan bahwa
masyarakat dapat memiliki saham mayoritas.
5. Pasar modal mengurangi biaya informasi dan transaksi surat berharga. Biaya
informasi tersebut diklassifikasi menjadi dua yaitu:
a) Biaya pencairan (search cost) informasi tentang perusahaan (emiten).
Termasuk di dalamnya adalah biaya explicit, seperti biaya iklan untuk
mengumumkan jula/beli saham. Di samping itu, harus diperhitungkan
pula biaya implisit, seperti waktu mencari calon pembeli atau calon
investor.

9
Andrian Sutedi, 2009, Segi-Segi Hukum Pasar Modal, Cetakan Pertama, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm.
7&8.
b) Sedangkan biaya informasi termasuk mencari informasi tentang
kelebihan atau kelemahan surat berharga. Misalnya, dividen dari suatu
saham perusahaan. Dalam pasar modal yang efesien informasi itu
semua dicerminkan dalam harga saham.

2.1.3 Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal


Lembaga penunjang pasar modal adalah institusi penunjang yang turut serta
mendukung pengoperasian pasar modal dan bertugas serta berfungsi melakukan
pelayanan kepada pegawai dan masyarakat umum. Lembaga pasar modal terdiri dari:
1. Biro Administrasi Efek adalah pihak yang berdasarkan kontrak dengan emiten
melaksanakan pencatatan pemilikan efek dan pembagian hak yang berkaitan
dengan efek.
2. Kustodian adalah pihak yang memberikan jasa penitipan efek dan harta lain
yang berkaitan dengan efek serta jasa lain, termasuk menerima dividen, bunga,
dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi efek, dan mewakili pemegang
rekening yang menjadi nasabahnya.
3. Wali Amanat adalah pihak yang mewakili kepentingan pemegang efek yang
bersifat utang.
4. Penasihat Investasi adalah pihak yang memberi nasihat kepada pihak lain
mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa.
5. Pemeringkat Efek (Rating Company) menentukan peringkat suatu efek dengan
menggunakan simbol tertentu yang dapat memberikan gambaran mengenai
kualitas investasi dari suatu efek yang berkaitan dengan risiko gagal bayar.
Selain lembaga penunjang, terdapat pula profesi penunjang pasar modal. Profesi
penunjang adalah pihak-pihak yang telah terdaftar di OJK, yang persyaratan dan tata
cara pendaftarannya ditetapkan dengan peraturan pemerintah (PP), yaitu :
1. Akuntan yaitu akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri dan terdaftar
di OJK;
2. Konsultan Hukum yaitu ahli hukum yang memberikan pendapat hukum
kepada pihak lain dan terdaftar di OJK;
3. Penilai yaitu pihak yang memberikan penilaian atas asset perusahaan dan
terdaftar di OJK;
4. Notaris yaitu pejabat umum yang berwenang membuat akta autentik dan
terdaftar di OJK;
5. Profesi lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

2.2 Tinjauan Penyelesaian Sengketa


2.2.1 Penyelesaian Sengketa melalui Pengadilan (Litigasi)
Litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa di pengadilan, di mana hasil
akhir dari suatu penyelesaian sengketa melalui litigasi adalah putusan yang
menyatakan win-lose solution. Dalam hal penyelesaian sengketa perdata melalui
pengadilan dapat juga disebut sebagai hukum acara perdata atau hukum perdata
formal (formal civil law). Hukum acara perdata mempertahankan berlakunya hukum
perdata agar hak dan kewajiban pihak-pihak diperoleh dan dipenuhi sebagaimana
mestinya.10 Perkara perdata dapat terjadi karena pelanggaran terhadap hak
seseorang, seperti perbuatan melanggar hukum (PMH) yang menimbulkan kerugian
bagi orang lain atau wanprestasi. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang
satu dengan pihak yang lainnya apabila terjadi sengketa yang tidak dapat
diselesaikan oleh para pihak yang sedang berperkara umumnya diselesaikan melalui
pengadilan.11

2.2.2 Penyelesaian Sengketa di luar Pengadilan (Non Litigasi)


Dalam penyelesaian di luar pengadilan biasanya akan melalui mekanisme
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS). Definisi APS diatur dalam Pasal 1 Ayat (10)
UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan APS, APS sebagai lembaga
penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi,
mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli dan arbitrase.
 Mediasi
Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan (Perma No. 1 Tahun 2016) mendefinisikan
mediasi sebagai berikut:
Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses
perundingan untuk memperoleh kesepakatan Para Pihak dengan dibantu oleh
Mediator.

