Anda di halaman 1dari 32

HUBUNGAN TINGAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TERHADAP

PERILAKU SADARI REMAJA PUTRI

BAB I

A. Latar Belakang

Kanker Payudara (Carcinoma mammae) merupakan salah satu kanker yang

sangat ditakuti oleh kaum wanita, setelah kanker serviks. Jadi, kanker payudara itu pada

prinsipnya adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar kulit, saluran kelenjar dan

jaringan di sebelah luar rongga dada. Dimana, payudara secara umum terdiri dari dua tipe

jaringan, jaringan glandular (kelenjar) dan jaringan stromal (penompang). Sel kanker

payudara dapat bersembunyi di dalam tubuh selama bertahun-tahun tanpa diketahui dan

tiba-tiba aktif menjadi tumor ganas atau kanker (American Cancer Society, 2016).

Penyakit kanker merupakan masalah utama di Dunia maupun di Indonesia.

Menurut World Health Organization (WHO) 8-9% wanita akan mengalami kanker

payudara. Hal ini menjadikan kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak

ditemui pada wanita (Mulyani, 2013). Berdasarkan International Agency for Research on

Cancer (IARC) tahun 2012, kanker payudara adalah kanker dengan presentase kasus baru

tertinggi (43,3%) dan presentase kematian tertinggi (12,9%) pada perempuan di dunia

(Kemenkes RI, 2014).

Indonesia, kanker payudara menempati urutan kedua (0,5%) setelah kanker

serviks (0,8%). Kejadian kanker payudara di Indonesia masih tergolong tinggi di Aceh

1.869 kasus, Bali 1.233 kasus, Sumatera Utara 2.682 kasus, Sumatera Selatan 772 kasus,

Sumatera Barat 2.285 kasus, Riau 894 kasus, jambi 1.792 kasus, Bangka Belitung 194
kasus, DKI Jakarta 3.946 kasus, Bengkulu 705 kasus, Lampung 1.148 kasus, Nusa

Tenggara Barat 479 kasus, Kalimantan Barat 441 kasus, Nusa Tenggara Timur 1,252

kasus, Banten 2,522 kasus, Kalimantan Barat 882 kasus, Kalimantan Tengah 112 kasus,

Kalimantan Selatan 1.328 kasus, Kalimantan Timur 1.187 kasus , Sulawesi Utara 345

kasus, DIY 3.946 kasus, Sulawesi Tengah 408 kasus, Sulawesi Selatan 2.975 kasus,

Maluku 165 kasus, Maluku Utara 218 kasus, Papua Barat 80 kasus, Papua 465 kasus

(Data Riset Kesehatan Dasar , 2013).

Besarnya kasus akibat kanker terjadinya karena keterlambatan memeriksakan ke

fasilitas kesehatan atau klien datang pada stadium lanjut, padahal sebenarnya bila klien

datang pada stadium awal, kemungkinan penyakitnya akan dapat disembuhkan dengan

berbagai pengobatan dan program pencegahan.

Perilaku Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari) merupakan upaya deteksi dini

atau pencegahan kanker payudara yaitu dengan melakukan sadari. Sadari adalah tindakan

deteksi dini terhadap adanya gejala-gejala kanker payudara. Metode ini sangat sederhana,

namun diharapkan dapat menekan tingginya angka penderita kanker payudara, karena

semakin awal terdeteksi maka semakin cepat proses pengobatan yang diperlukan

(Maryanti, 2009).

Rasjidi (2009) berpendapat ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas

dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya, pemeriksaan payudara sendiri

sadari atau Breast Self Examination (BSE) perlu dilakukan. Hal ini memberikan

kesempatan kepada seorang wanita untuk dapat memahami tubuhnya sendiri dan

membentuk kebiasaan yang baik untuk masa depannya nantinya.


