Anda di halaman 1dari 10

IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA MAKANAN DENGAN

MENGGUNAKAN METODE KLT

I. Tujuan : Mengidentifikasi adanya Rhodamin B pada sampel makanan


dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).

II. Pendahuluan

Penentuan mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung


pada beberapa faktor diantaranya cita rasa, warna tekstur, dan nilai gizinya,
disamping itu ada faktor lain, misalnya sifat mikrobiologis. Ada beberapa hal yang
dapat menyebabkan suatu bahan pangan berwarna, antara lain dengan penambahan
zat pewarna. Secara garis besar, berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis pewarna
yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan
pewarna sintetis ( bahan kimia ).

Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama


yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. Pada pewarna alami zat warna yang
diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti : caramel, coklat, daun
suji, daun pandan, dan kunyit.Jenis-jenis pewarna alami tersebut antaralain :Klorofil,
yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga sering
disebut zat warna hijau daun.Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah
pada daging. Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange,
merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara
lain, tomat, cabe merah,wortel. Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen
anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan
sayur-sayuran . Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan
pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen
atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik
sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang kadang-
kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-
senyawa baru yang berbahaya .

Jenis-jenis makanan jajanan yang ditemukan mengandung bahan-bahan


berbahaya ini antara lain sirup, saus, bakpau, kue basah, pisang goreng, tahu,
kerupuk, es cendol, mie dan manisan. Timbulnya penyalah gunaan bahan tersebut
disebabkan karena ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk pangan,
dan juga disebabkan karena harga zat pewarna untuk industri lebih murah dibanding
dengan harga zat pewarna untuk pangan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
warna pada makanan yang mencurigakan, dengan menggunakan meode kualitatif.
sederhana menggunakan plat KLT sebagai medianya. Analisis ini dilakukan
bertujuan untuk mengetahui apakah makanan tersebut positif mengandung pewarna
sintetis atau tidak, dan dilakukan juga agar mahasiswa dapat mengetahui cara
analisis warna pada makanan sekitarnya.

Pengujian rhodamin B pada sampel dilakuan dengan metode


kuantitatif dengan menggunakan plat KLT ( Kromatografi Lapis Tipis ). KLT
merupakan contoh dari kromatografi adsorpsi. Fase diam berupa padatan dan fase
geraknya dapat berupa cairan. Zat terlarut yang diadsorpsi oleh permukaan partikel
padat. Prinsip KLT adalah adsorbsi dan partisi dimana adsorbsi adalah penyerapan
pada pemukaan, sedangkan partisi adalah penyebaran atau kemampuan suatu zat
yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut yang digunakan.Data yang
diperoleh dari KLT adalah nilai RF yang berguna untuk identifikasi senyawa. Nilai
RF dapat di definisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titik asal
dibagi dengan jarak yang di tempuh oleh pelarut dari titk asal.
III. Alat dan Bahan
Alat :
 Beaker glass
 Tabung reaksi
 Rak tabung reaksi
 Batang pengaduk
 Corong
 Timbangan
 Kertas timbang
 Spatula
 Kertas saring
 Mortir dan stanper
 Plat KLT
 Penggais
 Cutter
 Pensil
 Bejana
 white tip
 Kertas Buram
 Aluminium foil
 Gelas ukur
 Pipet tetes

Bahan :

 Sampel ( saos, jelly, bijik, makaroni , krupuk, sosis, bikang, selai,)


 Etanol
 Aquades
 Rhodamin B
 Asam Asetat

IV. Prosedur Kerja

A. Preparasi sampel

1. Di sediakan sampel sebanyak 8 jenis yaitu : ( saos, jelly, bijik,


makaroni , krupuk, sosis, bikang, selai,)
2. Timang sampel sebanyak 20 gr dengan menggunakanneraca
analitik dengan bantuan kertas timbang.
3. Sesudah ditimbang sampel dimasukklan kedalam mortir dan di
tumbuk sampai halus.
4. Sesudah ditumbuk sampel dimasukkan kedalam beaker glass.
5. Kemudian tambahkan etanol kedalam beaker glass sebanyak 15 –
20 ml.
6. Kemudian tuangkan sampel yang sudah terlarut dengan etanol
kedalam tabung reaksi dengan bantuan corong dan kertas saring.
7. Kemudian tutup tabung raksi dengan aluminium foil

B. Pembuatan Eluen untuk Elusidasi sampel


1. Buka tutup bejana lalu tuangkan eluen dengan perbandingan
12 : 6 : 7
2. Selajutnya perbandingan tersebut dihitung dan mendapatkan hasil
sampai 100 ml. hasil yang di dapat dari asam asetat yaitu 48 ml,
etanol 24 ml dan aquades 28 ml. Dengan menggunakan gelas
ukur.
3. Kemudian hasil tersebut di tuangkan kedalam chamber sebanyak
perhitungan yang didapatkan.
4. Kemudian masukkan kertas buram kedalam chamber.
5. Tutup kembali chamber tersebut.

C. Pengujian Rhodamin B Pada Sampel Dengan Menggunakan Plat KLT


1. Disiapkan Plat KLT diukuran dan dipotong 10 x 10 cm menggunakan
penggaris besi dan dipotong menggunakan cutter .
2. Kemudian batas bawah plat KLT di ukur dan digaris 1 cm dan batas
atas 0,5 cm
3. Kemudian garis plat KLT pada bagian tepi bawah dengan ukuran
masing - masing 1 cm dan diberi tanda 0 untuk tempat penotolan
rhodamin B dan tanda 1 – 8 untuk tempat penotolan masing masing
sampel.
4. Kemudian ambil masing – masing sampel dengan menggunkan white
tip yang berbeda pada setiap sampel untuk proses penotolan.
5. Sampel di totolkan pada plat KLT yang sudah diberi tanda.
Penotolan dilakukan sebanyak 3 – 5 kali penotolan, pada saat
melakukan penotolan pertama ditunggu hingga kering, kemudian
dilanjutkan dengan peotolan selanjutnya.
6. Kemudian totolkan larutan standar rhodamin B pada plat KLT yang
sudah di isi tanda 0 sebanyak1 kali
7. Kemudian masukkan palt KLT ke dalam chamber yang sudah di
jenuhkan tadi , dengan posisi tegak dan batas tepi bawah plat KLT
berada di atas eluen.
8. Dielusikan sampai pelarut merambat sampai garis tanda batas.
9. Setelah sampai tanda batas angkat palt KLT yang berada didalam
chamber.
10. Kemudian keringkan plat KLT di bawah ac atau letakkan pada
ruangan terbuka dan amati bercak noda yang terbentuk.
11.Hasil

Dari praktukum yang dilakuan mendapatkan hasil yaitu pada sampel bijik
diduga positif mengandung Rhodamin B dengan perhitungan yaitu :

RF = Jarak Tempuh Noda


Jarak Tempuh Pelarut

RF = 5,5
8,5

= 0,65
12.Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang identifikasi Rhodamin B dalam sampel
makanan dengan tujuan dapat mengidentifikasi adanya kandungan Rhodamin B
dalam sampel makanan dengan menggunakan metode kromatografi sederhana, yaitu
Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Rhodamin B merupakan pewarna sintesis berbentuk
serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu kemerahan, tidak berbau dan dalam larutan
akan berwarna merah terang berpendar/berfluoresensi. Pada praktikum ini dilakukan
identifikasi Rhodamin B pada sampel saos, jelly, bijik, makaroni , krupuk, sosis,
bikang, selai dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Percobaan
pertama yaitu membuat larutan sampel. Selanjutnya siapkan alat dan bahan. Masing –
masing sampel di timbang seanyak 20 gram. Setelah di timang masing masing sampel
di hancurkan dengm menggunaan mortir dan stamper , setelah di dihancurkan sampel
diletakkan di dalam beaker glas lalu larutkan dengan menggunakan etanol 15 sampai
20 ml atau semua sampe terlalut. Kemudian saring masing – masing sampel di
tuangkan ke dalam tabung reaksi dengan bantuan corong yang diisi kertas saring.
Kemudian dilakukan penyiapan eluen sebagai pelarut atau fase gerak. Di gunakan
Asam asetat, etanol dan aquades, dengan perbandingan 12 : 6 : 7 . Setelah di ukur
dengan menggunakan gelas ukur, tuangkan semua larutan dituangkan kedalam
chember. Penggunaan eluen ini disesuaikan dengan sifat polar Rhodamin B karena
memiliki gugus karboksil dengan pasangan electron bebas dan gugus amina pada
struktur molekulnya. Gugus karboksil dan amina ini akan membentuk ikatan
hydrogen intermolecular dengan pelarut polar sehingga mudah larut dalam pelarut
polar seperti alcohol. Sehingga digunakan campuran eluen polar agar dapat
mengelusikan Rhodamin B dengan baik. Setelah dibuat eluen, maka larutan eluen
tersebut dijenuhkan terlebih dahulu. Tujuan penjenuhan adalah untuk memastikan
partikel fase gerak terdistribusi merata pada seluruh bagian chamber sehingga proses
pergerakan spot diatas fase diam oleh fase gerak berlangsung optimal, dengan kata
lain penjenuhan digunakan untuk mengoptimalkan naiknya eluen. Kemudian siapkan
plat KLT dengan menotong plat dengan ukuran 10 x 10 cm . Setelah dipotong
kemudian batas bawah plat KLT di ukur dan digaris 1 cm dan batas atas 0,5 cm
denagn menggunakan pensil tapi jangan terlalu tebal.

Setelah plat KLT sudah siap lakukan penotolan larutan sampel menggunakan
pipa kapiler (white tip ). Kemudian ambil masing – masing sampel dengan
menggunkan white tip yang berbeda pada setiap sampel untuk proses penotolan.Pada
saat penotolan jangan terlalu banyak mengambil sampel. Sampel di totolkan pada plat
KLT yang sudah diberi tanda. Penotolan dilakukan sebanyak 3 – 5 kali penotolan,
pada saat melakukan penotolan pertama ditunggu hingga kering, kemudian
dilanjutkan dengan peotolan selanjutnya. Usahakan pada saat melakukan penotolan,
pola totolan totolannya kecil. Tujuannya yaitu, karena dalam kromatografi kertas
penotolan yang baik diusahakan sekecil mungkin untuk menghindari pelebaran spot
atau hasil pola nodanya tidak berekor dan jika sampel yang digunakan terlalu banyak
akan menurunkan resolusi. Lalu plat dimasukkan dengan hati-hati ke dalam chamber
tertutup yang berisi fase gerak dengan posisi fase gerak berada dibawah garis..
Setelah itu terbentuk beberapa spot noda karena sampel akan ikut berinteraksi dengan
silica yang ada pada lempengan, senyawa yang terelusi menunjukkan bahwa senyawa
tersebut paling tinggi kepolarannya. Fase gerak perlahan-lahan bergerak naik, setelah
mencapai jarak tempuh, kertas diangkat dan dibiarkan kering diudara, untuk
menguapkan sisa pelarut. Selanjutnya abil plat KLT dengan cara mengambil plat di
bagian ujung atas plat.Supaya silica gel yang berada di plat KLT tidak rusak dan tidak
merusak pola noda.

Pada praktikum ini didapatkan 1 sampel positif mengandung rhodamin B yaitu


bijik. Sampel bijik yang mengandung rhodamin B dapat dilihat dari jarak sampel
sejajar dengan rhodamin B dan memiliki kesamaan warna yaitu berwarna pink atau
merah muda. Sesudah didapatkan sampel yag positif mengandung Rhodamin B
dilakuakan perhitungan nilai RF yaitu jarak tempuh noda sebesar 5,5 cm dan jarak
tepuh pelarut sebesar 8,5 cm sehingga mendapatkan hasil 0,65.
13.Kimpulan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa, untuk


mengidentifikasi adanya Rhodamin B dalam sampel makanan dapat dilakukan
dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT). Sampel yang digunakan yaitu
saos, jelly, bijik, makaroni , krupuk, sosis, bikang, selai.. Berdasarkan hasil
pengamatan, diperoleh nilai Rf untuk sampel bijik sebesar 0,65. Karena pada
sampel bijik memiliki cici- - cirri yang sama dengan rhodamin B yaitu warna pola
noda yang sama.
Daftar Pustaka

Kuniasih,umik. 2014 .“Makalah Rhodamin”


.http://umikkurniasih.blogspot.co.id/2014/07/makalah-
rhodamin.html. Di akses pada tanggal 1 Januari 2018

Puteri,amelya.2014. “Makalah Biokimia Rhodamin B “

http://amelyaputeri.blogspot.co.id/2014/05/makalah-biokimia-
rhodamin-b.html. Di akses pada tanggal 1 januari 2018

Setiawansyah,arif. 2017. Identifikasi Rhodamin B Pada Makanan”

http://arifsetiawansyah.blogspot.co.id/2017/07/identifikasi-
rhodamin-b-pada-makanan.html. Di akses pada tanggal 3 januari
2018

Tonimpa.2014. “Laporan Uji Kualitatif dan Kuantitatif Pewarna pada Makanan”


https://tonimpa.wordpress.com/laporan/kimia-pangan/laporan-
uji-kualitatif-dan-kuantitatif-pewarna-pada-makanan/ Diakses
pada tanggal 3 januari 2018.

Anda mungkin juga menyukai