10
Abdulkadir Muhammad, 2012, Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung, PT Citra Aditya Bakti, hlm. 10.
11
Sarwono, 2011, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 38.
 Konsiliasi
Konsiliasi merupakan lanjutan dari mediasi. Dalam hal ini konsiliator
menjalankan fungsi yang lebih aktif dalam mencari bentuk-bentuk
penyelesaian sengketa dan menawarkannya kepada para pihak. Jika para pihak
dapat menyetujui, solusi yang dibuat konsiliator akan menjadi resolution.
Kesepakatan yang terjadi bersifat final dan mengikat para pihak. Apabila
pihak yang bersengketa tidak mampu merumuskan suatu kesepakatan dan
pihak ketiga mengajukan usulan jalan keluar dari sengketa, proses ini disebut
konsiliasi.12 Perbedaan antara konsiliasi dengan mediasi adalah pada peran
pihak ketiga (konsiliator) di dalam proses penyelesaian sengketa. Seorang
konsiliator lebih bersifat aktif dibandingkan dengan mediator. Tetapi pada
prinsipnya, peran kosiliator maupun mediator sama-sama menjadi pihak ketiga
yang netral dimana bertujuan untuk mencapai kesepakatan secara damai.

 Penilaian Ahli
Penilaian ahli atau biasa juga disebut pendapat ahli adalah suatu keterangan
yang dimintakan oleh para pihak yang sedang bersengketa kepada seorang ahli
tertentu yang dianggap lebih memahami tentang suatu materi sengketa yang
terjadi. Permintaan pendapat ahli disebabkan karena adanya perbedaan
pendapat di antara kedua belah pihak. Pendapat ahli dimintakan, baik terhadap
persoalan pokok sengketa maupun di luar pokok sengketa,

 Negosiasi
Negosiasi adalah upaya untuk mencapai kesepakatan dengan pihak lain
melalui proses interaksi, komunikasi yang dinamis dengan tujuan untuk
mendapatkan penyelesaian atau jalan keluar atas suatu masalah yang sedang
berlangsung. Negosiasi biasanya dilakukan dalam perkara yang tidak terlalu
rumit. Suatu hal yang penting dalam bernegosiasi adalah suatu itikad baik dari
para pihak untuk secara bersama-sama duduk dan menyelesaikan masalah.13

12
Nurnaningsih Amriani, 2012, Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, Jakarta, Raja Grafindo
Persada, hlm. 34.
13
Frans Hendra Winarta, 2012 Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitase Internasional dan Nasional, Jakarta,
Sinar Grafika Offset, hlm. 26.
 Konsultasi
Konsultasi adalah suatu tindakan yang bersifat personal antara satu pihak
tertentu yang disebut klien dengan pihak lain yang memiliki keahlian tertentu
yang disebut konsultan untuk mendapatkan nasihat atau pendapat mengenai
suatu masalah agar memperoleh jalan keluar.

 Arbitrase
Berdasrakan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa menjelaskan bahwa arbitrase (wasit) adalah :
Cara penyelesaian suatu sengketa di luar peradilan umum yang
didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.
Arbitrase digunakan untuk mengantisipasi perselisihan yang mungkin terjadi
maupun yang sedang mengalami perselisihan yang tidak dapat diselesaikan
secara negosiasi/konsultasi maupun melalui pihak ketiga serta untuk
menghindari penyelesaian sengketa melalui badan peradilan. Mengenai objek
sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase diatur dalam Pasal 5 ayat
(1) UU No. 30 Tahun 1999 bahwa:
Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase hanya sengketa di
bidang perdagangan dan mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundangundangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa.
Sehingga tidak semua objek sengketa di bidang perdata yang dapat
diselesaikan melalui arbitrase, hanya bidang perdata tertentu seperti yang
disebutkan dalam UU tersebut. Namun perlu diketahui, bahwa
mengikatkan diri dalam perjanjian arbitrase harus didasarkan atas
kesepakatan bersama pihak yang terlibat dalam perjanjian tersebut.
Klausula arbitrase (arbitration clause) merupakan persetujuan yang biasanya
disepakati oleh kedua belah pihak dalam melakukan perjanjian. Jenis klausula
perjanjian arbitrase dalam prakteknya dibagi menjadi 2 (dua) macam, yaitu
klausula arbitrase yang berbentuk pactum de compromittendo dan klausula
arbitrase yang berbentuk acta compromise.14