Ilmu pengetahuan dapat memberikan rasa aman kepada manusia. Pengetahuan

merupakan informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus,

2013). Pengetahuan sadari yang ditanamkan sejak dini maka akan mengurangi resiko

meningkatnya penderita kanker payudara di masa depan yang sampai saat ini jumlah

penderita kanker payudara di Indonesia cukup tinggi karena tidak adanya kesadaran

melakukan deteksi dini, padahal jika mampu dideteksi lebih dini maka kanker payudara

akan lebih cepat diatasi. Sadari penting dilakukan remaja setiap bulan sekali karena saat

ini penderita kanker payudara ada yang baru berusia 18 tahun (Hediyani dalam Kustantri,

2014).

Kesadaran wanita untuk melakukan sadari masih rendah, dimana 70% datang ke

dokter sudah dalam stadium lanjut (Fitria, 2007). Kanker payudara yang diketahui baru

pada stadium satu kemungkinan sembuhnya lebih tinggi dan tidak perlu dilakukan

operasi pengangkatan payudara. Itu sebabnya, deteksi dini adalah melakukan sadari

(Noorwati, 2007). Deteksi dini dapat menekan angka kematian sebesar 25-30% dan bisa

disembuhkan dengan sempurna sekitar 90-98%. Sadari sangat penting dianjurkan kepada

masyarakat karena hampir 86% benjolan di payudara ditemukan oleh penderita sendiri

(Saryono, 2009). Dengan demikian memerlukan adanya upaya untuk meyelamatkan

wanita Indonesia dengan melaksanakan deteksi dini dan penanganan yang tepat misalnya

melalui peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat anatara lain : pencegahan,

kebiasaan deteksi dini, dan prilaku hidup sehat (Aprilliani, 2015).

Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif. Respon evaluatif berarti bahwa

bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap timbul oleh proses evaluasi dalam diri

individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulasi dalam bentuk nilai baik - buruk,
postif - negatif, menyenangkan - tidak menyenagkan, yang kemudian mengkristal sebagai

potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2011). Permasalahan yang timbul pada sikap

deteksi dini kanker payudara pada remaja putri dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan dan perhatian orang lain. Remaja putri yang belum memahami deteksi dini

kanker payudara cenderung memiliki faktor resiko yang dapat menimbulkan

permasalahan kesehatan reproduksi. Hal tersebut dapat diurutkan bahwa sikap deteksi

dini kanker payudara yang kurang tepat nantinya akan berpengaruh pada berbagai

permasalahan kesehatan reproduksi (Mardani, dkk, 2010).

Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan telah menetapkan penanggulangan

kanker payudara dan kanker leher rahim yang diatur dalam Permenkes Nomor 34 tahun

2015. Usaha lain yang dilakukan sejauh ini adalah dengan pencegahan primer (promosi,

gaya hidup sehat, vaksinasi) pencegahan skunder (deteksi dini dan pengobatan segera).

Kegiatan penting yang lain adalah, survelians, penelitian dan support dan rehabilitas

(Kemenkes, 2015).

Peran bidan dalam hal ini adalah melakukan upaya promotif yaitu dengan

melakukan promosi kesehatan yaitu berupa penyuluhan kepada anggota masyarakat atau

kelompok masyarakat tentang cara mendeteksi dini kanker payudara sehingga diharapkan

dapat mengubah perilaku dalam mendeteksi dini kanker payudara (Kemenkes, 2015).

Berdasarkan data rawat inap Rumah Sakit di Yogyakarta tahun 2016, jumlah

kunjungan pasien kanker payudara pada usia 15-24 tahun dari jumlah kasus baru

sebanyak 49,3% kasus (Bantul), 25,3% kasus (Gunung Kidul), 24% kasus (Sleman),

1,4% kasus (Kota Yogyakarta). (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2017).


Alwan N.A.S et al pada tahun 2012 melakukan penelitian menggunakan 387

responden (302 perempuan) warga irak berpendidikan. Responden diantaranya 71,3%

adalah pelajar, 10,3% staf pengajar dan 18,3% staf administrasi. Setengah dari responden

tersebut mendapatkan nilai pengetahuan yang kurang atau dibawah 50% dan hanya

14,3% dari responden yang mendapatkan nila pengetahuan baik. Dari seluruh responden

tersebut 90,9% sudah mengetahui sadari. Namun, hanya 48,3% yang melakukan sadari

(Alwan N.A.S et al, 2012).

Berdasarkan studi pendahuluan ini terdapat 10 remaja putri diwawancarai secara

acak terdapat 3 remaja putri menyikapi dengan baik dalam sadari, remaja putri

mengatakan bahwa ingin memeriksakan payudaranya karena ada salah satu teman

terkena kanker payudara, ada keluarganya yang terkena kanker payudara sampai

meninggal dan ada yang merasakan sakit pada payudaranya. Diketahui 7 remaja putri

menanggapi kurang baik terhadap sadari, dengan mengatakan kurang tahu tentang sadari

dan belum ada keinginan untuk melakukan sadari. Bahwa sikap dalam sadari dipengaruhi

banyak faktor yaitu meliputi pengalaman pribadi, pengaruh kebudayaan, media masa,

lembaga pendidikan dan faktor emosional dan faktor motivasi (Azwar, 2011).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka permasalahan bisa dirumuskan sebagai berikut

“Adakah hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku sadari pada

remaja putri?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap perilaku

pemeriksaan payudara sendiri pada remaja putri Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan remaja putri tentang pemeriksaan payudara

sendiri.

b. Mengidentifikasi sikap remaja putri tentang pemeriksaan payudara sendiri.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku

sadari pada remaja putri

2. Manfaat Praktis

a. Institusi Pendidikan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan referensi

mengenai pemeriksaan payudara sendiri khusunya bagi mahasiswi kebidanan

yang dapat digunakan sebagai sumber bacaan di perpustakaan Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta.

b. Responden

Sebagai sumber informasi mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan

sikap terhadap pemeriksaan payudara sendiri dan pencegahan kanker payudara

dan penelitian ini dapat menjadi intervensi program kesehatan reproduksi bagi

remaja putri.

c. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk melakukan penelitian

selanjutnya mengenai hubungan pengetahuan dan sikap terhadap pemeriksaan

payudara sendiri pada remaja putri.

E. Ruang Lingkup

1. Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi dalam penelitian ini meliputi materi tentang pengetahuan

dengan sikap pemeriksaan payudara sendiri.

2. Ruang Lingkup Responden

Responden yang akan diambil pada penelitian ini adalah siswi.

3. Ruang Lingkup Waktu

Ruang lingkup waktu pada penelitian ini diawali dengan penyusunan proposal sampai

dengan hasil penelitian dan bulan ………..

4. Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat penelitian adalah ………, karena berdasarkan data yang

diperoleh di ……………… mempunyai cakupan kasus kanker payudara paling besar

49,3% diantara Kabupaten lain yang ada di DIY.

F. Keaslian Penelitian

Beberapa peneliti sebelum penelitian ini antara lain :

1. Rina Sri Widiyawati (2017) dengan judul “Hubungan pengetahuan dengan sikap

pemeriksaan payudara sendiri pada remaja putri di Man 1 Surakarta” Penelitian ini

menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional

menggunakan probality sampling dengan teknik simple random.


Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap sadari pada remaja

putri di MAN 1 Surakarta. Perbedaan penelitian Rina Sri Widiyawati dengan

penelitian yang dilakukan yaitu tempat dan waktu penelitian. Persamanaan dari

penelitian yang Rina Sri Widiyawati dengan penelitian yang lakukan sama-sama

menggunakan kuisioner sebagai instrumen penelitian menggunakan metode analitik

dengan pendekatan cross sectional Variabel penelitian sama-sama menggunakan

teknik total sampling. Perbedaan dari penelitian Rina Sri Widiyawati yaitu jumlah

responden, waktu dan tempat pelaksanaan penelitian, tehnik sampling. Subyek

penelitian ini adalah siswi kelas X sebanyak 60 responden dari 240 siswa. Analisa

data menggunakan chi square (x2). Didapatkan hasil nilai x2 hitung (6,733) > X2

tabel (3,841) sehingga dapat disimpulkan H0 ditolah dan Ha diterima. terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap SADARI pada remaja putri

di MAN 1 Surakarta, dengan koefisien korelasi rendah.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kerangka Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi

terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra

pendengaran yaitu telinga dan indra penglihatan yaitu mata (Notoatmodjo, 2012).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Dalam kamus besar Bahasa

Indonesia (2011), pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan

proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam,

seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia, serta

keadaan sosial budaya. Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang

diketahui atau disadari oleh seseorang (Agus, 2013)


b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) tedapat 6 tingkat pengetahuan,

yaitu:

1) Tahu

Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya setelah

mengamati sesuatu.

2) Memahami

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu objek

yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang sudah

dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu objek atau

materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu dengan yang lainnya.

5) Sintesis (Suntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi

atau objek.
c. Factor-faktor Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi

pengetahuan meliputi:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau

kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui upaya

pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin tinggi

pendidikan seseorang maka semakin cepat menerima dan memahami suatu

informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga semakin tinggi (Sriningsih,

2011).

2) Informasi/media masa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memanipulasi, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan

tertentu informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun nonformal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan

peningkatan pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan

bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan

masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering

mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah

pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering

menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.


3) Social, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya fasilitas yang

dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga status ekonomi akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang yang mempunyai sosial

budaya yang baik maka pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya

kurang baik maka pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi

seseorang mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki

status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit untuk

memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan pengetahuan.

4) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam individu

karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspons sebagai

pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik akan pengetahuan yang

didapatkan akan baik tapi jika lingkungan kurang baik maka pengetahuan yang

didapat juga akan kurang baik.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri sendiri

sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang. Pengalaman seseorang tentang suatu permasalahan akan membuat

orang tersebut mengetahui bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari


pengalaman sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat

bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang sama.

6) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh juga akan

semakin membaik dan bertambah.

d. Pengukuran Tingkat Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat di lakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat

kita sesuakan dengan tingkatan tingkatan (Notoadmojo, 2012).

1) Pengetahuan tinggi, apabila responden berpengathuan 76%-100%

2) Pengetahuan sedang, apabila responden berpengetahuan 60%-75%

3) Pengetahuan rendah, apabila responden berpengetahuan <60%.

2. Sikap

a. Definisi Sikap

Sikap (Attitude) adalah evaluasiatau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap

suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar,

2013). ambivalen individu terhadap objek, peristiwa, orang, atau ide tertentu. Sikap

merupakan perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap.


Sedangkan definisi yang dikemukakan Allport bahwa sikap adalah semacam

kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu (dalam

Azwar, 2013).

Sikap adalah perasaan atau pandangan seseorang yang disertai kecenderungan

untuk bertindak terhadap suatu objek atau stimulasi. Sikap merupakan konsep yang

paling penting dalam psikologi social yang membahas unsur sikap baik individu

maupun kelompok (Putri Ayu, 2014).

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi sikap

yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Tanggapan adalah salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai

tanggapan dan peenghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang

berkaitan dengan objek psikologis.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang merupakan salah satu komponen sosial yang ikut mempengruhi sikap

individu.

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan di besarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita.


4) Media masa

Sarana komunikasi, mempunyai pengaruh beda dalam pembentukan opini dan

kepercayaan individu.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sistem mempunyai pengaruh

dalam pembentukan sikap karena keduanya meletakkan dasar pengertian dan

konsep moral dalam diri individu.

6) Pengaruh factor emosional

Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang

berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk

mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat merupakan sikap yang

sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula

merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

c. Komponene-komponen Sikap

Menurut Allport dalam Azwar (2013) sikap dibagi menjadi 3 komponen pokok

yaitu:

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu konsep

2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3) Kecenderungan untuk bertindak

4) Dimana ketiga komponen pokok diatas secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh (total attitude).


d. Aspek-aspek Sikap

Azwar (2013), menyatakan bahwa sikap memiliki komponen kognitif

(cognitive), komponen afektif (affective), dan koponen konatif (conative).

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang di percaya oleh individu

pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek

emosional, dan komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku

tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

1) Komponen Kognitif, berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku

atau apa yang benar bagi objek sikap.

2) Komponen Afektif, menyangkut masalah emosional subjektif seseorang

terhadap suatu objek sikap.

3) Komponen Perilaku atau komponen konatif dalam struktur sikap menunjukan

bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri

seseorang berkaitan dengan objek sikap yang di hadapinya. Ketiga komponen

tersebut konsistensi antara kepercayaan sebagai komponen kognitif, perasaan

sebagai komponen afektif, dengan tendensi perilaku sebagai komponen konatif.

e. Sifat Sikap

Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif menurut

Purwanto (Maemanah, 2014).

1) Sifat positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenengi,

mengharapkan objek tertentu.


2) Sifat negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci,

tidak menyukai obyek tertentu.

f. Ciri-ciri Sikap

Ciri-ciri sikap menurut Purwanto dalam Rina (2013:16) adalah:

1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini yang

membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus,

kebutuhan akan istirahat.

2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat

tertentu yang mempermudah sikap orang itu.

3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu

terhadap suatu objek dengan kata lain sikap itu terbentuk dipelajari atau berubah

senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan

dengan jelas.

4) Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan

kumpulan dari hal-hal tersebut.

5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang

membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan

yang dimiliki orang.


g. Perubahan Sikap

Menurut Kelman dalam Azwar S (2012) ada tiga proses yang berperan dalam

proses perubahan sikap yaitu

1) Kesedihan (Compliance)

Terjadinya proses yang disebut kesedihan adalah ketika individu besedia

menerima pengaruh dari orang lain atau kelompok lain dikarenakan ia berharap

untuk memperoleh reaksi positif, seperti pujian, dukungan, simpati, dan

semacamnya sambil menghindari hal-hal yang dianggap negatif. Tentu saja

perubahan perilaku yang terjadi dengan cara seperti itu tidak akan dapat

bertahan lama dan biasnya hanya tampak selama pihak lan diperkirakan masih

menyadari akan perubahan sikap yang ditunjukkan.

2) Identifikasi (Identification)

Proses identifikasi terjadi apabila individu meniru tau sikap seseorang atau

sikap sekelompok orang dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apan yang

dianggapnya sebagai bentuk hubungan menyenangkan antara lain dengan pihak

yang dimaksud. Pada dasarny proses identifikasi merupakan sarana atau cara

untuk memelihara hubungan yang diinginkan dengan orang atau kelompok lain

dan cara menopang pengertiannya sendiri mengenai hubungan tersebut.

3) Internalisasi (Internalization)

Internalisasi terjadi apabila individu menerima pengaruh dan bersedia menuruti

pengaruh itu dikarenakan sikap tersbut sesuai dengan apa yang ia percaya dan

sesuai dengan system nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, maka ia dan hakekat
sikap yang diterima itu sendiri dianggap memuaskan oleh individu. Sikap

demikian itulah yang biasanya merupakan sikap yang dipertahankan oleh

individu dan biasnya tidak mudag untuk beubah selama system nilai yang ada

dalam diri individu yang bersangkutan masih bertahan.

3. Sadari

a. Definisi Sadari

Sadari adalah pemeriksaan payudara sendiri yang bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya kanker payudara pada wanita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan

menggunakan cermin dan dilakukan oleh wanita yang berumur 18 tahun ke atas.

Indikasi utama sadari adalah untuk mendeteksi terjadinya kanker payudara dengan

mengamati payudara dari depan, sisi kiri dan sisi kanan, apakah ada benjolah,

perubahan warna kulit, puttting berisik dan pengeluaran cairan atau nanah dan

darah (Olfah dkk, 2013).

Pemeriksaan sadari di anjurkan pada wanita, terutama pada wanita dengan usia

mulai dari 18 tahun. Karen awanita dengan usia subur 0-45 tahun sangat beresiko

terkena penyakit kanker payudara, sehingga wanita harus selalu melakukan sadari

secara rutin sebagai upaya awal pencegahan penyakit kanker payudara. Cukup

dimulai dengan cara yang paling mudah dan sederhana yang dapat dilakukan

dirumah dan dilakukan setiap bulan setelah selesai masa menstruasi. Jadi para

wanita akan tahu apabila terjadi perubahan pada payudaranya dan melaporkan

setiap perubahan payudara ke tenaga kesehatan profesional segera setelah

ditemukan perubahan.
b. Manfaat Sadari

Menurut Nisman (2011) Deteksi dini merupakan langkah awal yang sangat

penting untuk mengetahui secara dini adanya tumor atau benjolan pada payudara

sehingga dapat mengurangi tingkat kematian karena penyakit kanker tersebut.

Keuntungan dari deteksi dini bermanfaat untuk meningkatkan kemungkinan

harapan hidup pada wanita penderita kanker payudara. Hampir 85% gangguan atau

benjolan ditemukan oleh penderita sendiri melalui pemeriksaan dengan benar.

Selain itu, sadari adalah metode termudah, tercepat, termurah, dan paling sederhana

yang dapat mendeteksi secara dini kanker payudara.

c. Tujuan Sadari

Menurut Nisman (2011) tujuan sadari sangat perlu dilakukan dengan bertujuan

mengurangi kejadian kanker payudara sebagai berikut.

1) Sadari hanya mendeteksi secara dini kanker payudara, bukan untuk mencegah

kanker payudara. Dengan adanya deteksi dini maka kanker payudara dapat

terdeteksi pada stadium awal sehingga pengobatan dini akan memperpanjang

harapan hidup penderita kanker payudara.

2) Menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan pada

stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.


d. Siapa yang Melakukan Sadari

Menurut Nisman 2011, wanita yang dianjurkan melakukan sadari atau Breast

Self Examination (BSE) untuk mengurangi memicu kejadian kanker payudara

waktu pelaksanaan sadari sebagai berikut:

1) Wanita usia subur

2) Pasca menopause

3) Setiap wanita berusia diatas 20 tahun

4) Wanita yang beresiko tinggi sebelum usia 50 tahun

5) Wanita yang berusia diatas 50 tahun

e. Waktu untuk Melakukan Sadari

Sadari perlu dilakukan ketika seorang wanita yang telah mencapai masa

pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya. Hal ini bertujuan

agar wanita bisa mendeteksi dan mengenali perubahan dalam tubuh sejak dari masa

menstruasi pertama (Rasjidi, 2009).

Menurut Luwia (2008), waktu yang tepat melakukan pemeriksaan payudara

sendiri adalah sebagai berikut :

1) Pada wanita yang telah menstruasi, sadari harus dilakukan sebulan sekali, 7-10

hari setelah haid terakhir, tidak dianjurkan melakukan pada waktu sebelumnya,

karena pada masa pertengahan siklus haid menjelang haid, payudara biasanya

membengkak akibat pengaruh kelenjar susu oleh hormon estrogen dan

progesteron, sehingga pemeriksaan akan lebih sulit dilakukan secara akurat.


Saat haid dan sesudahnya, payudara akan lebih lemas karena kedua hormon

kadarnya menurun.

2) Bagi wanita yang telah mengalami menopause, sadari dapat dilakukan setiap

bulan, cara yang paling tepat adalah memilih tanggal agar selalu ingat untuk

melakukan sadari rutin setiap bulan.

f. Akibat Tidak Melakukan Sadari

Belum diketahui cara mencegah kanker payudara, satu upaya yang paling

penting adalah mengikuti petunjuk cara mendeteksi dini. Kanker payudara

merupakan tumor ganas yang mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar

luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi tumor sebesar 1 cm

pada waktu 8-12 tahun. Sel kanker tersebut berada pada kelenjar payudara. Sel-sel

kanker payudara ini dapat berada dalam tubuh dalam jangka tanpa diketahui,

apabila dilakukan deteksi dini kanker payudara yang akhirnya aktif menjadi tumor

ganas lanjut sehingga menyebabkan kematian (Cahyani, 2010).

g. Cara melakukan sadari

Menurut Mulyani (2013), deteksi dini kanker payudara dapat dilakukan

pemeriksaan payudara sendiri. Waktu yang tepat untuk periksa payudara sendiri

adalah satu minggu setelah selesai haid. Jika siklus haid telah berhenti, maka

sebaiknya dilakukan periksa payudara sendiri pada waktu yang sama setiap

bulannya dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukannya tidak lebih dari 5 menit.

Terbukti 95% wanita yang terdiagnosis pada tahap awal kanker payudara dapat
bertahan hidup lebih dari lima tahun setelah terdiagnosis sehingga banyak dokter

yang merekomendasikan agar para wanita menjalani sadari pada saat menstruasi,

pada hari ke 7 sampai dengan hari ke 10 setelah hari pertama haid di rumah secara

rutin dan menyarankan dilakukannya pemeriksaan rutin tahunan untuk mendeteksi

benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada usia

20 tahun kurang atau lebih.

Bagian yang dlihat saat melakukan sadari adalah sebagai berikut :

1) Ukuran, simetris, dan posisi

2) Warna kulit (eritemia)

3) Kontur dan tonjolan

4) Tekstur kulit licin

5) Pembuluh darah yang tampak

6) Luka dan ruam

7) Puting susu apakah tertarik, keluar, masuk, atau ada perlekatan sedikit ke kulit

Beberapa tahapan yang dilakukan dalam tehnik sadari yaitu :

(Kumala sari dan Ardiyanto, 2012)

1) Melihat perubahan dihadapan cermin .

a) Tahap 1

Perhatikan payudara melalui kaca/cermin sementara lengan lurus kebawah.

Perhatikan secara teliti mengenai hal-hal berikut :

(1) Apakah bentuk dan ukuran kanan dan kiri simetris ?

(2) Apakah bentuknya membesar/mengeras ?

(3) Apakah arah puttingnya lurus kedepan? Atau berubah arah?


(4) Apakah ada damping (putting tertarik kedalam)?

(5) Apakah putting/kulitnya ada yang lecet?

(6) Apakah kulitnya tampak kemerahan? Kebiruan? Kehitaman?

(7) Apakah kulitnya tampak menebal dengan pori-pori melebar (seperti

kulit jeruk)?

(8) Apakah permukaan kulitnya mulus tidak tampak adanya kerutan

cekungan keirng?

Gambar 1.1 Tahap 1 melihat bentuk payudara dengan cermin

b) Tahap 2

Melihat perubahan bentuk dan besarnya, perubahan puting susu, serta kulit

payudara didepan kaca. Sambil berdiri tegak depan cermin, posisi kedua

lengan lurus ke bawah disamping badan. Perhatikan bentuk dan ukuran

payudara. Normal jika ukuran satu dengan yang lain tidak sama. Kemudian,

perhatikan juga bentuk puting dan warna kulit. Rata-rata payudara berubah

tanpa kita sadari. Perubahan yang perlu diwaspadai adalah jika payudara

berkerut, cekung ke dalam, atau menonjol ke depan karena benjolan. Puting

yang berubah posisi di mana seharusnya menonjol keluar, malahan tertarik

ke dalam, dengan warna memerah, kasar, dan terasa sakit.


Gambar 1.2 Tahap 2 periksa payudara dengan kedua tangan diangkat

Periksa payudara dengan tangan diangkat diatas kepala. Dengan maksud

untuk melihat retraksi kulit, perlekatan tumor terhadap otot atau fascia

dibawahnya atau kelainan pada kedua payudara. Kembali amati perubahan

yang terjadi pada payudara Anda, seperti perubahan warna, tarikan,

tonjolan, kerutan, perubahan bentuk puting atau permukaan kulit menjadi

kasar.

c) Tahap 3

Berdiri tegak didepan cermin dengan tangan disamping kanan dan kiri.

Miringkan badan ke kanan dan kiri untuk melihat perubahan pada payudara.

Gambar 1.3 Tahap 3 berdiri depan cermin dengan tangan disamping

d) Tahap 4
Menegangkan otot-otot bagian dada dengan berkacak pinggang / tangan

menekan pinggul dimaksudkan untuk menegangkan otot di daerah axilla.

Lalu perhatikan apakah ada kelainan seperti di atas. Masih dengan posisi

demikian, bungkukkan badan dan tandai apakah ada perubahan yang

mencurigakan perubahan atau kelainan atau puting.

Gambar 1.4 Tahap 4 menegang otot bagian dengan meletakkan tanggan

dipinggang

2) Melihat payudara dengan cara berbaring

a) Tahap 1

Di mulai dari payudara kanan, baring menghadap ke kiri dengan

membengkokkan kedua lutut Anda. Letakkan bantal atau handuk mandi

yang telah dilipat di bawah bahu sebelah kanan untuk menaikan bagian

yang akan diperiksa. Kemudian letakkan tangan kanan Anda di bawah

kepala. Gunakan tangan kiri Anda untuk memeriksa payudara kanan.

Gunakan telapak jari-jari Anda untuk memeriksa sembarang benjolan atau


penebalan. Periksa payudara Anda dengan menggunakan Vertical Strip dan

Circular membentuk sudut 90 derajat.

Gambar 2.5 Tahap 1 persiapan melakukan sadari

b) Tahap 2

Memeriksa seluruh bagian payudara dengan cara vertical, dari tulang

selangka dibagian atas ke bra-line di bagian bawah, dan garis tengah

antara kedua payudara ke garis tengah bagian ketiak Anda. Gunakan

tangan kiri untuk mengawali pijatan pada ketiak. Kemudian putar dan

tekan kuat untuk merasakan benjolan. Gerakkan tangan Anda perlahan-

lahan ke bawah bra line dengan putaran ringan dan tekan kuat di setiap

tempat. Di bagian bawah bra line, bergerak kurang lebih 2 cm kekiri dan

terus ke arah atas menuju tulang selangka dengan memutar dan

menekan. Bergeraklah ke atas dan ke bawah mengikuti pijatan dan

meliputi seluruh bagian yang ditunjuk.


Gambar 2.6 Tahap 2 pemeriksaan payudara dengan vertical trip

c) Tahap 3

Berawal dari bagian atas payudara Anda, buat putaran yang besar.

Bergeraklah sekeliling payudara dengan memperhatikan benjolan yang

luar biasa. Buatlah sekurang-kurangnya tiga putaran kecil sampai ke

puting payudara. Lakukan sebanyak 2 kali. Sekali dengan tekanan

ringan dan sekali dengan tekanan kuat. Jangan lupa periksa bagian

bawah areola mammae. Tekanan payudara memutar searah jarum jam

dengan bidang datar dari jari-jari Anda yang dirapatkan. Dimulai dari

posisi jan 12.00 pada bagian puting susu.

Gambar 2.7 Tahap 3 pemeriksaan payudara dengan cara memutar

d) Tahap 4
Menggunakan kedua tangan, kemudian tekan payudara Anda untuk

melihat adanya cairan abnormal dari puting payudara.

Gambar 2.8 pemeriksaan cairan di putting payudara

e) Tahap 5

Letakkan tangan kanan Anda ke samping dan rasakan ketiak Anda ke

samping dan rasakan ketiak Anda dengan teliti, apakah teraba benjolan

abnormal atau tidak.

Gambar 2.9 Tahap 5 memeriksa ketiak


B. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variebel Dependent


Pengetahuan tentang Sikap dalam
sadari melakukan sadari

Gambar 3. Kerangka konsep penelitian

Keterangan :

: diteliti

: tidak diteliti

Hubungan pengetahuan sadari dengan sikap melakukan sadari dipengaruhi oleh variable

pengganggu antara lain adalah informasi, usia, lingkungan, social budaya, pengalaman.
C. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan dengan sikap pemeriksaan payudara sendiri pada remaja

putri kelas XI di MAN 2 Bantul Yogyakarta tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai