Anda di halaman 1dari 7

1 Pengertian Metode Audio-Lingual

Pada dasarnya metode Audio-Lingual hampir sama dengan metode lainnya. Adapun
metode yang muncul sebelum metode ini adalah metode Direct (Direct Method). The Audio-
Lingual method is the method which focuses in repetition some words to memorize. Audio-
Lingual method is a method which use drills and pattern practice in teaching language.

Adapun Jill Kerper Mora dari San Diego University menyebutkan:

"This method26 is based on the principles of behavior psychology. It adapted many of the
principles and procedures of the Direct Method, in part as a reaction to the lack of speaking
skills of the Reading Approach"

Metode Audio-Lingual adalah metode yang berfokus pada


pengulangan beberapa kata untuk dihafal. Metode Audio-
Lingual adalah metode yang menggunakan latihan dan
praktik pola dalam mengajar bahasa.

Sebut Jill Kerper Mora dari San Diego University


mengutip:

"Metode ini didasarkan pada prinsip-prinsip psikologi


perilaku. Ini mengadaptasi banyak prinsip dan prosedur
Metode Langsung, sebagian sebagai reaksi terhadap
kurangnya keterampilan berbicara dari Pendekatan
Membaca"
Metode Audio-Lingual ini merupakan sebuah metode yang pelaksanaannya terfokus pada
kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan. Adapun dalam praktiknya siswa
diajak belajar (dalam hal ini bahasa Inggris secara langsung) tanpa harus mendatangkannative
language.
Tujuan
Tujuan dari metode ini adalah:
1. Untuk membuat siswa bisa menggunakan bahasa target secara komunikatif dan
otomatis tanpa berhenti untuk berpikir.
2. Untuk membantu siswa memproleh pola sruktural kalimat atau bahasa.
· Syllabus.
Poin utama dalam syllabus linguistik audio lingual method adalah phonology,
morphology, dan syntax bahasa yang diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa. Keterampilan
bahasa diajarkan seperti listening, speaking, reading, dan writing. Tetapi listening dan speaking
adalah hal pertama yang diajarkan karena itulah keterampilan utama dalam bahasa.
· Aktivitas belajar mengajar.
Sejak kemampuan listening dan speaking adalah pertimbangan utama, cara pengajaran
pertama lebih dihubungkan ke kemampuan listening dan speaking (Huebener; 1969:17). Cara
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Guru memberikan ringkasan singkat dari isi dialog.
2. Siswa mendengarkan secara penuh perhatian ketika guru membacakan atau
membawakan dialog dengan kecepatan normal beberapa kali.
3. Langkah selanjutnya adalah siswa mengulangi apa yang dikatakan guru dalam dialog
secara bersamaan.
4. Pengulangan kemudian dilanjutkan mulai dari semua siswa kemuadian sebagian siswa
dalam kelas sampai hanya satu persatu siswa.
5. kemudian secara berpasangan siswa maju ke depan kelas untuk mempraktekkan dialog
tersebut.

Prinsip-prinsip utama yang menjadi dasar metode lingual


audio adalah sebagai berikut:
Ø Pembelajaran bahasa asing pada dasarnya adalah proses
pembentukan kebiasaan mekanik.
Ø Siswa mampu memberikan respon yang benar daripada
dengan membuat kesalahan.
Ø Keterampilan berbahasa dipelajari secara lebih efektif jika
item yang dipelajari dalam bahasa target disajikan dalam
bentuk lisan sebelum dilihat dalam bentuk tertulis.
Pelatihan aural-oral diperlukan untuk memberikan dasar
bagi pengembangan keterampilan bahasa lainnya.
Ø Latihan dapat memungkinkan peserta didik untuk
membentuk analogi yang benar. Karenanya pendekatan
pengajaran tata bahasa pada dasarnya lebih bersifat
induktif daripada deduktif.
Ø Makna yang dimiliki oleh kata-kata suatu bahasa untuk
penutur asli hanya dapat dipelajari dalam konteks
linguistik dan budaya dan bukan isolasi.
Teknik Pengajaran yang Digunakan dalam Metode Audio-Lingual
Teknik pengajaran yang digunakan dalam metode Audio-Lingual adalah
sebagai berikut:[8]
a. Menghafal Dialog (Dialog Memorization)
Dalam teknik ini siswa menghafalkan dialog atau percakapan pendek antara
dua orang pada awal pelajaran. Dalam praktiknya siswa memerankan satu orang
peran dalam dialog, sedangkan guru memerankan tokoh pasangannya. Setelah
siswa belajar percakapan atau dialog dari satu tokoh, guru dan siswa berganti
peran. Kemudian siswa menghafalkan dialog baru. Cara lainnya yang bisa
digunakan adalah dengan membagi siswa menjadi dua kelompok. Masing-masing
kelompok memerankan satu peran dan menghafalkan dialog tersebut. Setelah
masing-masing kelompok mampu menghafalkan dialog, mereka diminta untuk
untuk berganti peran. Setelah seluruh siswa hafal dialog, guru meminta siswa
untuk mempraktikkan dialog secara berpasangan di depan kelas.
b. Backward Bulld-up (Expansion) Drill
Drill digunakan ketika siswa mengalami kesulitan dalam menghafalkan
dialog panjang. Caranya adalah guru membagi dialog panjang menjadi beberapa
potong bagian. Guru pertmama kali memberikan contoh kemudian siswa
menirukan bagian kalimat (bisaanya pada frasa akhir).
Contoh:
Guru : It is a beautiful scenery
Guru : It is a beautiful ………
Siswa : It is a beautiful scenery
c. Repetition Drill
Siswa diminta untuk menirukan guru seakurat dan secepat mungkin.
Contoh:
Guru : This is the seventh month
Siswa : This is the seventh month
d. Chain Drill
Drill ini dilakukan dengan cara meminta siswa untuk duduk melingkar di
dalam ruangan, kemudian satu persatu siswa bertanya dan menjawab pertanyaan.
Guru memulai drill ini dengan dengan menyapa atau bertanya pada salah satu
siswa. Kemudian siswa tersebut menjawab pertanyaan tadi, kemudian ia bertanya
pada teman di sampingnya. Siswa yang ditanya tadi kemudian menjawab dan
bertanya lagi kepada teman di sampingnya, begitu seterusnya.
e. Single Slot Subtitution
Guru membaca satu baris dari dialog, kemudian siswa mengucapkan satu
kata atau kelompok kata. Siswa diminta untuk menirukan dengan cara
memasukkan kata atau kelompok kata tersebut secara tepat ke dalam bait dialog
tadi.
Contoh:
Guru : I know Him. (Hardly)
Siswa : I hardly know him
f. Multiple Slot Subtitution Drill
Drill ini sama dengan drill single slot substitution, tapi lebih luas. Tidak
hanya satu bait dialog, akan tetapi satu dialog penuh.
g. Transformational Drill
Guru memberi siswa kalimat, kemudian siswa diminta untuk merubah
kalimat tersebut menjadi bentuk yang berbeda seperti: interrogatif, negatif, positif,
pasif, imperative dan sebagainya.
h. Question and Answer Drill
Drill model ini melatih siswa menajwab pertanyaan dengan tepat.
i. Use Minimal Pairs
Guru menggunakan pasangan kata yang berbeda satu bunyi, misal: ship dan
sheep. Siswa diminta untuk menemukan perbedaan dua kata tersebut, kemudian
berlatih untuk mengucapkan kata tersebut dengan benar.
j. Complete the Dialog
Beberapa kata dalam sebuah dialog dihapus, kemudian siswa diminta untuk
melengkapi dialog tersebut
k. Grammar Game
Game ini mirip dengan game supermarket alphabet, didesain untuk melatih
grammar siswa dalam suatu konteks. Dengan begitu siswa bias mengekspresikan
dirinya sendiri, walaupun dalam porsi yang terbatas.

Penerapan Metode Audio-Lingual


Metode Audio-Lingual sangat mengutamakan drill. Metode ini muncul
karena terlalu lamanya waktu yang ditempuh dalam bahasa dan target.
Padahal,untuk kepentingan tertentu, perlu penguasaan bahasa dengan cepat
misalnya perang, kunjungan dan seterusnya. Dalam Audio-Lingual yang
berdasarkan pendekatan struktural itu, bahasa yang diajarkan dicurahkan pada lafal
kata dan pelatihan berkali-kali secara intensif pada pola-pola kalimat. Guru dapat
memaksa siswa untuk mengulang sampai tanpa kesalahan.
a. Langkah-langkah Pembelajaran dalam Metode Audio-Lingual
Di dalam metode Audio-Lingual terdapat beberapa langkah yang biasa
dilakukan dalam proses pembelajaran. Adapun langkah-langkah tersebut antara
lain adalah:
Adapun langkah-langkah yang bisaa dilakukan adalah:
a) Penyajian teks dialog atau teks pendek yang dibacakan guru berulang-ulang dan
siswa menyimak tanpa melihat teks yang dibaca.
b) Peniruan dan penghafalan teks itu secara serentak dan siswa menghafalkannya.
c) Penyajian kalimat dilatih dengan pengulangan.
d) Dramatisasi dialog atau teks yang dilatihkan kemudian siswa memperagakan di
depan kelas.
e) Pembentukan kalimat lain yang sesuai dengan yang dilatihkan.[9]

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya metode ini memberikan perhatian


utama kepada kegiatan latihan, drill, menghafal kosa kata, dialog, teks bacaan, dan
pada sisi lain lebih mengutamakan bentuk luar bahasa (pola, struktur, kaidah) dari
pada kandungan isinya, dan mengutamakan kesahihan dan akurasi dari
kemampuan siswa untuk berinteraksi dan berkomunikasi.
Penerapan metode ini hampir sama dengan penerapan pengajaran bahasa
pertama pada anak-anak, anak-anak menguasai bahasa ibunya melalui peniruan.
Peniruan itu biasanya diikuti oleh pujian atau perbaikan. Melalui kegiatan itulah
anak-anak mengembangkan pengetahuannya mengenai struktur, pola kebiasaan
bahasa ibunya. Maka hal yang sama juga dapat diberlakukan dalam pengajaran
bahasa kedua atau bahasa asing. Melalui cara peniruan dan penguatan, para siswa
mengidentifikasi hubungan antara stimulus dan responsi yang merupakan
kebiasaan dalam berbahasa kedua atau bahasa asing.

b. Evaluasi Metode Audio-Lingual


Sebagaimana telah dijelaskan di awal bahwasanya penelitian ini
dikhususkan pada pembahasan penggunaan metode Audio-Lingual dalam
pembelajaran pronunciation. Adapun dalam metode Audio-Lingual sendiri tidak
disebutkan secara jelas tentang evaluasinya. Satu hal yang dikemukakan adalah
jika diselenggarakan tes maka masing-masing pertanyaan akan difokuskan pada
point apa yang dipelajari pada saat itu (adapun dalam hal ini adalahpronunciation).
Dalam penelitian ini peneliti memberikan oral test untuk mengukur
peningkatanpronunciation siswa. Selain itu, karena penelitian ini dimaksudkan
untuk mengetahui peningakatan pronunciation siswa maka peneliti akan
melakukan penilaian pada kemampuan untuk melafalkan (skill to pronounce).
Adapaun hal-hal yang dinilai meliputi sounds (mendiskriminasikan bunyi), ritme
dan penekanan (rythm and word stress), intonasi (intonation) dan kelancaran
(fluency).

Keuntungan dan Kerugian dari ALM

v Keuntungan ALM

Ø Peserta didik dapat berbicara bahasa target secara komunikatif.

Peserta didik tidak mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran


seperti yang dilakukan dalam bahasa ibu.

Ø Peserta didik dapat memberikan tanggapan yang benar secara


langsung.

Ø Peserta didik lebih memperhatikan kombinasi antara psikologi


perilaku dan linguistik.

v Kekurangan ALM

Ø Berbicara atau segala bentuk hasil kreatif spontan hilang dari


kurikulum.

Ø Siswa kurang memiliki peran aktif di kelas.

Ø Sangat sedikit perhatian diberikan kepada komunikasi.

Ø Sangat sedikit perhatian diberikan pada konten.

Ø Proses belajar hanya fokus dalam berbicara.


http://aginista.blogspot.com/2013/01/metode-
pembelajaran_20.html
http://zheskeizer.blogspot.com/2013/01/the-audio-
lingual-method-alm.html
http://iyusmidararif.blogspot.com/2015/01/audiolingual
-method.html

Anda mungkin juga menyukai