Laporan Pendahuluan Febris Dewi
Laporan Pendahuluan Febris Dewi
Disusun oleh:
NAMA KELOMPOK :
1. ARNY QURIATUZ ZAHRO (1501007)
2. RYANTOKO (1501034)
3. SITI DEWI MASITOH (1501037)
4. PIPIT RAHMAWATI (1501042)
1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Demam/Febris adalah keadaan dimana terjadi kenaikan suhu hingga 38ºC atau
lebih. Ada juga yang mengambil batasan lebih dari 37,80 ºC. Sedangkan bila suhu
tubuh lebih dari 40 ºC disebut demam tinggi (hiperpireksia). (julia, 2000)
B. ETIOLOGI
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam dapat
berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit metabolik
maupun penyakit yang lainnya. (julia, 2000).
D. PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Kuman S. typhi masuk tubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air
yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi
masuk ke usus halus dan mencapai jaringan Limpoid plague poyeri di ileum
terminalis yang mengalami hipertropi.
2
Ditempat tersebut komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi.
Kuman S. typhi kemudian menembus ke lamina propia, masuk aliran limfe dan
mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga mengalami hipertropi. Setelah
melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk aliran darah melalui ductus
tharacicus. Kuman-kuman S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dan
usus. (julia 2000)
PATHWAY
DEMAM
3
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK / PEMERIKSAAN PENUNJANG
Biakan darah positif memastikan demam typhoid, tetapi biakan darah negatif
tidak menyingkirkan demam typhoid. Biakan tinja positif menyokong diagnosis klinis
demam typhoid.
Peningkatan titer ufi widal empat kali lipat selama 2 – 3 minggu memastikan
diagnosis demam typhoid.
F. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi : demam penguapan cairan tubuh
2. Kejang demam: jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering terjai pada
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam pertama demam dan
umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini juga tidak membahayakan
otak.
G. PENATALAKSANAAN
1. Secara Fisik
Mengawasi kondisi klien dengan : Pengukuran suhu secara berkala setiap 4-6 jam.
Perhatikan apakah anak tidur gelisah, sering terkejut, atau mengigau.Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak mengalami kejang-
kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu lama akan berbahaya bagi
perkembangan otak, karena oksigen tidak mampu mencapai otak. Terputusnya suplai
oksigen ke otak akan berakibat rusaknya sel-sel otak. Dalam keadaan demikian, cacat
seumur hidup dapat terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
a. Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
b. Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
c. Jalan nafas harus terbuka untuk mencegah terputusnya suplai oksigen ke
otak yang akan berakibat rusaknya sel – sel otak.
d. Berikan cairan melalui mulut, minum sebanyak –banyaknyaMinuman
yang diberikan dapat berupa air putih, susu (anak diare menyesuaikan), air
buah atau air teh. Tujuannnya adalah agar cairan tubuh yang menguap
akibat naiknya suhu tubuh memperoleh gantinya.
e. Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
f. Kompres dengan air biasa pada dahi, ketiak,lipat paha. Tujuannya untuk
menurunkan suhu tubuh dipermukaan tubuh anak. Turunnya suhu tubuh
dipermukaan tubuh ini dapat terjadi karena panas tubuh digunakan untuk
4
menguapkan air pada kain kompres. Jangan menggunakan air es karena
justru akan membuat pembuluh darah menyempit dan panas tidak dapat
keluar. Menggunakan alkohol dapat menyebabkan iritasi dan intoksikasi
(keracunan).
g. Saat ini yang lazim digunakan adalah dengan kompres hangat suam-suam
kuku. Kompres air hangat atau suam-suam kuku maka suhu di luar terasa
hangat dan tubuh akan menginterpretasikan bahwa suhu diluar cukup
panas. Dengan demikian tubuh akan menurunkan kontrol pengatur suhu di
otak supaya tidak meningkatkan pengatur suhu tubuh lagi. Di samping itu
lingkungan luar yang hangat akan membuat pembuluh darah tepi di kulit
melebar atau mengalami vasodilatasi, juga akan membuat pori-pori kulit
terbuka sehingga akan mempermudah pengeluaran panas dari tubuh.
2. Obat-obatan antipiretik
Antipiretik bekerja secara sentral menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus. Antipiretik berguna untuk mencegah pembentukan prostaglandin
dengan jalan menghambat enzim cyclooxygenase sehinga set point hipotalamus
direndahkan kembali menjadi normal yang mana diperintah memproduksi panas
diatas normal dan mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi. Petunjuk
pemberian antipiretik:
a. Bayi 6 – 12 bulan : ½ – 1 sendok the sirup parasetamol
b. Anak 1 – 6 tahun : ¼ – ½ parasetamol 500 mg atau 1 – 1 ½ sendokteh sirup
parasetamol
c. Anak 6 – 12 tahun : ½ 1 tablet parasetamol 5oo mg atau 2 sendok the sirup
parasetamol.
Tablet parasetamol dapat diberikan dengan digerus lalu dilarutkan dengan air
atau teh manis. Obat penurun panas in diberikan 3 kali sehari.Gunakan sendok
takaran obat dengan ukuran 5 ml setiap sendoknya.
Pemberian obat antipiretik merupakan pilihan pertama dalam
menurunkan demam dan sangat berguna khususnya pada pasien berisiko, yaitu
anak dengan kelainan kardiopulmonal kronis kelainan metabolik, penyakit
neurologis dan pada anak yang berisiko kejang demam.Obat-obat anti
inflamasi, analgetik dan antipiretik terdiri dari golongan yang bermacam-
macam dan sering berbeda dalam susunan kimianya tetapi mempunyai
kesamaan dalam efek pengobatannya. Tujuannya menurunkan set point
5
hipotalamus melalui pencegahan pembentukan prostaglandin dengan jalan
menghambat enzim cyclooxygenase. Asetaminofen merupakan derivat para -
aminofenol yang bekerja menekan pembentukan prostaglandin yang disintesis
dalam susunan saraf pusat. Dosis terapeutik antara 10-15 mgr/kgBB/kali tiap 4
jam maksimal 5 kali sehari. Dosis maksimal 90 mgr/kbBB/hari Pada
umumnya dosis ini dapat d itoleransi dengan baik.Dosis besar jangka lama
dapat menyebabkan intoksikasi dan kerusakkan hepar.Pemberiannya dapat
secara per oral maupun rektal.Turunan asam propionat seperti ibuprofen juga
bekerja meneka n pembentukanprostaglandin.Obat ini bersifat antipiretik,
analgetik dan antiinflamasi.Efek samping yang timbul berupa mual, perut
kembung dan perdarahan, tetapi lebih jarang dibandingkan aspirin.
Efek samping hematologis yang berat meliputi agranulositosis dan
anemia aplastik.Efek terhadap ginjal berupa gagal ginjal akut (terutama bila
dikombinasikan dengan asetaminopen). Dosis terapeutik yaitu 5-10
mgr/kgBB/kali tiap 6 sampai 8 jam.Metamizole (antalgin) bekerja menekan
pembentukkan prostaglandin.Mempunyai efek antipiretik, analgetik da n
antiinflamasi. Efek samping pemberiannya berupa agranulositosis, anemia
aplast ik dan perdara han saluran cerna. Dosis terap eutik 10 mgr/kgBB/kali
tiap 6 -8 jam dan tidak dianjurkan unt uk anak kurang dari 6
bulan.Pemberiannya secara per oral, intramuskular atau intravena. Asam
mefenamat suatu obat gol ongan fenamat.Khasiat analgetiknya lebih kuat
dibandingkan sebagai antipiretik.Efek sampingnya berupa dispepsia dan
anemiahemolitik.Dosis pemberiannya 20 mgr/kgBB/hari dibagi 3 dosis.
Pemberiannya secara per oral dan tidak boleh diberikan anak usia kurang dari
6 bulan.
H. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengkajian
a. Identitas: umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan
b. Riwayat kesehatan
c. keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): panas
d. Riwayat kesehatan sekarang )riwayat yang dirasakan pasien saat masuk rumah
sakit): sejak kapan timbul demam, sifattt demam, gejala lain yang menyertai
demam (misal: mual , muntah, nafsu makan, eliminasi, nyeri otot dan sendi
dll) , apakah menggigil , gelisah.
6
e. Riwayat kesehatan lalu( riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh pasien
f. Riwayat kesehatan keluarga ( riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain
yang pernah diderita oleh angota keluarga yang lain baik bersifat genetik tau
tidak )
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: kesadaran, vital sign, status nutrisi
3. Pemeriksaan persistem
a. Sistem persepsi sensori
b. Sistem persyarafan : kesadaran
c. Sistem pernapasan
d. Sistem kardiovaskuler
e. Sistem gastrointestinal
f. Sistem integumen
g. Sistem perkemihan
4. Pada fungsi kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
b. Pola nutrisi dan metabolisme
c. Pola eliminasi
d. Pola aktivitas dan latihan
e. Pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif dan perseptual
g. Pola toleransi dan koping stress
h. Pola nilai dan keyakinan
i. Pola hubungan dengan peran
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
b. Foto rontgent
c. USG
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi salmonella typosa/typhi.
2. Hipertermi yang berhubungan dengan proses inflamasi dalam usus
3. Difreit volume cairan yang berhubungan dengan tidak adekuat intake cairan
7
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme sekunder terhadap infeksi akut
5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi yang berhubungan dengan kesalahan
interpretasi informasi, kurang mengingat
6. Ansietas berhubungan dengan hipertermi , efek proses penyakit (carpenito, 2000
& Doengoes, 2000)
Intervensi :
8
Intervensi :
- monitor intake dan output cairan.
Anjurkan pasien banyak minum.
Monitor KU pasien.
Monitor tetesan infus.
4. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolisme sekunder terhadap infeksi akut
Tujuan:
Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi :
- Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
Rasional:
9
- berikan nformasi tentang cara mempertahankan pemasukan makanan yang
memuaskan dilingkungan yang jauh dari rumah
Rasional:
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumijati M.E, dkk. 2000. Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim
Terjadi Pada Anak.PERKANI : Surabaya
12