14
Frans Hendra Winarta, Op.Cit., hlm. 38.
2.3 Sejarah BAPMI
PT Bursa Efek Jakarta (BEJ), PT Bursa Efek Surabaya (BES), PT Kliring
Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia
(KSEI) serta 17 asosiasi di lingkungan Pasar Modal Indonesia, dengan dukungan
dari Badan Pengawas Pasar Modal (kini OJK), membuat kesepakatan bersama untuk
mendirikan sebuah lembaga Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) yang
dinamakan BAPMI (Akta No. 14 dan No. 15, dibuat oleh Notaris Fathiah Helmy
SH, 9 Agustus 2002). Penandatanganan akta disaksikan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia dalam suatu upacara di Departemen Keuangan Republik
Indonesia. Selanjutnya BAPMI memperoleh pengesahan sebagai badan hukum
melalui Keputusan Menteri Kehakiman & HAM Republik Indonesia No: C-2620
HT.01.03.TH 2002, tanggal 29 Agustus 2002. Pengesahan itu telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 18 Oktober 2002, Nomor 84/2002,
Tambahan Berita Negara Nomor 5/PN/2002.
Pendirian BAPMI tidak terlepas dari konteks di Pasar Modal Indonesia pada
saat itu yakni upaya perbaikan/penyempurnaan kelembagaan di Pasar Modal
keberadaan BAPMI diharapkan dapat menambah rasa nyaman dan proteksi kepada
investor & masyarakat melalui penyediaan layanan jasa APS.15

2.4 Kewenangan yang dimiliki BAPMI dalam penyelesaian sengketa di Pasar


Modal
Berdasarkan Keputusan BAPMI No.KEP-02/BAPMI/11.2009 tentang
Peraturan Dan Tata Acara Pasar Modal Indonesia, sengketa atau perbedaan pendapat
yang dapat diselesaikan melalui BAPMI adalah yang berhubungan dengan kegiatan
di bidang pasar modal di Indonesia dan mengenai hak yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dikuasai sepenuhnya oleh para pihak.
Dan berdasarkan keputusan tersebut, Pasal 1 Ayat (2) huruf c, subyek hukum atau
pihak yang dapat menyelesaikan sengketa di BAPMI antara lain: Bursa efek,
Lembaga Kliring dan Penjaminan, Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian,
Emiten, Perusahaan Publik, Perusahaan Efek, Lembaga Penunjang Pasar Modal,
orang perorangan pemegang izin, wakil penjamin emisi efek, wakil perantara
pedagang efek, wakil manajer investasi, dan yang melakukan investasi di pasar

15
www.bapmi.org/en/ref_articles5.php, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018.
modal di Indonesia, yang mempunyai maksud untuk mengajukan penyelesaian
sengketa di BAPMI berdasarkan Peraturan dan Acara BAPMI. Sehingga untuk kasus
yang dapat ditangani dan diselesaikan oleh BAPMI adalah kasus-kasus tertentu saja
yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Sengketa yang dapat diselesaikan oleh BAPMI harus memenuhi beberapa
syarat, sebagai berikut :
1. hanya mengenai persengketaan perdata para pihak sehubungan
dengan kegiatan di bidang Pasar Modal, bukan merupakan
perkara pidana dan administrasi, seperti manipulasi pasar, insider
trading, dan pembekuan/pencabutan izin usaha;
2. terdapat kesepakatan di antara para pihak yang bersengketa
bahwa persengketaan akan diselesaikan melalui BAPMI;
3. terdapat permohonan tertulis dari pihak-pihak yang bersengketa
kepada BAPMI;
4. membayar biaya yang terdiri dari biaya pendaftaran, biaya
pemeriksaan dan komisi (fee).16

2.5 Mekanisme Penyelesian Sengketa oleh BAPMI


BAPMI menawarkan tiga jenis layanan penyelesaian sengketa di luar
peradilan yang dapat dipilih oleh para pihak, yakni pendapat mengikat, mediasi, atau
arbitrase.
 BAPMI Sebagai Mediator
Mediasi BAPMI adalah cara penyelesaian masalah melalui perundingan
diantara para pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga yang netral
dan independent, yang disebut mediator. Dalam BAPMI mediator tidak
diperbolehkan bertindak sebagai saksi/saksi ahli atau konsultan dalam perkara
yang sama. Dan mediator juga harus mengambil inisiatif untuk memulai
pertemuan, mengusulkan jadwal dan agenda pertemuan kepada para pihak
untuk dibahas dan disepakati. Dapat dikatakan dalam mediasi BAPMI
mediator tidak mempunyai kewenangan untuk membuat suatu keputusan atau
penetapan pembayaran. Mediator hanya mempunyai kewenangan untuk
memfasilitasi pertemuan dan perundingan dalam mempunyai kewenangan

16
www.bapmi.org/en/ref_articles5.php, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018.
untuk memfasilitasi pertemuan dan perundingan dalam kerangka mediasi
dengan tujuan untuk mencapai suatu penyelesaian antara para pihak yang
bersengketa.
 BAPMI Terkait Pendapat Mengikat
BAPMI adalah lembaga yang independen, netral, bebas dari segala
intervensi pihak manapun.17 Pendapat mengikat BAPMI adalah pendapat yang
diberikan oleh BAPMI atas permintaan para pihak mengenai penafsiran suatu
ketentuan yang kurang jelas di dalam perjanjian agar di antara para pihak tidak
terjadi lagi perbedaan penafsiran yang bisa membuka perselisihan lebih jauh.
Sesuai dengan namanya, pendapat ini bersifat final dan mengikat para pihak
yang memintanya, oleh karena itu tidak dapat diajukan perlawanan atau
bantahan.18 Setiap tindakan yang bertentangan dengan pendapat mengikat
dianggap sebagai pelanggaran perjanjian. Sesuai dengan ketentuan Pasal 1338
BW mendefinisikan “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang – undang bagi mereka yang membuatnya”.
Pendapat mengingat BAPMI berbeda dengan pendapat ahli, dimana
sebelum memberikan pendapat mengikat, BAPMI dapat meminta pendapat
ahli apabila dianggap perlu. Pendapat ahli dibutuhkan terhadap kasus – kasus
yang rumit dan memerlukan tenaga ahli untuk menelaahnya, maka dapat saja
para pihak menunjuk seorang atau lebih ahli yang ilmunya relevan dengan
bidang yang di persengketakan, dan kewenangan dari ahli tersebut hanya
sampai batas memberikan pendapat saja.19
 BAPMI Sebagai Badan Arbitrase
Apabila para pihak sudah membuat perjanjian bahwa setiap sengketa akan
diselesaikan melalui arbitrase, maka sengketa itu tidak bisa diajukan ke
pengadilan. Pengadilan harus menolak dan menyatakan tidak berwenang
mengadili. Begitu pula sebaliknya, arbitrase tidak berwenang mengadili
sengketa yang tidak mempunyai perjanjian arbitrase. Yang dimaksud dengan
perjanjian arbitrase adalah kesepakatan tertulis para pihak yang menyatakan
bahwa setiap sengketa yang tidak dapat diselesaikan secara damai akan

17
www.bapmi.org/in/faq.php, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018
18
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Arbitrase_Pasar_Modal_Indonesia, diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018
19
http://barutu.wordpress.com/2011/08/07/mode-%E2%80%93-model-alternatif-penyelesaian-sengketa/ ,
diakses pada Kamis, 11 Oktober 2018
diselesaikan melalui arbitrase. Perjanjian arbitrase dapat berupa klausula di
dalam perjanjian atau berupa perjanjian tersendiri.

2.6 Bentuk dan Sifat Putusan BAPMI


Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat para pihak
(final and binding). Artinya suatu putusan tersebut langsung menjadi putusan tingkat
pertama dan terakhir. Terhadap putusan, tertutup upaya hukum banding dan/ atau
kasasi. Namun pembatalan putusan arbitrase dapat dilakukan jika Para pihak
mengajukan permohonan pembatalan ke pengadilan negeri apabila putusan tersebut
diduga mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
1. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan, setelah putusan
dijatuhkan, diakui palsu atau dinyatakan palsu;
2. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan,
yang disembunyikan pihak lawan; atau
3. putusan diambil dari hasil tipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu
pihak dalam pemeriksaan sengketa.
Alasan-alasan permohonan pembatalan yang disebut dalam pasal ini harus
dibuktikan di sidang pengadilan permohonan pembatalan putusan BAPMI di
Pengadilan Negeri. Pelaksanaan putusan arbitrase dapat dilakukan baik secara
sukarela atau secara paksa. Eksekusi putusan arbitrase secara sukarela tidak
memerlukan campur tangan dari pihak ketua Pengadilan Negeri. Sedangkan eksekusi
secara paksa dimaksudkan jika pihak tidak mau melaksanakan kewajibannya, maka
perlu campur tangan ketua Pengadilan Negeri dan aparaturnya untuk memaksakan
pelaksanaan eksekusi yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai